Laporan Percobaan Asam Amino.docx

  • Uploaded by: Onya Irma
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Percobaan Asam Amino.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,857
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Asam amino yang merupakan monomer (suatu pembentuk) protein amino adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amino dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang sama. Protein adalah salah satu makrobiomolekuler yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sel dari pada mahluk hidup termasuk manusia. Protein adalah polimer dari asam-asam amina yang tersambung melalui ikatan peptida, oleh karenanya dapat juga disebut polipeptida (Sunarya, 2011). Hal yang menarik bahwa protein pada semua bentuk kehidupan (organisme) mengandung hanya 20 jenis asam amino, namun interkoneksinya menghasilkan ragam mahluk hidup yang tidak terhingga banyaknya. Treonin adalah asam amino pembentuk protein yang paling akhir dapat di isolasi yaitu hidrolisis fibrin. Penamaan asam amino dapat dituliskan dengan nama biasa (umum), cara penamaan ini dapat pula digunakan singkatan terutama jika asam amino dalam bentuk peptida dengan jumlah yang banyak. Disamping itu, penamaan asam amina dapat juga menggunakan nama sistemik (IUPAC). Nama asam amino mula-mula diberikan secara empirik (Fessenden, 1982). Berdasarkan uraian materi diatas maka dilakukan percobaan asam amino dan protein, yakni untuk mengetahui sifat-sifat dari jenis-jenis asam amino dan protein.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah mengenal beberapa sifat asam amino dan protein berdasarkan reaksi kimia. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui beberapa sifat asam amino dan protein melalui uji millon 2. Untuk mengetahui beberapa sifat asam amino dan protein melalui uji ninhidrin 3. Untuk mengetahui beberapa sifat asam amino melalui uji biuret.

1.3 Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini yaitu mengidentifikasi adanya gugus hidroksi fenil pada protein dengan cara menambahkan pereaksi millon, mengidentifikasi asam amino atau adanya gugus amina dan asam karboksilat yang terikat bebas pada senyawa protein dengan cara menambahkan pereaksi ninhidrin dan mengidentifikasi protein atau ikatan peptida pada senyawa protein dengan cara menambahkan biuret.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asam amino adalah molekul yang mengandung gugus amino terprotonasi (NH3+) dan gugus karboksil terionisasi (COO). Pembangun protein adalah asam alfa amino (asam α-amino) suatu asam α-amino, sering disebut asama amino saja. Dalam hal ini, atom karbon ditandai dengan α dan merupakan penguhung gugus amino. Asam amino yang ditunjukkan ini berada dalam bentuk ionisasi ganda, yang dinamakan zwitterion. Zwitterion merupakan bentuk yang lebih dominan pada pH disekitar titik isolistrik dalam sistem biologi (disebut juga pH isolistrik atau pH pada titik isolistrik (Sunarya, 2011). Asam amino mempunyai dua gugus fungsional, yaitu gugus asam amino dan gugus asam karboksilat. Pada asam α-amino kedua gugus fungsional tersebut terikat pada atom C-α yang sama, seperti diperlihatkan pada. Protein pada umumnya disusun oleh asam α-amino (Sugiyono, 2004). asam α-amino disusun oleh empat gugus yang berbeda-beda yang terikat pada C-α, kecuali glisin karena pada glisin gugus R adalah berupa atom H. Gugus-gugus penyusun asam amino tersebut adalah R, NH2, COOH, atom H. Ke empat gugus yang terikat pada C-α itu berbeda-beda menyebabkan asam amino mempunyai aktifitas optik. Hampir semua asam amino bersifat L (levorotatori), meskipun ditemukan pula beberapa asam amino yang bersifat D (dextrorotatori) pada pH = 7,0 (Sugiyono, 2004). Gugus karboksil merupakan asam kuat sehingga protonnya dapat terdisosiasi cukup besar. Demikian pula, gugus amino adalah basa kuat sehingga dapat menarik proton sangat kuat pada pH isolistrik. Jika asam amino berada dalam larutan asam gugus –COO– cenderung mengikat ion hidrogen. Hal ini

merupakan akibat dari tetapan iodisasi asamnya. Hal serupa dalam larutan basa gugus NH3+ cenderung melepaskan proton yang bergantung pada tetapan disosiasi basa. Oleh karena itu bermuatan total molekul asam amino akan bergantung pada pH larutan (Sunarya, 2011). Apabila asam amino dilarutkan pada pH larutan yang sama dengan pH isolistriknya pI, maka asam amino akan membentuk zwitterion. Pada pH yang lebih kecil dari pI, asam amino akan bermuatan positif dan pada pH lebih besar dari pI asam amino akan bermuatan negatif. Pengetahuan titik isolistrik dari suatu asam amino dapat diterapkan bagikepentingan praktis, khususnya pemisahan asam-asam amino menggunakan elektroforesis. Dengan mengatur pH larutan asam amino yang memiliki titik isolistrik pada pH tersebut tidak akan bergerakkearah katoda maupun anoda sel elektroforesis, sedangkan asam amino yang bermuatan negatif akan bergerak kearah anoda dan asam amino yang bermuatan positif akan bergerak kearah katoda. Didalam protein asam amino di ikat bersama melalui ikatan peptida, yaitu ikatan C-N hasil dari reaksi kondensasi antara gugus karboksil dari satu asam amino dengan dengan gugus amino dari asam amino kedua. Suatu polipeptida adalah polimer yang dibentuk oleh sejumlah asam amino melalui ikatan peptida membentuk rantai polimer (Sunarya, 2011). Muatan bersih asam amino tergantung pada pH atau konsentrasi proton larutan sekitarnya. Apabila suatu asam amino yang berada pH tertentu dan mempunyai muatan bersih seimbang artinya jumlah aljabarnya sama dengan nol, maka ia dalam bentuk zwitter ion dan pH-nya disebut pH isoelektris disingkat pHi. Pada pH terjadinya isoelektris disebut titik isoelektris. Dalam medium yang mempunyai pH di bawah pHi maka yang dominan adalah bentuk kation atau bermuatan positif. Sebaliknya pada pH medium di atas pHi, maka yang dominan adalah bentuk anion atau bermuatan negatip. Pada titik isoelektris kelarutan asam

amino di dalam medium pelarut sangat kecil bahkan tidak bergerak. Sifat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk identifikasi atau pemisahan asam-asam amino (Sugitono, 2004). Protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur, dan fosfor. Protein sangat dibutuhkan oleh setiap organisme dan mikroorganisme

dalam

kelangsungan

hidupnya.

Protein

berguna

untuk

metabolisme sel, pembentukan jaringan, dan lain-lain. Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu asam amino-esensial dan non-esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam amino esensial terdiri dari lysin, methionin, valin, histidin, fenilalanin, arginin, isoleusin, threonin, leusin, dan triptofan. Asam amino non-esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, alanin, tirosin, sistin, glisin, serin, prolin, hidroksilin, glutamin, dan hidroksiprolin (Muhsafaat dkk, 2015). Terdapat 20 macam asam amino yang ditemukan dalam hamper semua protein. Setiap asam amino berbeda dalam hal gugus r atau rantai samping. Rantai samping menentukan sifat-sifat suatu protein. Sembilan dari asam amino bersifat non polar atau rantai samping hidrokarbon asam amino lainnya memiliki rantai samping polar, mampu terionisasi atau membentuk ikatan dengan asam amino atau molekul polar lainnya (Sunarya, 2011). Daging termasuk makanan yang mengandung protein. Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia. Daging mudah rusak, untuk penyimpanan yang lama perlu di gunakan

dalam proses pengawetan daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba (Husni dkk, 2007). Asam amino tersebut diatas dapat di klasifikasi menjadi empat golongan berdasarkan relatif gugus R-nya (R= gugus yang terikat pada C-α pada asam amino). Asam amino dengan gugus R non polar adalah gugus yang mempunyai sedikit atau tidak mempunyai selisih muatan dari daerah ya Golongan ini terdiri dari lima asam amino yang mengandung gugus alifatik (alanin, leusin, isoleusin, valin, dan prolin) tiga dengan R aromatik (fenil, alanin dan triptopan) dan satu mengandung atom sulfur (metionin). Pada umumnya golongan asam amino ini bersifat kurang atau tidak larut dalam air (Fessenden, 1982). Asam amino dengan gugus R mengutup tak bermuatan ini lebih mudah larut dalam air dari pada golongan yang tak mengutup, karena gugus R mengutup sehingga dapat mebentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Asparagin dan glutamin yang kekutubannya disebabkan oleh gugus amida (-CONH2 serta sistein oleh gugus sulfidril (-SH), asparagin dan glutamin masing-masing merupakan bentuk senyawa amida dari asam aspartate dan asam glutamat yang mudah terhidrolisis oleh asam atau basa. Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif ini, bermuatan negatif pada pH 6,0 – 7,0 dan terdiri dari aspartat dan glutamat yang masing-masing asam mempunyai dua gugus karboksil (Fessenden, 1982).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan protein, larutan ninhidrin 0,1% pereaksi millon , NaOH 2 N, CuSO4 0,01 N, glisisin, sistein, sistin, alanin, triptopan, arginin, gelatin, protein dan akuades.

3.2 Alat Percobaan Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, Bunsen, kasa, gegep, sikat tabung, masker dan latex.

3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Uji Millon Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing tabung di isi dengan 2 mL glisin, sisitin, sistein, alanin, triptofan, arginin, gelatin dan protein. Ditambahkan 5 tetes pereaksi millon. Kemudian di kocok dan dipanaskan sambil di goyangkan. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 3.3.2 Uji Ninhidrin Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing tabung di isi dengan 2 mL glisin, sisitin, sistein, alanin, triptofan, arginin, gelatin dan protein. Kemudian ditambahkan 0,5 mL larutan ninhidrin 0,1 %. Dikocok dan dipanaskan sampai mendidih, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

3.3.3 Uji Biuret Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing tabung di isi dengan 2 mL glisin, sisitin, sistein, alanin, triptofan, arginin, gelatin dan protein. Ditambahkan 1 mL NaOH 2 N, di kocok kemudian ditambah dengan CuSO4 0,01 N. Kemudian dikocok dan diamati serta dicatat perubahan yang terjadi, jika tidak timbul warna ditambahkan setetes atau lebih CuSo4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah: 5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium Saran untuk laboratorium yaitu alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum telah disediakan pada meja praktikum danbahan yang akan digunakan di cek kesediaannya terlebih dahulu agar praktikan tidak kemana-mana saat saatpraktikum berlangsung. 5.2.2 Saran Untuk Percobaan Saran untuk percobaan yaitu agar kebersihan tetap dijaga pada saat selesai melakukan praktikum dan praktikan lebih memahami mataeri terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta, Erlangga HusniE., Samah, A.,dan Ariati., 2007, Analisis Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis, Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang, 12 (2): 108-111. Muhsafaat, L.O.,Sukaria, H.A., dan Suryahadi, 2015, Kualitas Protein dan Komposisi Asam Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi Aspergillus niger dengan Penambahan Urea dan Zeolit, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (2): 124-130 Sugiyono, 2004. Kimia Pangan. Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta. Sunarya, Y., 2011, Kimia Dasar 2, Bandung, Yrama Widya.

LAMPIRAN 1 BAGAN KERJA 1. Uji Millon Glisin

– Dipipet sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi – Ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi millon – Dikocok dan dipanaskan sambil di homogenkan, diamati. – Dicatat perubahan warna yang terjadi Hasil

Nb: Diulangi percobaan diatas dengan mengganti glisin dengan sistein, sistin, meteonin, alanin, triptopan, arginine, gelatin dan protein. 2. Uji Ninhidrin Glisin

– Dipipet sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi – Ditambahkan 0,5 mL larutan ninhidrin 0,1% dan dikocok – Dipanaskan sampai mendidih, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi Hasil

Nb: Diulangi percobaan diatas dengan mengganti glisin dengan sistein, sistin, meteonin, alanin, triptopan, arginine, gelatin dan protein.

3. Uji Biuret Glisin

– Dipipet sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi – Ditambah 1 mL NaOH 2 N, dikocok kemudian diteteskan CuSO4 0,01 N –Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Jika tidak timbul warna ditambahkan setes atau lebih CuSO4 Hasil

Nb: Diulangi percobaan diatas dengan mengganti glisin dengan sistein, sistin, meteonin, alanin, triptopan, arginine, gelatin dan protein.

Related Documents


More Documents from "Jonas Tesan"