Laporan Irbang Mentah Agus 1.docx

  • Uploaded by: SUGI HARTINI
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Irbang Mentah Agus 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,376
  • Pages: 42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia

merupakan

Negara

agraris

dimana

pembangunan

di

pertanianmenjadi prioritas utama. Indonesia merupakan salah satu Negara

bidang yang

memberikankomitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategisdalam pembangunan nasional. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunandi bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Maka dari itu diperlukan suatubentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang tersedia, produksi pangantetap dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi. Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Halini karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkanair yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuktanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk tumbuhdengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air bagi lahantersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan saluran irigasiuntuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhiwalaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan. Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Way Ratai. Daerah irigasi Way Ratai terletak di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Dan mempunyai panjang sungai 43,3 Km serta luas Das 6084 Ha, Perbedaan kontur pada DAS Sungai Way Rataicukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai rendah.

1.2.

Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan dari tugas besar ini yaitu : 1. Merencanakan sebuah saluran pekerjaan pen.gairan dari daerah irigasi yang telah ditentukan di DAS Way Ratai di daerah Pesawaran, Lampung. 2. Merencanakan kebutuhan air di sawah tiap hektar (m3/detik/ha). 3. Memahami konsep atau gambaran umum perencanaan suatu daerah irigasi.

Page 1 of 42

1.3.

Ruang Lingkup Ruang lingkup penyusunan laporan tugas besar ini yaitu perencanaan irigasi

daerah Sungai Way Ratai, Pesawaran, Lampung. Adapun Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi : 1. Perencanaan petak daerah irigasi 2. Perencanaan saluran irigasi 3. Perencanaan bangunan air untuk irigasi 4. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi 5. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air dalam saluran 6. Layout bangunan bagi pada saluran

1.4.

Metodelogi Penyusunan Tugas Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang

tertulis diatas adalah sebagai berikut : 1. Melakukan Studi Literatur 2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi dan Data iklim ( klimatologi ) yang mencakup data temperatur rata-rata, data kelembaban rata-rata, data sinar matahari, dan data kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut. 3. Data-data lainnya (pemakaian persamaan, tabel, koefisien, dan lain sebagainya) Langkah pengerjaan dimulai dengan : 1. Membuat DAS dan perencanaan daerah irigasi dari peta yang diberikan 2. Menyusun jaringan 3. Perhitungan dari data-data yang diperoleh melalui studi pustaka Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan irigasi pada daerah Sungai Way Ratai, Pesawaran, Lampung yang meliputi data kebutuhan air, dimensi pada tiap saluran serta tinggi muka air pada saluran .

Page 2 of 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Sistem Irigasi Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.

Sehingga irigasi dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian air dari suatu sumber air permukaan (sungai, danau, rawa, waduk) menuju ke tempat lahan budidaya tanaman sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna), secara teratur dan tepat waktu. Irigasi bertujuan untuk memberi air pada tanaman untuk memenuhi kebuituhannya dan membuang air yang berlebihan dari lahan. Dengan adanya irigasi pemberian dan pembuangan air dapat dikendalikan dari segi jumlah dan waktu pemberiannya .Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut : 1. Irigasi Sistem Gravitasi Merupakan sistem irigasi yang memanfaatkan gaya tarik bumi untuk pengaliran airnya. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah akibat pengaruh gravitasi. 2. Irigasi Sistem Pompa Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai. 3. Irigasi Pasang-surut Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk aerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan. Page 3 of 42

Adapun untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu : 1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi melalui permukaan tanah. 2. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, tanah dialiri melalui bawah permukaannya. Air dialirkan melalui saluran-saluran yang ada di sisi petak sawah. Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah akan naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah perakaran secara kapiler. Dengan demikian tanaman akan memperoleh air. Persyaratan : a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 sampai 3 meter. b. Permukaan tanah sangat datar c. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah. d. Organisasi pengatur berjalan dengan baik. 3. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan disalurkan melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan ke permukaan tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan cara gravitasi dan irigasi bawah tanah. 4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan pipa dan diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga menggunakan mesin pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian air irigasi semacam inipun belum lazim di Indonesia. Perbedaan dengan sistem irigasi siraman : a. Pipa tersier jalurnya melalui pohon. b. Tekanan yang dibutuhkan kecil, karena hanya diteteskan dengan tekanan lapangan 1 atm.

2.2.

Teori Perencanaan Petak Saluran dan Bangunan Air 2.2.1.Teori Perencanaan Petak Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :

Page 4 of 42

1. Petak Tersier Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya minimum 50 ha, dan dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 150 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi. Petak tersier mendapat air dari satu bangunan sadap pada saluran sekunder. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak tersier adalah: a. Petak mempunyai batas yang jelas pada setiap petak sehingga terpisah dari petak tersier lainnya dan sebagai batas petak adalah saluran drainase. b. Bentuk petak sedapat mungkin bujur sangkar, agar lebih efisien. c. Tanah dalam petak tersier sedapat mungkin harus dapat dimiliki oleh satu desa atau paling banyak 3 desa. d. Desa, jalan, sungai diusahakan jadi batas petak. e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, gerakan air dalam petak harus sama. f. Luas petak diusahakan tidak lebih dari 60 ha. Petak yang terlalu kecil membutuhkan air lebih banyak, petak yang terlalu besar menyebabkan sawah yang terletak dibawah menerima air terlalu banyak dimusim hujan dan terlalu sedikit di musim kemarau. Untuk daerah berbukit luas petaknya berkisar antara 50 ha, untuk dataran rendah luas petaknya berkisar 150 ha. g. Dalam tiap bidang salah satu petak harus dapat mempergunakan air dengan baik. h. Bangunan pembagi ditempatkan di tempat tinggi. i. Petak tersier harus diletakan sedekat mungkin dengan saluran pembawa/bangunan pembawa

2. Petak sekunder Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima Page 5 of 42

air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.

3. Petak primer Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.

2.2.2. Teori Perencanaan Saluran 1. Saluran Pembawa Berfungsi membawa air dari sumber ke petak sawah. Dilihat dari tingkat percabangannya, dapat dibedakan menjadi:

a. Saluran Primer Berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat dari sungai, danau atau waduk. Pada umumnya pengairan yang didapat dari sungai jauh lebih baik dari yang lainnya. Air dari sungai mengandung banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga gunanya terutama ialah menjaga agar tanaman tidak mati kekeringan dalam musim kering. Untuk saluran primer ini harus merupakan saluran trance (saluran garis tinggi) oleh karena itu banyak mengalami silangan-silangan karena juga mengikuti garis kontur, maka akan berkelok-kelok dan panjang.

b. Saluran Sekunder Dari saluran primer air disadap oleh saluran-saluran sekunder untuk mengairi daerah-daerah yang sedapat mungkin dikelilingi oleh saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan dan air yang kelebihan. Untuk mengairi petak sekunder yang jauh dari bangunan penyadap, kita gunakan saluran muka supaya tidak perlu membuat bangunan penyadap, Page 6 of 42

sehingga diperlukan saluran sekunder. Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung sehingga dengan demikian kita bisa membagi air pada kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa sehingga melalui daerah (titik tertinggi) dari daerah sekitarnya.

c. Saluran Tersier Fungsi utamanya adalah membawa air dari saluran sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah. dengan luas petak maksimal adalah 60 Ha. Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi terakhir. Pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sedangkan pada tanah bergelombang atau datar, saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat tinggi. Boks tersier akan membagi air ke saluran tersier atau kuarter berikutnya. Boks kuarter akan memberikan airnya ke saluran-saluran kuarter. terjal saluran kuarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang tidak menentukan Saluran-saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi, umumnya dimulai dari boks bagi sampai ke saluran pembuang. Panjang maksimum yang diizinkan adalah 500 m. Di daerah-daerah bangunan terjun. Di tanah yang bergelombang, saluran kuarter mengikuti kaki bukit atau berdampingan dengan saluran tersier.

2. Saluran pembuang Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk mengeringkan sawah , membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan bergelombang. Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau dari saluran pembuang cacing di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran pembuang Page 7 of 42

tersier biasanya berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan. Jarak antara saluran irigasi dan pembuang hendaknya cukup jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang dari 1 : 4.

2.2.3. Teori Perencanaan Bangunan Air Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Bendung Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir. a. Pengambilan bebas Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi, tanpa mengatur ketinggian muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani. b. Pengambilan dari waduk Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat manunggal dan multi guna. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk. Page 8 of 42

c. Stasiun Pompa Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar

2. Bangunan Bagi dan Sadap a. Bangunan Bagi Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintupintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. b. Bangunan sadap Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi air kepada saluran tersier. c. Bangunan bagi-sadap Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier). d. Boks - boks disaluran tersier Membagi untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier, dan/atau Kuarter)

3. Bangunan Pengukur dan Pengatur Bangunan/pintu pengukur berfungsi mengukur debit yang melaluinya, pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier, agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif. Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini. Namun demikian, untuk

Page 9 of 42

menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah irigasi. 4. Bangunan Pembawa Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.Aliran melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis

Page 10 of 42

BAB III DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS )

3.1. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai ( DAS ) merupakan hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Way Ratai. Daerah irigasi Way Ratai terletak di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Dan mempunyai panjang sungai 43,3 Km serta luas Das 6.084 Ha, Perbedaan kontur pada DAS Sungai Way Rataicukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai rendah.

Gambar 3.1Peta Daerah aliran sungai Way Ratai

Page 11 of 42

3.2 Stasiun Pengukur Curah Hujan Pada perencanaan daerah irigasi di aliran sungai Way Ratai ini, digunakan 4 stasiun pengukuran curah hujan. Ketiga stasiun hujan ini diharapkan bisa merepresentasikan DAS tersebut. Adapun data dari keempat sasiun diatas adalah data curah hujan terbesar menurut metode thiessen dari tahun 2001 hingga tahun 2015. Keempat stasiun curah hujan tersebut adalah : a)Stasiun curah hujan Argo guruh dengan luas DAS 14.13 km² b) Stasiun curah hujan Bangun rejo dengan luas DAS 9.88 km² c) Stasiun curah hujan Way seputih dengan luas DAS 13.70 km² d) Stasiun curah hujan Way pengebuan dengan luas DAS 23.11 km²

No

Tahun

Curah Hujan Rata-Rata Max

1

2001

31,04

2

2002

44,99

3

2003

48,75

4

2004

53,87

5

2005

27,44

6

2006

32,43

7

2007

33,35

8

2008

30,83

9

2009

21,07

10

2010

23,25

11

2011

39,24

12

2012

24,28

13

2013

24,24

14

2014

26,88

15

2015

35,00

Tabel 3.1 Data curah hujan terbesar menurut metode Thiessen

Setelah dilakukan analisa frekuensi dengan data curah hujan di atas kemudian di dapat debit andalannya dengan beberapa metode seperti metode Melchior, Rasional jepang, derWdeduwen, Haspers, dan Mononobe. Berikut tabel hasil rekapituasi debit andalan dengan skala ulang sampai dengan 100 th :

Page 12 of 42





 

2 5 10 25

11,8812 17,7797 22,8005 30,8910

8,5292 11,1950 13,1435 15,7587

11,8812 15,2364 17,5694 20,6427

50

34,4690

17,7626

23,0338





Tabel 3.2 Rekapitulasi debit andalan

Page 13 of 42

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN SALURAN

4.1Perencanaan Saluran Perhitungan dimensi saluran dilakukan untuk mendapatkan dimensi saluran yang digunakan untuk mengairi petak-petak sawah yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam perhitungan ini, ditentukan dimensi saluran untuk primer, sekunder, dan tersier. Bentuk saluran yang digunakan adalah bentuk saluran trapesium 4.2Dimensi Saluran Dalam penentuan dimensi saluran primer, sekunder, tersier, dilakukan perhitungan dengan mengikuti langkah-langkah berikut: 1. Menentukan efisiensi saluran Efisiensi dari setiap saluran berbeda-beda. Berikut adalah efisiensi untuk setiap saluran. - Saluran primer = 90% - Saluran sekunder = 90% - Saluran tersier = 80%

2. Menentukan luas daerah layanan Luas daerah layanan ditentukan dengan menghitung luas petak yang sudah dibuat dalam peta. Untuk luas daerah layanan saluran tersier, didapat dengan menghitung luas petak yang terdapat saluran tersier tersebut. Untuk luas daerah layanan saluran sekunder, didapat dengan menjumlahkan luas layanan saluran tersier yang mendapatkan air dari saluran sekunder tersebut. Untuk luas

Page 14 of 42

daerah layanan saluran primer, didapat dengan menjumlahkan luas layanan saluran sekunder yang mendapatkan air dari saluran primer tersebut. 3. Menentukan nilai kecepatan b/h (n), dan kemiringan talud (m). Nilai b/h (n), dan kemiringan talud (m) didapat dari tabel dengan melihat nilai Q dari setiap saluran. Berikut adalah tabel untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut.

Q 0.000.15 0.150.30 0.300.40 0.400.50 0.500.75 0.751.50 1.503.00 3.004.50 4.506.00 6.007.50 7.509.00

b/d 1.0

4.0

V 0.250.30 0.300.35 0.350.40 0.400.45 0.450.50 0.500.55 0.550.60 0.600.65 0.650.70 0.70

4.5

0.70

1.0 1.5 1.5 2.0 2.5 2.5 3.0 3.5

H:V 1:01

F 0.30

Tanggul 1.50

1:01

0.30

1.50

1:01

0.40

1.50

1:01

0.40

1.50

5.00

1:01

0.50

1.50

5.00

1:01

0.50

1.50

5.00

1:01

0.60

1.50

5.00

01:01,5

0.60

2.00

5.00

01:01,5

0.60

2.00

5.00

01:01,5

0.60

2.00

5.00

01:01,5

0.60

2.00

5.00

Tabel 4.1 Rancangan dimensi penampang

Page 15 of 42

Tanggul

4. Menentukan nilai koefisien Stickler (K) Nilai K ditentukan dari tabel dengan menggunakan nilai Q. Berikut adalah tabel yang digunakan Debit Rencana m3/det Q > 10 5 < Q < 10 1
K 45 42,5 40 35

Tabel 4.2 Koefisien Stickler Tabel-2. Koefisien Kekasaran Manning (n) Jenis Saluran dan Material 1 Saluran tertutup, aliran bebas 1.1 Saluran dari beton 1.2 Saluran dari pasangan bata - dilapisi adukan semen - dilapisi dan dilicinkan 1.3 Saluran dari pasangan olakan disemen 2 Saluran dengan lapisan 2.1 Lapisan semen permukaan rapi 2.2 Lapisan semen adukan 2.3 Lapisan plesteran 2.4 Lapisan pasangan batu seragam 2.5 Lapisan pasangan batu tak sama 2.6 Lapisan pasangan batu kosong 2.7 Lapisan pasangan bata dilicinkan 2.8 Lapisan tanah 3 Saluran Tanpa Lapisan 3.1 Saluran bersih baru diselesaikan 3.2 Saluran bersih setelah digunakan 3.3 Saluran banyak belokan 4 Saluran Alam 4.1 Bersih, lurus 4.2 Lurus, banyak batu dan tanaman kecil 4.3 Bersih berbelok-belok, banyak kedung 4.4 Berbelok-belok sedikit tanaman kecil dan batu

Tabel 4.3 Koefisien manning

Page 16 of 42

n 0.011-0.014 0.012-0.017 0.01-10.015 0.018-0.030

0.010-0.013 0.011-0.015 0.011-0.015 0.015-0.020 0.017-0.024 0.023-0.036 0.011-0.015 0.022-0.025 0.016-0.020 0.018-0.025 0.023-0.030 0.025-0.033 0.030-0.030 0.033-0.045 0.035-0.050

5. Menentukan nilai b Nilai b diasumsikan untuk nantinya diiterasi

6. Menghitung nilai h Nilai h dihitung dengan menggunakan rumus berikut: h= b/n

7. Menghitung luas saluran A (m2) A= (b + m x n) x h 8. Menghitung nilai P Nilai P dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: P= b + 2h x √1 + m2 9. Menghitung nilai R Nilai R dihitung dengan menggunakan rumus berikut R = A/P 10. Menentukan nilai kemiringan saluran (i) Nilai kemringan saluran diasumsikan terlebih dahulu

11. Menghitung nilai kecepatan (v) Nilai v dihitung dengan menggunakan rumus berikut: V = k x R2/3 x i 1/2

12. menghitung nilai Q’ Nilai Q’ didapatkan menggunaan rumus berikut :

Q=Axv 13. Menginterasi nilai b sehingga nilai Q/Q’ = 1 Page 17 of 42

14. . Menghitung nilai b’ Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu dibulatkan ke atas satu angka dibelakang koma. 15. Menghitung nilai h’ h’ = b’ /n

16. Menghitung luas saluran A’ A’ = ( b’ x m x h’) x h’ 17. Menghitung kecepatan air dalam saluran (V’) V’ = Q /A’ 18. Menghitung nilai kemiringan saluran (I’) Nilai kemiringan (I) dihitung dengan langkah langakah

4.3 Tinggi Muka Air Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah berikut: 1. Menentukan elevasi tertinggi pada sawah Untuk menentukan elevasi tertinggi pada sawah, dilakukan dengan melihat ketinggi sawah pada peta.

2.

Menghitung jarak elevasi tertinggi sawah dengan bangunan bagi Jarak elevasi tertinggi sawah didapat dengan menghitung langsung pada peta jarak elevasi tetinggi sawah dengan bangunan bagi. Setelah dihitung, lakukan konversi ukuran yang didapat di peta ke ukuran yang sebenarnya. Page 18 of 42

3.

Menghitung tinggi muka air pada sawah Tinggi muka air pada sawah dihitung dengan menggunakan rumus berikut: TMA sawah = elevasi tertinggi sawah + 0.15 m

4. Menentukan kemiringan, debit, dan lebar setiap saluran kemiringan, debit, dan lebar setiap saluran didapatkan dari perhitungan dimensi saluran pada bab 4.

5.

Menentukan pertambahan TMA Pertambahan TMA = i x jarak

6.

Menentukan tipe pintu romijn yang digunakan setiap saluran Untuk menentukan tipe pintu romijn yang digunakan, dilakukan dengan melihat tabel berikut:

Page 19 of 42

Dimensi Alat Ukur Romjin Dari Tabel dapat dilihat untuk Q = 0,16 - 0,9 m3/det dan b = 0,5 m * Ditentukan Hmax = 0,33 m * Htotal =

* t

hp

+

=

0,455 +

=

0,541 m

* L = H1max =

0,33 m

0,0861

* R = 0,2 x H1max = =

=

h

-

=

0,34

-

=

hr

-0,201 m Turun m

Htotal

* L+R

0,541

= =

0,2 x 0,07 m

0,33 + 0,40 m

0,33

0,07

* Jarak papan duga dari pintu = 3 x H1max = 3 x = 0,99 m

Page 20 of 42

0,33

Untuk menentukan tipe romijn yang digunakan, data yang dibutuhkan adalah nilai debit dari setiap saluran. Dengan debit tersebut, tentukan dimana nilai debit itu berada pada range debit yang sudah ada di tabel. Setelah itu dilihat jenis pintu romijn apa yang memenuhi kriteria debit tersebut.

7. Menentukan H max, Z, kapasitas, lebar pintu, dan jumlah pintu yang Digunakan Nilai H max, kapasitas, lebar pintu ditentukan dari tabel x.x berdasarkan tipe pintu romijn yang digunakan. Untuk kapasitas pintu romin, diambil dari nilai Q max pada tabel. Untuk menentukan jumlah pintu, dilakukan perhitungan sebagai berikut: Jumlah pintu = Q / kapasitas Nilai Z ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : Z = H max / 3 Dimana Z = Kenaikan air setelah melewati pintu romijin ( m ) 8.

Menghitung tinggi muka air dekat pintu ukur Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur dibagi menjadi 2 yaitu pada hulu dan hilir. Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur pada hulu dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: TMA dekat pintu ukur pada hulu = TMA hilir + z

Page 21 of 42

Tabel 4.4 Perhitungan penampang saluran

Page 22 of 42

Page 23 of 42

Tabel 4.5 Perhitungan penampang saluran Contoh Perhitungan Dimensi Saluran Dimensi saluran yang dihitung adalah dimensi saluran primer. Berikut Adalah data – data awal untuk menghitung dimensi saluran.

-luas daerah layar = 1056.94ha 1) Menghitung nialai Q

Q = 1056.94 x 1.87 / 0.9 x 1000 Q = 2 m3 / s

2) Menentukan nilai b / h. Dan m Untuk debit sebesar 2 m3 / s, didaptkan b / h = 1,24 m = 0,85

3) Menentukan nilai koefisien strickler Untuk nilai debit sebesar 2 m / s. Dari didapatkan nilai k sebesar 40

4) Menentukan nilai koefiesien stickler Nilai b diasumsikan terlebih dahulu, misalnya 1 m

5) Mengitung nilai h h=3xb h=3x1 h=3m 6) Menghitung luas saluran A (m2) A = ( b + m x (n x b) x (n x b) A = ( 1 + 1.5 x 3 ) x 3 A = 16.5 m2

Page 24 of 42

7) Menghitung nilai P Nilai P dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : P = b + 2 (nb) x √1 + m2 P = 1 + 2(3) x √1 + 1.52= 12.62 m

8) Menghitung nilai R Nilai R dihitung dengan menggunakan rumus berikut : R=A/P R = (b + m x n) x (n x b) / b + 2 (nb) x √1 + m2 R = 1.31 m

9) Menentukan nilai kecepatan ( i) Nilai kemiringan saluran diasumsikan terlebih dahulu sebesar 0.0015

10) Menghitung nilai kecepatan (v) Nilai v dihitung dengan menggunakan rumus berikut : v = k x R 2/3 x i1/2 v = 40 x 1.312/3 x 0.00151/2 v = 1.85 m / s 11) Menghitng nilai Q’ Nilai Q’ didapatkan dengan menggunakan rumus berikut : Q’ = A x v Q’ = 16.5 x 1.85 Q’ = 30.525 m3 / s 12) Mengiterasi nilai b sehingga nilai Q / Q’ = 1 Dengan cara goalseek pada program Microsoft Excel, didapatkan nilai b yang Membuat nilai Q /Q’ = 1, Yaitu b = 2.67 m 13) Menghitung nilai b’ Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu Dibulatkan ke atas satu angka di belkang koma. Sehingga b’ = 2.7 m Page 25 of 42

14) Menghitung nilai h’ h’ = b’ / n h’ = 2.7 / 3 h’ = 0.9 m

15) Menghitung luas saluran A A’ = (b’ + m x h’) x h’ A’ = (2.7 + 1.5 x 0.9) x 0.9 A’ = 3.59 m2 16) Menghitung kecepatan air pada saluran (v’) v’ = Q / A v’ = 3.95 / 3.59 v’ = 1.1 m / s

17) Menghitung nilai kemiringan saluran (I) Nilai kemiringan saluran (I) dihitung dengan menggunakan rumus berikut : I= (V/ K x R2/3 )2 I = ( 1.1 / 40 x 0.62/3)2

4.4 Perhitungan Tinggi Muka Air Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkahlangkah berikut: 1.

Menentukan elevasi tertinggi pada sawah

Dengan melihat peta, letak tertinggi muka air untuk saluran primer adalah sebesar 16,5 m.

Page 26 of 42

2.

Menghitung jarak elevasi tertinggi sawah dengan bangunan bagi

Dengan melihat peta, jarak elevasi tertinggi dengan bangunan bagi pada saluran primer adalah 1800 m.

Page 27 of 42

BAB V BANGUNAN UKUR DEBIT 5.1 Umum Dalam jaringan irigasi teknis, banyaknya debit air yang mengalir ke dalam saluran harus dapat diukur dengan seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Untuk itu diperlukan suatu bangunan yang fungsinya untuk mengukur debit air pada saluran irigasi yang disebut banguan ukur debit. Bangunan ukur biasanya difungsikan pula sebagai bangunan pengontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan taraf muka air yang direncanakan dan untuk mengalirkan debit tertentu. Bangunan ukur debit yang biasa digunakan pada umumnya merupakan suatu pelimpah dengan ambang lebar atau ambang tajam. Pengaliran pada bangunan pengontrol dilakukan dengan cara melalui atas bangunan (melimpah / overflow) atau melalui bawah pintu / celah. Kondisi hidraulik ini dimanfaatkan dalam desain dan perancangan pintu-pintu air, yang semuanya didasarkan pada sifat aliran sempurna. Jika ternyata aliran yang terjadi bukan aliran sempurna, maka dalam aplikasinya pintu-pintu tersebut diberi tabel-tabel koreksinya.

5.1.1Jenis-Jenis Bangunan Ukur Debit Jenis-jenis bangunan ukur yang biasa digunakan dalam jaringan teknis antara lain, yaitu : 

Ambang tajam : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka air.



Ambang lebar : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka air.



Tipe Parshal



Tipe Cipoletti : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka air.



Tipe Romijin



Tipe Crump de Gruyter : aliran bawah, dapat mengatur taraf muka air.



Pipa sadap sederhana



Constant head orifice: aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.



Tipe pintu sorong: aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.

: aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka air.

: aliran atas dan dapat mengatur taraf muka air.

: aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.

Page 28 of 42

5.1.2Persyaratan Persyaratan dalam pembuatan dan pemakaian bangunan ukur yaitu : 

Semua debit harus dapat dialirkan lewat bangunan ukur dan pengukuran harus dapat dilaksanakan dengan seksama.



Mudah dan cepat pelayanannya.



Tidak mahal pembuatan dan pemeliharaannya.



Hasil pengukuran harus cukup teliti.



Alat pengukur harus dapat dikunci supaya tidak mudah diganggu.



Kehilangan tekanan harus sekecil mungkin.



Harus peka sebagai akibat perubahan debit.



Rumus pengalirannya sederhana.



Terhindar dari gangguan sampah dan benda padat lainnya serta angkutan sedimen.

5.2 Alat Ukur Romijn Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan dengan alat penggerak. 5.2.1 Type-type alat ukur romijn Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga bentuk yaitu : 1. Bentuk mercu datar dan lingkaran dengan gabungan untuk peralihan penyempit hulu. 2. Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai pengalihan penyempitan. 3. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan. 5.2.1Mercu Horisontal dan Lingkaran Gabungan Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi pembuatan lingkaran gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran-lingkaran itu pengarahan air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran. Page 29 of 42

5.2.2 Mercu dengan Kemiringan 1:25 dan Lingkaran Tunggal Mercu dengan kemiringan 1:25 dan lingkaran tunggal Vlugter(1941) menganjurkan penggunaan pintu Romijn dengan kemiringan pintu 1:25. Hasil penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari rekomendasinnya itu tidak dapat diproduksi kembali. Tetepi didalam program riset terakhir mengenai mercu kemiringan 1:25, kekurangan-kekurangan mercu ini menjadi jelas, kekurangankekurangan tersebut antara lain : 

Bagian pengontrol tidak berada diatas mercu, melainkan di tepi tajam hilirnya,

dimana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan pada tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat ukur. 

Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 bukan 0,67 seperti

anggapan umumnya, pada aliran tenggelam h2 : h1 = 0,67 pengurangan pada aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi (rencana). Karena mercu berkemiringan 1:25 juga lebih rumit pembuatannya dibandingkan dengan mercu datar, maka mercu pada kemiringan itu tidak dianjurkan. 5.2.3 Mercu Horisontal dan Lingkaran Tunggal Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu romjin, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan mercu ini. 5.2.4 Perhitungan Hidraulik Rumus pengalirannya adalah : Q = m.b.2/3 h √2g.1/3h atau , Q = 1,71 m.b.h3/2

Page 30 of 42

Dimana; Q = Debit (m3/det) m = Koefisien pengaliran h = Tinggi basah (m) Koefisien pengaliran (m) pada rumus di atas untuk mercu lebar mempunyai nilai < 1, Untuk panjang ambang datar (L) = 3 x tinggi muka air di udik ambang maka koefisien pengaliran (m) berkisar 0,97-0,98. Dan bila panjang ambang datar, L, sama dengan tinggi muka air di udik ambang, koefisien pengaliran (m) berkisar 0,98-1,01.

Tipe I II III IV V VI

Lebar

H1

Debit max

Kehilangan

(m)

(m)

( lt/det )

Energi

0,50 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50

0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

160 300 450 600 750 900

0,08 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11

Tinggi meja 0,48 + V 0,65 + V 0,65 + V 0,65 + V 0,65 + V 0,65 + V

Tabel 5.1 Dimensi standar bangunan ukur tipe romijn Catatan : V = variant = 0,18 x H maks Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat ukur : 

Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus.



Dapat membilas endapan sedimen halus.



Kehilangan tinggi energi lebih kecil.



Ketelitian baik.



Eksploitasi mudah.

Kekurangan kekurangan alat ukur romijn: 

Pembuatannya rumit dan mahal.



Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi pada saluran Page 31 of 42



Biaya pemeliharaan bangunan itu lebih mahal.



Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu bawah.



Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air saluran pengarahan.

5.2.5 Papan Duga Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang harus dipasang, yaitu : 

Papan duga muka air disalurkan



Skala centimeter yang dipasang pada kerangka bangunan



Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala centimeter dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air disalurkan (dan oleh karena itu debit diatas meja, nol), titik pada skala liter memberikan pada bacaan skala centimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada papan duga disalurkan.

5.2.6 

Karakteristik Alat Ukur Romijn Alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dengan peralihan penyempitan sesuai dengan gambar terlampir, tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan kurang dari 3%.



Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.



Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah dibawah 33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya yang relatif kecil.



Karena alat ukur romijn dapat disebut “berambang lebar” maka sudah ada teori hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.



Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tidak berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari yang

Page 32 of 42

diizinkan dengan cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi.

Gambar 5.1 Pintu romijn 5.3 Alat Ukur Crump De Gruyter Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian rupa sehingga mengurangi hambatan pada aliran. Eksploitasinya cukup mudah dan juga cukup teliti, tetapi kehilangan tinggi tekan cukup besar. Bangunan ini biasanya digunakan untuk mengukur debit saluran yang relatif besar yaitu di atas 900 l/det. 5.3.1 Penggunaan Bangunan ukur ini digunakan untuk : 

Mengatur dan mengukur besarnya debit penyadapan .



Dapat mengeluarkan endapan sedimen yang mungkin terjadi di udik pintu



Dapat digunakan pada bangunan bagi

5.3.2 Bentuk hidraulik 

Bangunan ukur ini terdiri atas tiga tipe yaitu masing-masing dengan lebar 0,4 m, 0,8 m, dan 1,20 m untuk tipe I,II, dan III.



Pengaliran melalui lubang persegi empat



Kedua sisi kanan dan kiri dibatasi oleh dinding tegak, bagian bawah merupakan ambang dengan lebar pendek



Bagian atasnya terdapat pintu yang dapat dinaik turunkan. Page 33 of 42

5.3.3 Kapasitas dan karakteristik Ketelitian pengukuran = Q maks/Q min. Diambil dari nilai 1-10. Dalamnya air minimum (Y min) di bawah pintu di tentukan oleh ketelitian alat ukur dengan ketentuan Y min = 0,02 m. Untuk mempermudah perhitungan debit biasanya diikut sertakan grafik untuk berbagai lebar pintu (b) dan tinggi air di atas ambang pintu (h). 5.3.4 Rumus Pengaliran Q = c . b . y . √2g(H-Y) Dimana : c = koefisien pengaliran,diambil = 0,94 y = 0,63 H (dalam praktek). Q = 0,94 .b . 0,63 .H √2g . 0,37 .H Q = 1,594 . b . H 3/2 Z = beda tinggi antara muka air dari saluran dan tinggi muka air di bangunan H di dapat dari tabel berikut: ɣ β α

1 0,630 0,167

2 0,218 0,386

3 0,140 0,445

4 0,100 0,575

5 0,080 0,620

6 0,065 0,665

7 0,055 0,690

Tabel 5.2 Acuan pintu CDG γ

= ketelitian

Qmax = 1,594 . b . H 3/2 b

=

Qmax 1,594 . H 3/2

Ymax = 0,63 H

5.3.5 Batasan Penggunaan Batasan Penggunaan Bangunan ukur ini yaitu: 

Untuk mendapatkan aliran yang baik bukaan pintu maksimum 0,63 h. Page 34 of 42

8 0,049 0,715

  

Bukaan minimum adalah 0,02 h. Dasar dari saluran ukur harus horizontal dan dinding kanan kirinya tegak lurus. Minimum lebar pintu tidak kurang dari 0,20 m.

Gambar 5.2 Pot. Memanjang Crump de Gruyter

Page 35 of 42

Gambar 5.3 Pintu Crump de Gruyter 5.4

Alat Ukur Tipe Sorong Salah satu contoh bangunan pengontrol taraf muka air yaitu pintu sorong dari besi. Bangunan ini dapat digunakan sebagai pengukur debit yang lewat bawah pintu. Tipe aliran yang melalui lubang/celah pintu sorong adalah aliran bawah (underflow) , sehingga persamaan hidrauliknya sama dengan persamaan hidraulik aliran melalui bawah pintu/celah.

5.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan : 

Dapat mengukur debit sekaligus mengatur muka air di udik



Eksploitasinya mudah

Kelemahan : 

Terjadi masalah pada angkutan sampah dan angkutan benda padat lainnya



Kehilangan tinggi energinya Page 36 of 42

5.4.2 Perhitungan Hidraulik Persamaan hidraulik pintu sorong (aliran bawah) sebagai berikut :

Q = K.μ.a.b.√2.g.z

Keterangan : Q = Debit (m3/det) K = Faktor aliran tidak sempurna (0,5 < K < 1,0) μ = Koefisien debit (± 0,60) a = Tinggi bukaan pintu (m) b = Lebar bukaan pintu (m) g = Percepatan gravitasi (m/det²)

Gambar 5.4 Pintu sorong Page 37 of 42

Gambar 5.5 Pot. Memanjang Pintu sorong

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan Dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan daerah irigasi Way Ratai, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Way Ratai adalah sistem irigasi gravitasi. 2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis. 3. Luas Das Way Ratai 6.084 Ha sedangkan luas daerah yang dialiri yaitu 1056,94 ha 4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 13 petak dengan luas berkisar kurang lebih 100 ha.

Page 38 of 42

5. Kebutuhan air maksimum tiap petak adalah 1.5 liter/detik/hektar. 6. Perencanaan saluran meliputi 4 saluran

primer, 6 saluran sekunder dan 13

saluran tersier ke tiap-tiap petak sawah. 7. panjang total saluran primer =1154 m,total panjang saluran sekunder=723 m dan di saluran tersier = 450 m 8. Total galian pada seluruh saluran= 4349,00 kubik dan total timbunan yang di butuhkan=61249,1 kubik,kekurangan timbunan tanah yang di perlukan adalah =56900 kubik Total biaya keseluruhan yang di perlukan untuk timbunan adalah = Rp. 747.393.300 9. Jaringan irigasi ini menggunakan 3 jenis pintu yaitu= Pintu Sorong,Pintu Romijin dan Pintu Crump De Gruyter 10. Penampang primer dan sekunder menggunakan jenis penampang Trapesium dan Tersier menggunakan jenis penampang Persegi. 11. Sisa Debit air yg lebih adalah 0,5 m3/dtk 12.

6.2. Saran Adapun saran yang diberikan untuk Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air ini yaitu: 1.

Perencanaan irigasi pada tugas besar yang kurang/tidak aktual karena datadata hidrologi dan klimatologi yang didapatkan merupakan data lama dan sebagian besar sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu perlu dilakukan aktualisasi data-data hidrologi dan klimatologi agar tugas besar ini lebih aktual.

2.

Pemilihan stasiun hujan yang terlalu jauh untuk mengolah sistem irigasi Way Ratai ini, sehingga sebaiknya harus dipilih sedekat mungkin agar akurasi hasil dapat mendekati kesempurnaan.

3. Harus punya Tata krama dengan dosen. Page 39 of 42

4. Usahakan tugas di kerjakan lebih awal jangan sampai mepet waktu deadlinenya. 5. Dalam mengerjakan Tugas Besar Irigasi dan bangunan air I perbanyak Asistensi pada dosen untuk memperlancar dalam mengerjakan tugas ini.

Page 40 of 42

DAFTAR PUSTAKA

Sub-Direktorat Perencanaan Teknis, Direktorat irigasi 1, Direktort Jendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 1986. Kriteria Perencanaan. Bandung C.V Galang Persada. Sub-Direktorat Perencanaan Teknis, Direktorat 1. Direwktorat J endral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum 1986. ‘’KP 01 07’’.Bandung : C.V. Galang Persada

Page 41 of 42

Page 42 of 42

Related Documents

Mentah
October 2019 25
Agus
July 2020 43
Agus
June 2020 48
Agus
June 2020 55

More Documents from "Idha Nurhayati"