LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Oleh: Fransiscus Saverius NIM: 113063J118018
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
I.
Konsep Teori 1.1 Definisi Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006). 1.2 Etiologi Penyebab
persalinan
belum
pasti
diketahui,namun
beberapa
teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011) 1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. 2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta. 4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus 5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
1.3 Manifestasi Klinis Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda: a. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat : Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan 1) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar 2) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks 3) Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah b. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : 1) Pendataran dan pembukaan 2) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas 3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah c. Pengeluaran Cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan . 1) Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. (Hafifah, 2011)
1.4 Patofisiologi Partus dibagi menjadi 4 kala.Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III adalah kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam setelahplasenta lahir Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu: a. Kala I (kala pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu: 1.Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, smapai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
a) Nullipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28minggu/belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar rahim b) Multipara: seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimalk 28minggu dan telah melahirkan 2 kali atau lebih. 2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. b. Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektores menimbulkan rsa mengedan, kare atekana pada rectum, ibu mersa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin yang mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 dan pada multi 1 jam. c. Kala III (kala pengeluaran uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus terba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruuh plasenta terlepas. Terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluara plasenta biasanya disertai dengan darah kira-kira 100-200 cc. d. Kala IV (kala pengawasan) Adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
PATHWAY Kehamilan (37-42 Minggu)
Tanda-Tanda Inpartu
Proses persalinan
Kala I
Kontraksi Uterus
Nyeri
Kala II
Kala III
Partus
Pelepasan Plasenta
Partus
Resiko Perdarahan
Kerja Jantung
Kelelahan (O2
Gangguan Respirasi
Kala IV
Resiko Perdarahan
Devisit Volume Cairan
)
Post Partum
Resiko Infeksi
1.5 Pemeriksaan Diagnostic a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang disebut sonogram. b. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien. c. Pemeriksaamn NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan > 32. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin . Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan (Estiwidani, 2012)
1.6 Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah: a) Infeksi Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan
dapat
menyebabkan
infeksi
apabila
pemeriksa
tidak
memperhatikan teknik aseptik. b) Ruptur Perineum Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomy. c) Atonia Uteri Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat. d) Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir. e) Hematom Pada Vulva Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan. f) Kolpaporeksis Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari
vagina. Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul. g) Robekan serviks Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat. h) Ruptur Uteri Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat. i) Emboli Air Ketuban Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluhpembuluh kapiler dalam paru-paru.
II.
Konsep Asuhan Keperawatan 2.1 pengkajian Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan,kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinikuntuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai.Tanyakan pada ibu : a) Nama, umur, alamat b) Gravida dan para c) Hari pertama haid terakhir d) Kapan bayi akan lahir (menurut tafsiran ibu) e) Riwayat alergi obat-obatan tertentu f)
Riwayat kehamilan sekarang
g) Riwayat kehamilan sebelumnya h) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih) i)
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan pengelihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas)
2.2 Pemeriksaan fisik: data focus Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibi dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis digunakan untuk menegakkan diagnosisi dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Pemeriksaan harus yang dilakukan yaitu : 1. Pemeriksaan umum yang meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, refleks, jangtung paru-paru, berat badan, tinggi badan, dll. 2. Pemeriksaan abdomen Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta untuk menekukkan lututnya. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk : a) Menentukan tinggi fundus uteri Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus. b) Memantau kontraksi uterus Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus. c) Memantau denyut jantung janin Gunakan fetoskop pinnards atau doppler untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu. Nilai DJJ selama dan segera setelah
kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin ditubjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjad. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka sipkan ibu untuk dirujuk. d) Menentukan presentasi e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
2.3 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Nyeri persalinan 2.3.1 Definisi pengalaman sensori dan emotional yang bervarisi dari menyenangkan sampai tidak menyenangnkan,yang dikaitkan dengan persalinan dan melahirkan. 2.3.2 Batasan karakteristik 1. Diaphoresis 2. Dilatasi pupil 3. Ekspresi wajah (mis: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu focus, meringis) 4. Fokus pada diri sendiri 5. Kontraksi uterin 6. Mual 7. Muntah 8. Nyeri 9. Peningkatan nafsu makan 10. Penurunan nafsu makan
11. Penyempitan focus 12. Perilaku distraksi 13. Perilaku ekspresif 14. Perilaku melindungi yang sakit 15. Perubahan frekuensi jantung 16. Perubahan frekuensi pernafasan 17. Perubahan fungsi neuroendokrin 18. Perubahan fungsi urinarius 19. Perubahan pola tidur 20. Perubahan tegangan otot 21. Perubahan tekanan darah 22. Posisi rileks untuk mengatasi nyeri 23. Tekanan parineal 2.3.3 Faktor yang berhubungan 1. Dilatasi serviks 2. Ekspulsi fetal Diagnosa 2: Resiko Infeksi 2.3.4 Definisi Rentan mengalami invsi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. 2.3.5 faktor yang berhubungan 1. Kurangya pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen 2. Malnutrisi 3. Obesitas 4. Penyakit kronik (mis : dibetes militus) 5. Prosedur invasive Pertahana tubuh primer tidak adekuat 1. Gangguan integritas kulit 2. Gangguanperistaltis 3. Merokok
4. Pecah ketuban dini 5. Pecah ketuban lambat 6. Penurunan kerja siliaris 7. Perubahan pH sekresi 8. Stasis cairan tubuh Pertahanan tubuh sekuner tidak adekuat 1. Imunosupresi 2. Leukopenia 3. Penurunan hemoglobin 4. Supresi respons imflamasi (mis : interleukin 6 [IL-6], C-reactive protein [CRP]) 5. Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat 1. Terpajan pada wabah 2.4 Perencanaan Diagnosa 1: Nyeri persalinan b/d dilatasi serviks Diagnose
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
keperawatan 1. Nyeri
Setelah diberikan asuhan
1. Kaji
tanda-tanda
persalinan
keperawatan selama 1x8
vital,
b/d
jam,
nyeri
takikardi,
dilatasi
berkurang dengan kriteria
hipertensi
serviks
evaluasi :
peningkatan
1. Mengidentifikasi/meng
pernapasan.
diharapkan
gunakan teknik untuk
perhatikan
2. Kaji
1. dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
dan
keidaknyamanan 2. Mengklarifikasi kebutuhan
derajat
memungkinkan
mengontrol nyeri atau
ketidaknyamanan
intervensi
ketidaknyamanan
secara verbal dan
tepat
2. Nyeri berkurang 3. Tampak
rileks/tenang
diantara kontraksi
nonverbal
3. pendekatan dengan
3. Jelaskan dan bantu klien
yang
terkait
menggunakan relaksasi
dan
dengan
tindakan
pereda
nyeri
nonfarmakologi lainnya
efektif
nonfarmakologi
dalam mengurangi
dan noninvasife.
nyeri.
4. Bantu klien dalam posisi
senyaman
mungkin
:
semi
fowler
4. Posisi yang tepat akan mengoptimalkan upaya
mengejan,
memudahkan kemajuan persalinan
dan
menurunkan ketidaknyamanan
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, kontaminasi fekal, membran amniotik ruptur Diagnose keperawatan 1. Risiko
Kriteria hasil
tinggi Setelah diberikan
terhadap
infeksi asuhan
Intervensi
Rasional
1. Tekankan
1. Menurunkan risiko
pentingnya
yang
maternal
keperawatan
mencuci
tangan
berhubungan
selama 1x8 jam,
yang baik dan tepat
memerlukan/meny ebarkan agen
dengan
prosedur diharapkan tidak
2. Gunakan
teknik
2. Membantu
invasif,
terjadi
aseptik
selama
mencegah
pemeriksaan
dengan kriteria :
vagina
infeksi
berulang, 1. Menggunakan
kontaminasi fekal,
teknik
untuk
pemeriksaan
pertumbuhan
vagina
bakteri ;
3. Berikan/anjurkan
membatasi
membran amniotik
meminimalkan
perawatan perineal
kontaminan dari
ruptur
risiko infeksi
setelah eliminasi ;
pencapaian ke
setiap 4 jam dan
vagina
2. Bebas
dari
tanda-tanda
sesuai
infeksi
ganti
insiden infeksi
terjadi demam,
pembalut/linen bila
saluran asenden
cairan
basah
tidak
amniotik jernih,
indikasi,
4. Kolaborasi tidak
3. Menurunkan
4. Antibiotik dapat
pemberian
melindungi
berwarna dan
antibiotik
perkembangan
tidak berbau)
profilaktik IV jika
korioamnionitis
diindikasikan
pada klien berisiko
III. Daftar Pustaka
Asrinah. Et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID Estiwidani Dwana, DKK. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Hidayat, Asri dan Mudflilah. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra cendikia Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam
http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-
padapasien-dengan.html(Diakses tanggal 18 agustus 2015)
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka