Laporan Muscle Relaxant.docx

  • Uploaded by: Elfha Pranata
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Muscle Relaxant.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,074
  • Pages: 5
Dosen PJ: drh. Min Rahminiwati MS, Ph.D Hari, tanggal : Rabu, 9 Mei 2018 Kelompok

:4

Laporan Praktikum Farmakologi II Muscle Relaxant

Kelompok 4 Lena Indraswari

B04150044

…...

Elfha Pranata

B04150046

…...

Annisa Maqvira

B04150102

…...

Luluk Lailatul Hasanah

B04150100

…...

Yevi Pradina Lensi

B04150112

…...

Bagian Farmakologi dan Toksikologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2018

PENDAHULUAN Latar Belakang Obat pelumpuh otot (musle relaxant) adalah obat yang dapat digunakan selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitas intubasi. Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot. Biasanya digunakan sebelum operasi untuk mempermudah suatu operasi atau memasukan suatu alat ke dalam tubuh. Relaksasi otot jurik dapat dicapai dengan mendalamkan anestesi umum inhalasi, blokade saraf regional, dan memberikan pelumpuh otot. Dengan relakasasi otot ini akan memfasilitasi intubasi trakea, mengontrol ventilasi mekanik dan mengoptimalkan kondisi pembedahan. Pada prinsipnya, obat ini menginterupsi transmisi impuls saraf pada neuromuscular junction (Latief dkk 2002). Semua pelumpuh otot larut di air, relatif tidak larut di lemak, diabsorbsi dengan kurang baik di usus dan onset akan melambat bila di administrasikan intramuskular. Volume distribusi dan klirens dapat dipengaruhi oleh penyakit hati, ginjal dan gangguan kardiovaskular. Pada penurunan cardiac output, distribusi obat akan melemah dan menurun, dengan perpanjangan paruh waktu, onset yang melambat dan efek yang menguat. Pada hipovolemia, volume distribusi menurun dan konsentrasi puncak meninggi dengan efek klinis yang lebih kuat. Pada pasien dengan edema, volume distribusi meningkat, konsentrasi di plasma menurun dengan efek klinis yang juga melemah. Banyak obat pelumpuh otot sangat tergantung dengan ekskresi ginjal untuk eliminasinya. Hanya suxamethonium, atracurium dan cisatracurium yang tidak tergantung dengan fungsi ginjal. Umur juga mempengaruhi farmakokinetik obat pelumpuh otot. Neonatus dan infant memiliki plasma klirens yang menurun sehingga eliminasi dan paralisis akan memanjang. Sedangkan pada orang tua, dimana cairan tubuh sudah berkurang, terjadi perubahan volume distribusi dan plasma klirens. Biasanya ditemui sensitivitas yang meningkat dan efek yang memanjang. Fungsi ginjal yang menurun dan aliran darah renal yang menurun menyebabkan klirens yang menurun dengan efek pelumpuh otot yang memanjang (Mangku dan Senaphati 2010).

TINJAUAN PUSTAKA Striknin Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi untuk menjelaskan fisiologi dan farmakologi susunan saraf, obat ini menduduki tempat utama diantara obat yang bekerja secara sentral. Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps, dimana glisin juga bertindak sebagai transmiter penghambat pascasinaps yang terletak pada pusat yanng lebih tinggi di SSP (Louisa dan Dewoto 2007). Forelax Forelax merupakan merk dagang dari eperison hidroklorida. Eperison HCl merupakan zat aktif yang terkandung dalam obat antispasmodik yang digunakan untuk merelaksasikan otot pada sistem pusat melalui refleks pada sumsum tulang belakang dengan mekanisme menghambat jalur refleks nyeri dan mempunyai efek vasodilator seperti pada penyakit low back pain (Jothieswari et al. 2013; Jain et al. 2013). Xylazin Xylazin memiliki sifat sedatif, analgesi, sebagai muscle relaxant dan menyebabkan efek hipnotik pada hewan domestik (Egwu et al. 2011). Efek xylazin pada sistem kardiopulmonari adalah penurunan denyut jantung, penurunan cardiac output (CO), dan penurunan laju respirasi (Li et al. 2012). Menurut Cruz et al. (2011) efek xylazin dapat menyebabkan bradikardia, hipotensi, dan cardiac output (CO), serta depresi respiratori.

HASIL DAN PEMBAHASAN Praktikum mengenai muscle relaxant dilakukan menggunakan hewan coba tikus dengan berat badan 245 gram dan sedian obat yang diberikan adalah Nacl sebagai kontol, xylazine, feralax dan striknin. Tabel 1. Hasil perlakuan sediaan Nacl terhadap tikus. Menit

Sediaan

0’

Reflek

Tonus otot Ada

Frek. napas 72

Frek. Jantung 108

konvulsi

Ket.

ada

Rasa nyeri ada

-

-

ada

ada

ada

76

108

-

-

-

-

-

-

-

+

-

NaCl 20’ Striknin 10’

Tabel 2. Perbandingan sediaan obat Sediaan NaCl Xylazine Forelax

Waktu terjadinya konvulsi pada menit ke1 menit 12 menit 20 menit

NaCl merupakan sediaan obat yang dijadikan sebagai kontrol. Setelah pemberian NaCl terjadi konvulsi pada menit ke satu akibat striknin. Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps. Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat tersebut merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada hewan coba, konvulsi berupa ekstensi tonik dari badan dan semua anggota gerak (Sunaryo 1995). Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat (Adams 2001). Hasil praktikum diperoleh bahwa waktu terjadinya konvulsi akibat striknin lebih lama ketika hewan coba tikus diberikan sediaan obat forelax yaitu 20 menit sedangkan sediaan obat xylazine 12 menit. Menurut Latief et al. (2002), forelax merupakan relaksan otot yang mengandung bahan aktif atracurium besilate. Atracurium merupakan neuromuscular blocking agent yang sangat selektif dan kompetitif (nondepolarising) dengan lama kerja sedang. Non-depolarising agent bekerja antagonis terhadap neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan reseptor site pada motor-end-plate, sehinga atracurium memiliki efek kerja yang lebih panjang terhadap konvulsi dibandingkan dengan xylazine.

SIMPULAN Obat pelumpuh otot (musle relaxant) digunakan selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitas intubasi. Striknin bekerja dengan cara menghambat glisin di daerah penghambatan pascasinaps, sedangkan xylazine menghambat transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat. Waktu terjadinya konvulsi akibat striknin lebih lama ketika hewan coba diberikan sediaan obat forelax menghambat jalur refleks nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Adams RH. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics 8nd edition. Ames (US): IOWA State University Press. Cruz FS, Adriano BC, Melissa M, Romulo RA. 2011. Sedative and cardiopulmonary effects of buprenorphine and xylazine in horses. Can. J. Vet. Res. 75: 35-41. Egwu GO, Gideon DM, Saka S, Patrick AO, Gladys TA. 2011. The effect of vitamin C at varying times on physiological parameters in rabbits after xylazine anaesthesia. Vet. Ital. 47(1): 97-104. Jothieswari D, Kumar SP, Prasad CH, Raj KP, Reddy KB, Dhanalakshmi K. 2013 Development and Validation of UV-Sprectoscopic Method for Eperisone Hidrocloride in Pure and Tablet Dosage Form. In.t J. Bio. Pharm. Res. 4(12)- 927932. Latief, Said A, Kartini A. Suryadi M, Ruswan D. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Li P, Han H, Zhai X, He W, Sun L, Hou J. 2012. Simultaneous HPLC-UV determination of ketamine, xylazine, and midazolam in canine plasma. J. Chromatogr. Sci. 50: 108113. Louisa M dan Dewoto HR. 2007. Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): Gaya Baru. Mangku KIC dan Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Jakarta (ID): PT. Indeks. Sunaryo. 1995. Farmakologi dan Terapi: Perangsang Susunan Saraf Pusat. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Related Documents

Laporan Muscle Relaxant.docx
December 2019 12
Muscle
May 2020 19
Muscle
November 2019 30
Muscle Contraction
December 2019 18
Muscle Dental
November 2019 18
Skeletal Muscle
October 2019 21

More Documents from ""

Laporan Muscle Relaxant.docx
December 2019 12
Laporan 8 Diuretikum.docx
December 2019 27
Pendahuluan 2017.pptx
December 2019 15
Laporan 6 Sso.docx
December 2019 19