Laporan Pendahuluan Anemia (pak Fadli).docx

  • Uploaded by: Rein safari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Anemia (pak Fadli).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,702
  • Pages: 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Medis 2.1.1 Definisi Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang meny ebabkan anemia tersebut (Sudoyo Aru, dkk 2009). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III ataukadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb) dibawah rentang normal. 2.1.2 Etiologi Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1) Kurang gizi (malnutrisi). 2) Kurang zat besi dalam ditubuh. 3) Malabsorpsi. 4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lainlain. 5) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

2.1.3 Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis: 1) Anemia Hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek produksi sel darah merah, meliputi : a. Anemia aplastik a) Penyebab o Agen neoplastik atau sitoplastik o Terapi radiasi o Anti biotik tertentu o Obat anti konvulsan, tiroid, senyawa emas, venilbutason o Benjene o Infeksi virus (khususnya hepatitis) b) Gejala o Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll) o Defisiensi

trombosit

ekimosis,

petekia,

epitaksis,

perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat. b. Anemia pada enyakit ginjal a)

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

b)

Gejala : o Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl o Hematokrit turun 20-30% o Sel darah merah tampak normal pada asupan darah tepi

c. Anemia pada penyakit kronis Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal ). Kelainan ini meliputi artirstis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosisi, dan berbagai keganasan.

d. Anemia defisiensi besi a) Penyebab : o Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi o Gangguan absorpsi (pos gasrektomi) o Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll) b) Gejala : o Atropi papilia lidah o Lidah pucat, merah, meradang o Stomatitis angularis, sakit disudut mulut o Morfologi : anemia mikrositi hipokromik e. Anemia megaloblastik a) Penyebab o Defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat o Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (anemia gastrektomi f. Anemia homalitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh denstruksi sel darah merah : a)

Pengaruh obat-obat tertentu

b)

Penyakit hookin, limforsakoma, myeloma multiple, leukemia limfositik kronik

c)

Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

d)

Proses autoimun

e)

Malaria



Tanda dan gejala o Lemah, letih, lesu, dan lelah o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. 2.1.4 Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang ataukehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulangdapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakanakibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapatakibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merahnormal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkandestruksi sel darah merah Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalamsystem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam alirandarah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ;kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998). 2.1.5 Manifestasi Klinis 1) Keadaan Umum

Pucat,

keletihan

berat,

kelemahan,

nyeri

kepala,

demam,

dipsnea,vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.

2) Kulit Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering, kuku rapuh, klubbing. 3) Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera dan peredaran retina. 4) Telinga Vertigo , tinnitus . 5) Mulut Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis. 6) Paru – paru Dipsneu dan orthnea. 7) Kardiovaskuler Takikardia , palpitasi , mur – mur , angina , hipotensi , kardiomegali , gagal jantung. 8) Gastro intestinal Anoreksia dan menoragia , menurunnya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik ) . 9) Muskuloskletal Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping. 2.1.6 Komplikasi 1) Infeksi 2) Gagal pernafasan 3) Kardiovaskuler 4) Fungsi ginjal 5) Gangguan fungsi hati.

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya , penderitaan anemia mudah terkena infeksi. Gampang batuk pilek , gampang flu , atau gampang terkena infeksi saluran nafas , jantung juga menjadi gampang lelah karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia , jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian , dan beresiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah , anemia bisa juga menggangu perkembangan organ – organ tubuh termasuk otak (Sjaifoellah, 1998). 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : 1) Jumlah HB lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl ) 2) Kadar HT menurun ( normal 37% - 41% ) 3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik ) 4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah terapi 5) Terdapat pansitopenia , sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik). 6) Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik) ; MCV (volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) Menurun mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP) Pansitopenia (aplastik). 7) Jumlah retikulosit : bervariasi, missal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah atau hemolisis). Pewarna sel darah merah : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia. 8) LED : peningkatan menunjukan adanya reaksi inflamasi, missal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. 9) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnose anemia , missal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. 10) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB) .

11) SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). 12) Jumlah trombosit : menurun caplastik ; meningkat (DB) ; normal atau tinggi (hemolitik) . 13) Hemoglobin

elektroforesis

:

mengidentifikasi

tipe

struktur

hemoglobin. 14) Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik). 15) Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi 16) Besi serum : tak ada (DB) ; tinggi (hemolitik) 17) TBC serum : meningkat (DB) 18) Feritim serum : meningkat (DB) 19) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) 20) LDH serum : menurun (DB) 21) Tes schilling : penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP) 22) Guaiaka : mungkin positif untuk darah pada urine feses, dan isi glater, menunjukan perdarahan akut/kronis (DB) 23) Analisa glaster : penurunan skresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklori bebas (AP) 24) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biobsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, missal : peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). 25) Pemeriksaan andeskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (doenges, 1999) 2.1.8 Penatalksanaan Medis Tindakan umum : Penatalksanaan anemia di tunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1) Transplasi sel darah merah. 2) Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi.

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4) Menghindari

situasi

kekurangan

oksigen

atau

aktifitas

yang

membutuhkan oksigen. 5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1) Anemia defisiensi besi Penatalksanaan : a) Mengantur makan yang mengandung zat besi usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur, dan sayur. b) Pemberian priparat fe c) Perrosulfat 3 X 200 mg/hari/per oral sehabis makan d) Peroglukonat 3 X 200 mg/hari/per oral sehabis makan 2) Anemia permisiosa : pemberian vitamin B12 3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/ per oral 4) Anemia karna perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfuse darah. 2.2 Askep Teoritis 2.2.1 Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (bowedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (dongs, 1999) meliputi : 1). Aktivitas/istirahat  Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktifitas ;

penurunan semangat untuk bekerja toleransi

terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak  Tanda : takikardi/ takpnea ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia,

tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.

2). sirkulasi  Gejala : riwayat kehilangan dara kronik, misalnya perdarahan Gl kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

Riwayat

endokarditis

infektif

kronis.

Palpitasi

(takikardia konpensasi)  Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipostensi postural distritmia ; abnormalitas EKG, depresi sekmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ;murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) ; pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtifa, mulut, faring bibir) dan dasar kuku. (catatan ; pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,AP) atau kuning lemon terang (AP). Sclera ;biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah kekapiler dan vaso kontruksi, konvensasi) kuku ; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut ; kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP) 3). Integritas ego  Gejala : keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah.  Tanda : depresi 4). Eliminasi 

Gejala : riwayat pielonef, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan pengeluaran urine.



Tanda : distensia abdomen.

5). Makana/cairan 

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/ masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (kulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB),



Tanda : lidah tanpak merah daging/halus (AP ; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB).

6). Neurosensori 

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan

berkonsentrasi.

Insomnia,

penurunan

penglinghatan, bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, takigoya ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi menjadi dingin. 

Tanda : peka rangsangan, gelisa, depresi cendeng tidur, apatis. Mental : tak mampu berespon, lambat dan dangkal. Oftalmi : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar dan posisi, tanda robek positif normal paralisis (AP).

7). Nyeri/kenyamanan  Gejala : nyeri abdomen samara ; sakit kepala (DB). 8). pernapasan  Gejala : riwayat TB absen paru. Napas pendek pada istirahat dan aktifitas.  Tanda : takpnea, ortopnea, dan dispnea 9). Keaamanan

 Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terdapat pada radiasi ; baik terhadap pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.  Tanda : demam berdarah, menggigil, berkeringat , malam, limfadenopati umum, petekie dan ekimosis (aplastik). 10). Seksualitas  Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Impotten  Tanda : serviks dan dinding vagina pucat. 2.2.2 Diagnosa keperawatan 1). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan)). 2). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/ absorpsi nutria yang di perlukan untuk pembentukan sel darah merah. 3). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 4). Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi kesel. 5). Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis. 6). Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ; perubahan proses pencernaan ; efek samping terapi obat. 7). Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terhadap/ mengingat; salah interprestasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. 2.2.3 Intervensi/implementasi keperawatan

1). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan)). Tujuan : infeksi tidak terjadi

Criteria hasil : 

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.



Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL  Tingkatkan cuci tangan yang  Mencegah kontaminasi baik ; oleh pemberi perawatan

saling/kolonisasi

bacterial.

dan pasien.  Pertahankan teknik aseptik ketat

Catatan : pasien dengan anemia

pada prosedur/perawatan luka.  Berikan perawatan kulit, perianal  dan oral dengan cermat.  Motivasi perubahan 

akibat flora normal kulit. Menurunkan resiko kolonisasi/

posisi/ambulasi

yang

sering,

latihan batu dan napas dalam.  Tingkatkan masukan cairan adekuat.  Pantau/batasi Berikan

pengunjung. isolasi

berat/aplastik

dapat

infeksi bakteri Menurunkan resiko

beresiko

kerusakan

kulit/jaringan dan infeksi.  Meningkatkan fentilasi segmen

paru

mobilisasi

dan

semua

membantu

sekresi

untuk

mencegahn neumonia. bila  Membantu dalam pengeceran

memungkinkan.  Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan

secret

pernapasan

untuk

mempermudah pengeluaran dan

mencegah statis cairan tubuh atau tampa demam. misalnya pernapasan dan ginjal.  Amati eritema/cairan luka. pemajanan pada  Ambil specilen untuk  Membatasi kultur/sensitifitas sesuai indikasi

bakteri

/infeksi.

Perlindungan

(kolaborasi).  Berikan antiseptic

isolasi dibutuhkan pada anemia topical;

antibiotic sistemik( kolaborasi).

aplastik, bila respon imun sangat terganggu.  Adanya proses imflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan  Indicator infeksi local. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosis tertekan.  Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan

mempengaruhi

pengobatan.  Mungkin digunakan propilatik

untuk

pilihan secara

menurunkan

kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2). perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi Criteria hasil: 

Menunjukan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.



Tidak mengalami tanda mal nutrisi.



Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan sesuai.

INTERVENSI RASIONAL  Kaji riwayat nutrisi, termasuk  Mengidentifikasi makanan yang disukai.

defisiensi,

mengawasi masukan kalori atau



Obsevasi dan catat masukan

kualitas kekurangan konsumsi makanan.



makanan pasien Timbang berat badan setiap



hari Berikan

makanan

intervensi  Mengawasi

sedikit









sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan

kelemahan,

mencegah distensi gaster. Gejala Gl dapat menunjukan



organ. Meningkatlkan napsu makan



dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,

yang lembut. Berikan pencuci

meminimalkan

kemungkinan infeksi. Teknik

mulut yang diencerkan bila

perawatan



mukosa oral luka. Kolaborasi pada



untuk rencana diet Kolaborasi; beruikan sesuai indikasi.

nutrisi. Menurunkan

efek anemia (hipoksia) pada

lain yang berhubungan Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan

ahli

berat

meningkatkan kemasukan dan

makan Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala

penurunan

badan atau aktivitas intervensi

dengan prekuensi sering dan atau makan diantara waktu

Memudahkan

mulut

mungkin

gizi

khusus

diperlukan

bila

jaringan rapuh/luka/pendarahan obat 

dan nyeri berat. Membantu dalam rencana diet untuk



memenuhi

individual. Meningkatkan

kebutuhan aktivitas

program pengobatan, termasuk sumber 

diet

dibutuhkan Kebutuhan

nutrisi

yang

penggantian

tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang di identifikasi.

3). intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Tujuan: dapat mempertahankan/meningkatkan ambulansi/aktivitas. Criteria hasil: 

Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)



Menunjukan penurunan tanda intoleransi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam normal. INTERVENSI

RASIONAL

 Kaji kemampuan ADL pasien.  Kaji kehilangan atau gangguan



Mempengaruhi

keseimbangan, gaya jalan dan



intervensi/bantuan. Menunjukan perubahan

kelemahan otot.  Observasi tanda

neorology karena defisiensi tanda

vital

vitamin B12 mempengaruhi

sebelum an seduh aktifitas.  Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi

keamanan 

suara bising, pertahankan tirah

energy, anjurkan pasien bila

pasien/resiko

cedera. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru

baring bila di indikasikan.  Gunakan tehnik menghemat

untuk 

membawah

menurunkan

anjurkan

oksigen

aktifitas

melakukan

semampunya

(tampa

memaksakan diri). 

jumlah

oksigen adekuat kejaringan. Meningkatkan istirahat untuk

terjadi kelelahan dan kelemahan, pasien

pilihan

kebutuhan tubuh

dan

menurunkan

regangan

jantung dan paru Meningkatkan

aktivitas

secara

bertahap

normal

dan

tonus

memperbaiki

oto/stamina

kelelahan.

sampai tampak

Meningkatkan

harga diri dan rasa terkontrol.

4). Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi kesel. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan Criteria hasil : menunjukkan prefusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. INTERVENSI  Awasi tanda vital, pengisian

kapiler,

kulit/membrane

kaji warna

mukosa

dasar kuku.  Tinggikan kepala

bunyi

tempat

napas

perhatikan bunyi adventisius. Selidiki

keluhan

derajat/keadekuata jaringan

nyeri

dada/palpitasi.  Hindari penggunaan botol

dan

intervensi.  Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan kontra

indikasi

gangguan

jantung

lama/peningkatan

laboratorium.

Berikan sel darah merah produk

darah sesuai indikasi.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

bila

ada

hipotensi.  Dispnea, gemericik menunjukan

panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.  Kolaborasi pengawasan hasil

oksigenasi

untuk kebutuhan seluler. Catatan:

regangan

lengkap/packaede

membantu kebutuhan

penghangat atau botol air

pemeriksaan

pervusi

menentukan

tidur sesuai toleransi.  Awasi upaya pernapasan ; awaskultasi

RASIONAL  Memberikan informasi tentang

karena jantung

kompensasi

curah jantung.  Iskemia seluler mempengaruhi jaringan

miokardial/potensial

resiko infark.  Termoreseptor jaringan dermal dangkal

karena

gangguan

oksigen.  Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan

pengobatan/respon

terhadap terapi  Memaksimalkan oksigen kejaringan.

transport

5). Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis. Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit kriteria hasil : mengidentifikasi factor resiko/ perilaku individu untuk mencegah cedera dermal. INTERVENSI  Kaji integritas kulit, catat perubahan

turgor,

sirkulasi, nutrisi dan imobilsasi.

gangguan warna, hangat lokal,

Jaringan dapat menjadi rapuh

eritema, ekskoriasi.  Reposisi secara periodik dan

dan cenderung untuk infeksi dan

pijat

pada

RASIONAL  Kondisi kulit dipengaruhi oleh

permukaan

tulang

apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.  Anjurkan permukaan kering

dan

bersih.

rusak.  Meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,

membatasi

iskemia

jaringan/mempengaruhi hipoksia kulit Batasi

seluler.  Area lembab,

terkontaminasi,

penggunaan sabun.  Bantu untuuk latihan rentang

memberikan media yang sangat

gerak.  Gunakan

organism patogenik. Sabun dapat

alat

pelindung,

misalnya

kulit

domba,

keranjang,

kasur

tekanan

udara/air pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)

baik

untuk

mengeringkan

pertumbuhan kulit

secara

berlebihan  Meningkatkan sirkulasi jaringan mencegah statis.  Menghindari kerusakan

kulit

dengan

mencega/menurunkan

tekanan

terhadap

permukaan

kulit 6). Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ; perubahan proses pencernaan ; efek samping terapi obat. Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. kriteria hasil : menunjukan perubahan perilaku/pola hidup, yang perlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

INTERVENSI  Observasi warna konsistensi

frekuensi

feses,

RASIONAL  Membantu mengidentifikasi

dan

penyebab/factor pemberat dan

jumlah.  Auskultasi bunyi usus.  Awasi imptake dan output

interfensi yang tepat.  Bunyi usus secara

(makanan dan cairan)  Dorong masukan

cairan

menurun pada konstipasi.  Dapat mengidentifikasi dehidrasi

ml/hari

dalam

kehilangan berlebihan atau alat

toleransi jantung.  Hindari makanan

yang

2.500-3.000

membentuk gas.  Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diaer.  Kolaborasi ahli giji untuk diet seimbang dengan tinggi serat dan buluk.  Berikan pelembek stimulan

ringan,

feses, laksatif

pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi.  Pantau (kolaborasi)  Berikan obat misalnya

keefektifan. anti

diare,

defenoxsilat

hidroklorida dengan atropine (lomatil)

dan

obat

mengabsorbsi air, misalnya 

Metamucil. (kolaborasi)

meningkat

pada

dalam

umum

diare

dan

mengidentifikasi

defisiensi diet.  Membantu alam memperbaiki konsistensi fese bila konstipasi. Akan

membantu

mempertahankan status hidrasi pada diare.  Menurunkan distress gastric dan distensi

abdomen.

Mencegah

exkoriasi kulit dan kerusakan.  Serat menahan enjim pencernaan dan mengabsorbsi air dalam alirannya

sepanjang

traktus

intestinal dan dengan demikia menghasilkan bulk yang bekerja sebagai

perangsang

defekasi  Mempermudah

depekasi

untuk bila

konstipasi terjadi.  Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi

7). Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terhadap/ mengingat; salah interprestasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. Kriteria hasil : 

Pasien

menyatakan

pemahamannya

proses

penyakit

dan

penatalksanaan penyakit. 

Mengidentifikasi factor penyebab.



Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI  Berikan informasi

tentang

RASIONAL  Memberikan dasar pengetahuan

anemia spesifik. Diskusikan

sehingga pasien dapat membuat

kenyataan

pilihan yang tepat. Menurunkan

tergantung

bahwa pada

terapi

tipe

dan

beratnnya anemia.  Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.  Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.  Berikan penjelasan pada klien tentang

penyakitnya

dan

kondisinya sekarang.  Anjurkan klien dan keluarga untuk

memperhatikan

makananya.  Minta klien

dan

diet

keluarga

mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

ansientas

dan

dapat

meningkatkan kerja sama alam program terapi.  Ansientasi/ketakutan ketidaktahuan

tentang

meningkatkan

stress, selanjutnya meningkatkan beban

jantung.

Pengetahuan

menurunkan ansientas.  Mengetahui sebepa pengalaman

dan

klien

keluarga

dan

jauh

pengetahuan

penyakitnya.  Dengan mengetahui

tentang penyakit

dan kondisinya sekarang, klien dan keluarga akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.  Diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan

 Mengetahui

seberapa

jauh

pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan 2.2.4 Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999: 28) Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) Infeksi tidak terjadi. 2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 3) Pasien

dapat

mempertahankan/

meningkatkan

ambulasi/

aktivitas. 4) Peningkatan perfusi jaringan. 5) Dapat mempertahankan integritas kulit. 6) Membuat/ kembali pola normal dari fungsi usus. 7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur

diagnostic dan rencana pengobatan.

Related Documents


More Documents from ""