PROPOSAL KEPERAWATAN GERONTIK KELOMPOK KERJA OLAHRAGA PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG
Oleh : Kelompok 4 1. M.Firman Maaruf
(201806046)
2. Merlin Anjarni P
(201806047)
3. Dita Ayu
(201806033)
4. Shela Cosmalida
(201806062)
5. Tri Ulpah
(201806073)
6. Yahya Dwi
(201806053)
7. Brinda Nur
(201806098)
8. M. Ferianto
(201806049)
PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI 2019
1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KEPERAWATAN GERONTIK KELOMPOK KERJA OLAH RAGA PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA JOMBANG
DISETUJUI Hari
:
Tanggal :
Mengetahui Pembimbing Akademik
Pembimbing lahan
PRIA WAHYU G. R, S.KEP.,NS.,M.KEP
SUPARNO NIP. 19660702 200701 1 018
Kepala UPT Panti Sosial Tresna Werdha Jombang
EDI SUHARSONO, SH.,MM NIP. 19620717 19861 1 002
2
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah SWT, kami kelompok gerontik Program Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri dapat menyelesaikan laporan desiminasi awal praktek Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. Dengan terselesaikannya laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Firdaus Sulistijawan,S.Sos,M.PS.Sp selaku kepala UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada kami untuk melaksanakan praktek gerontik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. 2. Suparno selaku pembimbing lahan di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah berkenan memberikan bimbingan, fasilitas dan arahan secara sabar kepada kami. 3. Reni Yuli Astutik S.ST., M.keb selaku ketua STIKES Karya Husada Kediri yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan praktek profesi departemen gerontik. 4. Farida Hayati, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan praktek profesi departemen gerontik. 5. Pria wahyu R.G.,S,kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing gerontik dan desiminasi awal di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah memberikan bimbingan dengan sabar kepada kami. 6. Seluruh dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada kami dengan sabar. 7. Semua staf UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah memberikan bimbingan kepada kami. 8. Mbah kakung dan mbah putri di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah mendukung kami selama kami melaksanakan praktek di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. 9. Seluruh teman-teman kelompok atas kerjasamanya. Kami menyadari bahwa laporan desiminasi awal praktek departemen gerontik yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan ktitik yang membangun demi sempurnanya laporan ini. Jombang, 13 Februari 2019 Penulis
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa sering kali dilihat dari umur harapan hidup penduduknya. Demikian juga di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik menyebabkan makin tinggi pula umur harapan hidup masyarakat yang diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2017 (Darmojo, 2000). Meningkatnya jumlah lansia sebenarnya adalah indikator yang menunjukkan semakin sehatnya penduduk Indonesia karena usia harapan hidupnya meningkat,
meskipun disisi lain
produktivitas mereka menurun.Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Lansia perlu menjaga kesehatannya dengan berolahraga maupun menjaga asupan gizinya agar memiliki tubuh yang sehat, fleksibilitas tubuh baik dan tidak ketergantungan bantuan orang lain untuk mengerjakan keperluannya sehari-hari.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari. Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih 55 tahun), di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10 % dari total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11,0 %. Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70 – 75 pada tahun 2020. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri pada tanggal 12 Februari 2019
4
di Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jombang di dapatkan jumlah lansia seluruhnya sebanyak 70 lansia (100%), dengan keluhan nyeri sendi sebesar 36 lansia (51%).
Masalah kesejahteraan jasmani yang sering ditemui pada lansia adalah nyeri persendian. Nyeri merupakan suatu keadaan yang pernah dialami oleh seseorang. Kondisi ini dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut berespon terhadap nyeri, yang secara langsung berkaitan dengan kecemasan individu tentang nyeri yang dialaminya. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang (Santoso, 2009: dalam Suharjono,dkk, 2013).
Diketahui bahwa nyeri sendi diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Prevalensi nyeri sendi juga terus meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 70% dari penderita yang berumur lebih dari 65 tahun menderita nyeri sendi (Brooks, 2001). Prevalensi nyeri sendi lutut pada penderita wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Pada kondisi kekurangan cairan synovial lapisan kartilago yang menutup ujung tulang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin tipis dan akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri sendi memang bukan penyakit berbahaya, tetapi berdampak
langsung
pada
kualitas
hidup
penderitanya,
akibat
memburuknya rasa nyeri sehingga menimbulkan disabilitas. Nyeri sendi memiliki efek negatif yang besar pada aktivitas serta kesehatan mental dan fisik. Bahkan pada 2020, nyeri sendi ditaksir menjadi penyebab utama keempat disabilitas dunia.
5
Pada penderita nyeri sendi, mereka akan kesulitan menggerakkan tubuhnya karena nyeri, dan apabila tidak digerakkan lama kelamaan sendi akan lengkat dan benar-benar tidak bisa digerakkan (kontraktur). Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Tortora & Grabowski, 2003). Penurunan kemampuan sistem muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity), kehidupan sehari-hari. Penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi Quality of Life lansia. Bagi penderita nyeri sendi, ada beberapa indikator fisik yang berhubungan dengan fungsi pergerakan, yaitu endurance (daya tahan), muscle strength (kekuatan otot), gait speed (kecepatan jalan) dan lingkup gerak sendi (LGS). Menurut Jenkins (2005) penurunan lingkup gerak sendi (LGS) disebabkan oleh tidak adanya aktivitas fisik. Untuk mempertahankan lingkup gerak sendi (LGS) sendi pada keadaan normal, otot harus digerakkan secara optimal dan teratur. Aktivitas lingkup gerak sendi (LGS) juga dianjurkan untuk terapi yang dapat mempertahankan pergerakan sendi dan jaringan lunak, yang dapat mempertahankan pergerakan sendi dan jaringan lunak, yang akan meminimalkan kontraktur. Latihan untuk memperbaiki lingkup gerak sendi (LGS) aktif dalam jenis latihan gerak aktif yaitu latihan isotonik yang dapat memperbaiki tonus dan massa, kekuatan otot dan ketahanan fleksibilitas sendi (Hadi, Hartono 2010).
Latihan lain yang bisa dilakukan adalah olahraga fisik seperti senam lansia. Senam lansia sedang digencarkan pemerintah untuk menjaga kondisi kesehatan dan fleksibilitas tubuh lansia (Tamsuri, 2003: dalam Rahman, 2013) secara umum senam lansia berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani tubuh manusia., inti dari senam lansia adalah
mempertahankan
lingkup
gerak
sendi
secara
maksimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenei pengaruh senam lansia terhadap pengurangan rasa sendi dan peningkatan LGS pada penderita nyeri sendi.
6
1.2 1.2.1
Tujuan Tujuan Umum Dengan kegiatan ini diharapkan lansia dapat meningkatkan produktifitas, kualitas hidup lansia,hubungan kekeluargaan dan interkasi antar lansia dengan senam lansia dan ketrampilan yang dilakukan.
1.2.2
Tujuan Khusus 1.2.2.1 Mendemonstrasikan kepada lansia untuk melakukan senam lansia, senam kreasi, dan senam rematik. 1.2.2.2 Lansia mampu melakukan senam lansia , senam kreasi, dan senam rematik. 1.2.2.3 Melatih aktifitas motorik lansia
1.3
Manfaat
1.3.1 Bagi Lansia 1.3.1.1 Lansia mendapatkan manfaat tentang senam lansia, senam kreasi, dan senam rematik, yang selanjutnya dapat diterapkan di panti. 1.3.1.2 Mengisi waktu luang lansia. 1.3.1.3 Melatih aktifitas motorik lansia sehingga meningkatkan kebugaran jasmaninya. 1.3.1.4 Mempertahankan fungsi kognitif lansia sehingga memperlambat proses degenerative. 1.3.2 Bagi Masyarakat Dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia. 1.3.3 Bagi Mahasiswa Dapat mengembangkan ilmu yang telah dimiliki sehingga mahasiswa mampu mengaplikasikan dan mengembangkan senam menjadi hal yang bernilai manfaat positif bagi kesejahteraan lansia.
7
BAB 2 KONSEP TEORI
2. 1. Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007). Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000) Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)
2.1.2 Klasifikasi Lansia Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain: a. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan d. Lansia potensial
8
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi: a) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun b) Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun c) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun 2.1.3 Tipe Lansia Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan b) Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan c) Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut d) Tipe pasrah
9
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja e) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak acuh Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I. Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu: a) Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya b) Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup). 2.1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi: a) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal. b) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja. c) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi
10
lansia
yang menggantungkan
hidupnya dari
seseorang
yang
meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya. d) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar e) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri f) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya yang telah dewasa g) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
2.1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah: a. Mudah Jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
11
b. Mudah Lelah Disebabkan oleh: 1) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi) 2) gangguan organis 3) pengaruh obat-obat c. Berat badan menurun Disebabkan oleh: 1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan 2) Adanya penyakit kronis 3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu 4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun) d. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh: 1) Obat-obat pencahar perut 2) Keadaan diare 3) Kelainan pada usus besar 4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus) e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan Disebabkan oleh: 1) Presbiop 2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang) 3) Kekeruhan pada lensa (katarak) 4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
2.1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni: a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
12
b. gangguan
metabolisme
hormonal,
seperti:
diabetes
mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya d. berbagai macam neoplasma
2. 2. Senam Lansia 2.2.1 Konsep Teori Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004). Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
13
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
2.2.2 Manfaat Senam Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
14
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
2.2.3 Gerakan Senam Lansia Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
15
a. Pemanasan Pemanasan
dilakukan
sebelum
latihan.
Pemanasan
bertujuan
menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat.
Pemanasan
yang
dilakukan
dengan
benar
akan
mengurangi cidera atau kelelahan. b. Kondisioning Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan. c. Penenangan Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.
2.3
Konsep senam rematik
2.3.1 Pengertian senam rematik Senam rematik adalah suatu metode yang baik untuk pencegahan dan meringankan gejala gejala rematik serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien rematik dalam fase tenang (Pfizer,2008)
Senam rematik adalah olahraga ringan yang mudah dilakukandan tidak memberatkan yang dapat di terapkan pada lansia dengan rematik (Pfizer, 2008)
16
2.3.2 Dosis latihan Dosis latihan menurut Annisa dalam (Pfizer, 2008) Dosis latihan di bahas adalah FITT yang meliputi pengaturan frekuensi, intensitas, durasi (time) dan macam latihan (type) secara umum dosis latihan adalah sebagai berikut : a.
Frekuensi latihan di lakukan sebanyak 2-3 kali /minggu
b.
Intensitas, senam rematik
c.
Time, penentuan lama latihan harus di sesuikan dengan aktivitas dan tingkat keterlatihan orang bersangkutan. Jika orang itu masi pemula latihan cukup 10 menit saja, kemudian setelah kemampuannya meningkat, lama latihan bole di tambah. Bila orang yang terlatih latihan sebanyak 30 menit.
d.
Type, merupakan senam rematik
2.3.3 Senam rematik Keuntungan senam rematik, yaitu: a.
Tulang menjadi lebih lentur.
b.
Otot-otot akan menjadi tetap kencang.
c.
Memperlancar peredaran darah.
d.
Menjaga kadar lemak darah tetap normal.
e.
Jantung menjadi lebih sehat.
f.
Tidak mudah mengalami cedera.
2.3.4 Cara melakukan senam rematik, sebagai berikut: Gerakan Duduk a.
Angka kedua bahu keatas mendekati telinga, putar kedepan dan kebelakang.
b.
Bungkukan badan, kedua lengan meraih unjuk kaki lantai.
c.
Angkat kedua siku sejajar dada, tarik ke depan dada.
d.
Angkat paha dan lutut secara bergantian, kedua tangan menahan tubuh.
17
e.
Putar tubuh bagian atas kesamping kanan dan kiri, kedua lengan di atas pinggang.
Gerakan berbaring atau tidur a.
Bentangkan kedua lengan dan tangan, ambil nafas dalam-dalam dan hembuskan.
b.
Kedua tangan di samping tekuk siku dan tangan mengapal.
c.
Tangan luruskan ke atas, lalu tepuk tangan.
d.
Tekuk sendi panggul dan tekuk lutut dengan kedua tangan tarik sampai di atas dada.
e.
Pegang erat kedua tangan di atas perut, tarik kebelakang kepala dan kebawah.
f.
2.4
Angkat tungkai bawah bergantian dengan bantuan kedua tangan.
Konsep Range of Motion (ROM)
2. 4. 1 Pengertian Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (HELMI, 2012). Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salahsatu dari tiga bidang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normaldapat dilakukan
oleh
dibagimenjadi
sendi dua
yang jenis
bersangkutan. yaitu
ROM
Range
Of
Motion
aktif
dan
ROM
pasif.(Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkanterjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakanmasing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktifataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memeliharakekuatan
18
otot, (2). Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsangsirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).
2. 4. 2 Klasifikasi ROM Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom sebagai berikut: 1. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga. 2. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan kooperatif.
2. 4. 3 Tujuan ROM Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut: 1. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang sakit. 2. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal. 3. Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas. 4. Memudahkan kenyamanan. Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2008). 1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot. 2. Memelihara mobilitas persendian. 3. Merangsang sirkulsi darah. 4. Mencegh kelainan bentuk.
2. 4. 4 Prinsip Dasar ROM
19
Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2008) yaitu: 1. ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2 kali sehari 2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien. 3. Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring. 4. ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli fisioterapi 5. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki. 6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai mengurangi proses penyakit. 7. Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan.
2. 4. 5 Gerakan pada ROM ROM aktif Merupakan latian gerak isotonik ( Terjadi kontraksi dan pergerakan
otot)
yang
dilakukan
klien
dengan
menggerakan
masingmasing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal. (Kusyati Eni, 2006 ) ROM pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. (Kusyati Eni, 2006).
20
Prosedur pelaksanaan: Gerakan
Gambar
Leher, spina, servikal 1. Fleksi:
menggerakkan
dagu
menempel ke dada. 2. Ekstensi: mengembalikan kepala ke posisi tegak 3. Hiperektensi: menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin. 4. Fleksi lateral: memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu. 5. Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler
Bahu 1. Fleksi:
menaikan
lengan
dari
posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala. 2. Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh. 3. Hiperektensi:
menggerakkan
lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus. 4. Abduksi: menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala. 5. Adduksi: menurunkan lengan ke
21
samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin. 6. Rotasi dalam: dengan siku pleksi, memutar
bahu
dengan
menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang. 7. Rotasi luar: dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala. 8. Sirkumduksi: menggerakan lengan dengan lingkaran penuh.
Siku 1. Ektensi: meluruskan siku dengan menurunkan tangan. 2. Fleksi
:
Menggerakkan
siku
sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu
Pinggul 1. Fleksi: menggerakkan tungkai ke depan dan keatas. 2. Ekstensi: menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain. 3. Hiperekstensi: mengerakan tungkai ke belakang tubuh. 4. Abduksi: menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, 5. Adduksi : menggerakan tungkai
22
kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin. 6. Rotasi dalam: memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain. 7. Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain. 8. Sirkumduksi:
menggerakan
tungkai melingkar
Lutut 1. Fleksi: mengerakan tumit ke arah belakang paha. 2. Ekstensi: mengembalikan tungkai kelantai.
Kaki 1. Inversi: memutar telapak kaki ke samping dalam. 2. Eversi: memutar telapak kaki ke samping luar
23
BAB 3 RENCANA KEGIATAN
3. 1
Nama Kegiatan : Topik
: Senam
Sasaran
: Lansia UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
Hari/Tanggal
: Selasa, 19 Februari 2019 ; Selasa 26 Februari 2019
Waktu
: 07.00 – selesai (± 45 menit)
Tempat
: Halaman UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
3.1.1 Susunan Acara Adapun gambaran kegiatan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pembukaan dan perkenalan panitia. 2. Menyampaikan tujuan dilakukannya senam lansia. 3. Demonstrasi tentang senam 4. Praktek senam lansia oleh mahasiswa pada penghuni panti. 5. Evaluasi hasil. 6. Penutupan.
Waktu
Kegiatan
Peserta
Pembimbing M.Firman Maaruf
Lansia 19
&
26
Februari 2018
UPT
Senam lansia
Pelayanan
Senam kreasi
Sosial Tresna
Senam rematik
Werdha Jombang
-
Merlin Anjarni Tri Ulpah Dita Ayu Shela C Yahya Dwi Brinda Nur M.Ferianto
24
3.1.2 Metode
: Senam
3.1.3 Media
:
LCD / TV Sound System 3.1.4 Pengorganisasian
:
Ketua
: M.Firman Ma’aruf
Instruktur
: 1. Senam Lansia
: Merlin Anjarni, Tri Ulpah
2. Senam Kreasi
: Dita Ayu, Shela C
3. Senam rematik
: Yahya dwi, Brinda Nur
4. Observer
: M.Ferianto
3.1.5 Evaluasi 1. Stuktur 1) Persiapan dilakukan sebelum lansia mengikuti kegiatan (olahraga). 2) Koordinasi dengan pembimbing. 3) Kepanitiaan
2. Proses 1) Pelaksanaan kegiatan 2) Materi kegiatan 3) Peserta yang menghadiri kegiatan 4) Peran serta anggota yang bertugas.
3. Hasil 1) Antusiasme peserta. 2) Tingkat pemahaman lansia
3. 2
Nama Kegiatan : Topik
: Latihan Range Of Motion (ROM)
Sasaran
: Lansia UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
25
Hari/Tanggal
: Jumat, 15 Februari 2018 ; Selasa, 19 Februari 2018 ; Jumat, 22 Februari 2018 ; Selasa,
26
Februari 2018 Waktu
: 09.00 – selesai (± 15 menit)
Tempat
: Ruang Kenanga, UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
3. 2. 1 Susunan Acara Adapun gambaran kegiatan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut : 1. Perkenalan. 2. Menyampaikan tujuan dilakukannya gerakan ROM. 3. Demonstrasi gerakan ROM. 4. Melatih gerakan ROM ke lansia. 5. Evaluasi hasil. 6. Penutupan.
Waktu
Kegiatan
Peserta Lansia
15, 19, 22 & 26
Februari
2018
Range Of Motion
yang
Merlin Anjarni
keterbatasan fisik
Tri Ulpah
di ruang kenanga
Dita Ayu
di
Shela C
UPT
Pelayanan Sosial
Yahya Dwi
Tresna Werdha –
Brinda Nur
Jombang
M.Ferianto
: Demonstrasi dan Praktek
3. 2. 3 Pengorganisasian
: :
M.Firman,
Ulpah, Dita 2. Dokumentasi
26
M.Firman Maaruf
memiliki
3. 2. 2 Metode
1. ROM
Pembimbing
: Shela, Yahya
Merlin,
Tri
3. Observer
: Brinda Nur, M.Ferianto
3. 2. 4 Evaluasi 1. Stuktur 1) Persiapan dilakukan sebelum lansia mengikuti kegiatan. 2) Koordinasi dengan pembimbing. 3) Kepanitiaan
2. Proses 1) Pelaksanaan kegiatan 2) Materi kegiatan 3) Peran serta anggota yang bertugas.
3. Hasil 1) Tingkat pemahaman lansia.
27
BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada implementasi ini, akan diuraikan pelaksanaan program kegiatan yang direncanakan dan evaluasi selama menjalankan praktek profesi keperawatan gerontik pada tanggal 11 Februari–02 Maret 2019. Implementasi yang telah dilaksanakan dalam praktek profesi keperawatan gerontik merupakan hasil kesepakatan antara lansia yang ada di PSTW Jombang dengan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri, sebagai berikut : 4.1 Kegiatan 1 (Senam) 4.1.1 Topik :Senam Senam Lansia Senam Kreasi Senam Rematik Sasaran : Lansia Hari / Tanggal : Selasa , 19 Februari 2019 Waktu : ±45 menit Tempat : Halaman PSTW Jombang. Metode : Senam Media : LCD / TV Sound System Pengorganisasian : Ketua : M.Firman Ma’aruf Instruktur : 1. Senam Lansia Anjani P. 2. Senam Kreasi Ayu P. 3. Senam Rhematik Observer : Brinda Nur K. Fasilitator :Semua mahasiswa Ners Jombang
28
: Tri Ulpah, Merlin : Yahya Dwi, Dita : Shella Cosmalida yang ada di PSTW
Evaluasi Kegiatan 1 Hari-1 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 1 hari. 2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. 3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : 1. Pelaksanaan kegiatan pada hari Selasa, 19 Februari 2019 berjalan lancar, 24 lansia mengikuti kegiatan secara aktif dan antusias. Ada beberapa lansia yang mengikuti senam dengan duduk tapi kita tetap memberikan
fasilitas
dengan
mendemonstrasikan
didepannya
sehingga semua lansia baik yang mampu berdiri atau tidak dapat mengikuti kegiatan. 2. Materi (gerakan senam) disampaikan dengan baik oleh pemateri. 3. Selama kegiatan ada lansia yang meninggalkan kegiatan dengan alasan sudah capek, ada juga lansia yang membawa kursi ke lapangan dengan alasan mereka dapat istirahat ketika sudah lelah dan mengikuti gerakan senam dengan duduk. 4. Kegiatan dihadiri oleh 24 lansia. Hasil : 1. Antusiasme lansia baik, lansia merasa senang dengan kegiatan senam yang di berikan instruktur dan semua lansia dapat mengikuti senam yang pada kegiatan senam sebelumnya hanya lansia yang sehat fisik dan mampu berjalan dengan baik saja yang mengikuti senam. Hal ini karena
dan
adanya
fasilitas
dari
teman-teman
Ners
yang
meningkatkan keantusiasme lansia dalam mengikuti kegiatan. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, lansia mampu mengikuti setiap gerakan dengan cukup baik, namun ada beberapa
29
lansia yang kurang mampu mengikuti gerakan dengan benar karena adanya keterbatasan kemampuan, namun ada beberapa lansia yang sudah benar menirukan gerakan yang di berikan oleh instruktur. 4.1.2
Topik
: Senam
Senam Lansia Senam Lansia Senam Kreasi Senam Rhematik Sasaran
: Lansia
Hari / Tanggal
: Selasa, 26 Februari 2019
Waktu
: ±45 menit
Tempat
: Halaman PSTW Jombang.
Metode
: Senam
Media
:
LCD / TV Sound System Pengorganisasian : Ketua
: M. Firman Ma’aruf
Instruktur
: 1. Senam Lansia Nur K.. 2. Senam Kreasi Ayu P. 3. Senam Rhematik : M. Ferianto : Semua mahasiswa Ners
Observer Fasilitator
Jombang
Evaluasi Kegiatan Hari-2 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 3 hari.
30
: Tri Ulpah, Brinda : Yahya Dwi, Dita : Shella Cosmalida yang ada di PSTW
2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. 3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : 1. Pelaksanaan kegiatan untuk hari kedua sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Februari 2019. 2. Pelaksanaan kegiatan pada hari selasa, 26 Februari 2019 berjalan lancar, 27
lansia mengikuti kegiatan secara aktif dan antusias.
Adanya peningkatan jumlah lansia yang mengikuti senam dari hari sebelumnya. 3. Materi (gerakan senam) disampaikan dengan baik oleh pemateri. 4. Selama kegiatan tidak ada lansia yang meninggalkan kegiatan namun banyak lansia yang membawa kursi ke lapangan dengan alasan jika nanti capek akan istirahat terlebih dahulu dan akan mengikuti gerakan senam kembali jika sudah merasa tidak lelah lagi. 5. Kegiatan dihadiri oleh 27 lansia.
Hasil : 1. Antusiasme lansia baik, lansia merasa senang dengan kegiatan senam yang di berikan karena tidak susah dan karena adanya lagu dan gerakan yang di berikan mudah. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, lansia mampu mengikuti setiap gerakan dengan cukup baik karena yang kita berikan adalah gerakan yang ringan dan mudah dilakukan lansia dalam seharihari.
31
4.2 Kegiatan 2 (ROM) 4. 2. 1 Topik Sasaran
: Latihan Range Of Motion (ROM) : Lansia
Hari / Tanggal : Jum’at , 15 Februari 2019 Waktu
: ±15 menit
Tempat
: Ruangan masing masing lansia di PSTW Jombang.
Metod
: Demonstrasi dan Praktek
Pengorganisasian
:
1. ROM
: M. Firman Ma’aruf
2. Dokumentasi
: Dita Ayu Prisilia
3. Observer
: Merlin Anjani P.
Evaluasi Kegiatan 2 Hari-1 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 2 hari. 2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. 3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : 1. Pelaksanaan kegiatan untuk hari pertama sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 Februari 2019. 2. Pelaksanaan kegiatan pada hari jum’at, 15 Februari 2019 berjalan lancar, ada 12 lansia yang memiliki keterbatasan fisik yang dilatih gerakan ROM. 3. Materi gerakan disampaikan dengan baik oleh pemateri dan pemateri mampu memfasilitasi lansia yang kurang mampu dalam melakukan gerakan yang di ajarkan. 4. Selama kegiatan lansia mengikuti gerakan dengan baik seperti yang disampaikan oleh pemateri, namun ada beberapa lansia yang kurang
32
mengikuti
perintah
dikarenakan
adanya
penurunan
fungsi
pendengaran dan harus di bantu oleh fasilitator dalam melakukan gerakan ROM 5. Kegiatan diikuti oleh 12 lansia. Hasil : 1. Antusiasme lansia cukup baik, lansia yang mengerti perintah mampu melakukan gerakan yang di instruksikan oleh pemateri, dan pemateri dapat membantu lansia yang memiliki keterbatasan dalam melakukan gerakan. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, ada beberapa lansia yang kurang mengerti dengan perintah yang di sampaikan oleh pemateri karena adanya keterbatasan lansia dalam pendengaran perintah.
4. 2. 2 Topik Sasaran
: Latihan Range Of Motion (ROM) : Lansia
Hari / Tanggal : Selasa, 19 Februari 2019 Waktu
: ±15 menit
Tempat
: Ruangan masing masing lansia di PSTW Jombang.
Metod
: Demonstrasi dan Praktek
Pengorganisasian
:
1. RO M
: Shella Cosmalida
2. Dokumentasi
: Brinda Nur K.
3. Observer
: Yahya Dwi
Evaluasi Kegiatan 2 Hari-2 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 2 hari.
33
2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. 3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : 1. Pelaksanaan kegiatan untuk hari kedua sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari selasa, 19 Februari 2019. 2. Pelaksanaan kegiatan pada hari selasa, 19 Februari 2019 berjalan lancar, ada 12 lansia yang memiliki keterbatasan fisik yang dilatih gerakan ROM. 3. Materi gerakan disampaikan dengan baik oleh pemateri dan pemateri mampu memfasilitasi lansia yang kurang mampu dalam melakukan gerakan yang di ajarkan. 4. Selama kegiatan lansia mengikuti gerakan dengan baik seperti yang disampaikan oleh pemateri, namun ada beberapa lansia yang kurang mengikuti
perintah
dikarenakan
adanya
penurunan
fungsi
pendengaran dan harus di bantu oleh fasilitator dalam melakukan gerakan ROM 5. Kegiatan diikuti oleh 12 lansia. Hasil : 1. Antusiasme lansia cukup baik, lansia yang mengerti perintah mampu melakukan gerakan yang di instruksikan oleh pemateri, dan pemateri dapat membantu lansia yang memiliki keterbatasan dalam melakukan gerakan. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, ada beberapa lansia yang kurang mengerti dengan perintah yang di sampaikan oleh pemateri karena adanya keterbatasan lansia dalam pendengaran perintah, dan penurunan daya ingat. 4. 2. 3 Topik Sasaran
: Latihan Range Of Motion (ROM) : Lansia
34
Hari / Tanggal : Jum’at, 22 Februari 2019 Waktu
: ±15 menit
Tempat
: Ruangan masing masing lansia di PSTW Jombang.
Metod
: Demonstrasi dan Praktek
Pengorganisasian
:
1. ROM
: Dita Ayu P.
2. Dokumentasi
: Tri Ulfa
3. Observer
: M. Firman Ma,aruf
Evaluasi Kegiatan 2 Hari-3 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 2 hari. 2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. 3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : Pelaksanaan kegiatan untuk hari pertama sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari jum’at, 22 Februari 2019. 1. Pelaksanaan kegiatan pada hari jum’at, 22 Februari 2019 berjalan lancar, ada 12 lansia yang memiliki keterbatasan fisik yang dilatih gerakan ROM. 2. Materi gerakan disampaikan dengan baik oleh pemateri dan pemateri mampu memfasilitasi lansia yang kurang mampu dalam melakukan gerakan yang di ajarkan. 3. Selama kegiatan lansia mengikuti gerakan dengan baik seperti yang disampaikan oleh pemateri, namun ada beberapa lansia yang kurang mengikuti
perintah
dikarenakan
35
adanya
penurunan
fungsi
pendengaran dan harus di bantu oleh fasilitator dalam melakukan gerakan ROM 4. Kegiatan diikuti oleh 12 lansia. Hasil : 1. Antusiasme lansia cukup baik, lansia yang mengerti perintah mampu melakukan gerakan yang di instruksikan oleh pemateri, dan pemateri dapat membantu lansia yang memiliki keterbatasan dalam melakukan gerakan. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, ada beberapa lansia yang kurang mengerti dengan perintah yang di sampaikan oleh pemateri karena adanya keterbatasan lansia dalam pendengaran perintah.
4. 2. 4 Topik Sasaran
: Latihan Range Of Motion (ROM) : Lansia
Hari / Tanggal : Selasa , 27 Februari 2019 Waktu
: ±15 menit
Tempat
: Ruangan masing masing lansia di PSTW Jombang.
Metod
: Demonstrasi dan Praktek
Pengorganisasian
:
1. ROM
: Merlin Anjani P.
2. Dokumentasi
: M. Firman Ma’aruf
3. Observer
: Shella Cosmalida
Evaluasi Kegiatan 2 Hari-4 Struktur : 1. Persiapan kegiatan dilaksanakan selama 2 hari. 2. Koordinasi dengan pembimbing dilakukan dengan baik sehingga tujuan acara dapat terlaksana dengan lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.
36
3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Panitia mendapat bantuan dari teman-teman Ners dari pokja lain sehingga dalam memfasilitasi lansia dapat dilakukan secara maksimal. Proses : 1. Pelaksanaan kegiatan untuk hari pertama sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilaksanakan pada hari selasa , 27 Februari 2019. 2. Pelaksanaan kegiatan pada hari selasa , 27 Februari 2019 berjalan lancar, ada 12 lansia yang memiliki keterbatasan fisik yang dilatih gerakan ROM. 3. Materi gerakan disampaikan dengan baik oleh pemateri dan pemateri mampu memfasilitasi lansia yang kurang mampu dalam melakukan gerakan yang di ajarkan. 4. Selama kegiatan lansia mengikuti gerakan dengan baik seperti yang disampaikan oleh pemateri, namun ada beberapa lansia yang kurang mengikuti
perintah
dikarenakan
adanya
penurunan
fungsi
pendengaran dan harus di bantu oleh fasilitator dalam melakukan gerakan ROM 5. Kegiatan diikuti oleh 12 lansia. Hasil : 1. Antusiasme lansia cukup baik, lansia yang mengerti perintah mampu melakukan gerakan yang di instruksikan oleh pemateri, dan pemateri dapat membantu lansia yang memiliki keterbatasan dalam melakukan gerakan. 2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan, ada beberapa lansia yang kurang mengerti dengan perintah yang di sampaikan oleh pemateri karena adanya keterbatasan lansia dalam pendengaran materi ROM.
37
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Pelaksanaan Praktik Profesi Keperawatan Gerontik yang telah dilakukan di PSTW Jombang merupakan sarana untuk mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Gerontik, terhadap masalah kesehatan umum karena Aging process ( Proses penuaan). Salah satu cara perawatan gerontik yang dilakukan adalah dengan olahraga. Olahraga yang lazim dilakukan adalah senam lansia, senam kreasi, senam rematik dan ROM. Dari pelaksanaan senam tersebut yang dilaksanakan setiap hari selasa, sebagian lansia mengikuti kegiatan senam. Dengan dilakukannya senam secara teratur dapat meningkatkan kesejahteraan kesehatan jasmani dan rohani pada lansia, senam yang dilakukan setiap hari selasa juga dapat mengurangi rasa nyeri sendi yang banyak dialami oleh para lansia di PSTW Jombang. Beberapa masalah yang didapat dalam pelaksanaan senam pada lansia antara lain : 1. Masalah umum 1) Kurangnya minat dari para lansia. 2) Keterbatasan fisik para lansia. 2. Masalah Khusus 1) Resiko tinggi terjadinya cidera fisik berhubungan dengan penurunan penglihatan, kekuatan otot bagi lansia. 2) Diruang intensive care (kenanga) senam kurang dapat dilakukan secara maksimal, sehingga hanya dilakukan kegiatan ROM saja. Untuk mengintervensi masalah-masalah yang telah ditemukan, maka dalam bidang olahraga telah dilakukan program yaitu senam dan kegiatan gerakan ROM.Dalam pelaksanaan senam pada hari pertama lansia yang mengikuti kegiatan olah raga senam sebanyak 24 lansia, dan pada hari kedua lansia yang ikut olah raga senam sebanyak 27 lansia.
38
5.2 Saran Agar olahraga senam yaitu senam lansia, senam kreasi, dan senam rematik dalam Praktik Keperawatan Gerontik dapat tercapai sesuai dengan tujuan, maka disarankan: 1. Bagi Mahasiswa 1)
Mahasiswa dapat meningatkan pengetahuan tentang senam lansia untuk mengurangi nyeri sendi yang dirasakan pada lansia.
2)
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang senam kreasi untuk meningkatkan minat senam pada lansia.
3)
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang senam terapi otak untuk mempertahankan fungsi kognitif pada lansia.
4)
Mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada lanjut usia yaitu berupa olahraga senam.
5)
Mahasiswa menyusun prosedur tetap untuk pelaksanaan olahraga senam agar tetap dilakukan di PSTW Jombang.
2. Bagi Pelayanan Sosial Lanjut Usia 1)
Dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa olahraga senam pada lansia secara komprehensif.
2)
Dapat meningkatkan minat pada lansia untuk melaksanakan olahraga senam di PSTW Jombang.
3)
Dapat meningkatkan variasi kegiatan olahraga senam yang khusus bagi lansia sesuai dengan kemampuan lansia di PSTW Jombang.
3. Bagi Institusi Pendidikan 1) Meningkatkan kerja sama dengan PSTW dalam meningkatkan minat para lansia untuk melakukan kegiatan oalah raga senam sesuai dengan kemampuan lansia. 2) Memberikan pengetahuan tentang oalah raga senam yang khusus diberikan untuk lansia.
39
DAFTAR PUSTAKA Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Brooks, G.F.Buttel, J.S and Morse,S.A.2001. Ilmu Penyakit. Edisi 13. Jakarta : EGC. Darmojo RB, Mariono,HH. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Martono, Hadi.2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta:
Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia. Misnadiarly (2010). Osteoartritis. Penyakit Sensi pada orang dewasa dan anak. Jakarta : Pustaka Popular Obor. Potter. P.A & Perry. A.G (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta: EGC Sugiono. (2009).Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta Suharjono, Dkk. 2014 “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia di Kelurahan Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya”. Jurnal Ilmiah. Vol. 2 (2): hal. 106-110.
40
SENAM LANSIA
41
KEGIATAN SENAM ROM
42