Laporan Kesling_jhon_carlos_sani.docx

  • Uploaded by: Gede Agus Andika Sani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kesling_jhon_carlos_sani.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,814
  • Pages: 25
TUGAS TL2105 KESEHATAN LINGKUNGAN “Penelitian Perilaku dan Kondisi Kesehatan Lingkungan di daerah Taman Hewan Bandung”

Disusun Oleh :

Gede Agus Andika Sani (13214132) Carlos Dominggo Simanjuntak (18014024) Jhon Andreas Sipahutar (18014043)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat. Bandung merupakan sebuah kota yang memiliki 30 Kecamatan. Terdapat beberapa daerah yang populer di Bandung seperti Gedung Sate, Cihampelas, ITB, dan lain-lain. Akan tetapi, pernahkan mendengar daerah Taman Hewan Mungkin nama daerah ini agak sedikit asing di telinga banyak orang. Akan tetapi, lain halnya dengan Kebun Binatang Bandung. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu tempat wisata keluarga yang cukup populer di Bandung. Setiap hari terutama di akhir pekan, terlihat kerumunan masyarakat yang berbondongbondong untuk menikmati objek wisata ini. Wilayah Taman Hewan merupakan daerah yang berada di sekitar Kebun Binatang Bandung. Daerah ini secara administrasi masuk ke kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Bandung. Jika diperhatikan sekilas, daerah ini diapit oleh Cihampelas, Sungai Cikapundung, dan Institut Teknologi Bandung. Dengan nama-nama populer yang berada di sekitarnya, secara idealnya daerah ini mampu berkembang dan menjadi daerah yang dikenal.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada dilapangan. Daerah Taman Hewan tetap belum terkenal dan bahkan memiliki kualitas yang belum baik. Daerah ini sangat padat penduduk dengan akses jalan yang kurang memadai. Ketika berada di daerah yang lebih tinggi, akan terlihat atap rumah yang nyaris tanpa celah dan ruang kosong yang nyaris tidak ada. Sungai Cikapundung yang berwarna kecoklatan juga terlihat melalui daerah ini. Saat hujan turun, beberapa tempat terlihat genangan air. Masih banyak permasalahan di daerah ini sehingga beberapa pihak tertentu memilih untuk tinggal di daerah lain. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan karena daerah Taman Hewan sendiri merupakan daerah strategis sebagai tempat berinteraksinya banyak orang untuk melakukan kegiatan (Mahasiswa, Penduduk, Turis/Wisatawan). Oleh karena itu diperlukan solusi-solusi agar dapat menyelesaikan permasalahan yang terdapat di daerah Taman Hewan.

2

Sampai saat ini, tidak ada perhatian khusus dari Pemerintah dan dinas terkait terhadap permasalahan ini. Beberapa solusi yang sempat dibuat pemerintah adalah pembuatan Teras Cikapundung beserta pembersihan sungai Cikapundung sendiri. Solusi ini sedikit banyaknya berdampak terhadap daerah Taman Hewan karena mendapatkan air yang lebih bersih. Akan tetapi, solusi ini tidak efektif karena tidak menyelesaikan akar masalah. Akar masalah yang dimaksud adalah penyebab sampah terjadi dan sampai memenuhi sungai. Maka dari itu, sampah akan tetap timbul dan menyebabkan dampak negative

Atas dasar tersebut, dipandang sangat perlu untuk mengadakan pemetaan masalah-masalah yang ada di daerah Taman Hewan. Pemetaan ini nantinya akan membuat akar-akar masalah muncul ke permukaan. Dengan akar masalah yang sudah diketahui, maka solusi yang dirancang akan menjadi tepat sasaran. Pencarian akar masalah ini juga penting untuk memastikan/membantah hipotesis yang disampaikan pada pembahasan sebelumnya.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dituliskan, maka dapat ditarik permasalahanan yang akan diselesaikan sebagai berikut. 1. Bagaimana permasalahan yang terjadi di Wilayah Taman Hewan? 2. Bagaimana solusi yang optimal untuk mengatasi permasalahan tersebut?

1.3.Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui permasalahan di daerah Taman Hewan beserta akar masalahnya. 2. Merancang solusi dari permasalahan yang terjadi di wilayah Taman Hewan

1.4.Kontribusi Penelitian Pembuatan makalah ini nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi kepada pihak-pihak sebagai berikut.

3

1. Pemerintah : Dapat mengevaluasi kebijakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah Taman Hewan. 2. Masyarakat : Meningkatkan kualitas dari aspek-aspek yang berisikan masalah berdasarkan pada makalah ini dan sedapat mungkin menerapkan solusi yang paling efektif. 3. Mahasiswa : Mempermudah mahasiswa untuk melakukan pengabdian masyarakat dari segi fokus dan tujuan.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Taman Hewan Daerah Taman Hewan (Sekitar Kebun Binatang) merupakan daerah yang masuk ke dalam wilayah kecamatan Bandung Wetan. Maka dari itu, data di bawah ini disajikan berdasarkan data dari Kecamatan Bandung Wetan. Pada makalah ini, data dari kecamatan Bandung Wetan diasumsikan representatif untuk menggambarkan kondisi daerah Taman Hewan.

2.1.1. Geografis Kecamatan Bandung Wetan Bandung Wetan merupakan salah satu dari 30 Kecamatan di Bandung. Luas kecamatan ini adalah 3.39 km2 atau 2% dari luas keseluruhan Bandung. Kecamatan ini memiliki tinggi 751 mdpl. Daerah Taman Hewan ini sendiri berbatasan dengan sungai Cikapundung di bagian Baratnya, Institut Teknologi Bandung di sebelah timurnya, Batas sebelah selatan dari Taman Hewan adalah daerah Pelesiran. Sedangkan, batas utaranya adalah Kebun Binatang Bandung.

Dari bagian utara, Kebun Binatang Bandung. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu obyek wisata yang berada di daerah Tamansari kecamatan Bandung Wetan, Bandung. Koleksi satwa di kebun binatang bandung mencapai 213 jenis satwa, yaitu 79 satwa dilindungi serta 134 satwa yang tidak dilindungi. Satwa yang ada di sini tidak hanya berasal dari dalam negeri. Beberapa satwa tercatat berasal dari luar negeri. Pengelolaan kebun binatang ini dirasa kurang baik karena sempat terjadi kasus gajah mati dan beruang madu yang kelaparan. Terdapatnya kebun binatang menyebabkan daerah Taman Hewan dipenuhi oleh warung-warung kecil di bagian utaranya. Selain itu, pengelolaan kebun binatang yang kurang maksimal berpengaruh kepada lingkungan sekitar kebun binatang tersebut yaitu daerah taman hewan sendiri. Sementara, di sebelah selatan adalah batas dengan daerah Pelesiran. Daerah Pelesiran merupakan daerah permukiman padat penduduk. Lokasinya yang berbatasan dengan daerah pemukiman lain menyebabkan Taman Hewan memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar. Akan tetapi, kedua daerah ini cenderung sangat padat penduduk hal ini akan

5

mempermudah penyebaran penyakit dan budaya buruk di masyarakat. Wilayah yang berdekatan antar rumah penduduk juga tidak baik dari segi kesehatan lingkungan dikarenakan mengurangi cahaya matahari dan udara yang masuk.

Di bagian barat adalah sungai Cikapundung. Sungai ini merupakan salah satu sungai dengan kondisi yang memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh permukiman penduduk yang mengepung bantaran sungai di aliran Sungai Cikapundung, sebagian besar penduduk masih memanfaatkan sungai ini sebagai tempat pembuangan. Kalau dulu, ada tradisi mandi, cuci dan buang air di sungai, saat ini jarang terlihat orang mandi dan mencuci langsung di aliran Sungai Cikapundung yang disebabkan aliran sungai yang kotor dan dipandang tidak layak lagi. Yang masih sering terlihat adalah kegiatan buang air langsung di sungai. Namun hal ini masih lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya pipa-pipa pembuangan yang menjulur dari bagian belakang atau bagian depan rumah-rumah ke sungai. Pipa itu mengalir langsung dari dapur atau dari kamar mandi untuk membuang air bekas mandi dan cuci, bahkan kotoran manusia. Untuk masalah sampah, dapat dilihat di berbagai titik sepanjang aliran Sungai Cikapundung. Sampahsampah ikut terbawa aliran sungai.

Perbatasan bagian timur adalah Institut Teknologi Bandung. Kampus ini merupakan salah satu kampus teknik terbaik di Indonesia. Jika mengacu pada tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Poin ketiga dari Tri Dharma ini memeberikan potensi yang besar bagi daerah Taman Hewan. Pengabdian masyarakat yang dilakukan suatu komunitas tentu akan dimulai dari masyarakat di sekitar komunitas tersebut. Dalam hal ini, daerah Taman Hewan merupakan salah satu daerah yang masuk kategori tersebut. Maka, daerah Taman Hewan memiliki potensi untuk menjadi lebih baik.

2.1.2. Iklim Bandung Berdasarkan data yang tersedia dari Badan Pusat Statistik, akan digunakan data untuk wilayah bandung secara keseluruhan sebagai representasi kondisi Taman Hewan. Dalam kurun waktu setahun ini, suhu rata-rata Bandung berada di kisaran 23.7 derajat celcius.

6

2.1.3. Pemerintahan dan Kependudukan Secara administrasi kepemerintahan, kecamatan Bandung Wetan memiliki 3 subdistrik dengan 36 RW dan 197 RT. Jika dibandingkan dengan kecamatan lain, jumlah ini cenderung sedikit.

Jumlah penduduk berdasarkan data yang didapatkan cenderung berimbang, dengan 15257 Laki-laki dan 15682 perempuan. Dari segi jumlah pendudukpun, Bandung Wetan tergolong sangatlah kecil jika dibandingkan dengan kecamatan lain karena hanya sebesar 1.25 dari populasi total kota Bandung. Kepadatan penduduk per rumah tangga berada pada angka 3.75, yang notabene merupakan nilai rata-rata kepadatan penduduk per rumah tangga kota Bandung.

2.1.4. Sosial Kondisi sosial kecamatan bandung wetan akan dianalisis pertama dari segi perbandingan jumlah guru dan siswa. Untuk tingkat SD, perbandingan jumlah guru dengan siswa berada pada angka 5.7%. Sedangkan, untuk sekolah menengah pertama berada pada angka 5.3% dan 6% untuk sekolah menengah ke atas. Jumlah ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar negara-negara di dunia. Satu guru di Indonesia atau di Kecamatan Bandung Wetan khususnya hanya mengampu 20 orang siswa. Hal ini sebenernya dapat menjadi peluang karena setiap siswa mendapatkan akses lebih kepada guru dibandingkan dengan wilayah lain. Akan tetapi, dikarenakan kualitas guru masih rendah, nilai ini masih belum dapat dipandang baik.

Kesehatan tentunya tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat. Salah satu yang dapat dijadikan parameter adalah jumlah Posyandu. Posyandu memiliki fungsi untuk pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan. Posyandu juga dapat sebagai tempat melakukan sosialisasi kesadaran akan kesehatan pada masyarakat. Berdasarkan jumlah posyandu, kecamatan Bandung Wetan tercatat memiliki 4 Buah Posyandu Madya 15 buah Posyandu Purnama, 7 buah posyandu mandiri, dan tidak terdapat posyandu pratama. Total terdapat 26 posyandu dan jumlah ini merupakan jumlah terkecil dari semua kecamatan di Bandung.

7

Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa akses kesehatan yang paling rendah terdapat di kecamatan Bandung Wetan.

Dari segi agama, terdapat enam buah agama yang diakui Indonesia. Kecamatan Bandung Wetan didominasi oleh warga dengan agama Islam (24406), lalu agama protestan (5370), agama katolik (3301), agama Hindu (185), Budha (142), dan Khonghucu (8). Sedangkan, dari segi tempat peribadatan jumlahnya adalah 2787, 912, 68, 74, 2, dan 23 secara berturut-turut untuk agamar Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Vihara.

2.1.5. Pertanian Kecamatan Bandung Wetan merupakan kecamatan yang didominasi oleh daerah penduduk. Jadi, berdasarkan data tidak terdapat sawah pada kecamatan ini. Hal yang sama terjadi pada jumlah Lahan masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa wilayah kecamatan Bandung Wetan didominasi oleh perumahan dan lahan lain yang tidak layak untuk lahan pertanian. Jika ditilik lebih lanjut, persentase yang kecil dari kecamatan ini sendiri juga kurang memungkinkan jika ada lahan untuk pertanian.

2.2. Sosiosfir Sosiosfir merupakan lingkungan yang tercipta akibat terjadinya interaksi antar manusia secara nalar (rational). Interaksi sedemikian memungkinkan tersalurkannya budaya dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, pengalaman yang didapat masyarakat atau perseorangan diberikan/diturunkan kepada orang lain, dan pada generasi penerusnya, yang akan menentukan sikap dan pengetahuan masyarakat. Orang tua juga mewariskan berbagai kepercayaan kepada anakanaknya, dan atas dasar semua itu masyarakat menentukan berbagai nilai ataupun norma sebagai pegangan bersosialisasi.

2.2.1. Sosiosfir dan Kesehatan Lingkungan sosial ini merupakan lingkungan yang paling penting dalam menentukan kesehatan lingkungan. Seperti telah diketahui, penyakit dapat disebabkan oleh unsur fisis seperti temperatur, radiasi, tekanan, kebisingan; atau unsur kimia seprti

8

arsen, merkuri, insektisida, makanan, dan lain-lain. Akan teapi, penyakit itu hanya dapat terjadi apabila perilaku norma serta budaya manusianya mengizinkan. Norma perilaku dan kebiasaan yang ada akan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Bila ada yang tidak menunjuang kesehatan, maka hal tersebut dapat terjadi karena ketidaktahuan, atau ketidakpedulian masyarakat terhadap kesehatan, tetapi hasil akhirnya.

Penyakit yang diderita masyarakat tergantung dari budaya dan taraf perkembangannya. Budaya masyarakat dapat dilihat dari cara hidupnya. Di dalam kebudayaan ini, terdapat tiga kelompok kepercayaan ataupun perilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan; 

Yang menunjang kesehatan, seperti minum air matang memelihara kebersihan air sungai



Yang netral, seperti menggunakan gelang, kalung, atau ornamen lainnya untuk melindungi kesehatan anak



Yang tidak menunjang kesehatan, seperti kebiasaan hidup tidak higienis, kepercayaan tentang generasio-spontanea (kehidupan/mikroorganisme itu timbul secara spontan, bukan karena kontaminasi).

2.2.2. Demografi dan Kesehatan Lingkungan Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi, dan perubahan-perubahan sepanjang masa akibat kerkanya lima komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial. Dari sini dipelajari jumlah penduduk, pertumbuhan, umur, agama dll. Jumlah penduduk dapat diketahui dari hasil sensus penduduk yang dilakukan tiap 10 tahun sekali. Kualitas lingkungan paling menentukan tingkat kematian atau mortalitas dan struktur sosial ekonomi.

2.2.3. Parameter Sosiosfir Struktur demografis yang berpengaruh terhadap fungsi masyarakat yang selanjutnya menentukan norma dan kesehatan masyarakat dapat dinilai kualitasnya atas berbagai parameter, misalnya CDR (Crude Death Rate) atau angka kematian kasar, CBR (Crude Brith Rate atau angka kelahiran kasar), IMR (Infant Mortality Rate atau angka

9

kematian bayi), piramida penduduk, taraf pendidikan, load of dependency, PNB (Produk Nasional bruto), PDB (Produk Domestik Bruto). Parameter sosiosfir di atas dapat mengindikasikan kualitas dari parameter itu sendiri. Misalnya, CDR memberi informasi keadaan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit, keadaan gizi, kesejahteraan, dan lain-lainnya. IMR mengindikasikan kualitas lingkungan di tempat tinggal bayi beserta sekitarnya.

2.2.4. Penyakit Bawaan Sosiosfir Untuk penyakit menular, lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap penularan,

penyebaran,

dan

pelestarian

agent

di

dalam

lingkungan

atau

pemberantasannya. lingkungan sosial pula yang menentukan morma serta perilaku orang berpengaruh terhadap 

Penularan penyakit secara langsung dari orang ke orang, seperti halnya penularan penyakit kelamin, penyakit kulit, penyakit pernafasan, dan lain-lain



Penularan penyakit secara fekal-oral seperti halnya pada penyakit saluran pencernaan, disebabkan karena tidak terbiasa mencuci tangan dengan sabun setelah buang air, dan tidak mementingkan penyediaan fasilitas cuci ini.



Penularan lewat media air, udara, tanah, makanan, dan vektor juga ditentukan oleh perlakuan dan etik masyarakat terhadap lingkungan hidupnya. Dengan demikian, sekaligus terjadi pelestarian agent penyakit di dalam lingkungan. Dapat dimengerti bahwa untuk pemberantasan penyakit pun, keberhasilannya tergantung sekali pada kehendak masyarakat secara keseluruhan.

Sementara itu, untuk penyakit tidak menular, erat kaitannya dengan budaya atau gaya hidup masyarakat yang kesemuanya ditentukan oleh kualitas lingkungan sosial. Karena penyakit bawaan itu bersumber pada perilaku/way of life atau gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, maka untuk mencegahnya diperlukan perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini sering tidak mudah, apalahi perilaku yang akan diubah sudah dianggap normal oleh masyarakat. Mengubah perilaku masyarakat mutlak hukumnya. Apabila ini tidak dilakuikan, maka teknologi tidak akan dapat diterima dan usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan masyarakat akan gagal.

10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Taman Hewan Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung dari tanggal 11 April 2018 – 20 April 2018. Taman Hewan Bandung sendiri merupakan salah satu destinasi wisata penduduk Bandung yang terletak di tengah kota. Namun ada beberapa pertimbangan yang akhirnya dengan sengaja kami tentukan sebagai lokasi penelitian : (1) Merupakan daerah yang masih tergolong kurang bersih dan memiliki permasalahan sampah ; (2) Daerah Taman Hewan berada sangat dekat dengan aliran sungai Cikapundung dan banyak pemukiman dibangun di sekitarnya ; (3) Informasi mengenai perilaku masyarakat yang tinggal di daerah tersebut yang kurang memerhatikan faktor kesehatan. Ini merupakan beberapa pertimbangan utama di samping faktor-faktor lainnya.

3.2. Metode Pengambilan Data Untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat, relevan dan valid maka peneliti mengumpulkan data melalui sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung baik pengamatan maupun pencatatan terhadap objek penelitian. Dalam hal ini kami melakukan :

3.2.1. Observasi Teknik pengumpulan data dengan pengamatan ke lokasi secara langsung. Kami melakukan penelitian dengan datang ke lokasi daerah Taman Hewan dan mengamati kondisi lingkungan serta perilaku masyarakat sekitar. Kami juga melakukan tanya jawab secara singkat dengan beberapa orang yang tinggal di daerah tersebut. Observasi yang kami lakukan berada di dekat gerbang bawah Taman Hewan dan di sekitar pemukiman yang dekat RW 08 Taman Hewan. Alasan kami melakukan observasi adalah dapat merekam fenomena yang terjadi dan kondisi realita dapat diketahui lebih banyak.

11

3.2.2. Wawancara Teknik pengumpulan data melalui tatap muka secara langsung dengan pihak terkait. Dalam hal ini kami melakukan wawancara dengan dua warga yang tinggal di daerah tersebut yaitu Ibu Mariati dan Ibu Rum. Beliau juga bekerja dengan membuka warung makan di sekitar daerah Taman Hewan. Adapun alasan kami melakukan wawancara ialah informasi yang diperoleh lebih dalam dan sesuai dengan kondisi yang ada. Wawancara kami lakukan secara singkat dan padat.

3.2.3. Kuisioner Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Dalam hal ini kami menyebar kuisioner dalam bentuk kuisioner online dan disebar melalui media sosial. Target yang kami tuju adalah koresponden mahasiswa atau masyarakat sekitar yang kos atau tinggal di daerah Taman Hewan. Hal ini penting mengingat banyak mahasiswa yang kos di sana dan beraktivitas di sana. Sementara sumber data sekunder ialah data yang diambil secara tidak langsung dari objek penelitian. Kami melakukan studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku yang sesuai dengan tema permasalahan khususnya buku utama Kesehatan Lingkungan pada mata kuliah ini. Berikutnya adalah studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dari literatur atau dari internet maupun media lainnya.

3.3. Pelaksanaan Penelitian Pada tahap awal kami memikirkan pokok permasalahan yang terkait kondisi lingkungan apa yang sedang/masih terdapat di daerah sekitar Bandung. Kami berfokus kepada perilaku masyarakat yang kurang sadar akan kesehatan lingkungan. Kami berdiskusi dan akhirnya sampai pada kesepakatan lokasi Taman Hewan dengan fokus kondisi dan perilaku/kebiasaan apa yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang berdampak bagi lingkungan.

12

Kami melakukan observasi sekaligus wawancara pada tanggal 20 April 2018. Kami melakukan pengambilan data bersama dengan dokumentasi. Kami menemui beberapa warga dan mengamati kondisi lingkungan terkait. Kami juga menyebarkan kuesioner online lewat media sosial pada tanggal 11 April 2018 - 18 April 2018. Adapaun variabel penelitian yang kami buat dalam kuisioner adalah : a. Makanan (kebersihan, lokasi tempat makan, variasi, kebiasaan cuci tangan) b. Air (air untuk mandi, ketersediaan air, bersih tidaknya air) c. Penyakit yang timbul (terkait dengan pencernaan, kulit atau sebagainya) d. Kualitas pencahayaan dan sirkulasi udara e. Sampah (perilaku masyarakat membuang sampah, ketersediaan tempat sampah)

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kami melaporkan hasil berdasarkan pengamatan langsung, wawancara dan kuisioner online yang disebar melalui media sosial. Adapun jumlah responden yang terkumpul ialah sebanyak 30 responden.

4.1.1. Makanan Pada parameter makanan, kami ingin meneliti bagaimana kualitas makanan yang dikonsumsi di daerah sekitar Taman Hewan apakah baik atau kurang baik. Dari 30 responden yang telah didata, sebanyak 79,3% memilih kurang baik sementara hanya 20,7% saja yang menilai baik. Terdapat beberapa faktor yang kami sediakan untuk menilai penyebab apa yang paling memengaruhi penilaian kualitas makanan menjadi kurang baik.

Gambar 4.1.1.1 Faktor penyebab kualitas makanan kurang baik

Faktor terbesar yang didapat adalah tempat makan yang kumuh (kotor) yakni sebanyak 62.5%. Sementara dalam jumlah sama, sebanyak 45 % ialah karena kotor dan makanan tidak ditutup. Faktor lainnya adalah adanya organisme/hewan pada makanan (16.7%) dan bau tengik (12.5%).

14

Selain itu kami juga menilai mengenai perilaku cuci tangan sebelum makan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan bentuk skala jarang ke sering. Dari hasil yang kami peroleh, masyarakat cukup sering untuk mencuci tangan sebelum makan (48.3%). Bahkan untuk yang menjawab sering berada di tempat kedua (24.1%), mengikuti kadangkadang (13.8%), cukup jarang (10.3%) dan jarang (3.4%)

Gambar 4.1.1.2 Grafik perilaku mencuci tangan sebelum makan (skala jarang ke sering)

Sementara dari wawancara dan observasi, kualitas makanan berada pada level sedang saja (variasi terbatas) dan kebersihan makanan dijaga. Perilaku untuk mencuci tangan telah diusahakan khususnya oleh orangtua kepada anak-anak.

4.1.2. Kualitas air Kualitas air yang ditinjau adalah yang digunakan untuk mandi. Dapat dilihat pada Gambar 4.1.2. berikut.

Gambar 4.1.2.1 Faktor kualitas air dipakai untuk mandi 15

Dapat dilihat bahwa kualitas air tergolong bersih (78.6%). Namun masih ada penilaian negatif lain yang harus diperhatikan seperti banyak jentik (7.1%), lalu menyusul masing-masing sebesar 3.6% adalah keruh, berbau, adanya cacing, tidak bersih. Kami juga menemukan kejadian matinya air (air tidak mengalir) menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Dari responden yang kami data, sebanyak 44.8% menilai air cukup sering mati. Sekitar 17.2% yang bahkan menjawab sering dan hanya 3.4% yang menjawab jarang dan 13.8% cukup jarang. Responden sebanyak 20.7% menilai kadangkadang saja.

Gambar 4.1.2.2 Grafik skala frekuensi air mati (jarang ke sering)

Terakhir kami menilai perilaku orang-orang sekitar ketika air mati, apakah mereka tetap untuk melakukan aktivitas mandi dengan cara lain atau tidak mandi. Dari berbagai opsi yang kami berikan, dapat dilihat pada Gambar 4.1.2.3.

Gambar 4.1.2.3 Aktivitas yang dilakukan jika air untuk mandi mati

16

Dari hasil wawancara dengan Ibu Mariati, beliau menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan mandi dan minum. Sebagian besar juga warga menggunakan pompa agar air tetap jalan dan cukup bersih.

4.1.3. Penyakit yang timbul Sebanyak 62.1% masyarakat yang kami data melalui kuisioner menjawab bahwa mereka pernah sakit selama bertempat tinggal di sana. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar responden kami adalah mahasiswa yang mungkin baru tinggal selama 1-4 tahun di Bandung. Artinya ada hal signifikan terjadi sehingga menyebabkan adanya wabah penyakit yang terdapat di daerah tersebut. Kami melakukan penelitian untuk melihat penyakit apa saja yang sempat dialami oleh responden jika mereka pernah sakit. Sebanyak 11.1% responden mengalami diare beserta flu. Ini merupakan jumlah terbesar diantara penyakit lain seperti mencret, flu, batuk, tifus, alergi, demam, radang tenggorokan yang masing-masing sebesar 5.6%. Berbeda dengan pendapat dari hasil wawancara, bahkan penyakit diare sebenarnya agak jarang ditemukan, hanya sakit flu yang kadang diderita beberapa warga.

4.1.4. Kualitas pencahayaan dan sirkulasi udara Kualitas pencahayaan kami nilai berdasarkan skala buruk ke baik, sementara kualitas udara juga berdasarkan skala yakni tidak layak ke semakin layak. Dari kualitas pencahayaan, dapat dilihat pada Gambar 4.1.4.1 berikut.

17

Gambar 4.1.4.1 Skala kualitas pencahayaan di daerah Taman Hewan (buruk ke baik)

Terdapat 24.1% menjawab cukup buruk dan cukup (netral), sementara dengan nilai yang sama yakni 17.2% responden menjawab sangat buruk dengan baik dan sangat baik. Dari kualitas sirkulasi udara, dapat dilihat pada Gambar 4.1.4.2 berikut.

Gambar 4.1.4.2 Skala kualitas sirkulasi udara di daerah Taman Hewan (tidak layak ke layak)

Sebanyak 31% responden menjawab kurang layak, sementara 20.7% menilai cukup (netral) dan layak. Penilaian sangat layak sebesar 17.2% dan sangat tidak layak sebesar 10.3%. Pencahayaan dan sirkulasi menjadi concern yang cukup mendalam saat kami melakukan wawancara. Informasi dari Ibu Mariati dan Ibu Rum, bahwa kondisi yang cukup sulit adalah ketika mencari tempat menjemur pakaian. Ruang untuk menjemur sangat terbatas mengingat pemukiman yang padat dan rapat. Sebabnya, mereka memilih untuk menjemur di sekitar jalanan dekat sungai, bahkan di pagar-pagar kecil yang cukup sinar mataharinya. Walaupun tidak estetis untuk dilihat warga, namun kenyataan membuat mereka melakukan hal demikian. Begitu juga dengan sirkulasi dimana beberapa rumah didirikan di atas sungai sehingga aroma bau masuk ke dalam rumah.

18

4.1.5. Sampah Sampah tentu masih menjadi persoalan lingkungan yang masih harus diatasi. Kami menanyakan perilaku responden apakah sering membuang sampah atau tidak. Dari kuisioner skala yang kami berikan, sebanyak 41.4% menjawab cukup sering bahkan sering membuang sampah sembarangan. Sementara hanya 3.4% yang menjawab tidak pernah membuang sampah sembarangan.

Gambar 4.1.5.1 Grafik perilaku membuang sampah sembarangan (tidak pernah ke selalu)

Terdapat berbagai faktor mengenai mengapa orang-orang sekitar membuang sampah sembarangan. Dari beberapa faktor yang kami berikan, hasil diperoleh seperti pada Gambar 4.1.5.2

Gambar 4.1.5.2 Grafik penyebab perilaku membuang sampah sembarangan

Dapat kita ketahui dengan jelas bahwa sebanyak 44% mengaku tidak terdapatnya tempat sampah atau letak tempat sampah yang jauh sebagai sebab mereka membuang sampah sembarangan. Sebanyak 24% karena sampah telah menumpuk dan tidak ada yang 19

mengangkut, 16% karena perilaku malas dari responden tersebut. Selain dari responden sendiri, kami ingin mengetahui perilaku masyarakat sekitar (dari pengamatan responden) apakah sering melihat perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan.

Gambar 4.1.5.3 Grafik pengamatan responden melihat perilaku membuang sampah sembarangan (sangat sering ke tidak pernah)

Sebanyak 31% menilai bahwa sangat sering melihat orang-orang sekitar membuang sampah sembarangan, sementara 27.6% mengatakan pernah, 20.7% kadangkadang, 13.8% sering dan hanya 6.9% yang menilai tidak pernah. Sampah juga menjadi perhatian besar saat kami melakukan pengamatan dan wawancara langsung. Masih terdapat tumpukan sampah di sekitar sungai yang mengalir di daerah Taman Hewan. Pengelolaan sampah masih kurang dilakukan secara teratur dan masyarakat sekitar juga belum mempedulikan mengenai sampah. Dilihat sekilas dari sekitar jalanan memang daerah tersebut cukup bersih, namun jika kita amati ke sekitar sungainya masih terdapat tumpukan sampah.

4.2. Pembahasan Daerah Taman Hewan merupakan daerah yang padat penduduk dengan akses jalan yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan kurangnya ruang kosong yang berdampak buruk pada kualitas pencahayaan dan sirkulasi udara. Dengan kondisi padat penduduk ini akan mudah untuk tersebarnya penyakit. Dengan keberadaan Kebun Binatang Bandung didaerah ini menyebabkan juga kondisi daerah ini semakin penuh sesak dengan pengunjung Kebun Binatang dan aktivitas dari pengunjung yang kurang

20

baik seperti membuang sampah sembarangan membuat semakin buruknya kualitas lingkungan di daerah ini.

Penduduk lokal di daerah ini didominasi oleh masyarakat yang belum memiliki pendidikan yang cukup baik diindikasikan dengan kualitas guru yang rendah. Layanan kesehatan juga sedikit ditemukan didaerah ini dindikasikan dengan posyandu yang cukup sedikit. Kondisi sungai Cikapundung yang kotor disebabkan oleh sanitasi dan budaya masyarakat yang tidak baik. Hal ini diindikasikan dengan pipa-pipa yang mengalir dari dapur atau dari kamar mandi untuk membuang air bekas mandi dan cuci bahkan kotoran manusia langsung dialirkan ke sungai Cikapundung, masih sering ditemukan anak-anak yang buang air besar sembarangan, masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan sebagainnya. Hal ini menyebabkan masyarakat rentan dengan penyakit bawaan air dan udara diantaranya diare, tifus dan flu. Kondisi ini semakin buruk dengan kualitas makanan yang dijual kurang baik akibat makanan yang dijual didaerah kumuh dan makanan tidak ditutup dengan baik.

Dengan kondisi demikian kami memberikan solusi terkait permasalahan yang terdapat di daerah Taman Hewan ini diantaranya.

4.2.1. Relokasi penduduk di daerah Taman Hewan Pemerintah perlu melakukan relokasi penduduk didaerah Taman Hewan dikarenakan penduduk yang sangat padat melampaui kapasitas ideal jumlah penduduk di daerah Taman Hewan. Pemerintah dapat memindahkan penduduk ke daerah yang lebih layak huni dan juga memberikan bantuan dana bagi mereka yang kurang mampu. Penduduk juga perlu diberikan penjelasan sebelum dilaksanakan relokasi penduduk mengingat tingkat pendidikan masyarakat yang belum cukup baik dan kebanyakan dari mereka juga mencari nafkah didaerah tersebut.

4.2.2. Perbaikan kondisi rumah penduduk didaerah Taman Hewan Perlunya dilakukan perbaikan kondisi fisik rumah penduduk dengan perbaikan ventilasi udara dan kondisi atap rumah penduduk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

21

kualitas pencahayaan/ sinar matahari dapat mudah masuk ke rumah penduduk dan sirkulasi udara yang lebih baik.

4.2.3. Pengelolaan kebun binatang yang lebih terarah Pemerintah perlu memperhatikan kondisi Kebun Binatang Bandung dari segi kelayakannya sebagai tempat wisata yang sering dikunjungi oleh masyarakat Bandung diantaranya dengan memperbaiki kualitas tempat pembuangan sampah, memberikan peringatan-peringatan didaerah Kebun Binatang untuk menjaga lingkungan tetap bersih, kondisi area parkir mobil atau motor yang perlu diperhatikan lebih lanjut, jumlah warungwarung kecil di sekitar area Kebun Binatang yang perlu dibatasi dan diperhatikan kelayakannya.

4.2.4. Perbaikan Sanitasi Pengelolaan buangan memerlukan lahan yang cukup luas dan perlu ditunjang oleh budaya atau kebiasaan setempat. Teknologi sanitasi bukanlah suatu cara pembuangan yang sempurna. Ia mengolah dan menghasilkan lumpur yang perlu dikelola lebih lanjut. Teknologi setempat yang sering digunakan untuk mengolah buangan rumah tangga seperti cubluk, tangki septik dan saluran buangan diameter kecil. Orang harus mau memanfaatkan fasilitas sanitasi, tetapi teknologinya pun harus dapat terjangkau dan diterima sosial budaya. Peran serta masyarakat harus ditingkatkan dan swadaya perlu juga digiatkan.

4.2.5. Perbaikan dan penambahan tempat sampah dibeberapa titik didaerah Taman Hewan Dampak dari kondisi budaya masyarakat yang masih belum baik dapat diperkecil dengan keberadaan tempat sampah yang layak dibeberapa titik di daerah Taman Hewan. Tempat sampah dibedakan setidaknya menjadi tempat sampah organik dan non organik. Masyarakat perlu juga diberikan kesadaran untuk meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan penggunaan efisiensi bahan baku dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas.

22

4.2.6. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait perilaku atau gaya hidup sehat Penyakit bawaan bersumber dari perilaku/way of life maka untuk mencegahnya diperlukan perubahan perilaku. Agar proses ini dapat terjadi diperlukan pendidikan ataupun penyuluhan. Penyuluhan seringkali dilakukan hanya dengan memberi ceramahceramah. Hal ini mungkin dapat diterima atau berhasil, bila yang disuluhi adalah mereka yang berpendidikan dan mudah disadarkan akan permasalahan yang dihadapi. Apabila yang dihadapi adalah mereka yang masih dalam taraf tradisional atau bersifat konservatif, maka ceramah saja tidak cukup. Oleh karena itu diperlukan juga partisipasi dari masyarakat tersebut dalam suatu kegiatan yang membawa mereka pada kebutuhan yang mereka hadapi. Selama proses penyuluhan diikut-sertakan lembaga-lembaga dan sumber daya manusia setempat yang selanjutnya akan mendampingi dan membina perubahan dalam jangka panjang.

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tinjauan pustaka, observasi langsung, wawancara dan kuesioner online dapat disimpulkan sebagai berikut. 

Daerah Taman Hewan merupakan daerah yang padat penduduk dengan akses jalan yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan kurangnya ruang kosong yang berdampak buruk pada kualitas pencahayaan dan sirkulasi udara. Dengan kondisi padat penduduk ini akan mudah untuk tersebarnya penyakit.



Kondisi sungai Cikapundung yang kotor disebabkan oleh sanitasi dan budaya masyarakat yang tidak baik. Hal ini menyebabkan masyarakat rentan dengan penyakit bawaan air dan udara diantaranya diare, tifus dan flu. Kondisi ini semakin buruk dengan kualitas makanan yang dijual kurang baik akibat makanan yang dijual didaerah kumuh dan makanan tidak ditutup dengan baik. Berdasarkan kondisi permasalahan diatas diberikan solusi berupa relokasi

penduduk di daerah Taman Hewan, perbaikan kondisi rumah penduduk di daerah Taman Hewan, pengelolaan kebun binatang yang lebih terarah, perbaikan sanitasi, perbaikan dan penambahan tempat sampah dibeberapa titik di daerah Taman Hewan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait perilaku atau gaya hidup sehat.

5.2. Saran Adapun saran yang dapat kami berikan adalah pemerintah lebih memperhatikan kondisi daerah Taman Hewan mengingat daerah ini dapat menjadi daerah yang cukup strategis untuk menjadi objek wisata masyarakat Bandung. Pemerintah juga dapat membuat prioritas penanganan masalah berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang di daerah Taman Hewan. Mahasiswa juga dapat melakukan pengabdian masyarakat untuk membantu mereka dalam merealisasikan solusi yang telah dipaparkan.

24

LAMPIRAN Foto Hasil Observasi

Gambar 1. Teras rumah rumah penduduk di Taman Hewan dipenuhi tanah dan beberapa sampah

Gambar 2. Daerah Taman Hewan dengan tempat jemur pakaian yang kurang karena padat penduduk

Gambar 3. Sungai yang mengalir dengan terdapat tumpukan sampah Kuisioner Online 25

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"