LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERSILANGAN DIHIBRIT KIKY WIDYA LOKA RRA1C410044
ABSTRAK Suatu genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan. Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji.. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai persilangan dihibrida dsn menguji hasilnya dengan menggunakan pengujian chisquare test yang di laksanakan pada hari sabtu 24 november , dengan menggunakan kertas karton yang berwarna merah hijau, merah kuning, putih hijau, dan putih kuning. Dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan apabila nilai hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada persilangan
data
kelas
monohibrid
intermediet
tidak
sesuai
dengan
hukum
mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil kancing tidak merata. Kata kunci : persilangan, dua sifat bedadihibrid, mendel 2
PENDAHULUAN Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas (johnson , 1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-sgen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas (Crowder, 1990). Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101 ercis keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang merupakan genotipe tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang terakhir (hukum Mendel kedua). Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas . Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball, 1983). Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masingmasing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru (Gooddenough,1984). Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing masing kutub meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang
memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut hukum Asortasi.Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebasArti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh GardnerRatio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah 9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat dimodifikasi jika atau kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel lethal (Crowder,1990: 43). Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Johnson, 1983:80 ). Sedangkan menurut Corebima (1997) hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu. Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1. Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder, 1999). Menurut Goodenough (1984) mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis Pengamatan ini
menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda .
ALAT DAN BAHAN Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu. Kertas katrton yang dibentuk seperti kancing genetika dangan warna `merah hijau, merah kuning, putih hijau, putih kuning dan kantong baju praktikum serta alat tulis.
PROSEDUR KERJA Langkah awal yang kami lakukan yaitu memasukkan kancing genetika kedalam kantong dengan warna yang telah ditentukan, lalu Diambil kancing dari kantong kiri dengan tangan kiri, dan pada waktu yang sama diambil kancing dari kantong kanan dengan tangan kanan. Dilakukan tanpa melihat isi kantong dan kancing yang akan diambil, hingga kancing dalam kantong diambil semuanya. Dua kombinasi yang bertemu di kedua tangan sat diambil merupakan zigot perkawinan individu dihibrid. Dicatat hasil yang diperoleh, dan seterusnya, kombinasi kancing yang telah diambil tersebut dikembalikan ke kantong asal, dan di kocok lagi kantong tersebut agar kombinasi kancing tercampur kembali..Dicatat hasil yang diperoleh dalam 5 kali pengulangan.
HASIL DAN PEMBAHSAN A .Tabel hasil pengamatan perseorangan Pengam bilan R-G
R_gg
RrG_
ke
merah hijau
merah kuning Putih hijau
Putih kuning
1 2
IIIIIIIIII IIIIIIIII
III II
I
111 1III
Rgg
Jumlah
16 16
3
IIIIIIII
11I
1II
II
16
4
IIIIIIII
111
11II
I
16
5
IIIIIII
111
1II
II
16
jumlah
43
14
17
80
B. tabel hasil kelompok Nama
R_G
R_gg
rrG_
rrgg
Jumlah
mahsiswa
Merah hijau
Merah kuning
putih hijau
putih kuning
1. daryanto
47
14
11
7
80
2 . kiki
44
16
17
3
80
3. evi .r
44
17
18
1
80
4. fitria
43
14
17
6
80
5. puja
44
12
17
7
80
6. evi .s
36
21
15
8
80
Jumlah
259
94
95
32
480
Jumlah
C. tabel hasil kelas Kelompok R_G
R_gg
rrG_
rrgg
Merah hijau
Merah kuning
Putih hijau
putih kuning
1
313
109
102
36
560
2
310
712
105
33
560
3
308
114
97
41
560
4
259
94
95
32
480
5
217
71
87
25
400
6
269
92
88
31
480
Jumlah
1676
592
574
198
3040
PEMBAHASAN Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 3 : 3 : 1 ). Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif . Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas . Suatu genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat ssgamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang
kira-kira sama karena orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotipe dan genotipe.Dan dapat dilihat bahwa kemungkinan peluang antar gen-gen tersebut adalah 9: 3: 3: 1. dan kemungkinan yang terjadi jika dalam percobaan tidak menunjukkan hasil seperti tersebut, berarti mempunyai sifat epistasif. Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Menurut Suryo (1990), dalam percobaan biologis tidak mungkin didapat data yang segera dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya matematika. Sehubungan dengan itu, adanya penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teorotis harus dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara chi-square test. Dari pengamatan ini menunjuk kan bahwa, untuk X hitung : Mh =0,65, Mk= 0,81, Ph=0,02, Pk- 0,29 , jika di bandingkan dengan x² tabel = 7,81, maka hipotesis di terima.
KESIMPULAN Dari praktikum mengenai persilangan dihibrid diperoleh kesimpulan seperti Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda.Percobaan yang telah dilakukan adalah merpakan Hukum Pemilihan Bebas : Dimana segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas serta Persilangan dihibrid, selalu menghasilkan fenotip normal 9: 3: 3: 1.
DAFTAR PUSTAKA crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti. Gadjah Mada Uiversity Press, Yogyakarta.
Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press. Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Brown Company Publishers, Iowa. Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri. Erlangga, Jakarta.