Laporan Pendahuluan Ra.docx

  • Uploaded by: Andhy Pratama
  • 0
  • 0
  • September 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Ra.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,607
  • Pages: 16
1

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRIRIS RHEMATOID

A. KONSEP TEORI 1. Pengertian Rheumatoid Artritis (RA) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi RA yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti Klasifikasi Rheumatoid Arthritis : a. Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu : 1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

2

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 1) Stadium synovitis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan. 2) Stadium destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 3) Stadium deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

2. Etiologi Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas

utama

kelas

II,

khususnya

HLA-DR4 dengan

AR

seropositif.Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini. Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

3

mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus. Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress.Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien RA, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas. Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkenanya artritis reumatoid adalah : a. Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1. b. Umur. Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil) c. Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga. d. Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

4

3. Patofisiologi Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis. Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita rheumatoid artritis.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

5

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan

osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

6

4. Pathway

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

7

5. Manifestasi Klinis Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti : a. Nyeri persendian b. Bengkak (Rheumatoid nodule) c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari d. Terbatasnya pergerakan e. Sendi-sendi terasa panas f. Demam (pireksia) g. Anemia h. Berat badan menurun i. Kekuatan berkurang j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal l. Pasien tampak anemi

6. Komplikasi a. Dapat

menimbulkan

perubahan

pada

jaringan

lain

seperti

adanya

prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule. b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot. c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku. d. Terjadi splenomegali. Slenomegali

merupakan

pembesaran

limfa,

jika

limfa

membesar

kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

8

7. Pemeriksaan Penunjang a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produkproduk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). e. Biopsi

membran

sinovial

:

menunjukkan

perubahan

inflamasi

dan

perkembangan panas. f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

8. Penatalaksanaan a. Medis Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya : 1) Termoterapi 2) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

9

3) Pemberian Obat-obatan : 

Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan



Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).

b. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah

dan

memperlambat

kerusakan

sendi.

Pembedahan

dapat

mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi. 1) Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi. 2) Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian. 3) Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan. 4) Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian. c. Keperawatan 1) Pendidikan

:

meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

prognosis penyakit ini 2) Istirahat

:

karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

3) Latihan

:

pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,

ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

10

B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajiana. a. Riwayat Kesehatan 

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.



Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

b. Pemeriksaan Fisik 

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.



Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial



Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)



Catat bila ada krepitasi



Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan



Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral



Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang



Ukur kekuatan otot



Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya



Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

c. Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

11

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri b.d perubahan patologis oleh artritis rheumatoid b. Gangguan citra tubuh perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas c. Resiko cidera d. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi, kerusakan integritas tulang e. Deficit perawatan diri b.d gangguan musculoskeletal (penurunan kekuatan sendi) f. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

12

3. Intervensi No. 1.

Dx. Keperawatan

NOC

 Pain level Nyeri akut Defenisi : pengalaman  Pain control sensori dan emosional yang  Comfort level tidak menyenangkan yang Kriteria hasil : muncul akibat kerusakan  Mampu mengontrol nyeri ( tahu jaringan yang aktual atau penyebab nyeri, mampu potensial atau digambarkan menggunakan teknik dalam hal kerusakan nonfarmakologi, untuk sedemikian rupa ( menguranggi nyeri, mencari internatioanal Assotiation for bantuan) study of pain) : awitan yang  Melaporkan bahwa nyeri tiba-tiba atau lambat dari berkurang dengan menggunakan intesnsitas ringan hingga menejemen nyeri berat dengan akhir yang  Mampu mengenali nyeri ( skala, dapat antisipasi atau intensitas, frekuensi dan tanda diprediksi dan berlangsung< nyeri) 6 bulan  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Batasan karakteristik : - Perubahan selera makan - Perubahan tekanan darah - Perubahan frekuensi jantung - Perubahan frekuensi pernafasan - Laporan isyarat - Diaforesis - Perilaku distraksi

NURHADISA, S.KEP

NIC Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara konfrensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan Gunakan komunikasi therapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi respon nyeri dimasa lampau Evaluasi bersama pasien dengan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan , pencahayaan dan kebisiangan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal) Kaji tipe sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgesik untutk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

13

-

Mengekspresikan perilaku - Masker wajah - Sikap melindungi area nyeri - Fokus menyempit - Indikasi nyeri yang dapat diamati - Perubahan posisi untuk menghindari nyeri - Sikap tubuh melindungi - Dilatasi pupil - Melaporkan nyeri secara verbal - Gangguan tidur Faktor berhubungan : Agen cedera (mis; biologis,

-

Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tidakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic administration Tentukan lokasi. Karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek istruksi dokter tantang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dengan analgesik ketika pemberian lebih dari satu tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute secara IV, Imuntuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektifitas 13nalgesic tanda dan gejala.

fisik, zat kimia, psikologi

2.

Resiko cidera

NURHADISA, S.KEP

NOC :  Risk kontrol Kriteria Hasil :  Klien terbebas dari cidera  Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injuri/cidera

NIC : Environment Management (manajemen lingkungan)  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

14







Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan /prilaku personal Mampu memodifikasi gaya hidupuntuk mencegah injurimenggunakan fasilitas kesehatan yang ada Mampu mengenali perubahan status kesehatan

         

3.

Hambatan mobilitas fisik Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu natau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah

NOC * Join movement: Aktive * Mobility Level * Self care : ADLs * Transfer performance Kriteria Hasil : * Klien meningkat dalam

NURHADISA, S.KEP

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindari lingkungan yang bebahaya Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien Membatasi pengunjung Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

NIC Exercise therapy : ambulatrion - Monitoring Vital sign sebelum /sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan - Konsultasiakan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

15

aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas * Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah * Memperagakan penggunaan alat * Bantu untuk mobilisasi (walker)

-

*

NURHADISA, S.KEP

-

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tehnik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan bantu penuhi kebutuhan pasien ADLs. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

16

DAFTAR PUSTAKA

Amin H, hardhi K. 2016. NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 2. Jokjakarta. Mediaction. Dr. W. Herdin S. 2012. Ilmu Penyakit dalam. Jakarta. Rineka Cipta. Gunawan S. Nafrialdi R. Elysabeth. 2013. Farmakologi dan Terapi. Jakarta. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

NURHADISA, S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES WN PALU

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"

Sap Katarak.docx
October 2019 36
Sap Bawang Putih.docx
October 2019 31
Lembar_pengesahan[1].docx
August 2019 34
Laporan Pendahuluan Ra.docx
September 2019 35
Gambar Anc.docx
September 2019 41