Laporan Praktik Melon.docx

  • Uploaded by: Cincin Arabia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktik Melon.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,799
  • Pages: 14
LAPORAN FISILOGI TUMBUHAN “BUDIDAYA MELON PENGARUH DOSIS GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN MELON”

DISUSUN OLEH : CINCIN ARABIA (41171218) ALEKSANDER K. GUNARTO (41171210) DWI DANDIE PRAYOGO (41171205) DECXA NUR MUHAMMAD (41171213)

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN BANYUWANGI 2019

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman buah dari famili Cucurbitaceae. Tanaman melon termasuk dalam divisio Spermatophytakarena termasuk dalam tumbuhan berbiji. Sub-divisio Angiospermae karena tanaman ini berbiji tertutup atau biji di dalam daun buah, kelas Dicotyledoneae karena memiliki dua daun lembaga, sub-kelas Sympetalae karena daun mahkota bunganya berlekatan. Buah melon merupakan komoditas holtikultura yang telah banyak dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala kecil maupun agribisnis (Anindita, 2009). Buah melon memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan masih memerlukan pengembangan terutama pada peningkatan hasil dan kualitas buahnya (Daryono dkk, 2011). Kandungan gizi melon cukup tinggi diantaranya mengandung serat, mineral, beta karoten, dan vitamin C.Terdapat jenis melon yang memiliki daging buah berwarna hijau, kuning dan jingga. Warna daging buah kuning dan jingga yang menunjukan kandungan beta karoten tinggi dan provitamin A (Fukinoet al, 2004). Usaha untuk meningkatkan produksi buah melon telah banyak dilakukan yaitu dengan memperbaiki teknologi budidaya. Salah satunya dengan penyediaan bibit unggul yang mempunyai kualitas yang lebih baik seperti tanaman toleran terhadap hama dan penyakit serta memiliki produksi yang tinggi. Kenaikan produksi terutama dapat dicapai melalui tersedianya kultivar unggul baru (Andriyani, 2006). Pertumbuhan dan produksi buah melon sangat dipengaruhi faktor iklim, kondisi lahan dan kultivar yang ditanam. Rendahnya produksi melon di lahan sering disebabkan oleh penggunaan kultivar lokal dengan pengelolaan tanaman yang kurang optimal (Yuwono dkk, 2009). Penggunaan kultivar unggul sangat menonjol peranannya, baik dalam penigkatan hasil per satuan luas maupun sebagai salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit (Makarim dan Suhartatik, 2006). Kendala utama yang dihadapi petani melon yaitu mengenai benih, karena sekitar 20% dari total biaya yang dikeluarkan diantaranya untuk pembelian benih, sehingga petani melon dalam budidaya banyak menggunakan

2

benih F2 yang hasilnya lebih rendah dibanding tanaman F1 tetuanya (Mursitu dan Suhartatik, 2006). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh konsenttrasi dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Giberelin terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon ? 2. Bagaimanakah 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh konsenttrasi dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Giberelin terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon. 2. Untuk mengetahui 1.4 Manfaat 1. Dapat mengetahui pengaruh konsenttrasi dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Giberelin terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon 2. Dapat mengetahui

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Melon Tanaman melon termasuk dalam kelas tanaman biji berkeping dua. Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berikut: Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Superdivisio

: Spermatophyta

Divisio

: Magnoliophyta/Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Magnoliopsida/Dicotyledoneae

Subkelas

: Dilleniidae

Ordo

: Violales

Familia

: Cucurbitaceae

Genus

: Cucumis

Spesies

: Cucumis melo L.

(Soedarya, 2010). Akar tanaman melon menyebar, tetapi dangkal. Akar–akar cabang dan rambut–rambut akar banyak terdapat di permukaan tanah, semakin ke dalam akar– akar tersebut semakin berkurang. Tanaman melon membentuk ujung akar yang menembus ke dalam tanah sedalam 45 – 90 cm.

Akar horizontal

cepatberkembang di dalam tanah, menyebar dengan kedalaman 20 – 30 cm (Tjahjadi,1987). Daun melon (Cucumis melo L.) berbentuk hampir bulat, tunggal dan tersebar sudutnya lima, mempunyai jumlah lekukan sebanyak 3 – 7 lekukan. Daun melon berwarna hijau, lebar bercangap atau berlekuk, menjari agak pendek. Permukaan daun kasar, ada jenis melon yang tepi daunnya bergelombang dan tidak bercangap. Panjang pangkal berkisar 5 – 10 cm dengan lebar 3 – 8 cm (Soedarya,2010). Batang tanaman melon membelit, beralur, kasar, berwarna hijau atau hijau kebiruan. Batangnya berbentuk segilima tumpul, tumbuh menjalar, berbulu, lunak, bercabang dan panjangnya dapat mencapai tiga meter. Batang melon mempunyai

4

alat pemegang yang disebut pilin. Batang ini digunakan sebagai tempat memanjat tanaman (Soedarya, 2010). Bunga tanaman melon berbentuk lonceng, berwarna kuning dan kebanyakan uniseksual-monoesius. Oleh sebab itu, dalam penyerbukannya perlu bantuan organisme lain. Penyerbukan yang biasa terjadi adalah penyerbukan silang dan penyerbukan sendiri jarang terjadi.

Bunga jantan tanaman melon

terbentuk berkelompok 3 – 5 buah, terdapat pada semua ketiak daun, kecuali pada ketiak daun yang ditempati oleh bunga betina. Jumlah bunga jantan relative lebih banyak dari pada bunga betina. Bunga jantan memiliki tangkai yang tipis dan panjang, akan rontok dalam 1 – 2 hari setelah mekar (Tjahjadi, 1987). Buah melon bervariasi, baik bentuk, ukuran, rasa, aroma, maupun penampilannnya. Umumnya buah melon berbentuk bulat, tetapi ada pula yang lonjong. Buah melon dapat dipanen pada umur 75 – 120 hari, tergantung pada jenisnya. Tanda–tanda melon yang sudah tua atau masak adalah bila dipukul– pukul menimbulkan bunyi yang nyaring (Soedarya, 2010). 2.2 Syarat Tumbuh 2.2.1 Ketinggian Tempat Melon mudah tumbuh di dataran menengah dengan ketinggian 300 – 1.000 m dpl. Di dataran rendah yang ketinggiannya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair). 2.2.2 Tanah Tanah yang baik untuk budidaya melon adalah jenis tanah Andosol atau tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Pada dasarnya, melon membutuhkan air yang cukup banyak. Namun, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujun. Melon akan tumbuh baik pada tanah dengan pH 5,8 – 7,2. Tanaman ini tidak toleran terhadap tanah asam (pH rendah). Selain itu, melon lebih peka terhadap air tanah yang menggenang atau kondisi aerasi tanah kurang baik. 2.2.3 Suhu Suhu pertumbuhan untuk melon antara 25 – 30oC (Tim Bina Karya Tani, 2010). Suhu rata-rata untuk untuk tanaman melon adalah 26oC namun tanaman melon termasuk tanaman yang dapat beradaptasi sehingga walaupun tidak

5

memenuhi syarat tumbuh melon masih bisa tumbuh dan menghasilkan (Setiadi, 1999). 2.2.4 Kelembapan Udara dan Angin Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman melon diperkirakan 70 – 80% atau minimal 60%.

Kelembapan yang terlalu tinggi (> 80%) bisa

mempengaruhi pertumbuhan tanaman, mutu buah, dan kondisi tanaman menjadi mudah terserang penyakit (Setiadi, 1999).

6

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan Fakultas pertanian Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi di kelurahan Penataban kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi, pada tanggal 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Alat Alat yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Cangkul 2. Sabit 3. Timbangan

3.2.2

Bahan Bahan-bahan yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Bibit tanaman Melon 2. ZPT ( Giberelin) 3. Pupuk NPK 4. Mulsa Plastik

3.3 Pengolahan Media Tanam 3.3.1

Pembukaan Lahan

Sebelum di cangkul digenangi air lebih dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pencangkulan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan. 3.3.2 Pembentukan Bedengan/Penggunaan mulsa Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm. 3.3.3 Pengapuran/Dolomit Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

7

3.3.4 Pemupukan Dasar Pupuk Biorganik (1sak/ petak) 3-4

Dosis Pupuk Makro Gibrelin(Mamigro) ( gram/ pohon ) Ponska+ Npk KCl 13kg

(8kg)

8kg

10ml 15ml 20ml + air 2L(semprotkan)

lebih baik jika pada pemupukan susulan, dengan pupuk non-organic yang telah dicampur air secara merata di dasar bedengan Alternatif 1 : Pada pemupukan dasar sebaiknya di campurkan dengan pupuk nonorganic dan biorganik.yang di sebar di bedengan sebelum mulsa di tutup 3.3.5 Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP) Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam. 3.4 Teknik Penanaman 3.4.1 Pembuatan Lubang Tanam Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model penanaman berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat

3.4.2 Cara Penanaman Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag. 3.5 Pemeliharaan Tanaman 3.5.1 Penyulaman Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya penyulaman dilakukan sore hari 3.5.2 Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar. 3.5.3 Perempelan Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama. 3.5.4 Pemupukan (susulan)

8

Waktu

Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon ) Ponska plus 3kg

Npk 2kg

KCl 2kg

5kg

3kg

3kg

5kg

3kg

3kg

Umur 15 hari Umur 30 hari Umur 40 hari Gibrelin(Mamigro) Gibrelin(Mamigro)disemprotkan ke tanaman(Buah yang menjadi bakal panen) :  Alternatif 1 : Disemprotkan yang menjadi bakal buah (Bakal buah per pohon hanya di buahkan 2 biji)

3.5.5 Penggunaan Gibrelin(Mamigro) Dosis Gibrelin(Mamigro) 10ml untuk 1 petak tanaman,15 ml untuk petak ke2 dan 20 ml untuk petak ke 3. setiap tangki semprot. Penyemprotan Gibrelin(Mamigro) mulai usia 3-11 minggu, interval 10 hari sekali setelah ada buah. 3.5.6 Penyiraman Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.dan sore 3.5.7 Pemeliharaan 1) Pemasangan Lanjaran Lanjaran dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi Lanjaran r + 150 - 200 cm. Lanjaran terbuat dari bahan bambu yang kuat sehingga mampu menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya Lanjaran + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan Lanjaran di belakangnya. 2) Pemangkasan Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai

9

daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25. 3.6 Hama dan Penyakit 3.6.1 Hama 1) Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover ) Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural BVR. 2) Thrips (Thrips parvispinus Karny) Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thrips. 2.6.2 Penyakit 1) Layu Bakteri Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. 2) Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt) Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun yang terserang dibersihkan. (3). Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata 3.6.3 Gulma

10

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon. Waktu

pencegahan

Dosis Pestisida Dethan,Bactosi Sandor Antonik n (insektisida) (ZPT) (Fungisida) 30 Gram/tangki 2-3 2 ml/liter sendok/tangki

3.6.4 Panen a. Ciri dan Umur Panen Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen o Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal o Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar o Warna kulit hijau kekuningan. o Umur Panen + 3 bulan setelah tanam. o Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari. b. Cara Panen o Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah. o Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya agar tangkai buah utuh. o Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen. o Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual. c. Periode Panen Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam. Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). 11

Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah. d. Penyimpanan Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering. 3.7 Pascapanen Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kualitas/penampilan buah melon. 3.7.1 Tahap Pengumpulan Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan. 3.7.2 Tahap Penyortiran dan Penggolongan Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas. Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna. Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja. Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama. 3.7.3 Tahap Penyimpanan Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan. 3.7.4 Tahap Pengemasan dan Pengangkutan Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga di bagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi. Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami 12

kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.

13

BAB V PENUTUP BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Dari praktek yang kami lakukan kemarn menghasilkan tanaman buah melon dengan prduksi yang berbeda beda dikrenakan kami menggunakan menggunakan hormon pertumbuhan giberelin dengan dosis yang berbeda beda antara 10cc 15 cc dan 20cc menghasilkan datasebagai berikut : 1. Penggunaan dosis 10 cc menghasilkan total berat buah melon sekitar 4,9 kg 2. Penggunaan dosis 15 cc menghasilkan total berat buah melon sekitar 4,8 kg 3. Penggunaan dosis 20 cc menghasilkan total berat buah melon sekitar 5,2 kg Penggunaan dosis yang di berikan antara 10cc,15cc, dan 20cc yang memiliki angka produktifitas tinggi adalah penggunaan hormon pertumbuhan dengan dosis 20cc dengan bobot total 5,2 kg. 4.2 Saran-saran Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan baik dari segi kalimat maupun kata-kata, untuk itu penulis menharabkan keritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesumpurnaan makalah ini di kemudia hari. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

14

Related Documents


More Documents from "Muhammad Ridho Syahputra"