LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS
ANATOMI DAN MORFOLOGI UNGGAS Oleh Kelompok 7 Kelas A ELNI RIA SILFI
200110150037
SAIFUL AZIZ DAHYANA
200110150039
DENI MULYADI ASEP SUKMANA
200110150167
SUCI RAHAYU SAFITRI
200110150169
ESTHER NATALIA MARBUN
200110150196
HARIS LUKMAN
200110150211
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2017
i KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum mengenai Anatomi dan Morfologi Unggas ini dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Kami berharap dengan dibuatnya laporan akhir praktikum ini, para pembaca dapat memahami pentingnya kita mempelajari Anatomi dan Morfologi Unggas dalam suatu usaha peternakan unggas, khususnya ayam. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan akhir praktikum ini. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Produksi Ternak Unggas yaitu Ibu Indrawati Yudha Asmara, S.Pt, M.Si, Ph.D serta Bapak Endang Sujana, S.Pt, MP. karena telah memberikan pembekalan materi kepada kami sehingga kami mampu memahami materi mengenai Anatomi dan Morfologi Unggas. Kami juga memohon maaf kepada para pembaca apabila masih banyak kekurangan dari laporan akhir praktikum yang kami susun ini, baik dari segi materi, bahasa, maupun format penulisan dari laporan akhir praktikum ini. Kritik dan Saran yang membangun sangan kami harapkan demi meningkatkan kualitas dari penyusunan laporan akhir praktikum kedepannya.
Sumedang, 12 Maret 2017
Penyusun
ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
I
PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................
2
1.3 Maksud dan Tujuan..............................................................................
2
1.4 Manfaat Praktikum ..............................................................................
2
1.5 Waktu dan Tempat ...............................................................................
2
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN .................................................................
4
2.1 Ayam Broiler .........................................................................................
4
2.2 Ayam Layer ...........................................................................................
4
2.3 Ayam Kampung ....................................................................................
5
2.4 Kerangka Ayam ....................................................................................
7
2.5 Morfologi Eksterior Ayam ...................................................................
9
2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.5.4 III
Jengger, Cuping dan Pial ................................................................ 9 Paruh, Kuku, Paha dan Cakar ....................................................... 10 Kulit................................................................................................... 10 Bulu ................................................................................................... 11
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA ..................................... 13
3.1 Alat ......................................................................................................... 13 3.2 Bahan...................................................................................................... 13 3.3 Prosedur Kerja...................................................................................... 13 IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 15
4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................. 15 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4
Anatomi dan Morfologi Ayam ras Pedaging ................................. Anatomi dan Morfologi Ayam ras Petelur .................................... Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung Jantan ......................... Rangka Ayam ...................................................................................
15 17 19 21
iii 4.2 Pembahasan .......................................................................................... 22 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 V
Anatomi dan Morfologi Ayam ras Pedaging ................................. Anatomi dan Morfologi Ayam ras Petelur .................................... Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung Jantan ......................... Rangka Ayam ...................................................................................
22 24 26 28
PENUTUP ............................................................................................. 31 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 31 5.2 Saran ...................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32 LAMPIRAN .................................................................................................... 33
1 I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ternak unggas merupakan suatu komoditas yang dapat memberikan
keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya, salah satu jenis unggas yang memberikan keuntungan yaitu ayam. Banyak hal yang perlu diperhatikan mengenai ternak ayam terkait dengan tujuan produksi. Semakin optimum sistem organ pada tubuh ayam bekerja maka akan menimbulkan performan yang baik terutama pada organ eksteriornya. Ayam adalah hewan yang tergolong vertebrata berdarah panas dengan tingkat metabolisme yang tinggi, oleh karena itu temperatur tubuh pada ayam umumnya relatif tinggi. Untuk mencapai performa yang maksimal tentu kita perlu mengetahui dan memahami organ-organ tubuh pada ternak beserta dengan fungsinya. Dengan demikian maka akan tercipta manajemen pemeliharaan yang efisien dan menghasilkan produksi yang maksimal. Ada beberapa cara untuk mengetahui performa dari ayam tersebut, dan salah satunya adalah dengan memahami bagian eksterior dari ayam, baik itu ayam jantan ataupun betina. Pengetahuan tentang anatomi dan morfologi eksterior ayam juga diperlukan dalam pencegahan dan penanganan penyakit. Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar pengamatan (diagnosis) terhadap kondisi ayam. Secara umum, organ tubuh ayam yang telah terserang suatu penyakit akan mengalami perubahan baik bentuk, warna, ukuran, maupun tekstur jika dibandingkan dengan organ yang normal. Untuk itu sangatlah penting
2 mengetahui anatomi dan morfologi eksterior ayam serta fungsi dari setiap bagiannya.
1.2
Identifikasi masalah
1.
Apa saja perbedaan antara ayam jantan dan ayam betina.
2.
Apa saja perbedaan antara ayam broiler (pedaging) dengan ayam layer (petelur).
3.
1.3
Bagaimana susunan kerangka pada ayam.
Maksud Dan Tujuan
1.
Mengetahui perbedaan antara ayam jantan dan ayam betina.
2.
Mengetahui perbedaan antara ayam broiler (pedaging) dengan ayam layer (petelur).
3.
1.4 1.
Mengetahui susunan kerangka pada ayam.
Manfaat praktikum Untuk mengetahui dari Anatomi, Morfologi dan Fisiologis Ternak yang ditinjau dari sistem kerangka unggas, penutup tubuh unggas, perototan pada unggas, sistem organ, sistem pencernaan, sistem pernafasan dan sistem reproduksi pada ternak unggas.
2.
Mengetahui jenis/bangsa ayam dan varietasnya
3.
Memudahkan dalam membedakan jenis kelamin ayam
4.
Mengetahui sistem kerangka penyusun tubuh ayam
1.5
Waktu Dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 6 Maret 2017
3 Waktu
: Pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB.
Tempat
: Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
4 II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Ayam Broiler Ayam pedaging atau ayam broiler adalah ayam jantan dan ayam betina
muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak (Rasyaf, 1992). Performa ternak adalah pencerminan dari keseluruhan aktivitas organ tubuh. Untuk mencapai performa maksimal, peternak perlu mengetahui dan memahami organ-organ tubuh dan fungsinya. Dengan demikian, dapat dilakukan rekayasa sehingga tercipta manajemen
pemeliharaan
yang efisien dan
menghasilkan produksi maksimal sesuai potensi genetik. Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Suprijatna, 2005). Pola warna bulu pada ayam merupakan salah satu faktor utama yang menentukan proses identifikasi, di samping bentuk dan ukuran tubuh, bentuk jengger (comb) serta warna sisik kaki (May, 1971). Ciri-ciri ayam broiler atau pedaging adalah sifat dan kualitas daging baik (meatness), laju dan pertumbuhan bobot badan tinggi, warna kulit kuning, warna bulu putih, konversi pakan rendah, bebas dari sifat kanibalisme,daya hidup tinggi, shank berwarna kuning dan pendek, serta kemampuan membentuk karkas tinggi.
5 Pada ayam pedaging paruhnya tidak dipotong dan jenggernya berbentuk single comb (Yuwanta, 2004). Strain ayam broiler di Indonesia ada beberapa macam. Masing-masing strain tersebut memiliki karakteristik yang berbeda serta memiliki keunggulan dan kelemahan. Strain yang paling banyak dikembangkan oleh breeder (perusahaan pembibitan) di Indonesia untuk ayam broiler salah satunya adalah Cobb. Ada beberapa karakteristik serta keunggulan strain Cobb (broiler) yaitu titik tekan pada perbaikan FCR (Feed Convertion Ratio), pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress), dan produksi efisien (Bobot badan 1,8 – 2 kg; FCR 1,65). broiler memiliki karakteristik tubuh yang berbeda dengan jenis ayam lainnya. Berikut adalah karakteristik broiler. 1. Kepala, lengkap yang terdiri atas mata, paruh, jengger, cuping telinga dan lubang hidung. 2. Badan, pada umumnya gemuk, terutama dibagian dada. Memiliki kerangka tubuh yang melindungi organ dalam (jantung, hati, ginjal dan usus) 3. Sayap, terdapat dua buah dikanan dan dikiri 4. Bulu, berfungsi untuk menutupi tubuh dan melindungi dari suhu panas atau dingin. Warna pada umumnya adalah putih. 5. Kaki, terdapat sepasang yang kokoh dan cenderung pendek. Cakarnya tidak berbulu (Tillman, 2012).
2.2
Ayam Layer Ayam petelur atau layer merupakan ayam-ayam betina dewasa yang
dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari
6 ayam hutan yang telah didomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup banyak. Arah seleksi ayam hutan ditujukan pada produksi yang banyak. Namun, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf, 1998). Ayam layer merupakan ayam ras hi-breed yang ditemukan khusus untuk penghasil telur. Ayam ras petelur dapat berasal dari ayam tipe ringan dengan bobot hidup 1,5-2,0 kg/ekor, dan tipe medium (tipe dwiguna) yang mencapai bobot hidup 3 kg/ekor. Ayam layer atau ayam petelur ditunjukkan untuk menghasilkan telur sebanyak-banyaknya, sehingga dapat memenhi kebutuhan pasar. Ada dua macam ayam petelur, yaitu tipe ayam petelur ringan dan tipe ayam petelur medium. Ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan bulunya berwarna putih. Ayam petelur medium beratnya diantara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler, umumnya telur yang dihasilkan berwarna coklat. (Surya, 2013) Karakteristik ayam tipe petelur adalah bertingkah laku lincah dan mudah terkejut, badan relatif kecil dan langsing sehingga disebut tipe ringan, cepat dewasa kelamin sehingga cepat bertelur, jumlah telurnya banyak, kerabangnya berwarna putih, dan jarang mengeram (Yuwanta, 2004). Ciri-ciri ayam layer atau petelur adalah bentuk tubuh lonjong, bobot badan relative ringan, tulang ringan, shank pipih dan melebar kesamping, jengger tumbuh cepat serta dewasa kelamin umur 4-5 bulan, produksi telur 250-300 butir/ekor/tahun, bulu berwana coklat, jengger berwarna merah cerah dan shank
7 berwarna kuning pucat. Pada ayam petelur paruhnya dipotong (debeaking) agar tidak menimbulkan sifat kanibalisme serta untuk efesiensi pakan. (Yuwanta, 2004) Ayam ras petelur strain ISA Brown ialah jenis ayam hibrida unggulan hasil persilangan dari ayam jenis Rhode Island Red dan White Leghorns, yang diciptakan di Inggris pada tahun 1978 oleh perusahaan breeder ISA. Ciri khasnya adalah bulu dan telurnya berwarna cokelat (Merdeka, 2010).
2.3
Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah beradaptasi,
hidup, berkembang, dan berproduksi dalam jangka waktu yang lama, baik dikawasan habitat tertentu maupun di beberapa tempat. Banyak ahli melaporkan bahwa ayam kampung di Indonesia sangat bervariasi, baik bentuk performa maupun produktivitasnya (Yaman, 2010). Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara dan ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di berbagai macam iklim atau daerah. Umumnya ayam kampung banyak dipelihara masyarakat di daerah pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Ayam kampung telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana (Suprijatna, 2005). Ciri-ciri ayam kampung adalah memiliki ukuran tubuh yang ramping, shank tinggi, jengger berbentuk single comb, jengger jantan lebih besar dari betina, serta tumbuh relatif lama. Pada ayam kampung jantan terdapat bulu ekor utama (sickle feather) yang berbentuk sabit dan terdapat taji. (Rasyaf, 1992)
8 Ayam bukan ras (buras) atau ayam kampung, disebut juga Gallus domesticus, yang di Indonesia terdiri atas berbagai rumpun atau galur, termasuk di antaranya ayam Pelung dan ayam Sentul. Ayam Sentul adalah ayam lokal yang produktivitas telurnya cukup tinggi, mampu bertelur sampai 26 butir per periode bertelur, dan itu mempunyai perototan yang padat (kompak). Ayam Sentul jantan umumnya memiliki jengger tunggal (single comb) atau pea comb. Ayam Sentul juga memiliki daging yang cukup banyak (Nataamijaya, 2005). Sebagian besar ayam kampung yang terdapat di Indonesia mempunyai bentuk tubuh yang kompak dengan pertumbuhan badan relatif bagus, pertumbuhan bulunya sempurna dan variasi warnanya juga cukup banyak . Kepala ayam kampung betina berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kepala ayam kampung jantan (Sarwono, 1991). Ragam warna ayam kampung mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecokelatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu (Wibowo, 1995).
2.4
Kerangka Unggas Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang
yang menunjang terbentuknya
tubuh
sebagai
tempat
melekatnya
otot.
Karakteristik kerangka ungags bersifat khas, yaitu ringan dan berisi udara. Produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Pada ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Pada tulang rusuk, 30%-nya merupakan tulang jenis
9 ini. Struktur tulang demikian ini tidak ditemukan pada ayam jantan atau betina yang sedang tidak bertelur (Suprijatna, 2005).
2.5
Morfologi Eksterior Ayam Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher,
tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping dan pial. Sementara tubuh bagian depan terdapat dada dan sayap serta di bagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis, dan cakar (Suprijatna, 2005).
2.5.1 Jengger, Cuping, dan Pial Pada beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain jengger, pial, cuping, paruh, kuku, dan taji. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon seks. Hormon seks jantan mengakibatkan jengger dan pial yang membesar dan tebal serta berwarna merah. Jengger ayam jantan lebih besar daripada ayam betina (Suprijatna, 2005). Jengger merupakan pertumbuhan berdaging diatas kepala ayam. Jengger pada ayam ini berwarna merah. Ukuran jengger pada ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina. Warna merah cerah pada jengger menandakan produktifitasnya tinggi dibandingkan dengan jengger yang berwana merah pucat. Warna dan ukuran dari jengger dipengaruhi oleh fungsi dari hormon seks terutama saat sekresi hormon pada saat pertumbuhan gonad Berdasarkan bentuknya jengger terdiri dari single, butter cup, pea, rose, strawberry, V-shape dan cusion. Dewasa ini jengger yang berbentuk single memiliki fertilitas yang tinggi. Jengger
10 memberikan gambaran terhadap perkembangan gonad dan sekresi hormon seksual (Yuwanta, 2004). Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan jengger yang merah dan menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang tidak produksi menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan kasar. Selain jengger, juga terdapat sepasang pial pada bagian kedua sisi rahang bawah di bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak di bagian bawah telinga (Suprijatna, 2005).
2.5.2 Paruh, Kuku, Paha, dan Cakar Paruh, jari, dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Pada bangsa ayam, kaki bagian bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik. Kuku pada ayam sangat keras, kuku yang sangat keras ini disebabkan oleh keratin yang banyak mengandung kalsium (Suprijatna, 2005).
2.5.3 Kulit Kulit mempunyai fungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan sebagai insulasi panas tubuh. Kulit tidak mempunyai kelenjar minyak kecuali pada pangkal ekor (uropygial). Kulit terdiri dari dua lapis yaitu bagian luar (epidermis) dan bagian dalam (dermis). Epidermis biasanya menyusun pada bulu, paruh, sisik dan kuku. Dermis menyusun pada comb, pial dan ear lobe. Warna kulit biasanya putih atau kuning. Warna kuning ini biasanya disebabkan adanya xanthophylls dalam ransum (North, 1978). Pada shank dan kulit kombinasi warna terjadi karena adanya pigmen pada bagian lapisan luar dan lapisan dalam pada kulit. Warna kuning karena adanya
11 pigmen karotenoid yang berasal dari pakan pada bagian epidermis. Warna hitam karena adanya pigmen melanin pada epidermis begitu juga warna yang gelap pada shank disebabkan pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Warna biru karena adanya pigmen melanin pada dermis dan warna hijau karena adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan melanin pada dermis. Pada ayam broiler modern diseleksi warna kuning pada shank dan kulit, hal ini disebabkan karena disukai oleh konsumen. (Suprijatna, 2005).
2.5.4 Bulu Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutupi oleh bulu. Hal ini menjadikannya berbeda dengan jenis ternak vertebrata lainnya. Bulu tersusun dari protein yang disebut keratin. Pada ayam dewasa, bulu mengalami pertumbuhan dan rontok secara alami. Kemudian, bulu baru tumbuh kembali dalam suatu pola secara periodik sekitar setahun sekali dibawah pengaruh hormon. Proses rontok bulu disebut meluruh atau molting. Selama ayam betina mengalami rontok bulu, maka produksi telur berhenti. (Suprijatna, 2005). Semua unggas mempunyai bulu yang menutupi seluruh tubuh dan mempunyai perbedaan pada setiap spesies. Bulu tersebut tumbuh pada area bulu yang terdapat pada saluran pangkal bulu pada permukaan kulit, mempunyai berat 4 sampai 9 persen dari berat hidup dan berjumlah 6.000 sampai 8.000 lembar. Secara anatomis bulu dibagi menjadi plumae, plumulae dan phyloplumae. Plumulae terdapat pada unggas yang masih muda dan kadang-kadang terdapat pada unggas yang sedang mengerami telur. Phyloplumae fungsinya belum jelas dan tumbuh jarang diseluruh tubuh. Pada plumae terdapat calamus yang berupa tangkai dari bulu yang berbentuk memanjang dengan rongga di dalamnya.
12 Menurut
letaknya
bulu
dibagi
menjadi remiges (bulu-bulu
pada
sayap), retrices (bulu-bulu pada ekor), tectrices (bulu-bulu lain yang menutup badan), parapterium (bulu-bulu
pada
bahu
antara
badan
dan
sayap)
dan alula atau alaspuria yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari kedua pada ekstremitas superior (Suprijatna, 2005).
13 III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 1. 2. 3.
Alat Baki atau nampan Kerangka Pita ukur
3.2 1. 2. 3.
Bahan Ayam ras pedaging atau ayam broiler Ayam ras petelur atau ayam layer Ayam kampung jantan betina
3.3 1. 2.
Prosedur Kerja Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat praktikum objek akan ditukar.
No 1
Pengamatan Seluruh tubuh ayam
2
Kepala
3
Bulu
4
Kaki
Prosedur 1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam keadaan tenang 2.Gambar dan sebutkan anatominya 3. Gambar kepala dan bagiannya 4. Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger dan sebutkan jenis jenggernya 5. Amati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh, pial, cuping telinga, mata 6. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan yang bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan filoplumulae. 7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder, primer, dan bulu axial kemudian gambar. 8. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar dan tulis bagian-bagiannya 9. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya 10. Amati pigmentasi pada kaki 11. Ukur panjang shank, kemudian bedakan dari ketiga
14 jenis ayam yang saudara amati.
15 IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Anatomi dan Morfologi Ayam Ras Pedaging Seluruh tubuh ayam
Kepala
16 Bulu
Kaki
17 4.1.2 Anatomi dan Morfologi Ayam Ras Petelur Seluruh tubuh ayam
Kepala
18 Bulu
Kaki
19 4.1.3 Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung Jantan Seluruh tubuh ayam
Kepala
20 Bulu
Kaki
21 4.1.4 Rangka Ayam Kerangka Ayam
22 4.2
Pembahasan
4.2.1 Anatomi dan Morfologi Ayam Ras Pedaging Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ayam ras pedaging merupakan salah satu ayam yang dibudidayakan untuk tujuan peningkatan kualitas dan kuantitas dagingnya. Ayam ras pedaging atau broiler memiliki ciriciri tertentu, namun secara umum menurut Susilorini dkk. (2009) Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian, memiliki jengger dan cuping. Terdapat tiga tipe ayam yang dikenal di dunia, yakni ayam pedaging, ayam petelur, dan ayam dwiguna. Ayam ras pedaging atau biasa disebut juga ayam Broiler merupakan ayam ras pedaging yang sudah dikenal lama di Indonesia. secara kasat mata ayam ini memiliki ciri-ciri bulunya berwarna putih, dan jengger yang dimilikinya berbentuk pea sebagaimana menurut Suprijatna (2005) bahwa ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Kaki ayam ras pedaging berukuran lebih pendek dan kekar dibandingkan dengan ayam ras petelur sejalan dengan pendapat Tillman (2012) bahwa pada kaki ayam pedaging Kaki, terdapat sepasang yang kokoh dan cenderung pendek. Cakarnya tidak berbulu. Ayam ras memiliki jumlah jari kaki 4 serta panjang shank ayam ras pedaging yang digunakan pada saat praktikum adalah 6 cm, sebagaimana menurut Selain itu, bulu pada ayam ras pedaging belum tumbuh secara sempurna hingga tiba waktunya untuk dipotong. Ayam ras pedaging yang digunakan saat praktikum memiliki bentuk morfologi yang kecil dan memiliki bulu yang belum tumbuh sempurna. Ayam broiler yang digunakan saat praktikum adalah ayam yang paling banyak
23 dikembangkan di Indonesia, yakni broiler dengan strain cobb betina. Sebagaimana menurut Tillman (2012) menyatakan bahwa strain ayam broiler di Indonesia ada beberapa macam. Masing-masing strain tersebut memiliki karakteristik yang berbeda serta memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, peternak hendaknya memahami karakteristik tiap strain yang cocok dengan kondisi daerah dan karakter pertumbuhannya. Strain yang paling banyak dikembangkan oleh breeder (perusahaan pembibitan) di Indonesia untuk ayam broiler salah satunya adalah Cobb. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Berdasarkan pengamatan pada luar tubuh ayam broiler, bulu ayam berwarna putih yang belum tumnuh secara sempurna. Sejalan dengan pendapat Tillman (2012) bahwa Bulu, berfungsi untuk menutupi tubuh dan melindungi dari suhu panas atau dingin. Warna pada umumnya adalah putih. Rectrices ayam ini tidak terlihat begitu jelas karena tubuhnya masih berada dalam masa pertumbuhan. Begitu juga dengan tectrices yang belum terlihat sempurna sehingga kulit dari tubuh ayam terlihat dan berwarna sedikit kemerahan. Warna kulit ini tidak sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) bahwa ayam pedaging yang baik adalah yang memiliki kulit berwarna kuning. Ciri-ciri ayam broiler atau pedaging menurut Yuwanta (2004) adalah sifat dan kualitas daging baik (meatness), laju dan pertumbuhan bobot badan tinggi, warna kulit kuning, warna bulu putih, konversi pakan rendah, bebas dari sifat kanibalisme, daya hidup tinggi, shank berwarna kuning dan pendek, serta kemampuan membentuk karkas tinggi. Pada ayam pedaging paruhnya tidak dipotong dan jenggernya berbentuk single
24 comb. Selain itu, kaki ayam terihat berwarna kuning pucat yang menandakan adanya pigmen lipochrom pada shank ayam tersebut. Jika dibandingkan dengan kaki ayam ras petelur kaki ayam ras pedaging terlihat lebih lebar dan kekar karena telah diseleksi untuk dapat menopang bobot badannya yang besar. Ayam ras pedaging ini tidak memiliki alaspuria pada jari-jari kakinya sebagaimana pendapat Tillman (2012) bahwa Kaki pada ayam broiler terdapat sepasang yang kokoh dan cenderung pendek, dan cakarnya tidak berbulu.
4.2.2 Anatomi dan Morfologi Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam kedua setelah ayam ras pedaging yang biasa disebut ayam layer. Berdasarkan pengamatan saat praktikum, secara anatomi dan morfologi, ayam petelur karakteristik kaki yang lebih panjang dari pada ayam pedaging (ayam broiler) dan badannya terlihat ramping. Sebagai mana menurut Yuwanta (2004) Karakteristik ayam tipe petelur ini sebagai berikut bertingkah laku lincah dan mudah terkejut, badan relatif kecil dan langsing sehingga disebut tipe ringan, cepat dewasa kelamin sehingga cepat bertelur, jumlah telurnya banyak, kerabangnya berwarna putih, dan jarang mengeram. Ayam layer memiliki produksi telur yang tinggi sehingga dijadikan sebagai ayam ras petelur. Ayam petelur memiliki karakteristik produksi telur yang lebih banyak dari pada ayam tipe pedaging sebagaimana pendapat Suprijatna (2008) bahwa Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, kerabang telur berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram sementara menurut Yuwanta (2004) bahwa ciri-ciri ayam layer atau petelur adalah bentuk
25 tubuh lonjong, bobot badan relatif ringan, tulang ringan, shank pipih dan melebar kesamping, jengger tumbuh cepat serta dewasa kelamin umur 4-5 bulan, produksi telur 250-300 butir/ekor/tahun, bulu berwana coklat, jengger berwarna merah cerah dan shank berwarna kuning pucat. Pada ayam petelur paruhnya dipotong (debeaking) agar tidak menimbulkan sifat kanibalisme serta untuk efesiensi pakan. Praktikum pada tanggal 5 Maret, menggunakan ayam ras petelur dengan strain ISA brown. Sesuai dengan namanya, ayam layer ini memiliki warna bulu cokelat dan tentu saja merupakan ayam betina. Menurut Bumi Merdeka (2010), ayam ras petelur strain ISA Brown ialah jenis ayam hibrida unggulan hasil persilangan dari ayam jenis Rhode Island Red dan White Leghorns, yang diciptakan di Inggris pada tahun 1978 oleh perusahaan breeder ISA. Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum, ayam petelur sedang dalam masa produktif. Secara keseluruhan tubuh ayam memliki jengger dan pial yang berwarna merah yang menunjukkan produktivitas ayam tersebut. Selain itu, kaki ayam layer lebih ramping dan tinggi dibandingkan dengan ayam broiler. Kaki ayam layer memiliki panjang 11 cm serta shank ayam berwarna kuning pucat, hal tersebut menandakan bahwa ayam layer menunjukkan masa produktif. Hal tersebut
dijelaskan
Nasrul
(2012)
bahwa
warna
kuning
pada
cakar (shank) dikarenakan adanya penimbunan lemak atau lipochrom pada dermis dan tidak adanya pigmen melanin pada dermis atau epidermis. Pada saat ayam betina sedang produksi (telur), pigmen kuning ini digunakan untuk pembentukan warna kuning telur. Apabila pigmen ini tidak terdapat atau kurang dalam ransum maka pigmen dari cakar ini akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Oleh karena itu, warna cakar pada bangsa ayam yang memiliki cakar kuning dapat
26 digunakan sebagai seleksi untuk memilih ayam yang produktif (kondisi produksi) atau tidak. Jengger ayam ras petelur memanjang dari depan ke belakang dengan warna merah hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu indikator produktivitas. Sebagaimana penjelasan Suprijatna (2005) bahwa jengger dan pial bersifat sensitif terhadap
hormon
seks
sehingga
karakteristik secondary sex, sebagai accessory
dapat
dijadikan
sexual epidermal.
indikator Pada
ayam,
umumnya epidermis kaya akan pembuluh darah sehingga organ ini berwarna merah. Hormon seks jantan mengakibatkan jengger dan pial yang membesar dan tebal serta berwarna merah. Bagian sayap memiliki bulu berwarna coklat kemerahan dengan terdapat tiga bagian yakni primer yang paling panjang, axial sebagai pemisah antara bulu primer dan sekunder, serta bulu sekunder yang lebih pendek dari bulu primer. Bulu pada bagian sayap ini yang akan meluruh atau berganti pada saat ternak mengalami molting, yang merupakan proses periodik selama satu tahun sesuai dengan panjelasan Suprijatna (2005) pada ayam dewasa, bulu mengalami pertumbuhan dan rontok secara alami. Kemudian, bulu tumbuh kembali dalam suatu periodik sekitar setahun sekali di bawah pengaruh hormonal.
4.2.3 Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung Jantan Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa ayam lokal atau ayam kampung atau ayam bukan ras merupakan ayam yang dikembangkan dan didomestikasi oleh masyarakat secara tradisional dan biasanya merupakan ayam khas suatu daerah sebagaimana pendapat Suprijatna (2008) bahwa ayam peliharaan yang ada dewasa ini merupakan keturunan ayam hutan yang
27 mengalami proses penjinakkan yang sangat panjang. Jenis ayam itu terdiri dari ayam hutan merah (Gallus gallus), ayam hutan Ceylon (Gallus lavayettii), ayam hutan kelabu (Gallus soneratii), dan ayam hutan jawa atau Gallus varius. Hasil pengamatan diketahui bahwa ayam lokal jantan memiliki bentuk tubuh yang besar dan panjang dibandingkan dengan ayam betina. Ukuran shank ayam jantan 9 cm dengan warna hitam yang disebabkan karena pigmen melanin yang dikandung tubuh ayam terebut. Panjang badan ayam ssebesar 29 cm diukur dari tulang atlas sampai dengan pangkal tulang ekor. Lebar punggung ayam sebesar 40 cm sementara lebar dada nya 23 cm dengan panjang leher yang berbentuk sigmoid sebesar 11 cm. Sebagaimana menurut Rasyaf (1992).Ciri-ciri ayam kampung adalah memiliki ukuran tubuh yang ramping, shank tinggi, jengger berbentuk single comb, jengger jantan lebih besar dari betina, serta tumbuh relatif lama. Pada ayam kampung jantan terdapat bulu ekor utama (sickle feather) yang berbentuk sabit dan terdapat taji. Bagian tubuh ayam dapat dibagi menjai tiga bagian penting, yakni kepala, badan, dan Kaki. Pada bagian kepala ayam terdapat beberapa bagian diantaranya pial yang terdapat dua helai, jengger yang panjang dan berwarna merah dengan bentuk single, paruh, mata, dan lubang hidung. Sejalan dengan pendapat Rasyaf (1992) bahwa jengger ayam lokal berbentuk single comb, jengger jantan lebih besar dari betina, serta tumbuh relatif lama. Pada bagian tubuh ayam terdapat bulu yang menutupi seluruh tubuh ayam yang disebut tectrices. Selain itu, pada bagian saya terdapat bulu-bulu yang disebut remiges. Parapterium sebagai bulu yang terdapat pada bagian bawah sayap ayam tepatnya anatara bahu dan badan ayam. Pada bagian ekor ayam terdapat bulu yang disebut sebagai rectrices. Selain itu secara struktur bulu pada
28 ayam, baik ayam jantan, betina, maupun ayam ras baik petelur maupun pedaging memiliki bulu utama yang disebut contur, plumulae dan filoplumulae. Contur merupakan bulu yang menutupi badan, sedangkan plumulae adalah bulu yang halus yang berada pada bagian abdomen serta filoplumulae adalah bulu pada saat ayam berada pada masa DOC (day old Chick). Berbagai jenis bulu tersebut sejalan dengan pendapat Suprijatna (2005) bahwa menurut letaknya bulu dibagi menjadi remiges (bulu-bulu pada sayap), retrices (bulu-bulu pada ekor), tectrices (bulu-bulu lain yang menutup badan), parapterium (bulu-bulu pada bahu antara badan dan sayap) dan alula atau alaspuria yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari kedua pada ekstremitas superior. Bagian yang penting lagi untuk dipelajari adalah bagian kaki. Kaki lebih kekar dan terlihat kuat dengan bentuknya lebih besar dibandingkan dengan kaki ayam betina. Kaki ayam lokal jantan pada saat praktikum memilliki kaki dengan tinggi 9 cm, bertaji dan shank yang berwarna hitam. Sebagaimana menurut Suprijatna (2005) bahwa warna hitam karena adanya pigmen melanin pada epidermis begitu juga warna yang gelap pada shank disebabkan pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Warna biru karena adanya pigmen melanin pada dermis dan warna hijau karena adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan melanin pada dermis. 4.2.4 Rangka Ayam Berdasarkan praktikum diketahui bahwa ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Ayam memiliki tulang-tulang yang kecil dan ringan, namun kayak akan kalsium sebagaimana penjelasan Suprijatna (2005) Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat melekatnya otot. Karakteristik kerangka unggas bersifat
29 khas, yaitu ringan dan berisi udara. Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor). Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostum (paruh) yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk. Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada sebelah dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutup mata. Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi di bawah bulu khusus. Di bawah ekor terdapat kloaka. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa pada rangka ayam terdapat beberapa bagian yang menjadi perhatian yakni beberapa tulang yang memiliki cadangan kalsium yang disebut sebagai medulaarry bone dan pneumatic bone yang merupakan pelindung bagi alat-alat pernafasan. Medularry bone merupakan salah satu penyumbang kerabang pada telur ayam karena memiliki cadangan kalsium seperi halnya tibia, fibula, femur, sternum seperti yang di paparkan oleh Suprijatna (2005) bahwa produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Penjelasan pada saat praktikum adalah dalam menentukan produktivitas ternak unggas, ada beberapa tulang yang dijadian sebagai salah satu indikator yakni tulang pubis dan sternum. Pada ayam petelur (layer) indikator produktif
30 ditunjukkan dengan ukuran tulang pubis sebesar 3 jari orang dewasa dan ukuran sternum sebesar 4 jari orang dewasa. Sternum (tulang dada) merupakan tulang yang berwarna putih dan bersifat lunak. Beberapa tulang bergabung menjadi satu organ diantaranya sayap, kaki, leher, bahkan kepala. Sayap disusun oleh palanges, metacarpus, carpus, radius dan ulna. Sementara kaki unggas disusun oleh femur, digits ( toes), tibia, dan fibula. Sebagaimana pendapat Nasrul (2012) bahwa Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada ekstremitas depan pada mamalia. Demikian pula di kaki, terdiri dari tulang seperti pada mamalia. Akan tetapi tulang pada metatarsus— umum dijumpai pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk membentuk cakar. Leher disusun oleh tulang atlas dan epistropeus sehingga membentuk sigmoid. Bentuk tersebut merupakan bentuk penyesuaian unggas terutama ayam untuk menjaga dirinya terutama pada saat akan mendarat setelah terbang sebagaimana pendapat Nasrul (2012) bentuk leher demikian ini berfungsi sebagai pegas yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap pada saat unggas mendarat setelah terbang. Sedangkan tulang kepala yang berfungsi sebagai pelindung bagi organ-organ bagian dalam kepala tersusun atas maxila (iscisive), mandibula, dan nasale.
31 V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Dari hasil praktikum mengenai anatomi dan morfologi unggas, maka dapat
kami simpulkan :
Pada jantan, jengger dan pialnya akan lebih besar dibandingkan betina dan kepala jantan akan lebih cekung dan terlihat maskulin. Betina akan tumbuh lebih lambat dibanding jantan dan lebih jernih serta terlihat feminin. Pada beberapa varietas, bulu dari tiap jenis kelamin akan berkembang sesuai karakteristik pola warna yang mengidentifikasinya.
Bentuk badan ayam broiler lebih besar dari ayam layer. Kemudian kaki ayam broiler pendek dan besar, sedangkan ayam layer panjang dan kecil. Warna dari ayam broiler secara umum berwarna putih, sedangkan ayam layer biasanya coklat atau hitam.
Kerangka pada ayam jantan maupun betina, layer maupun broiler semuanya sama. Hanya saja dalam ayam betina (layer), tulang pubis dan sternum dipergunakan sebagai indikator produktivitas telur.
5.2
Saran
Kepada para asisten lab, dimohon ketika penjelasan praktikum jangan terlalu cepat, agar mudah dipahami, serta lebih memperhatikan seluruh mahasiswa agar semua dapat ikut serta dalam praktikum.
Jangan membuat mahasiswa tergesa-gesa saat menuliskan hasil praktikum di modul, agar hasil yang didapatkan maksimal.
32 DAFTAR PUSTAKA
May, C.G. 1971. British poultry standards. Third Ed. I Liffe Books. London. Merdeka, B. 2010. Sukses Peternak Ayam Ras Petelur. Yogyakarta. Atma Media Press. Nataamijaya, A.G. 2005. Karakteristik Penampilan Pola Warna Bulu. Kulit. Sisik Kaki. dan Paruh Ayam Pelung di Garut dan Ayam Sentul di Ciamis. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. North, M.C. 1978. Commercial chicken production manual. Second Ed. AVI. Publishing Company Inc. West Port Connecticut. Rasyraf, M. 1992. Pengolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanasius. Yogyakarta -----------------. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B.1991. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., Dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Surya, D. 2013. Ternak Ayam. Penebar Swadaya. Depok. Tillman. F .2012. Ayam Broiler 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya. Jakarta. Wibowo, B., Dkk. 1995. Pengaruh suplementasi pada dedak dengan dan tanpa pemisahan DOD secara dini terhadap produktivitas entok di pedesaan. Seminar Peternakan dan Forum Peternakan Ternak Unggas dan Aneka Ternak. Kumpulan Hasil – hasil Peternakan APBN 1995. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Yaman, A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya. Depok. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
33 LAMPIRAN Daftar Pembagian Tugas No 1
Nama ELNI RIA SILFI
NPM 150037
2 3
SAIFUL AZIZ DAHYANA DENI MULYADI ASEP S
150039 150167
4
SUCI RAHAYU SAFITRI
150169
5
ESTHER NATALIA M
150196
6
HARIS LUKMAN
150221
Tugas BAB 3. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA BAB 1. PENDAHULUAN EDITOR 2, BAB 5. PENUTUP BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 2. KAJIAN KEPUSTAKAAN EDITOR 1