Translet Jurnal Anak.docx

  • Uploaded by: SorayaGrenavada
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Translet Jurnal Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,110
  • Pages: 3
Pengaruh Pemberian Antibiotik pada Anak-anak yang Datang ke Praktek Umum dengan Batuk Terhadap Hasil yang Merugikan Analisis sekunder dari studi kohort prospektif multisenter Abstrak Latar Belakang Dokter biasanya meresepkan antibiotik untuk mencegah keluaran buruk pada anak-anak yang datang ke pelayanan primer dengan batuk dan gejala pernapasan, meskipun bukti yang bermakna dari dampak anibiotik terhadap keluaran pasien terbatas. Tujuan Untuk memperkirakan efek peresepan antibiotik pada anak-anak terhadap keluaran yang merugikan dalam waktu 30 hari pada konsultasi awal. Desain Analisis sekunder dari 8320 anak dalam studi kohort prospektif multisenter, berusia 3 bulan hingga <16 tahun, yang datang ke peayanan primer di Inggris dengan batuk akut dan gejala pernapasan lainnya. Metode Karakteristik klinis dasar dan data peresepan antibiotik dikumpulkan, dan model linear umum digunakan untuk memperkirakan efek dari resep antibiotik pada keluaran yang merugikan dalam waktu 30 hari (rawat inap berikutnya dan konsultasi ulangan karena perburukan gejala), mengendalikan clustering dan kecenderungan dokter untuk meresepkan antibiotik. Hasil Enam puluh lima (0,8%) anak-anak dirawat di rumah sakit dan 350 (4%) rekonsultasi karena perburukan gejala. Dokter meresepkan antibiotik segera dan tertunda ke 2313 (28%) dan 771 (9%), secara berurutan. Dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan antibiotik, tidak ada bukti yang jelas bahwa antibiotik mengurangi rawat inap (Risk Ratio dari yang mendapatkan antibiotik segera [RR] 0,83, 95% confidence interval [CI] = 0,47-1,45; sementara RR yang tertunda 0,70, 95% CI = 0,26-1,90, secara keseluruhan P = 0.44). Terdapat bukti bahwa pemberian antibiotic yang tertunda (bukan segera) mengurangi rekonsultasi untuk perburukan gejala (pemberian antibiotic langsung; RR 0,82, 95% CI = 0,65-1,07; Antibiotik tertunda RR 0,55, 95% CI = 0,34-0,88, secara keseluruhan P = 0,024). Kesimpulan Sebagian besar anak dengan batuk akut dan gejala pernafasan pada pelayan primer tidak berisiko rawat inap, dan antibiotik tidak dapat mengurangi risiko. Jika peresepan antibiotik dipertimbangkan, pemberian antibiotic yang ditunda lebih disarankan, karena kemungkinannya dapat mengurangi rekonsultasi untuk perburukan gejala Kata Kunci Hasil yang merugikan; antibiotik; anak-anak; cohort; Pelayanan primer; infeksi saluran pernapasan. Pendahuluan Anak-anak yang mengalami batuk dan gejala lain dari infeksi saluran pernapasan (RTI) merupakan pasien paling sering ke layanan primer, hampir semua dikelola dalam perlayanan primer, dan mayoritas masih menerima antibiotik. 1-3 Persentase dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit untuk infeksi bakteri berat atau komplikasi sangat kecil. 4,5 Meskipun demikian,

dokter tidak ingin mengambil risiko dan meresepkan antibiotik kepada kelompok pasien tertentu untuk berjaga-jaga 6,7 dan khawatir dengan hasil yang buruk. 6-9 Ketidakpastian ini didorong oleh bukti eksperimental atau observasional yang tersedia sangat terbatas mengenai dampak strategi peresepan antibiotik berbeda, pada keluaran yang merugikan pada anak-anak. Ulasan yang sistematis menunjukkan pemberian antibiotik memiiki manfaat terbatas dalam mengobati sebagian besar infeksi saluran pernafasan atas 10-13 tapi review terebut tidak menilai komplikasi dan ada sedikit bukti untuk bronkitis, khususnya. Meskipun ada beberapa bukti pada orang dewasa, 14-19 hampir tidak ada bukti yang bermakna pada anak-anak mengenai komplikasi jika antibiotik tidak diberikan pada infeksi pernapasan. Masalah utamanya adalah peresepan antibiotik di layanan primer pada anak dengan infeksi pernafasan merupakan pendorong utama dari resistensi antibiotik secara internasional. Dua penelitian kohort prospektif pada orang dewasa dengan gejala infeksi saluran pernafasan menunjukkan bahwa dalam peresepan antibiotic baik segera atau tertunda dapat memodifikasi hasil kesehatan. 18,19 Para penulis menyadari tidak ada data pembanding pada anak-anak. Makalah ini menggunakan data dari studi kohort untuk menetapkan apakah suatu resep antibiotik segera atau ditunda diberikan kepada anak-anak dengan batuk akut dan RTI dalam pelayanan primer memodifikasi risiko rawat inap berikutnya atau rekonsultasi karena perburukan gejala. Metode Sudi kohort prospektif besar, di empat pusat (England, UK), dilakukan pada anak usia 3 bulan sampai <16 tahun datang ke pelayanan primer dengan batuk akut dan RTI antara Juli 2011 dan Mei 2013. Hasil dan tujuan utama dari penelitian ini telah dipublikasikan. 5 Berikut disajikan temuan dari analisis sekunder. Protokol ini telah dijelaskan di tempat lain. 21 Singkatnya, anak-anak yang memenuhi syarat datang ke pelayanan primer direkrut oleh 'dokter' (dokter umum dan perawat) di empat pusat jika mereka menderita batuk akut sebagai gejala yang paling banyak menonjol, dikombinasikan dengan gejala lain atau tanda yang menunjukkan RTI. Dokter yang meresepkan antibiotik pada ≤30% anak-anak dengan RTI diundang untuk berpartisipasi. Setelah mengisi informed consent, dokter menyelesaikan formulir laporan kasus terstruktur (Lampiran 1) itu termasuk sosiodemografi, gejala yang dilaporkan orang tua, tanda yang dinilai dokter, diagnosis, dan apakah langsung atau menunda peresepan antibiotik (termasuk jumlah hari yang tertunda) di waktu konsultasi. Keluaran utamanya, rawat inap dalam 30 hari setelah perekrutan dan rekonsultasi untuk perburukan gejala (penanda yang dapat mewakili untuk konsultasi ulang pada episode RTI yang sama disertai bukti memburuknya penyakit, terbukti dapat dinilai), 22 dikumpulkan melalui rincian rekam medis anak. Riwayat kondisi kronis juga dicatat. Ulasan rekam medis umumnya dilakukan 3 bulan pasca rekrutmen untuk setiap anak, untuk memungkinkan diberikannya umpan balik yang memadai. Pada beberapa kesempatan, sedikit lebih dari 3 bulan, dan kasus dengan jangka waktu cukup untuk memungkinkan keduanya, rekonsultasi dan komplikasi, terjadi. Ulasan rekam medis ulang, independen dilakukan pada satu set secara acak 1% tiap peserta untuk memperkirakan kesalahan antar reviewer.

Persiapan Data Anak-anak yang dirujuk untuk rawat inap pada saat konsultasi dikeluarkan dari analisis, karena perilaku dokter diharapkan berbeda untuk anak-anak yang akan dirujuk ke rumah sakit pada hari yang sama dengan konsultasi, dibandingkan dengan mereka mereka yang tidak dirujuk. Cut-off klinis umum digunakan untuk data kontinu jika memungkinkan (suhu> 37,8 ° C) 23 dan menyesuaikan usia ( tingkat pernapasan dan tekanan darah).24 Pedoman UK yang digunakan untuk saturasi oksigen rendah (≤95%).25 Mengingat besar jumlah variabel, variabel kontinu dikotomi menggunakan cut-off persentil 25 atau 75 yang sesuai. Untuk keparahan gejala yang dilaporkan perawat (ringan, sedang, atau berat) dalam 24 jam sebelum konsultasi, dikotomi untuk masing-masing variabel terpecah, tergantung keseluruhan prevalensi, dikatakan 'parah' jika lebih dari 5% dari keseluruhan kelompok termasuk dalam kategori ini atau 'Sedang dan berat' jika proporsinya lebih kecil. Cut-off yang pragmatis ini dipilih sebelum analisis untuk menghindari variabel dengan prevalensi sangat rendah. Waktu pengisian kapiler (CRT) dikategorikan sebagai normal (≤2 detik) atau panjang (≥3 detik) .26,27 Beberapa skor deprivasi didasarkan pada kodepos keluarga menggunakan Indeks UK dari Deprivasi Ganda 2007.28 Kovariat Variabel diukur pada konsultasi awal (gejala, tanda, demografi) diidentifikasi sebagai kemungkinan perancu / kovariat. Variabel-variabel ini dipertimbangkan selama analisis hasil sekunder (Lampiran 2). Analisis statistik Semua data dianalisis dengan menggunakan STATA (versi 13.1). κ statistik untuk menilai reliabilitas yang dihitung antar penilai dari dua hasil utama. Model linear generalis dengan link log digunakan untuk menghasilkan rasio risiko (RR), perhitungan untuk clustering oleh dokter dan mengendalikan kovariat potensial yang terkait dengan strategi resep dan dua hasil. Dua model yang dihasilkan: pertama, variabel yang dipilih dengan menggunakan seleksi bertahap mundur dengan variabel dipertahankan jika P value <0,05. Pada model kedua, analisis dilakukan post-hoc, di mana skor kecenderungan bertingkat diciptakan, yang memungkinkan kontrol lebih teliti untuk potensi perancu berdasarkan indikasi. 29,30

Related Documents


More Documents from "RatnaWFebry"