1. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui metode evaluasi pada sediaan semisolid khususnya pada sediaan gel Na diklofenak b. Mahasiswa dapat melakukan metode evaluasi gel Na diklofenak
2. Teori Dasar 2.1.Gel Gel merupakan sediaan dengan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil dan molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih,tembus cahaya dan mengandung zat aktif.merupakan dispersi koloid yang mempunyai kekuatan yang disebabkan pengikat dalam granulasi,koloid pelindung dalam suspensI,dan pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis suppositoria (Herdiana,2007) Dasar gel yang umumnya digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik: a. Dasar gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik yang apabila ditambahkan ke dalam fase pendispersi hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase.berbeda dengan bahan hidrofilik,tidak secara spontan menyebar (Ansel,1989) b. Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnys terdiri dari partikel-partikel organic yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut polar, dan umumnya daya tarik menarik dari bahan pelarut hidrofobik tidak ada.sistem koloid hidrofilik umumnya lebih mudah
dibuat
dan
memiliki
stabilitas
yang
lebih
baik
(Ansel,1989).gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan
pengembang
air,humektan
dan
bahan
pengawet
(Voight,1990)
Komponen gel dibagi menjadi 3 yaitu bahan aktif,gelling agent dan bahan tambahan.sejumlah polimer di gunakan untuk membentuk struktur berbentuk
jaringan yang merupakan bagian penting dalam system gel.berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent : Polimer o Gum Alam Umumnya bersifat anionik (bersifat negatif dalam larutan dispersi dalam air)meskipun terdapat dalam jumlah kecil yang bermuatan seperti gum guar.beberapa contoh gom alam : a. Na alginate Merupakan polisakarida ,terdiri dari berbagai proporsi asam-O mannuranik dan L-gukironik yang di dapatkan dari rumput laut coklat dalam bentuk garam monovalen dan divalen. b. Karagenan Hidrokoloid yang di ekstrak dari berbagai alga merah yang merupakan
suatu
campuran
tidak
natrium,kalsium,amonium,kalium
tetap
dan
dari
ester-ester
MgSO4.semua karagenan adalah anionik. c. Tragakan d. Pektin Derivat selulosa Derivat selulosa yang digunakan adalah HEMC,HPMC,EHEC, dan HPC. Derivat ini sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral dan viskositasnya stabil. o Polimer sintetis (karbomer = karbopol)
Polietilen (gelling oil)
Koloid padat terdispersi
Surfaktan
Polivinil alkohol
Beberapa contoh bahan tambahan yang biasa digunakan adalah:
Pengawet : sebagai antimikroba pada sediaan gel yang banyak mengandung air
Penambah bahan higroskopis : untuk mencegah kehilangan air
Chelating agent : untuk mencegah besi dari zat yang sensitif terhadap
logam berat Sifat dan karakteristik gel: 1.
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik adalah inert dan aman.dan tidak bereaksi dengan bahan lain.
2.
Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tetapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan yang disebabkan oleh penocokan dalam botol
3.
Karakteristik Gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang di harapkan
2.2.Disolusi Gel Disolusi obat adalah peristiwa dimana molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan, lalu membentuk lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat, disebut juga lapisan difusi. Pada lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis sehingga terjadi absorbsi. Difusi pasif merupakan proses pelepasan obat yang terjadi karena adanya perbedaan konsentasi obat pada kedua sisi membran gel. Hukum Fick menyatakan bahwa molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah (Shargel dan Andrew, 2005). Hukum Fick I J=
d .M 𝑆 . 𝑑𝑡
J merupakan fluks. M adalah jumlah bahan aktif yang tertranspor. S adalah luas penampang kulit.Dan t adalah waktu (Shinko, 2011). Persamaan Higuchi yang diturunkan dari persamaan Fick digunakan untuk menentukan jumlah obat yang lepas dari basis yang digunakan sebagai pelepasan obat dari suatu matriks yang homogen
Q=
q = [Dr (2A − Cs)Cs]1/2 x
Q adalah jumlah obat (q) yang terlpas pada waktu tertentu (t) persatuan luas (x). D adalah koefisien difusi obat dalam pembawa. A adalah kadar permulaan obat dalam pembawa. Cs adalah kelarutan obat (Shinko, 2011). Pengujian pelepasan obat dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro. Pada uji disolusi in-vitro, dapat dilakukan untuk menentukan karakteristik pelepasan obat dari sediaan. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah alat disolusi Paddle Over Disk menurut USP. Uji pelepasan in-vitro dilakukan dengan cara: a. Preparasi membran cellophane Membran cellophane dipotong sesuai ukuran yang digunakan (±3cm). Kemudian direndam semalam dalam beaker glass yang berisi aquadest.
b. Preparasi alat dan bahan uji Bejana diisi dengarn dapat fosfat salin pH 7,7 sekitar 0,5oC sebanyak 500 mL dan suhu diatur 37oC ± 0,5oC. Cakram kemudian ditimbang bagian bawah dan dimasukkan gel ke bagian tengah cakram sampai penuh, bagian atas diratakan dan ditimbang lagi untuk mengetahui bobot gel. Membran cellophane diletakkan di atas gel dengan posisi luar kulit bersentuhan dengan larutan dapat dan sebisa mungkin dihindari adanya gelembung. Kemudian dipasang karet berwarna hitam di atas membran agar melekat dengan bagian bawah cakram kemudian digabung menggunakan baut c. Uji Pelepasan Cakram dimasukkan ke dalam alat uji yang berisi dapar kemudian dipasang pedal hingga jarak ujung pedal dengan bagian atas cakram 25 ± 2 mm dan diatur kecepatan putar pedal 50 rpm. Ditekan tombol start dan proses dilakukan selama 4 jam. Sampel diambil dari kompartemen reseptor sebanyak 5 mL pada menit ke0, 5, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, dan 240. Setiap kali selesai
sampling dilakukan penambahan 5 ml larutan dapat (atau sebanyak pengambilan sampel) yang baru agar volume cairan tetap sehingga tidak pekat. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis kadar bahan aktifnya menggunakan spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang maksimum untuk memperoleh konsentrasi bahan aktif tertransport tiap waktu (Sayed dan Reza, 2003).
Pada difusi pasif, proses absorbsi dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi yang ada di seberang membran dengan perjalanan obat terjadi terutama dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah (Ansel, 2008). Uji disolusi secara in-vivo menggunakan makhluk hidup sebagai uji coba. Uji in-vivo digunakan untuk mengetahui pengaruh rute pemberian terhadap bioavailabilitas obat. Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat pada permukaan kulit diantaranya adalah kondisi fisiologis kulit (keadaan dan umur kulit), aliran darah, tempat pengolesan, kelembaban, dan suhu kulit (Allen, 2011).
2.3.Na Diklofenak Na diklofenak merupakan salah satu obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dengan struktur asam asetat(David Tollison,2002). Na diklofenak termasuk
obat
analgesik
siklooksigenase
non
selektif
berdasarkan
selektivitasnya terhadap siklooksigenase.obat antiinflamasi non steroid bekerja dengan
jalan
menghambat
biosintesis
prostaglandin.dimana
produksi
prostaglandin akan meningkat saat sel mengalami kerusakan. OAINS akan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu.perlu diketahui enzim siklooksigenase ada 2 macam antara lain: 1. COX 1 : berperan dalam pemeliharaan berbagai fungsi fisiologis jaringan khususnya pada ginjal,saluran cerna dan trombosit
2. COX 2
: berperan sebagai stimulus infalamator,faktor
pertumbuhan dan proses perbaikan jaringan. Dimana enzim COX 1 akan menghasilkan tromboksan A2 yang dapat menyebabkan
vasokonstriksi,agregasi
trombosit,
dan
proliferasi
otot
polos.sedangkan enzim COX 2 akan menghasilkan prostasiklin (PGI 2) yang kerjanya melawan enzim COX 1. Efek farmakodinamik Na diklofenak terbagi atas antiinflamasi,efek analgesik dan efek antipiretik a.
Efek antiinflamasi Prostaglandin
dan
prostasiklin
mengakibatkan
eritema,vasodilatasi,dan peningkatan aliran darah lokal.prostaglandin merangsang histamin dan bradikinin sehingga terjadi migrasi sel leukosit ke jaringan radang.dari proses tersebut timbul gejala-gejala inflamasi seperti kalor ,rubor ,tumor ,dolor dan functio laesa.dimana peran OAINS disini adalah menghambat produk prostaglandin sehingga gejala antiinflamasi dapat di tekan. b.
Efek analgesic Prostaglandin hanya berperan pada nyeri akibat kerusakan jaringan atau inflamasi.prostaglandin menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap simulasi mekanik dan kimiawi (hiperalgesia).nyeri yang nyata ditimbulkan oleh bradikinin dan histamine.OAINS tidak mempengaruhi hiperalgesia atau nyeri akibat efek langsung prostaglandin karena tidak melakukan blockade langsung pada reseptor
prostaglandin.OAINS
hanya
menghambat
sintesis
prostaglandin. Sifat fisika kimia dari bahan aktif Na diklofenak,yaitu: Bahan aktif
: Na diklofenak
Efek utama
: Analgesic, antiinflamasi, dan antipiretik (Martindale 36th hal 1)
Efek samping
: Timbul ruam pada kulit,reaksi fototoksik, mekrosis, epidermal toksik, pemfigus vulgaris, eritema multiforme, dan sindrom stevens Johnson
Pemerian
: Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa(USP 30 NF 25,2007)
Rumus struktur
: C14H10ClNNaO2
Berat molekul
: 318,13
Pka
: 4,0
Log P
: 4,5(zang,2009)
Kelarutan
: Dalam 50 bagian air, 6 bagian PBS, 35 bagian etanol, 6 bagian aseton (drug data bank)
Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap golongan AINS,adanya riwayat gatal-gatal,bronkospasme,rhinitis berat,tidak boleh diberikan
Berdasarkan data karakteristik fisika kimia maka Na diklofenak dapat diformulasi pada sediaan semisolid dimana sediaan yang dipilih adalah sediaan gel.sediaan gel memiliki beberapa keuntungan yaitu, mampu meningkatkan absorbs obat,kadar air yang tinggi pada sedan gel tinggi sehingga dapat menghidrasi stratum korneum dan meningkatkan penetrasi obat,selain itu gel lebih acceptable dan mudah digunakan bagi pasien. Untuk menguji sediaan gel Na diklofenak yang dibuat untuk mencapai aspek aman, efektif, stabil dan acceptable.perlu dilakukan uji evaluasi pada sediaan gel yang dibuat. Berikut ini merupakan uji evaluasi gel Na diklofenak dan pada praktikum kali ini focus pada uji pelepasan/disolusi: 1. Uji pelepasan 2. Uji penetrasi 3. Uji daya sebar 4. Uji homogenitas 5. Uji pH 6. Uji viskositas 7. Uji organoleptis
2.4.Standar Umum Pelepasan Obat Pengujian ini dilakukan menggunakan metode paddle over disk (apparatus) dengan larutan dapar fosfat salin pH 7,4 dan membrane
cellophane. Digunakan dayung dan bejana dengan penambhan cakram stainless steel yang didesain untuk menahan sistem transdermal tetap dalam bentuk pipih dan diposisikan sedemikian rupa sehingga permukaan rilis sejajar dengan bawah pisau dayung. Prosedur yang dilakukan yakni dengan menampakkan sejumlah volume dalam bejana, alat dirakit tanpa memasukkan cakram dahulu dan pastikan bahwa permukaan pelepasan pada sistem sedatar mungkin. Sistem ini dapat direkatkan pada cakram dengan melekatkan perekat yang sesuai dengan cakram kemudian dikeringka selama 1 menit. Permukaan gel bagian atas ditekan bagian perekat adesi. Jika digunakan membrane untuk mendukung sistem dipastikan bahwa membrane yang melekat pada gel bebas dari gelembung udara. Cakaram ditempatkan pada bagian bawah bejana. Pada sistem pengambiialan sampel (dengan interval waktu tertentu) dengan jarak 1 cm dari tepi bejana dan pada tempat yang sama kecuali dinyatakan lain dalam monografi, persyaratan terpenuhi jika jumlah bahan aktif terlepas dari sistem sesuai dengan table penerimaan untuk transdermal sistem pengiriman obat (anonym,2008)
4. Langkah Kerja
Alat dan Bahan 1. Membran selofan 2. Aquadest 3. Sediaan gel 4. Tissue 5. Alat uji pelepasan 6. Timbangan analitik 7. Gelas objek 8. Spektrofotometer UV-Vis
Langkah kerja 3.1.Pembuatan larutan dapar fosfat salin pH 7,4 Formula:
NaCl
8 gram
KCl
0,2 gram
Na2HPO4
1,44 gram
KH2PO4
0,2 gram
Aquadest
ad 1000 mL
(K. M. De Angelis) Cara kerja: Ditimbang NaCl, KCl, Na2HPO4, dan KH2PO4 ↓ Dilarutkan dengan aquadest sampai 1000 mL ↓ Di cek pH, apabila belum sesuai dilakukan adjust dengan penambahan NaOH atau HCl ↓ Didapatkan larutan dapar fosfat salin pH 7,4
3.2.Pembuatan larutan baku Ditimbang Na Diklofenak sebanyak 25 mg. dilarutkan dalam 100 mL dapar fosfat salin ↓ Didapatkan larutan baku induk dengan konsentrasi 250 ppm ↓ Diencerkan menjadi konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 30 ppm menggunakan dapar fosfat salin ↓ Didapatkan larutan dapar fosfat salin pH 7,4
3.3.Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan blanko (dapar fosfat salin) dan larutan baku kerja 10 ppm dimasukkan dalam kuvet ↓
Di scan pada panjang gelombang 200-400 nm ↓ Absorbansi maksimum merupakan panjang gelombang maksimum terpilih
3.4.Penyiapan membran Membran selofan dipotong sesuai dengan sel difusi, dan dirandam dalam aquadest semalam ↓ Setelah direndam, membrane selofan ditiriskan dengan tisu
3.5.Preparasi sel difusi Sel difusi yang bersih ditara dalam kondisi kosong dengan timbangan analitik ↓ Sel diisi dengan sediaan, dan diratakan dengan sudip ↓ Sediaan ditutup dengan membrane yang telah sesuai dengan ukuran sel difusi ↓ Sediaan yang ada disekitar sel difusi dibersihkan dan ditimbang kembali ↓ Diatas membrane diberi ring penyekat agar tidak bocor, lalu diklem dengan lempengan sel yang lain dengan rapat
3.6.Pengukuran pelepasan bahan aktif Media disolusi dihangatkan pada suhu 37°C ↓ Sel difusi dimasukan kedalam bejana tabung uji yang berisi media disolusi ↓ Sel difusi diletakkan di dasar bejana disolusi dengan bagian cover menghadap ke atas ↓ Diambil cuplikan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 90, 120, dan 150. Setiap
pengambilan cuplikan, ditambahkan media disolusi dengan jumlah dan temperatur yang sama ↓ Sampel ditentukan kadar Na Diklofenak dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal dan dikoreksi dengan rumus wuster
3.7.Penentuan jumlah bahan aktif yang terlepas dari basis Jumlah bahan aktif yang terlepas per satuan luas membrane setiap waktu = konsentrasi setiap waktu x jumlah media per luas permukaan membran ↓ Dibuat kurva jumlah bahan aktif kumulatif vs akar waktu
3.8.Penentuan profil pelepasan bahan aktif dari basis Profil pelepasan ditentukan dari kurva jumlah bahan aktif yang terlepas vs akar waktu
3.9.Penentuan keceatan pelepasan bahan aktif Dibuat kurva jumlah kumulatif bahan aktif yang terlepas vs akar waktu ↓ Dari kurba dibuat persamaan regresinya, slope persamaan regresi merupakan kecepatan pelepasan
5. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Praktikum
Perhitungan konsentrasi kurva baku 250 ppm 25,1 𝑚𝑔 x 1000 100 𝑚𝑙
= 251 ppm
5 ppm 1 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
x 251 ppm = 5,02 ppm
10 ppm
1 𝑚𝑙 25 𝑚𝑙
x 251 ppm = 10,04 ppm
15 ppm 3 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
x 251 ppm = 15,06 ppm
20 ppm 4 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
x 251 ppm = 20,08 ppm
25 ppm 5 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
x 251 ppm = 25,1 ppm
Hasil absorbansi kurva baku Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
5,02 ppm
0.169
10,04 ppm
0.283
15,06 ppm
0.417
20,08 ppm
0.522
25,1 ppm
0.696
R = 0.9966 Y = bx + a = 0.0257 x -0.0295
Hasil absorbansi Gel Na Diklofenak Kelompok A-1 Vs Gel Na Diklofenak produk pasaran “Voltaren”
Waktu (menit)
Abs
Kadar (C)
0
Kadar Koreksi Wurster (Cw)
Kadar kumulatif
0
0
Kadar sebenarnya (C+Cw)*50 0 0
Jumlah Kumulatif (C sebenarnya/luas permukaan)
0
0
0
0
5
2.236
0
0
0
0
0
10
3.162
0,055
0,992
0,992
0
496
15
3.873
0,058
1,036
2,028
0,00992
522,96
74,021
30
5.477
0,101
2,6
4,628
0,02028
1310,14
185,441
0 70,021
60
7.746
0,152
4,455
9,083
0,04628
2250,64
318,562
90
9.487
0,209
6,527
15,61
0,09083
3308,915
468,353
120
10,954 0,253
8,127
23,737
0,1561
4141,55
586,207
150
12,247 0,347
12,354
36,091
0,23737
6295,685
891,109
Perhitungan Fluk Uji Pelepasan gel Natrium Diklofenak
Waktu (menit)
Abs
Kadar (C)
0
Kadar Koreksi Wurster (Cw)
Kadar kumulatif
0
0
Jumlah Kadar Kumulatif (C sebenarnya sebenarnya/luas (C+Cw)*50 permukaan) 0 0 0
0
0
0
5
2.236
0,089
2,315
2,315
0
1157,5
163,836
10
3.162
0,090
2,354
4,669
0,02315
1187,675
168,107
15
3.873
0,095
2,549
7,218
0,04669
1297,845
183,701
30
5.477
0,138
4,222
11,44
0,07218
2147,09
303,905
60
7.746
0,207
6,907
18,347
0,1144
3510,7
496,914
90
9.487
0,262
9,045
27,392
0,18347
4614,235
653,112
120
10,954 0,293
10,253
37,645
0,27392
5263,46
745,005
150
12,247 0,330
11,693
49,338
0,37645
6033,825
854,045
Volume yang diambil Volume media Luas membran Luas Penampang Kulit = p . r2
= 5 ml = 500 ml = 7,065 cm2
= 3,14 . (1,5)2 = 7,065 cm2
Perhitungan Kadar Koreksi Wurster (Cw) Persamaan Faktor Koreksi Wuster Faktor koreksi = Vol. Sampel yang diambil x S kadar yang terbaca sebelumnya Vol. Media = 5 mL x jumlah kadar yang terbaca sebelumnya 500 mL 900 800
jumlah kumulatif
700 600 500 400
y
300
Linear (y)
200 100 0 0
5
10
15
akar t
Pada waktu 30, 60,dan 90 menit didapat persamaan regresi sebagai berikut : A
: -173,827
B
: 86,984
R
: 0,999
Y
= 86,984x – 173,821
4.2. Pembahasan Evaluasi uji pelepasan dengan media larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05. Besarnya laju pelepasan natrium diklofenak atau harga fluks diperoleh dengan cara membuat persamaan regresi linier antara akar t dengan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas dari basis (μg/cm). . Berdasarkan data uji pelepasan, kita dapat menentukan nilai fluks dari gel Natrium diklofenak, yang dibuat persamaan regresi hubungan antara akar waktu dengan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang lepas persatuan luas membran mulai dari menit ke-o sampai pada didapatkan steady state. Perhitungan fluck dihitung pada menit ke 30, 60 dan 90 hingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut : R = 0.999 Y = bx + a = 86,984 x – 173.827 Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang dibakukan. Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses pelarutan persatuan waktu. Berdasarkan hasil uji pelepasa gel natrium diklofenak mengalami peningkatan konsentrasi pada waktu ke 0 sampai ke 150. Dari hasil praktikum didapatkan gravik akar t vs konsentrasi natrium diklofenak menunjukkan hasil kurfa kenaikan yang positif. Absorbansi yang dimiliki oleh sediaan kami dan gel yang ada di pasaran yaitu voltaren memiliki hasil yang berbeda, gel kami memiliki nilai absorbansi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan gel kami memiliki daya pelepasan yang baik daripada sediaan voltaren. Hal ini disebabkan karena adanya eksipien yang ada pada sediaan gel voltaren
sedangkan pada sediaan gel yang kami buat, eksipien yang lain tidak digunakan atau dikurangi. Sehingga pelepasan bahan aktif kami yaitu Na diklofenak lebih mudah dan dapat diketahui dari nilai absorbansi yang lebih besar daripada nilai absorbansi yang dimiliki oleh gel voltaren. Hasil dari uji pelepasan sediaan gel natrium diklofenak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
Pengisian gel pada sel difusi yang tidak memenuhi reservoir dan jumlah sedian gel yang diisikan antara sediaan gel yang dibuat dan sediaan gel paten berbeda
Pada saat menutup sediaan gel dengan membran selofan terbentuk gelembung udara pada sedian gel sehingga mempengaruhi pelepasan sediaan gel.
Perubahan
suhu
dan
kelembapan
lingkungan
sehingg
mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basisnya
Adanya bahan lain yang mempengaruhi absrbansi di dalam sediaan gel natrium diklofenak paten maupn yang dibuat sehingga hasil pengukuran absorbansi dari natrium diklofenak kurang akurat.
4.3.Alasan Pemilihan Bentuk Gel Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7) Emulgel adalah sediaan baik dari emulsi tipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang dicampurkan dengan gelling agent , dimana penggabungan dari emulsi dan gel akan meningkatkan stabilitas dan membuat system control rilis ganda (Purushottam, 2013). Sedangkan menurut pengertian lain emulgel adalah gel dengan $airan berbentuk emulsi,biasanya untuk menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dan mengurangi kesan berminyak dalam aplikasinya (Voight, 1994).
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan gel Na diklofenak. Ada beberapa alasan mengapa tidak dibuat dalam bentuk emulgel melainkan dalam bentuk gel. Yang pertama, bahan aktif kali ini menggunakan Na diklofenak dimana Na diklofenak dapat larut dalam pelarut fase cair misalkan pada praktikum ini digunakan etanol sebagai pelarut Na diklofenak, jadi tidak dibutuhkan fase minyak untuk meningkatkan kelarutan dari Na diklofenak itu sendiri. Selain itu ada beberapa keuntungan dipilihnya sediaan gel daripada emulgel seperti gel dapat meningkatkan absorbs obat,kadar air yang tinggi pada sedan gel tinggi sehingga dapat menghidrasi stratum korneum dan meningkatkan penetrasi obat,selain itu gel lebih acceptable dan mudah digunakan bagi pasien. Selain itu berdasarkan tingkat kenyamanannya sediaan gel lebih dipilih daripada emulgel karena sifat gel yang dingin dan tidak lengket di kulit.
4.4. Dapar yang Digunakan Phospat Buffered Saline (PBS) merupakan larutan fisiologis yang umum digunakan sebagai pelarut dalam penelitian biologi. Penggunaan PBS merupakan solution berbasis air garam yang mengandung natrium klorida, natrium fosfat, dan (dalam beberapa formulasi) klorida kalium dan fosfat kalium. Buffer inilah yang nantinya membantu sel dalam mempertahankan konsistensi pH (Medicago, 2010). Pada pembuatan dapar fosfat saline dilakukan penimbangan bahan yaitu ditimbang NaCl, KCl, Na2HPO4, KH2PO4 dan kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 1000 ml. kemudian dilakukan pengecekkan pH apabila belum sesuai, dilakukan adjust dengan penambahan NaOH dan HCl. Didapatkan larutan dapar fosfat saline pH 7,4. Alasan mengapa praktikan menggunakan pH 7,4 karena Na diklofenak memiliki koefisien partisi pada n-oktanol/larutan dapar (log P) sebesar 1,1 pada pH 7,4. Karena log P yang rendah maka diperlukan teknik untuk meningkatkan terpeutik dari diklofenak setelah penggunaan. Teknik yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan enhancer yang secara reversibel dapat menurunkan permeabilitas barier dari stratum korneum. Dan pada pH cairan
tubuh manusia keadaan normal idealnya berkisar pada rentang netral-cenderung basa yaitu sekitar pH 7,35-7,45.
4.5. Penyesuaian pH Dapar Proses penyesuaian pH adalah penyesuaian pH dari dapar yang dibuat menjadi pH yang diinginkan. Prinsip yang digunakan dalam proses ini adalah reaksi netralisasi atau nitrasi. Untuk mengatur pH dapar, ditambahkan HCl 0,1 N jika pH yang didapat terlalu basa, atau NaOH 0,1 N jika pH yang didapat terlalu asam. Digunakan HCl dan NaOH untuk menyesuaikan pH dapar karena dapat meningkatkan dan menurunkan pH dari dapar secara efektif karena merupakan asam kuat dan basa kuat. Berikut ini adalah grafik titrasi dari HCl dan NaOH
4.6. Cara Menentukan Panjang Gelombang Maksimum Umumnya panjang gelombang analit berada di sekitar panjang gelombang maksimal analit tersebut yang diperoleh dari literatur. Nilai panjang gelombang maksimal dari suatu analit dipengaruhi oleh pelarut dan struktur molekul kimia analit. Untuk memilih panjang gelombang maksimal dapat dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Pengukuran absorbansi analit yang dilakukan pada panjang gelombang maksimal akan menghasilkan garis linier pada kurva absobansi vs konsentrasi sehingga (pada praktikum ini), kadar obat tiap waktu pengambilan sampel dapat dihitung dengan benar. Sedangkan pengukuran absorbansi analit yang dilakukan tidak pada panjang gelombang maksimal menghasilkan garis yang tidak linier (Ganjar dan Rohman, 2013). Pengamatan dilakukan menggunakan spektro UV-Vis karena panjang gelombang maksimum,
natrium diklofenak dalam larutan asam adalah sebesar 273 nm [A(1% 1cm)= 309b], sedangkan dalam larutan basa panjang gelombang maksimumnya adalah 275 nm [A(1% 1cm)= 351b] (Moffat et al., 2005). Sinar UV mempunyai panjang gelombang 200-400nm (Gandjar dan Rohman, 2007).
6. Lampiran