LAPORAN PERENCANAAN DAN EVALUASI KESMAS DI PUSKESMAS BALLAPARANG
Oleh : Shavira Tenriwaru Nur Annisa Nur Auliana Retno Emawati Afifa Nurul Ain
Kesmas C
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr,wb. Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Kesmas DiPuskesmas Ballaparang” ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu demi kelancaran tugas ini. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan tugas ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Demikianlah makalah ini kami buat, Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu’alaikum wr,wb.
Samata, 12 Mei 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 1 C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Puskesmas Ballaparang ............................................. 3 B. Analisis Situasi di Puskesmas Ballaparang ............................................. 4 C. Perencanaan Jangka Panjang dan Pendek Puskesmas Ballaparanng ...... 6 BAB III PEMBAHASAN A. Identiifikasi Masalah yang Ada di Puskesmas Ballaparang ................... 10 B. Perencanaan Yanng Akan Dilakukan ..................................................... 10 C. Evaluasi Perencanaan .............................................................................. 11 D. Analisis Swot .......................................................................................... 11 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 13 B. Saran ........................................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15 PROFIL PENYUSUN ....................................................................................... 16 LAMPIRAN...................................................................................................... 17
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat yang berbudaya sehat tentu merupakan salah satu citacita pembangunan nasional yang telah terpatri sejak bangsa ini mendeklarasikan kemerdekaannya.Negara sudah sepatutnya menjamin setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat tak terkecuali kesehatan setiap orang. Pengadaan pencatatan serta pendataan suaru penyakit merupakan salah satu tugas yang menjadi prioritas utama dalam mengetahui status penyakit yang terjadi dilingkungan tersebut. Puskesmas secara detail juga memiliki fungsi untuk mencatat bagaimana penyebaran penyakit yang terjadi di suatu wilayah. Pola pencatatan yang dilakukan oleh tenaga yang berada dalam tata usaha puskesmas tersebut yang dilakukan setiap tahunnya perlu menjadi perhatian setiap petugas kesehatan jadi tugas tersebut dilakukan secara keseluruhan. Dengan adanya tampilan data terkait jumlah penyakit, maka pemerintah dapat lebih efektif dalam menentukan prioritas permasalahan apa yang detail disertai datadata yang real mendorong semua oknum kesehatan untuk melakukan evaluasi terkait kinerja dan kebutuhan apa yang harus segera dipenuhi. Jadi penting adanya untuk terus melakukan interpretasi data terhadap penyakit terbanyak yang terjadi di wilayah tertentu mulai dari catatan harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan, agar control lebih mudah dilakukan. B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui Demografi Puskesmas Ballaparang 2. Mengetahui penyakit tertinggi tahun 2017-2018 di Puskesmas Ballaparang 3. Program Kesmas yang ada di Puskesmas Ballaparang 4. Perencanaan jangka pendek dan jangka panjang di Puskesmas Ballaparang 5. Mengidentiikasi masalah dari permasalahan yang ada di Puskesmas Ballaparag 6. Membuat perencanaan dan mengevaluasi yang akan dilakukan di Puskesmas Ballaparang 7. Membuat analisi swot C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Ballaparang Sebagai masukan dalam perencanaan program kesehatan masyarakat agar dapatmelakukan pemberantasan penyakit secara terarah. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang penyakit yang paling riskan terjadi dan dampaknya terhadap kesehatan.
1
2
3. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman nyata yang sangat berharga tentang mekanisme pembuatan program perencanaan untuk puskesmas dan dapat memperkaya pengetahuan kita akan penyebaran penyakit di daerah tersebut. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberi referensi tambahan bagi pembaca
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Puskesmas Ballaparang 1. Keadaan Geografis Puskesmas Ballaparang pada awalnya merupakan salah satu pustu di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi, sejak tahun 2014 telah berdiri menjadi Puskesmas Non Perawatan yang berlokasi di Jalan Nikel III Nomor 1 Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Puskesmas Ballaparang mempunyai wilayah kerja di sebagian Kecamatan Rappoccini yang membawahi tiga (3) kelurahan, 22 ORW dan ORT 113 dengan luas wilayah 1,72 km2, dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bara-Baraya b. Sebalah selatan berbatasan dengan kelurahan Maricaya Selatan c. Sebelaha barat berbatasan dengan Kelurahan Banta-Bantaeng d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Masale Secara geografis Puskesmas Ballaparang mempunyai letak pada lokasi yangstrategis dan termasuk dalam wilayah perkotaan sehingga mudah diakses oleh warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas ballaparang. 2. Keadaan Demografis Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang sebanyak 36.149 jiwa (laki-laki 17.352 jiwa atau 48,01 % dan perempuan 18.797 jiwa atau 51,99%) dengan jumlah rumah tangga sebanyak 8.663 dengan jumlah rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4,17. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Ballaparang sebanyak 19 orang. Distribusi tenga kesehatan tersebut di bagia atas ; a. Kepala puskesmas
: 1 orang
b. Kasubag tata usaha
: 1 orang
c. Dokter muda
: 1 orang
d. Dokter gigi madya
: 1 orang
e. Perwat penyelia
: 1 orang
f. Perawat pertama
: 3 orang
g. Asisten apoteker penyelia
: 2 orang
h. Staf Puskesmas Ballaparang
: 1 orang
i. Epid kesehatan muda
: 1 orang
j. Bidan penyelia
: 2 orang
k. Bidan pelaksana lanjutan
: 1 orang
l. Perawat gigi pelaksana lanjutan : 1 orang m. Sanitarian pelaksana lanjutan
: 1 orang
3
4
n. PLK pelaksana
:
1 orang
o. Nutrisionis
:
1 orang
Adapun visi dan misi Puskesmas Ballaparang adalah antara lain : 1. Visi Masyarakat sehat, nyaman dan mandiri 2. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Ballaparng memiliki Misi sebagai berikut: a. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehtan yang bermutu, merata dan terjangkau b. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat c. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal d. Mengembangkan sarana dan prasarana yang mengutamakan kualitas pelayanan B. Analisis Situasi di Puskesmas Ballaparang 1. Penyakit Tertinggi tahun 2017-2018 Ada 10 penyakit terbesar yang sering terjadi di kawasan puskesmas Ballaparang : 3000
2500 2000 1500 1000 500 0
Sumber: Buku laporan LB1 Tahun 2017
Dapat dilihat dari data diatas penderita penyakit ISPA sebanyak 2489 jiwa kemudian Hipertensi 1720 jiwa, Dispepsia 1131 jiwa, Batuk 905, Faringitis 701 Jiwa, Dermatitis 547, Celphagia 418 jiwa, DM Type II 398 jiwa, Diare 354 jiwa, Abdomin Pain 148 jiwa. Jadi, penyakit dengan penderita terbanyak adalah penyakit ISPA. a. Defenisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung (saluran atas) hingga Alveoli
5
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura. ISPA sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat, yang dikelompokkan menjadi ISPA bagian atas dan ISPA bagian bawah. ISPA bagian atas antara lain batuk, pilek, demam, faringitis, tonsillitis, dan otitis media. Kemungkinan kematian pada ISPA bagian atas itu kecil.Namun, menyebabkan kecacatan, misalnya otitis media penyebab ketulian.Sedangkan ISPA bagian bawah antara lain epiglotis, laryngitis, laringotrakeitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia.ISPA bagian bawah ini yang paling sering menimbulkan kematian adalah Pneumonia. Sedangkan menurut Ditjen P2PL (2009) dan Depkes (2002) penyakit ISPA diklasifikasikan menjadi 3 : 1) ISPA Ringan ISPA ringan memiliki satu atau lebih tanda dan gejala seperti batuk, pilek (mengeluarkan lender atau ingus dari hidung), serak (bersuara parau ketika berbicara atau menangis), sesak yang disertai atau tanpa disertai panas atau demam (> 37o C), keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa ada rasa sakit pada telinga. 2) ISPA Sedang ISPA sedang memiliki tanda dan gejala seperti ISPA ringan namun ditambah satu atau lebih gejala berikut seperti pernapasan yang cepat lebih dari 50 kali/menit atau lebih (tanda utama) pada umur <1 tahun dan 40 kali/menit pada umur 1-5 tahun, panas 39oC atau lebih, wheezing, tenggorokan berwarna merah, telinga sakit dan mengeluarkan cairan, timbul bercak di kulit menyerupai campak, dan pernapasan berbunyi mencuit-cuit dan seperti mengorok. 3) ISPA Berat ISPA berat memiliki tanda dan gejala seperti ISPA sedang namun ditambah satu atau lebih dari tanda dan gejala seperti penarikan dada ke dalam pada saat menarik napas sebagai tanda utama, adanya stidor atau mengeluarkan napas seperti mengorok, serta tidak ada nafsu makan. b. Faktor Yang Mempengaruhi ISPA Berdasarkan hasil Wawancara dengan petugas Puskesmas Ballapparang ada beberapa factor penyebab ISPA di kawasan Puskesmas Ballapparang yaitu faktor lingkungan dan PHBS antara lain : 1) Status ekonomi Status ekonomi menentukan kuliatas makanan, kepadatan hunian, gizi, taraf pendidikan, fasilitas air bersih, sanitasi, kesehatan, dst. 2) Pendidikan
6
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkan laku lainnya dalam masyarakat, proses social. Pendidikan menunjang kita mendapat informasi termasuk tentang kesehatan, pembatasan kelahiran kebiasaan menunjang kesehatan. 3) Perilaku Perilaku masyarakat tentang kesehatan ditentukan dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang tua masyarakat yang bersangkutan Faktor lingkungan dan menjadi salah satu penyebab tingginya penyakit ISPA karena umumnya di wilayah ini banyak wilayah kumuh dan miskin (kumis). Lingkungan kumuh sebagai komunitas tempat tinggal dapat memudahkan terjadinya permasalahan kesehatan respirasi akibat keterbatasan kelayakan tempat tinggal. Hal tersebut disumbang oleh lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah. C. Program Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Puskesmas Ballaparang Adapun program jangka pendek kesehatan masyarakat di Puskesmas Ballaparang adalah sebagai berikut : a.
KIA KB Berdasarkan
standar
pelayanan
minimal
bidang
kesehatan
di
Kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di Puskesmas, khususnya KIA KB harus meliputi sebagai berikut: 1) Pelayanan Antenatal Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya yang disesuaikan dengan pelayanan kesehatan antenatal 2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayang persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. 3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. 4) Penanganan komplikasi kebidanan Penangan komplikasi kebidanan adalah pelayan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
7
standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. 5) Pelayanan kesehatan ibu nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehtan sesuai standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. 6) Pelayanan kesehatan neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya tiga kali selama periode 0-28 hari setelah lahir. 7) Pelayan neonatus dengan komplikasi Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penangan dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh tenag kesehatan. 8) Pelayanan kesehatan bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan setelah lahir. 9) Pelayanan kesehatan anak balita Masa balita merupakan masa keemasan atau golden periode dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir,berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. 10) Pelayanan KB berkualitas Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dan merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak leboh baik), serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang mempunyai anak. b. Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar di Indonesia. Prevalensi PTM dan cedera Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013, Hipertensi usia >18 tahun (25,8%), Rematik (24,7%), asma (4,5%), stroke (12,1%) dan Kanker (1,4%). Saat ini perubahan gaya hidup masyarakat diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit tidak menular.
8
c. Surveilans Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. d. Gizi Ada lima langkah yang harus diperhatikan dalm pengelolaan program perbaikan gizi pada tingkat Puskesmas yaitu, langkah pertama identifikasi masalah, langkah kedua analisis masalah, langkah ketiga menentukan kegiatan perbaikan gizi, langkah keempat melaksanakan program perbaikan gizi, langkah kelima pemantauan dan evaluasi. e. Kesehatan Lingkungan Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orng mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Programnya antara lain, penyehatan air, hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah, penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga, pengawasan
sanitasi
tempat-tempat
umum,
pengamanan
tempat
pengolaan pestisida, pengendalian vektor. f. Promkes Peranan puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitati saja tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya promoti dan preventif. Oleh karena itu promosi kesehetan (promkes) menjadi salah satu upaya wajib di puskesmas. Programnya antara lain, cakupan desa siaga aktif dan cakupan upaya promosi kesehatan lainnya seperti PHBS bayi (0-6 bulan) mendapat ASI eksklusif, mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat, penyuluhan napsa. Adapun Perencanaan JangkaPanjang di Puskesmas Ballaparang yaitu Perencanaan jangka panjang Puskesmas Ballaparang mengikut dari renstra (rencana strategis). Renstra itu
pada umumnya mengikut dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar yang bereperan sebagai induk dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Renstra itu sendiri sudah menyangkut permasalahan apa saja yang ada di puskesmas. Untuk menyusun perencanaan kegiatan sebelum itu harus mengevaluasi masalah apa yang terjadi pada 2 tahun terakhir yang kemudian penyusunan kerjanya dilakukan di tahun berikutnya dan dilaksanakan pada tahun itu juga. Misalanya perencanaan jangka pendek dan jangka panjang di 2019 harus mengevaluasi dulu masalah apa yang terjadi
9
di tahun 2017 kemudian di angkat di 2019 dan sebaliknya jika menyusun perencanaan di 2018 harus mengevaluasi dulu masalah apa yang terjadi di tahun 2016 kemudian di angakat ke 2018. Karena penyusunan kerja itu di awal tahun 2018 untuk kegiatan di tahun 2019. a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur e. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan f. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak g. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin h. Program Upaya Kesehatan Masyarakat i. Program Perbaikan Gizi Masyarakat j. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit menular k. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat l. Program Obat dan Pembekalan Kesehatan m. Program Pengawasan Obat dan Makanan n. Program Pengembangan Lingkungan Sehat o. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan p. Program Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi
Masalah
dari
Permasalahan
yang
ada
di
Puskesmas
Ballaparang Berdasarkan data, ada beberapa masalah yang terjadi di Puskesmas Ballaparang terutama peningkatan penyakit. Apabila kita kembali melihat data penyakit penderita penyakit Ispa cukup tinggi bila dibandingkan dengan data 10 penyakit tertinggi tahun 2016.
10 PENYAKIT TERBESAR PUSKESMAS BALLAPARANG TAHUN 2016 2,500 2,000
1,945 1,651
1,500
1,035
1,000
851
774
664
612
518
500
455
378
-
Sumber: Buku laporan LB1 Tahun 2016
Dapat dilihat data di atas penderita penyakit ISPA tahun 2016 berjumlah 1651 jiwa menempati urutan kedua setelah hipertensi. Sedangkan penderita penyakit ISPA tahun 2017 itu berjumlah 2489 yang menempati urutan pertama itu artinya terjadi peningkatan penyakit ISPA serta penyakit Dispepsia terjadi peningkatan penderita yaitu pada tahun 2016 berjumlah 455 jiwa sedangkan tahun 2017 berjumlah 1131. Adapun tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas Ballaparang salah satunya dengan melakukan penyuluhan melalui kunjungan rumah dengan sasaran perindividu dan penyuluhan melalui posyandu sasarannya perkelompok. B. Perencanaan yang akan dilakukan Adapun beberapa perencanaan yang akan dilakukan di Puskesmas Ballaparang yaitu advokasi dan penyuluhan yang merupakan kegiatan penting dalam upaya untuk mendapatkan komitemen politis dan kesadaran dari semua pihak pengambil keputusan dan seluruh masyarakat dalam upaya pengendalian ISPA. 1. Advokasi Dapat dilakukan melalui pertemuan dalam rangka mendapatkan komitmen dari semua pengambil kebijakan. 2. Penyuluhan
10
11
Tujuannya adalah untuk meningkatan pemahanan, kesadaran, kemandirian dan menjalin kerjasama bagi pemangku kepentingan di semua jenjang melalui pertemuan berkala. Untuk melaksanakan kegiatan pengendalian ISPA diperlukan data dasar dan data program yang lengkap dan akurat. Disamping pencatatan dan pelaporan, untuk memperkuat data dasar diperlukan referensi hasil survey dan penelitian dari berbagai lembaga mengenai ISPA. Data yang telah terkumpul baik dari institusi sendiri maupun dari institusi luar, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis.Pengolahan dan analisis data dilaksanakan baik oleh Puskesmas, Kabupaten/Kota maupun Provinsi.Di tingkat Puskesmas pengolahan dan analisis data diarahkan untuk tujuan tindakan koneksi secara langsung dan perencanaan operasional tahunan. Melalui dukungan data dan informasi ISPA yang akurat menghasilkan kajian dam evaluasi program yang tajam.Kecenderungan atau potensi masalah yang mungkin timbul dapat di antisipasi dengan baik. C. Evaluasi Perencanaan Evaluasi lebih menitikberatkan pada hasil atau keluaran/ouput yang diperlukan untuk koreksi jangka waktu yang lebih lama misalnya 6 bulan, tahunan atau lima tahunan. Keberhasilan pelaksanaan seluruh kegiatan pengendalian ISPA akan menjadi masukan bagi perencanaan tahun/periode berikutnya. Monitoring atau pemantauan pengendalian ISPA dan kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza perlu dilakukan untuk menjamin proses pelaksanaan sudah sesuai dengan jalur yang ditetapkan sebelumnya. Apabila terdapat ketidaksesuaian makatindakan korektif dapat dilakukan dengan segera.Monitoring hendaknya dilakukan secara berkala (mingguan, bulanan, tahunan).
D. Analisis SWOT
Strength : Weakness : a. Tersedianya tenaga profesional a. Peserta akan mudah bosan dalam hal pengembangan dengan penyampaian penuluhan. program perencanaan. b. Tersedianya dana untuk program perencanaan. c. Kerja sama yang baik dengan puskesmas Ballaparang dan dengan Dinak Kesehatan Kota Makassar. Opportunity : Threat: a. Beberapa masyarakat lebih a. Tingkat pengetahuan aktiv terhadap program yang masyarakat yang berbeda-beda direncanakan. dan cenderung memiliki b. Adanya dukungan dari tokoh pendidikan yang rendah.
12
masyarakat dan tokoh agama b. Kurangnya kesadaran diri serta kader yang menangani masyarakat yang seharusnya permasalahan ISPA di wilayah dapat membantu perjuangan tersebut. untuk terciptanya program ISPA c. Adanya dukungan dari pihak yang lebih baik. tertentu untuk diajak kerja c. Susahnya Penyesuaian waktu sama program perencanaan ISPA antara pembuat program dengan sasaran yang ditujukan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Puskesmas Ballaparang pada awalnya merupakan salah satu pustu di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi, sejak tahun 2014 telah berdiri menjadi Puskesmas Non Perawatan yang berlokasi di Jalan Nikel III Nomor 1 Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar. 2. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang sebanyak 36.149 jiwa (laki-laki 17.352 jiwa atau 48,01 % dan perempuan 18.797 jiwa atau 51,99%) dengan jumlah rumah tangga sebanyak 8.663 dengan jumlah ratarata jiwa per rumah tangga adalah 4,17. 3. Berdasarkan data penderita penyakit tertinggi yaitu ISPA sebanyak 2489 jiwa kemudian Hipertensi 1720 jiwa, Dispepsia 1131 jiwa, Batuk 905, Faringitis 701 Jiwa, Dermatitis 547, Celphagia 418 jiwa, DM Type II 398 jiwa, Diare 354 jiwa, Abdomin Pain 148 jiwa. 4. Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung (saluran atas) hingga Alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura. 5. Menurut Ditjen P2PL (2009) dan Depkes (2002) penyakit ISPA dibagi menjadi 3 : a. ISPA Ringan b. ISPA Sedang c. ISPA Berat 6. Faktor Yang Mempengaruhi ISPA : a. Status ekonomi b. Pendidikan c. Perilaku 7. Adapun program jangka pendek kesehatan masyarakat di Puskesmas Ballaparang adalah sebagai berikut : a. KIA KB b. Penyakit Tidak Menular c. Surveilans d. Gizi e. Kesehatan Lingkungan f. Promkes
13
14
8. Perencanaan jangka panjang di Puskesmas Ballaparang mengikut dari renstra (rencana strategis). Renstra itu
pada umumnya mengikut dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar yang bereperan sebagai induk dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). 9. Masalah yang terjadi di Puskesmas Ballaparang penyakit ISPA tahun 2016
berjumlah 1651 jiwa menempati urutan kedua setelah hipertensi. Sedangkan penderita penyakit ISPA tahun 2017 itu berjumlah 2489 yang menempati urutan pertama itu artinya terjadi peningkatan yang pesat . 10. Perencanaan
yang akan dilakukan penyusun adalah Advokasi, dan
penyuluhan. Dan evaluasi lebih menitik beratkan pada hasil atau keluaran/ouput yang diperlukan untuk koreksi jangka waktu yang lebih lama misalnya 6 bulan. B. Saran 1. Bagi Puskesmas Ballaparang a. Memprioritaskan pelayanan promotif dan preventif yang berkaitan dengan program PHBS dan factor-faktor lain mengenai ISPA. b. Melakukan penyuluhan secara rutin kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS. c. Mengadakan pembinaan serta pemberdayaan kader dalam bidang penyehatan lingkungan pemukiman. 2. Bagi Masyarakat a. Menerapkan pola PHBS secara baik dan benar pada setiap anggota keluarga agar tercipta hidup yang sehat bebas dari penyakit. b. Meningkatkan kualitas tempat tinggal sehingga memenuhi syarat rumah sehat. 3. Bagi Peneliti a. Meningkatkan pengetahuan agar lebih mengetahui masalah-masalah kesehatan. b. Menerapkan Pola PHBS.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI: Direktorat Jendral P2PL,2009, Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Jakarta. Lampiran Profil Puskesmas, 2016-2017 Renstra Dinkes tahun 2014-2019.
15
PROFIL PENYUSUN Nama : Shavira Tenriwaru Tempat/tgl lahir : Bulukumba 10 September 1997 Alamat : Btn Makkio Baji blok c 3 no. 10 No. Hp : 085394203032 Hobby: Menari
Nama : Nur Annisa Tempat/tgl lahir : Gowa, 22 Juni 1998 Alamat : Jln. Pelita Taeng Pallangga No. Hp : 082348325855 Hobby: Menari
Nama : Nur Auliana Tempat/tgl lahir : Sinjai, 06 Februari 1998 Alamat : jln. Tidung 3 setapak 1 no 09 No. Hp : 085398951879 Hobby: Membaca Buku
Nama : Retno Emawati Tempat/tgl lahir : Takalar, 25 Juli 1998 Alamat : Btn Pepabri Bajeng No. Hp : 082349857201 Hobby: Menyanyi
Nama : Afifa Nurul Ain Tempat/tgl lahir : Bulukumba 21 Agustus 1998 Hobby: Membaca Buku
16
LAMPIRAN
17