LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI “ PENGAMATAN JAMUR ASPERGILLUS sp. ”
OLEH : NI MADE SEPTIANI (17.131.0742) KELOMPOK C / A11
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA BALI 2019/2020
Laporan Praktikum ke-1
Tanggal, 22 Maret 2019
PENGAMATAN JAMUR ASPERGILLUS sp. A. TUJUAN Untuk mengetahui bagaimana cara isolasi jamur di udara dan identifikasi jenis jamur Aspergillus sp. yang ada di udara. B. DASAR TEORI Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak mampu untuk memproduksi makan sendiri karena jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organik mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotroph. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dan ada pula yang memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan atau tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk jamur biasanya berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003). Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa
meter. Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008). Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klasifikasi dapat ditentukan, secara visual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna/tidak berwarna yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan adanya nifa, baik yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi beberapa familia antara lain Moniliaceae monilia,
(aspergillus,
sporatrichum,
phenicilium, botrytis,
dan
trichothecium, lain-lain),
geotrichum, dematiaceae
(cladosporium, helminthosporium, dan lain-lain). Dan tuberculariaceae (fusarium) (Kusnadi, 2003). C. ALAT DAN BAHAN a) Alat -
Cawan petri
-
Erlenmeyer
-
Spatula
-
Batang pengaduk
-
Autoclave
-
Kertas timbang
-
Kapas
-
Labu spiritus
-
Pipet tetes
-
Tusuk gigi
-
Ose jarum
-
Objek glass
-
Cover glass
b) Bahan -
Media SDA
-
Aquades
-
Agar – agar plain
-
Lactofenol cotton blue
-
Udara di ruang kimia klinik
-
Udara di ruang toilet wanita
-
Udara di sekitar rak sepatu
D. PROSEDUR KERJA a. Pembuatan media SDA -
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Ditimbang reagen SDA sebanyak 9,75 gr dan 1,5 agar-agar plain, kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer dilarutkan menggunakan aquades seebanyak 150 ml
-
Dipanaskan
larutan
sampai
terlihat
bening
Kemudian
diautoclave -
Kemudian setelah selesai diautoclave dituang larutan kedalam cawan petri yang sebelumnya sudah diautoclave/disterilisasi
-
Didiamkan sampai media menjadi padat.
b. Penanaman sampel Udara pada media SDA -
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Diambil media SDA yang sudah jadi.
-
Kemudian ditentukan tempat yang dirasa lembab, kemudian dibuka tutup petri, lalu letakkan di ruangan yang sudah ditentukan.
-
Kemudian ditunggu selama 5 menit, lalu ditutup kembali petri.
-
Diinkubasi di suhu ruangan selama kurang lebih 5 hari.
-
c. Pengamatan jamur Aspergillus sp. -
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
-
Diambil objek glass kemudian ditetesi lactofenol cotton blue.
-
Diambil hifa jamur yang berwarna kehijauan atau hijau tua kemudian diratakan diatas objek glass menggunakan tusuk gigi lalu ditutup menggunakan cover glass.
-
Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x dan 40x.
E. INTERPRETASI HASIL
F. HASIL No
Nama
.
Jamur
1.
Aspergillus
Gambar
Keterangan
niger Conidia Steregma Vesikel
Conidiophor
Hifa bersepta/ bersekat
G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai “Identifikasi Jamur Aspergillus sp. di udara”. Jamur yang diamati adalah jamur yang berasal dari udara. Aspergilus adalah genus yang terdiri dari beberapa ratus cetakan spesies yang ditemukan diberbagai iklim di seluruh dunia biologi. Aspergilus pertama kali di catalog pada tahun 1729 oleh Italia imam dan Pier Antonio Micheli. Aspergilus spesies sangat aerobic dan ditemukan dihampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat, sebagai akibat dari tekanan oksigen yang tinggi. Umumnya jamur tumbuh pada substrat yang kaya karbon seperti monosakarida ( seperti glukosa ) dan polisakarida ( seperti amilosa ). Spesies Aspergilus adalah kontaminan yang umum makanan bertepung ( seperti roti dan kentang ), dan tumbuh di dalam atau dibanyak tanaman dan pohon. ( Anonim B.2011 ) Ciri – ciri Aspergilus adalah : hifa septet dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertile, koloni berkelompok , konodiofora septat atau non septat muncul dari foot cell yakni sel miselium yang membengkak dam berdinding tebal, konidiofora membengkak menjadi vertikel pada ujungnya,
membawa
stegmata dimana tumbuh konidia, sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna, beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 370C atau lebih, konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam.( Waluyo, 2005 ) Dari hasil identifikasi dibawah mikroskop didapatkan jamur spesies Aspergillus flavus. Menurut Summerbell dan Kane (1998), klasifikasi Aspergillus flavus adalah sebagai berikut: Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Aspergillus Spesies : Aspegillus flavus.
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus flavus secara makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berbentuk bulat yang berwarna hijau kekuningan. Hal ini sesuai dengan Varweij and Brandt (2007) yang mengatakan bahwa Aspergillus flavus memiliki pertumbuhan yang cepat dan biasanya tumbuh pada suhu 27 0C, memiliki koloni yang berwarna kuning sampai kuning kehijauan, tekstur koloni halus seperti kapas. Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki konidiofor yang panjang, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan Koneman et al., (1992) yang menyatakan bahwa Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjangnya 400-800 μm dan cenderung kasar, vesikel bulat dengan diameter 25-45 μm, phialids berada di atas vesikel dan memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar.
H. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil praktikum diatas adalah didapatkan jamur jenis Aspergillus flavus ditandai dengan identifikasi secara makroskopis dari warna koloni berwana hijau muda dan secara mikroskopis terdapat konidiofor yang panjang, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat serta terdapat hifa yang berseptat.
DAFTAR PUSTAKA 1. Waluyo, Lud.2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press. 2. Anonim B.2011.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Aspergillus. Diakses tanggal 26 Maret 2019. 3. Summerbell, R.C., S.A. Rosenthal and J. Kane. 1988. Rapid method for
Differention
of
Trichophyton
rubhum,
Trichophyton
mentagrophytes, And related dermatophyte species. Journal of Clinical Microbiology, 26:2279-2282. 4. Koneman, E. M., S. D. Allen., W. M. Janda., P.C. Schreckenberger., W. C. Winn. 1992. Color Atlas and Text of Diagnostic Mikrobiology. 4th Edition. United States of America. J.B. Lippincott Company. Pp 804.
LAMPIRAN
Gambar 1.1 Koloni yang tumbuh di media SDA berwarna hijau muda.
Gambar 1.3 Larutan lactofenol cotton blue yang digunakan untuk identifikasi jamur.
Gambar 1.2 Koloni yang tumbuh di media SDA berwarna putih.
Gambar 1.4 Preparat yang sudah siap untuk diamati dibawah mikroskop dengan perbesar objektif 10x dan 40x.