SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA LABOLATORIUM TEKNOLOGI FARMASI LAPORAN PRAKTIKUM STERIL SEMESTER VI
LAPORAN PRODUKSI TETES MATA ATROPIN SULFAT
Zat Aktif
: Atropin sulfat
Bentuk Sediaan
: Obat tetes mata
Kekuatan Sediaan
: 100 mg/10ml
Jumlah Sediaan
: 1 vial plastik
1. Formula yang Digunakan R/ Atropin sulfat
1%
Benzalkonium kloridum
0,01%
Na2EDTA
0,05%
Aqua pro injection
ad 10 ml
2. Alasan Pemilihan Formula Alasan pemilihan Atropin sulfat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan injeksi karena Atropin sulfat merupakan salah satu zat aktif yang berkhasiat
dalam pengobatan midriasis kondisi dimana terjadi gangguan
kesehatan pada mata yang ditandai dengan pupil mata yang melebar dalam jangka waktu yang lama dengan kata lain pupil mata tersebut mengalami kegagalan untuk kembali pada konsisi normal. Adapun alasan penggunaan zat tambahan dalam formula ini seperti Benzalkonium kloridum karena berfungsi sebagai pengawet dengan aktivitas antimikro pada konsentrasi 0,01%-0,02%, penambahan bahan pengawet dalam formula ini karena sediaan ini ditujukan untuk pemakaian berulang atau multi dose. Na2EDTA dalam formula ini
1
berfungsi sebagai agen pengkhelat, Natrium Klorida (NaCl) sebagai zat yang membuat sediaan injeksi hipotonis atau hipertonis menjadi isotonis sehingga dapat lebih mudah diterima olehcairan tubuh karena tekanan osmosisnya hampir sama. Serta Aqua pro injectionum yang berfungsi sebagai pembawa pada sediaan obat tetes mata atropin sulfat.
3. Monografi 3.1
Zat Aktif
Gambar 3.1 Struktur Kimia Atropin Sulfat (British Pharmacopoeia 2009, hal 470) Nama Zat Aktif
: Atropin Sulfat
Berat Molekul
: 694,85 gr/mol (FI ed IV 1995 hal.197)
Rumus Molekul
: C34H46N2O6,H2SO4,H2O (British Pharmacopoeia 2009, hal 470)
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; mengembang di udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air; mudah Iarut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.
pH
: 3,0 - 6,5 (FI ed IV 1995 hal.197)
Titik Lebur
: 188⁰C - 194⁰C (Japanese Pharmacopoeia ed 20,2016 hal 407).
Dosis Maksimum
: Sekali 1 mg, sehari 3 mg
Daftar Obat
: Keras
2
Kegunaan
: Sebagai zat aktif dan parasimpatolikum
Wadah dan
: Dalam wadah dosis tunggal atau dosis
Penyimpanan
ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. (FI ed IV 1995 hal.197)
3.2
Zat Tambahan 3.2.1
Pengisotonis Nama Zat
:
Natrium Klorida (NaCl)
Pemerian
:
Hablur Heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau rasa
asin. Kegunaan
:
Sumber ion klorida dan ion natrium.
3
Kelarutan
:
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%)P.
Kegunaan
:
Untuk
pembuatan
larutan
isotonik
intravena dan preparat sediaan mata dengan konsentrasi kurang dari 0,9 %. Higroskopisitas
:
Higroskopis diatas 75 %
Titik leleh
:
804 ˚C
Densitas
:
1,20 g/cm³ untuk larutan cair. (Farmakope Indonesia III, hal 403-404)
Penyimpanan
:
Disimpan ditempat tertutp, dingin dan kering (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 637-639).
3.2.2
Pengawet
Gambar 3.2 Struktur Kimia Benzalkonium Klorida (Sumber: Hand Book of Pharmaceutical Excipients ed V, hal 61 ) Nama Zat
: Benzalkonium Klorida
Berat Molekul
: 360 gr/mol
Rumus Molekul
: [C6H5CH2N(CH3)2RjCI
4
Pemerian
:
Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya berbau aromatik lemah. Larutan dalam air berasa pahit, jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Kelarutan
:
Sangat mudah larut dalam air dan etanol; bentuk anhidrat mudah larut dalam benzena dan agak sukar larut dalam eter. (Farmakope Indonesia IV 1995, hal 130132)
Kegunaan
:
Pengawet
Konsentrasi
:
0,01 – 0,02 % dalam sediaan mata
Stabilitas
:
Bersifat
higroskopis
dan
dapat
dipengaruhi (teroksidasi) oleh cahaya, udara, dan logam. Titik Lebur
:
40 ˚C
pH
:
5-8 pada konsentrasi larutan 10% w/v
OTT
:
Alumunium, surfakatan anionik, sitrat iodida. Kaolin, lanolin, kapas, fluoresensi, asam perklorat, surfakatan non ionik kadar tinggi,
nitmt,
HPMC,
pemanganat,
protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamid, tartrat. ZnO, ZnSO4, kontak dengan karet dan plastik. Penyimpanan
:
Disimpan dalam suhu ruangan, simpan dalam wadah kedap udara, hindari dari cahaya dan kontak dengan logam.
Ekivalensi
:
0,16
5
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients ed V, hal 61-63) 3.3.3
Agen Pengkhelat
Gambar 3.3 Struktur Kimia Na2EDTA (Sumber: Rowe dkk, 2009, hal 192)
Nama Zat
: Na2EDTA
Berat Molekul
:
336,21gr/mol
Rumus
:
C10H14N2Na2O8
:
Serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa
Molekul Pemerian
asam. Kelarutan
:
Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%), larut 1 dalam 11 bagian air.
Kegunaan
:
Pengawet dan pengkhelat
pH
:
4,3-4,7
untuk
1%
larutan
dalam
karbondioksida
6
bebas air.
Stabilitas
:
Sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih stabil
dalam
bentuk
mengalami
basa
bebas,
dekarboksilasi
jika
dipanaskan
di
Kehilangan
air
atas
suhu
150˚C.
kristalisasi
ketika
dipanaskan sampai 120 0C. Sedikit higroskopis, maka harus dilindungi dari kelembaban. OTT
:
Dengan bahan pengoksidasi kuat, basa kuat, ion logam polivalen seperti besi, nikel.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
(Rowe dkk, 2009, hal 192) 3.3.4
Pembawa
Nama Zat
: Aqua Pro Injection
Berat Molekul
: 36,46 gr/mol
Pemerian
:
Cairan jernih tidak bewarna, tidak berbau. (Farmakope Indonesia III, hal 97)
Kelarutan
:
Dapat bercampur denga pelarut polar dan elektrolit. (Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 112)
Kegunaan
:
Pembawa untuk membuat sediaan injeksi (Farmakope Indonesia III, hal 97)..
Stabilitas
:
Air stabil dalam setiap keadaan
7
OTT
:
Dalam
sediaan
farmasi,
air
dapat
bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yangmudah terhidrolisis (mudah terurai
dengan
adanya
air
atau
kelembaban) (es, cairan, uap panas). Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 112) Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan. (Farmakope Indonesia III, hal 97)
4. Penimbangan Tabel 4.1 Peimbangan Bahan Nama Bahan Baku Atropin Sulfat Benzalkonium Klorida NaCl Na2EDTA Aqua Pro Injection
Jumlah Per Unit (/10ml) 0,1 g 0,001 g
Jumlah untuk 1 Batch
76,12 mg 0,005 g Ad 10 ml
98,956 mg 0,0065 g Ad 13 ml
0,13 g 0,0013 g
5. Alat dan Bahan 5.1
Alat Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, beaker glass, syringe,
mebran filter, spatel, batang pengaduk, gelas ukur 10 ml, mikro pipet, pH meter, LAF (Laminar Air Flow) dan pipet tetes.
5.2
Bahan Bahan yang digunakan yaitu Atropin Sulfat, NaCl, Benzalkonium
Klorida, Na2EDTA, dan aqua pro injection.
6. Prosedur
8
6.1 Prosedur Pembuatan Obat Tetes Mata Langkah pertama disiapkan alat beserta bahan yang akan digunakan, ditimbang masing-masing bahan. Dicampurkan sebanyak 130 mg atropin sulfat dengan aqua pro injection sebanyak 1 ml. NaCl sebanyak 98,956 mg dilarutkan dengan aqua pro injection 1 ml, kemudian dicampurkan dengan larutan atropin sulfat. Ditambahkan benzalkonium klorida 13 mg yang etlah dilatutkan dengan aqua pro injection 1 ml, di aduk sampai dengan homgen. Na2EDTA 65 mg yang sebelumnya dilarutkan menggunakan aqua pro injection sebanyak 1 ml. Setelah itu dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan indikator universal. Kemudian ditambahkan aqua pro injection sampai 13 ml. Pencampuran bahan untuk pembuatan obat tetes mata atropin sulfat dilakukan di LAF. Larutan lalu disaring menggunakan membran filter dan diambil 10 ml dengan siring. Lalu dimasukkan ke dalam vial plastik yang telah dibilas dengan etanol.
6.2 Prosedur Evaluasi Sediaan Vial plastik diuji evaluasinya. Mulai dari kejernihan, penampilan fisik wadah, kebocoran wadah, jumlah sediaan, dan keseragaman volume. 6.2.1 Uji kejernihan Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan dengan cara memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata (Farmakope Indonesia IV, 1995 :998). 6.2.2 Uji penampilan fisik wadah Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan diperhatikan bentuk wadah atau ampul yang digunakan pada sediaan yang sudah jadi. 6.2.3 Uji kebocoran ampul (Goeswin, 2009:192) Ampul disimpan secara terbalik didalam wadah, kemudian permukaan bawahnya diletakan tisu untuk melihat kebocoran. Apabila sediaan bocor maka pada permukaan tisu akan timbul bercak cair.
9
6.2.4 Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia IV,1995:9991001) Ampul diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual.
7. Hasil Evaluasi Sediaan Tabel 7.1. Hasil Evaluasi Jenis Evaluasi Kejernihan
Hasil
Penampilan fisik wadah
Jernih, tidak ada pengotor di dalam larutan dan permukaannya. Baik
Kebocoran ampul Jumlah sediaan Keseragaman volume pH
Tidak ada 1 vial plastik ( 10 ml) Seragam 5
8. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan tetes mata atropine sulfat. Injeksi atropin sulfat digunakan untuk meredakan nyeri akibat peradangan mata bagian tengah, serta melemaskan otot mata sebelum pemeriksaan mata. Adapun formula yang digunakan dalam pembuatan injeksi atropin sulfat antara lain atropin sulfat sebagai zat aktif, natrium klorida (NaCl), dinatrii edetas (Na2EDTA) sebagai penghelat, benzalkonium klorida, serta Aqua Pro Injection (API) sebagai pembawa. Pada formula ini menggunakan bahan pengawet karena injeksi ini dibuat dengan tujuan untuk dosis ganda atau beberapa kali pemakaian sehingga memerlukan pengawet pada formula. Pengawet atau anti mikroba biasanya tidak digunakan untuk sediaan yang digunakan hanya satu kali atau single dose. Pertama tama semua bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan yang telah dilebihkan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hilangnya volume bahan pada saat pembuatan sediaan tersebut. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada waktu awal proses sampai proses sterilisasi yaitu dengan menggunakan sterilisasi aseptis atau disebut LAF (Laminar Air Flow). Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mengganti 10
kehilangan bahan pada waktu proses pembuatan, yaitu pada waktu penyaringan atau adanya bahan yang tertinggal pada alat-alat praktikum. Atropin sulfat ditimbang sebanyak 0,13 g dan dilarutkan dengan pembawa, kemudian ditambahkan dengan NaCl sebanyak 98,956 mg yang dilarutkan dengan aqua pro injection 1 ml. Hal ini untuk membuat larutan tersebut isotonis , yang merupakan kondisi di mana suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya. Setelahnya ditambahkan benzalkonium klorida 13 mg yang telah dilarutkan dengan aqua pro injection 1 ml, di aduk sampai dengan homogen. Benzalkonium klorida merupakan pengawet yang sering digunakan efektif dalam dosis kecil, reaksi cepat, stabilitas yang tinggi, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama dinatrium edetat, untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas aeruginosa. Senyawa kation aktif seperti benzalkonium klorida dapat berinteraksi dengan gugus-gugus yang bermuatan negatif pada dinding sel bakteri. Interaksi ini menyebabkan netralisasi muatan yang memfasilitasi adsorpsi zat aktif sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri. Selain itu, benzalkonium klorida juga menyebabkan presipitasi protein plasma sel bakteri. Kemudian ditambahkan Na2EDTA yang telah dilarutkan dengan pembawa, penambahan Na2EDTA ini berfungsi sebagai pengkelat dimana Na2EDTA akan membentuk ikatan komplek dengan cara bereaksi dengan ion logam atau alki untuk menjaga kestabilan dari sediaan agar tidak terjadi perubahan warna, ketengikan, dan kekeruhan. Jika semua bahan telah tercampur homogen maka langkah selanjutnya yaitu mengecek pH sediaan menggunakan pH universal, ketentuan pH untuk sediaan injeksi atropin sulfat yaitu 4,5 – 6. Didapatkan nilai pH sediaan sebesar 5. pH isohidris misalnya garam alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah pH 2-4, yang jelas sangat tidak fisiologis, akan tetapi dengan menaikkan harga pH dapat menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar membaiknya penetrasi pada kornea (dengan mempertimbangkan keseimbangan fisiologisnya, larutan ini diisohidrikan sampai pada harga pH 4,5-6). Kemudian ditambahkan
11
aqua pro injection sampai 13 ml. Pencampuran bahan untuk pembuatan obat tetes mata atropin sulfat dilakukan di LAF secara aseptis. Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara tetes mata ialah kejernihan. Untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan ke dalam produk tetes mata, sejumlah tindakan pencegahan harus dilakukan selama pembuatan, salah satunya yaitu dengan menyaring larutan akhir sebelum dimasukkan ke dalam wadah dengan menggunakan membran filter. Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam wadah (vial plastik 10 ml) .Prosedur aseptik ini diperlukan jika bahan produk tetes mata yang akan dipakai harus bebas dari mikroorganisme, mulai dari pelarut (air) dan bahan-bahan zat aktif hingga bahan tambahan (material equipment). Proses sterilisasi aseptis menggunakan LAF dipilih dikarenakan wadah tetes mata yang terbuat dari plastic,ditakutkan jika menggunakan autoklaf akan meleleh dan memuai.
9. Kesimpulan Sediaan tetes mata atropin sulfat 10% dapat dikatakan cukup baik karena memenuhi persyaratan uji kejernihan, penampilan wadah yang baik, tidak terdapat kebocoran serta bersifat isohidri.
DAFTAR PUSTAKA Connors. 1992. KA.Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua. Semarang: IKIP Semarang Press Ditjen POM. 1995.Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
12
Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”.Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia Martindale.1982. Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain. The Extra Pharmacopoeia Twenty eight Edition. London : The Pharmaceutical. Raymon Rowe. Hand Book of Pharmaceutical Excipients ed V 2006 British Pharmacopoeia 2009
LAMPIRAN
1. Tonisitas Tabel 1.1 Perhitungan Tonisitas Zat
%C
∆Tb
E
a
13
Atropin Sulfat Benzalkonium Klorida Na2EDTA
1.1
1% 0,01%
0,074 0,091
0,05%
0,132
(∆TbxC) 0,074 0,00091 0,23
0,0066 Σ= 0,08151
Perhitungan Tonisitas 𝑊= 𝑊= 𝑊=
0,52−a 𝑏 0,52−0,08151 0,576 0,43849 0,576
W = 0,7612% Tonisitas Larutan Sebenarnya = 0,9 – W = 0,9-0,7612 = 0,1388 g/100 ml
Kesimpulan : Larutan tersebut hipotonis karena kurang dari 0,9 sehingga perlu penambahan NaCl sebanyak 761,2mg/100ml ~ 76,12mg/10ml.
2. Perhitungan Volume Sediaan yang Telah Dilebihkan 2.1
Cairan Kental (vial 10ml)
= (nxC)+2ml = (1x10,7)+2ml = 12,7 ml
2.2
Cairan Encer (vial 10ml)
= (nxC)+2ml = (1x10,5)+2ml = 12,5 ml
3. Kemasan 3.1
Kemasan Primer (vial plastik)
14
Gambar 3.1.Ampul
3.2
Kemasan Sekunder : Label dan Brosur
Gambar 3.2 Label
ATROMOL * ORIGINAL ATROPIN SULFAT Meredakan Peradangan Mata/ Tetes Mata Steril DESKRIPSI Atromol, nama dagang dari Atropin Sulfat, adalah obat matasteril, isotonis, dan mengandung natrium klorida serta air, juga mengandung Benzalkonium Klorida 0,01% dan dinatrium EDTA 0,05% sebagai pengawet. Obat ini mengandung Benzalkonium Klorida, penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan selaput mata. Jangan menggunakan obat ini secara rutin dan untuk jangka panjang. Jika gejala telah hilang hentikan penggunaan obat. Jangan menggunakan kontak lensa ketika menggunakan obat ini. Kontak lensa dapat digunakan minimal 1015 menit setelah obat diteteskan. PERINGATAN Untuk atropin tetes mata, ada beberapa langkah penggunaan yang perlu diperhatikan, yaitu:
-
Cuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.
15
Gambar 3.3 Brosur
3.3
Kemasan Tersier : Dus
16
Gambar 3.4 Dus
17