SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA LABOLATORIUM TEKNOLOGI FARMASI LAPORAN PRAKTIKUM STERIL SEMESTER VI
LAPORAN PRODUKSI
Zat Aktif
: Natrium Folat
Bentuk Sediaan
: Larutan Injeksi
Kekuatan Sediaan
: 5 mg/ml
Jumlah Sediaan
: 3 Ampul
1. Formula yang Digunakan R/ Natrium Folat
0,00526 mg
Na2EDTA
0,0005 mg
Natrium Klorida
8,365
Aqua pro injection
ad 1 ml
mg
2. Alasan Pemilihan Formula Alasan pemilihan Natrium Folat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan injeksi karena Natrium Folat merupakan salah satu zat aktif yang berkhasiat membantu tubuh dalam memproduksi dan mempertahankan sel-sel baru serta mencegah perubahan DNA yang dapat menyebabkan keracunan. Sebagai obat, Natrium folat digunakan untuk mengobati kekurangan sel darah merah (anemia). Adapun alasan penggunaan zat tambahan seperti Na2EDTA yang berfungsi sebagai agen pengkhelat, Natrium Klorida (NaCl) sebagai zat yang membuat sediaan injeksi hipotonis atau hipertonis menjadi isotonis sehingga dapat lebih mudah diterima olehcairan tubuh karena tekanan osmosisnya hampir sama. Serta Aqua pro injectionum yang berfungsi sebagai pembawa pada sediaan injeksi Natrium Folat.
1
3. Monografi 3.1
Zat Aktif
Gambar 3.1 Strukur Asam Folat Nama
: Asam Folat
Rumus Struktur/BM : C19H19N7O6/441,40 Pemeria
:
Serbuk
hablur,
kuning
atau
jingga
kekuningan tidak berbau Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%)P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dalam Benzen P, mudah larut dalam asam klorida encer P panas dan dalam asam sulfat encer P panas, larut dalam asam klorida P dan dalam asam sulfat P, larutan berwarna kuning sangat pucat, mudah larut dalam larutan alkali, hidroksida encer dan dalam larutan alkali karbonat encer
Titik Leleh
: 250oC
Stabilitas
: mempunyai pH 8-11
OTT
: Terhadap oksidator, reduktor, dan logam berat.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, telindungi dari cahaya
Khasiat
: Defisiensi Asam Folat (Dirjen POM, 1979)
2
3.2
Zat Tambahan 3.2.1
NaOH
Gambar 3.2. Struktur NaOH Berat molekul
: 40,00 g/mol
Pemerian
: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kandungan
: Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Kegunaan
:
Sebagai
zat
tambahan
untuk
merubah asam folat menjadi bentuk garamnya. (Dirjen POM, 1979) 3.2.2
Na2EDTA
Gambar 3.3 Struktur Na2EDTA RM/BM
: C10H14N2Na2O8/336,21
3
Pemerian
: Serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa asam.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%), larut 1 dalam 11 bagian air.
Kegunaan
: Pengawet dan pengkhelat
Inkompaktibel
: Dengan bahan pengoksidasi kuat, basa kuat, ion
logam polivalen
seperti besi, nikel. Kestabilan
: Sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih stabil dalam bentuk basa bebas, mengalami
dekarboksilasi
jika
dipanaskan di atas suhu 150 0C. Kehilangan air kristalisasi ketika dipanaskan sampai 120 0C. Sedikit higroskopis, maka harus dilindungi dari kelembaban. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
pH
: 4,3-4,7 untuk 1% larutan dalam karbondioksida bebas air. (Rowe dkk, 2009, hal 192)
3.2.3
NaCl RM / BM
: NaCl / 58,44
Pemerian
: Serbuk kristal putih; tidak berwarna; berasa garam
Kelarutan
: Sedikit larut etanol; larut dalam 250 bagian etanol 95%; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100o C
Kegunaan
: Agen tonisitas; sumber ion natrium 4
Inkompaktibel
: Larutan NaCl bersifat korosif dengan besi; membentuk endapan bila bereaksi dengan perak; garam merkuri;
agen
oksidasi
kuat
pembebas klorin dari larutan asam NaCl; kelarutan nipagin menurun dalam larutan NaCl. pH
: 6,7-7,3
Titik lebur
: 1439oC
Stabilitas
: Larutan NaCl stabil tetapi dapat memecah partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat
disterilisasi
dengan
cara
autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering. (Dirjen POM, 1979, hal 403) 3.2.4
Aqua Pro Injection RM / BM
: H2O / 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan 3 hari setelah pembuatan
Kegunaan
: Pembawa/pelarut (Dirjen POM, 1995, hal 112)
5
4. Perhitungan Bahan dan Penimbangan 4.1
Perhitungan Bahan Per 1 Ampul Asam Folat
: 0,005 g/ml
Na2EDTA
: 0,0005 g/ml
NaCl
: 8,365 mg
NaOH
: 0,453 mg (112,5 μl NaOH 0,1 N)
Aqua p.i
: 1 – (0,005 + 0,0005 + 0,008365 + 0,1125 ml) : 1 – 0,126365 = 0,8736535 ml
4.2
Perhitungan Bahan Untuk 1 Batch (3 ampul) 8
Asam Folat
: 0,005 g/ml x
Na2EDTA
: 0,0005 g/ml x
NaCl
: 8,365 mg/ml x
NaOH
: 112,5 μl x
Aqua p.i
: 8 – (0,04 + 0,004 + 0,06692 + 0,9 ml)
8 1
= 0,04 g
1 8 1
8 1
= 0,004 g = 66,92 mg
= 0,9 ml
: 8 – 1,01092 = 6,698908 ml
4.3
Penimbangan Asam Folat
: 0,04 g
Na2EDTA : 0,004 g NaCl
: 66,92 mg
NaOH
: 0,9 ml
Aqua p.i
: 6,698908 ml
5. Alat dan Bahan 5.1 Alat Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, beaker glass, syringe, mebran filter, spatel, batang pengaduk, gelas ukur 10 ml, mikro pipet, pH meter, autoklaf dan pipet tetes.
6
5.2 Bahan Bahan yang digunakan yaitu Asam Folat, NaCl, NaOH, Na2EDTA, dan aqua pro injection.
6. Prosedur 6.1 Prosedur Pembuatan injeksi Langkah pertama disiapkan alat beserta bahan yang akan digunakan, ditimbang masing-masing bahan. Dicampurkan sebanyak 0,04 gram asam folat dengan aqua pro injection sebanyak 15 tetes (0,75ml). Lalu ditambahkan Ntrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N 0,9 ml dan dicampurkan hingga homogen. Na2EDTA yang sebelumnya dilarutkan menggunakan aqua pro injection sebanyak 15 tetes (0,75ml) dimasukkan kedalam larutan sambil di ad homogen. Ditambahkan NaCl. Setelh itu dilakukan pengecekan pH sambil ditambahkan NaOH 1N 5 tetes hingga pH berkisar antara 8-11. Larutan lalu disarin menggunakan membran filter dan diambil 1 ml dengan syiringe. Lalu dimasukkan ke dalam ampul yang telah dibilas dengan etanol. Ampul lalu dilas dan dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC kurang lebih 15 menit. Evaluasi dilakukan.
6.2
Prosedur Evaluasi Sediaan Setiap ampul diuji evaluasinya. Mulai dari kejernihan, penampilan fisik
wadah, kebocoran ampul, jumlah sediaan, dan keseragaman volume. 6.2.1 Uji kejernihan Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan dengan cara memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata (Farmakope Indonesia IV, 1995 :998). 6.2.2 Uji penampilan fisik wadah Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan diperhatikan bentuk wadah atau ampul yang digunakan pada sediaan yang sudah jadi. 7
6.2.3 Uji kebocoran ampul (Goeswin, 2009:192) Ampul disimpan secara terbalik didalam wadah, kemudian permukaan bawahnya diletakan tisu untuk melihat kebocoran. Apabila sediaan bocor maka pada permukaan tisu akan timbul bercak cair. 6.2.4 Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia IV,1995:9991001) Ampul diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual.
7. Hasil Evaluasi Sediaan Tabel 7.1. Hasil Evaluasi No.
Jenis Evaluasi
1.
Kejernihan
2. 3. 4. 5.
Penampilan fisik wadah Kebocoran ampul Jumlah sediaan Keseragaman volume
Penilaian Jernih, tidak ada pengotor dilarutan dan permukaannya. Baik . Tidak bocor. 3 ampul (@1 ml) Seragam
8. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan injeksi natrium folat 5,56 mg yang setra dengan asam folat 5 mg. Alasan digantinya asam folat dengan natrium folat karena berdasarkan farmakope indonesia edisi ketiga kelarutan dari asam folat itu sangat sukar larut dalam air, sedangkan pembawa yang digunakan pada sediaan injeksi kali ini adalah air yaitu aqua pro injeksi. Oleh karena itu asam folat digantikan dengan natrium folat atau garamnya agar lebih mudah larut didalam air. Salah satu persyaratan sediaan injeksi haruslah jernih atau tidak ada partikel sekecil apapun di larutan dan harus steril atau bebas dari segala mikroorganisme, hal ini karena penggunaan sediaan injeksi langsung masuk ke peredaran darah sehingga jika ada pertikel yang tidak larut sedikit saja maka akan menyumbat peredaran darah yang akan berakibat fatal. Injeksi asam folat digunakan untuk mengobati anemia megaloblastik, pencegahan defek tabung saraf, profilaksis pada status hemolitik kronik, profilaksis defisiensi folat pada pasien cuci darah. 8
Adapun formula yang digunakan dalam pembuatan injeksi asam folat antara lain asam folat sebagai zat aktif, natrium klorida (NaCl), dinatrii edetas (Na2EDTA) sebagai penghelat, natrium hidroksida (NaOH) sebgai pengatur pH sediaan, serta Aqua Pro Injection (API) sebagai pembawa. Pada formula ini tidak menggunakan bahan pengawet karena injeksi ini dibuat dengan tujuan untuk dosis tunggal atau sekali pakai sehingga tidak memerlukan pengawet pada formula. Pengawet atau anti mikroba biasanya digunakan untuk sediaan yang digunakan berkali-kali atau multi dose. Selain itu, penggunaan pengawet dihindari karena apabila masuk langsung pada peredaran darah sistemik akan menjadi toksik. Pertama tama semua bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan yang telah dilebihkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hilangnya volume bahan pada saat pembuatan sediaan tersebut. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada waktu proses sterilisasi yaitu dengan menggunakan sterilisasi uap panas. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mengganti kehilangan bahan pada waktu proses pembuatan, yaitu pada waktu penyaringan atau adanya bahan yang tertinggal pada alat-alat praktikum. Asam folat ditimbang sebanyak dan dilarutkan dengan pembawa, kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,1 N sebanyak 0,9 ml dan diaduk sampai tercampur homogen. Penambahan NaOh ini untuk merubah asam folat menjadi natrium folat agar dapat larut dalam pembawa. Kemudian ditambahka Na2EDTA yang telah dilarutkan dengan pembawa, penambahan Na2EDTA ini berfungsi sebagai pengkelat dimana Na2EDTA akan membentuk ikatan komplek dengan cara bereaksi dengan ion logam atau alki untuk menjaga kestablan dari sediaan agar tidak terjadi perubahan warna, ketengikan, dan kekeruhan. Selanjutnya dicampurkan dengan campuran yang pertama sampai dengan homogen. Setelah itu tambahkan larutan NaCl. Hal ini untuk membuat larutan tersebut isotonis , yang merupakan kondisi di mana suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya. Jika suatu sediaan parenteral tidak isotonis maka ada 2 kemungkinan yang akan terjadi yakni sel darah merah dapat mengkerut karena konsentrasi larutan lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi dalam sel darah 9
merah dan yang paling berbahya adalah ketika sel darah merah pecah yang diakibatkan karena konsentrasi sel darah merah lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi larutan. Setelah itu tambahkan pembawa sampai dengan volume sediaan mencapai 8 ml. Jika semua bahan telah tercampur homogen maka langkah selanjutnya yaitu mengecek pH sediaan menggunakan pH meter, ketentuan pH untuk sediaan injeksi asam folat yaitu 8 – 11. Didapatkan nilai pH sediaan sebesar 10,44. Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral ialah kejernihan. Untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan ke dalam produk parenteral, sejumlah tindakan pencegahan harus dilakukan selama pembuatan, salah satunya yaitu dengan menyaring larutan akhir sebelum dimasukkan ke dalam wadah dengan menggunkan membran filter. Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam wadah (ampul) masing-masing sebanyak 1ml lalu dilakukan pengelasan ampul, hal ini bertujuan untuk menutup jalannya
udara
yang dapat
membuat
larutan terkontaminan dengan
mikroorganisme lainnya. Dalam pembuatan suatu produk parenteral pelarut atau pembawanya harus tepat dan harus mengikuti prosedur aseptik. Prosedur aseptik ini diperlukan jika bahan produk parenteral yang akan dipakai harus bebas dari mikroorganisme, mulai dari pelarut (air) dan bahan-bahan zat aktif hingga bahan tambahan (material equipment). Kemudian sediaan disterilisasi akhir dengan mengguakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Pada saat sterilisasi uap (autoklaf) terjadi pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Metode sterilisasi ini merupakan metode yang paling efektif karena uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi, bersifat nontoksik dan relatif mudah dikontrol.
10
9. Kesimpulan Sediaan injeksi natrium folat 5,26 mg yang setara dengan asam folat 5 mg dapat dikatakan cukup baik karena memenuhi persyaratan uji kejernihan, penampilan wadah yang baik, tidak terdapat kebocoran serta bersifat isotonis.
11
DAFTAR PUSTAKA Ditjen POM. 1995.Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Lachman L, Lieberman H.A, Kanig J.L. 1994 . Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Suyatni S . Edisi II . Jakarta : UI Press Raymond C Row,dkk.2009.Handbookof Pharmaceutical Exipien Sixth Edition. London: PhP
12
LAMPIRAN 1. Perhitungan Volume Sediaan yang Telah dilebihkan 1.1 Cairan Encer = (3+2) 1,1 + 2 ml = 5,5 + 2 ml = 7,5 ml 1.2 Cairan Kental = (3+2) 1,15 + 2 ml = 5,75 + 2 ml = 7,75 ml ~ 8 ml 2. Perhitungan Tonisitas Tabel 11.2 Perhitungan Tonisitas Zat
Perhitungan Konsentrasi
C
ΔTb atau ΔTb x C E
Na. Folat
C=
0,526 %
ΔTb : 0,06 0,03156
0,05 %
ΔTb:0,132 0,0066
𝐵𝑀 𝑁𝑎.𝐹𝑜𝑙𝑎𝑡 𝐵𝑀 𝐴𝑠.𝐹𝑜𝑙𝑎𝑡
𝑥 𝐶 𝐴𝑠. 𝐹𝑜𝑙𝑎𝑡
E : 0,12
464,4
= 441,4 x 0,5 = 0,526 % Na2EDT A
0,05%
E : 0,23 Jumlah
W=
(0,52−𝑎) 𝑏
=
(0,52−0,3816) 0,576
=
0,48184 0,576
0,3516
𝑔
= 0,8365 100 𝑚𝑙
Tonisitas sebenarnya = 0,9 – 0,8365 g/100 ml = 0,0635 ⸫ Bersifat Hipotonis
Untuk membuat larutan menjadi isotonis = 836,5 mg/100 ml = 8,365 mg/ml 13
3. Perhitungan NaOH 𝑚1
n = 𝑀𝑟1 = 5 𝑚𝑔 441,4
=
𝑚2 𝑀𝑟2 𝑥 40
200 = 441,4 x X = 0,453 mg
N
𝑔
= 𝑀𝑟 𝑥
0,1 N= V
0,45 40
1000
𝑥
𝑉 1 𝑉
0,45
= 40 𝑥 0,1 = 0,1125 ml = 112,5 μl
4. Kemasan 4.1 Kemasan Primer : Ampul
Gambar.4.1.Ampul 4.2 Kemasan Sekunder : Label dan Brosur
Gambar.4.2. Label
14
Gambar.4.3. Brosur 1.3 Kemasan Tersier : Dus
Gambar.4.4. Kemasan Dus
15