ASI EKSKLUSIF
OLEH : Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011
1
SURAT KETERANGAN Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Menyatakan telah menerima makalah ilmiah atas nama :
Nama
: Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes
NIP
: 19641231 199002 2 001
Pangkat/ Gol
: Penata tkt I/III d
Judul
: ASI Eksklusif
Makalah ilmiah tersebut telah dipresentasikan dalam acara seminar ilmiah pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat pada tanggal 4 Maret 2011
Demikian Surat Keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
Makassar, 14 Maret 2011 Mengetahui : Dekan FKM Unhas
Ketua Prodi Ilmu Gizi
Prof. Dr. dr. H. M. Alimin Maidin, MPH M.Kes NIP. 1955041498601 1 001
Dr. dra. Nurhaedar Jafar, Apt, NIP. 19641231 199002 2 001
2
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
i
SURAT KETERANGAN.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................
iii
A.. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B.. Tinjauan Umum Tentang ASI ................................................................................. 4 C.. Perilaku IMD dan Pemberian ASI Eksklusif............................................................ 15 D.. Manajemen Laktasi .............................................................................................. 18 E.. Kesimpulan ...........................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA
ASI EKSKLUSIF A.
Latar Belakang 3
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan gizi selanjutnya terpenuhi. Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu harus sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi yang berumur enam bulan ke atas (Suraji, 2003). Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan
prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada
tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun 2007 57,05% 4
(Profil kesehatan Sul-Sel, 2008), sedangkan di kota parepare, prevalensi ASI eksklusif sampai 6 bulan rata-rata perbulan tahun 2011 yaitu 6,48% dan prevalensi IMD 27,4% (Dinas Kesehatan Kota Parepare). . Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, upaya peningkatan kualitas hidup manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak masih dalam kandungan hingga usia balita. Dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung pada kesehatan ibu terutama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui (Zainuddin, 2008) Pada masa kehamilan perlu dipersiapkan tentang pengetahuan, sikap, perilaku dan keyakinan ibu tentang menyusui, asupan gizi yang cukup, perawatan payudara dan persiapan mental agar mereka siap secara fisik dan psikis untuk menerima, merawat dan menyusui bayinya sesuai dengan anjuran pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia enam bulan dan tetap menyusui hingga anaknya berusia 24 bulan (Zainuddin, 2008). Pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes, 2007; Minarto, 2011) sehingga berbagai kebijakan dibuat pemerintah untuk mencapai kesehatan yang optimal yaitu Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) Nomor 237 tahun 1997 tentang pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara ekslusif pada Bayi di Indonesia. Program ASI Eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana
5
dinyatakan
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
no.450/MENKES/SK/VI/2004 Undang-undang no. 7/1997 tentang pangan serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang label dan iklan pangan. Dalam Kepmenkes no. 237/ 1997 antara lain diatur bahwa sarana pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau sumbangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang promosi susu formula. Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan juga menjadi provinsi pertama yang mengesahkan Peraturan daerah tentang ASI melalui Perda no. 6 tahun 2010. Tujuan dari pengaturan ASI Eksklusif adalah untuk menjamin terpenuhinya hak bayi, menjamin pelaksanaan kewajiban ibu memberi ASI Eksklusif, dan mendorong peran keluarga, masyarakat, badan usaha dan pemerintah daerah dalam pemberian ASI Eksklusif. Hak seorang ibu untuk mendapatkan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini dan kolostrum, serta kesempatan ibu bersalin dan bayi untuk melakukan inisiasi menyusu ini, dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1, 2, dan 3. Yang berbunyi, institusi pelayanan kesehatan dan penolong persalinan wajib menyediakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang manfaat Inisiasi Menyusu dini (IMD) dan wajib memberikan kesempatan dan membantu ibu dan bayi melakukan inisiasi menyusu dini. Kemudian, pasal 11 ayat 2 dijelaskan pula bahwa insitusi pelayanan dan/atau penolong persalinan wajib membantu ibu melakukan pemberian kolostrum pada bayi (Perda No. 6 Tahun 2010). IMD dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI)) tahun 1992. Di dalam langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi lahir” yaitu dengan metode breast crawl dimana setelah bayi lahir lalu didekatkan di perut ibu dan
6
dibiarkan
merangkak
untuk
mencari
sendiri
puting
ibunya
dan
akhirnya
menghisapnya tanpa bantuan (Yohmi, 2009; Katherine et al, 2005). IMD, ASI Ekslusif selama 6 bulan dan umur pengenalan makanan pendamping ASI merupakan intervensi utama dalam mencapai tujuan MDGs 1 dan 4 dalam menanggulangi mortalitas dan malnutrisi pada anak (Bhutta et al, 2008 ; Dadhich and Agarwal, 2009).
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI
eksklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan prelaktal,
memberikan
tambahan
susu
formula
karena
ASI
tidak
keluar,
menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati & Syafiq melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2009). B. Tinjauan Umum Tentang ASI 1. Pengertian ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi . Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO (2002) dalam Aprilia, 2009). . Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010). 7
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009) Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010): a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif terhadap berbagai jenis pathogen. b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada 2.
susu formula atau makanan. Komposisi ASI Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode
tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Anonim, 2010): a. Kolostrum Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman
8
penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu. b. ASI peralihan/transisi Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat c. ASI mature ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3.
Zat-zat Gizi Energi Protein Kasein Laktosa Lemak Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B12 Kalsium Zat besi Fosfor
Satuan Kkal G Mg G G Ug Ug Ug Ug Mg Mg Mg
Kandungan nutrisi dalam ASI
9
Kolostrum 58.0 2.3 140.0 mg 5.3 2.9 151.0 1.9 30.0 0.05 39.0 70.0 14.0
ASI 70 0.9 187.0 7.3 4.2 75.0 14.0 40.0 0.1 35.0 100.0 15.0
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008) a. Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang
baik bagi
bakteri
yang
menguntungkan) dan
mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi b.
Protein Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam
ASI adalah 65 : 35,
sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus
10
membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI. c.
Lemak Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi d.
Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral
11
jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme. e.
Vitamin ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain vitamin A, vitamin B dan vitamin C. 4.
Volume ASI Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke
10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi
sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2005). 5.
Manfaat ASI a. Manfaat ASI bagi bayi
12
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) Meningkatkan kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi
kemungkinan
menderita
penyakit
jantung.
(9)
Menunjang
perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000) dalam Haniarti, 2011). b. Manfaat ASI bagi ibu Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2) menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010; Aprilia, 2009). c. Manfaat ASI bagi keluarga Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga 13
bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009). 6. Faktor penyebab berkurangnya ASI a. Faktor Menyusui Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui . b. Faktor Psikologi Ibu Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. c. Faktor Bayi Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang . c. Faktor Fisik Ibu Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes, 2005; ) 7.
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif 1. Pengetahuan
14
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009). Menurut Roesli (2005) , bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan
dan pemberian atau nasi
sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009). 2. Lingkungan Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan (Briawan, 2004 dalam Haniarti, 2011). 3. Pengalaman
15
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya 4. Dukungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let Infant feeding behaviours down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2008). Proximate Determinant
Intermediate Determinants
Underlying Determinant
Maternal choices
Opportunities to act on these choice
Infant feeding information and physical social support during pregnancy, childbirth and postpartum
Familial, medical and cultural, attitudes and norms 16 Demographics and economic condition Commercial pressures
National and polices and norms
Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui (Lutter (2000) dalam WHO, 2003) WHO dalam community–based strategies for breastfeeding promotion and support in developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan framework mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
dapat
dilihat pada gambar 1 di atas. C. Perilaku inisiasi menyusu dini (IMD) dan Pemberian ASI Ekslusif Perilaku atau keterampilan adalah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari ketrampilan tersebut sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Perilaku atau keterampilan dapat terwujud melalui hasil dari pengalaman, pengetahuan dan sikapnya. Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku individu atau masyarakat, yaitu: 1) faktor dasar (predisposing factors) yang meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c) kepercayaan; (d) tradisi; (e) unsurunsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat dan; (f) faktor demografi; 2) faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumberdaya dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia dan; 3) faktor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti teman, orang tua, dan petugas kesehatan. Begitu pula dengan perilaku pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun petugas kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut diatas. Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif terutama faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan (Aprilia, 2009). 1. Pengertian IMD
17
Inisiasi menyusu dini dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992. Di dalam langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi lahir” dengan memfokuskan pada kemampuan alami yang ‘ajaib’ bagaimana bayi memulai menyusu dengan cara bayi merangkak di dada ibunya yang disebut breast crawl dan penjelasannya yaitu ‘Setiap bayi, saat diletakkan di perut ibunya segera setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan payudara ibunya dan mengambil minum pertamanya dengan kemampuannya sendiri’ (Yohmi, 2009). Tahun 2006 BFHI merevisi penjelasan langkah ke-4 ini menjadi ‘Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak kulit-ke-kulit dengan ibu segera setelah lahir paling sedikit selama 1 jam dan dorong ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam hal ini yang ditekankan adalah pentingnya kontak kulit-ke- kulit dan kesiapan bayi (Yohmi, 2009). 2. Manfaat IMD a. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi (Bergstrom, 2007) 1). Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia 2) Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat. 3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi 4) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen 5) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam setelah persalinan 6) Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus normal pada bayi baru lahir b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu 1) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang. 18
2) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama. 3) Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oxyitosin. 4) Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan penundaan inisiasi menyusu (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana, neonatus 2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah 24 jam dibanding menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Nepal, neonatus 1,4 kali lebih mungkin untuk meninggal jika pemberian ASI dimulai setelah 24 jam pertama. Para penulis memperkirakan bahwa sekitar seperlima dari semua kematian bayi (22% di Ghana dan 19% di Nepal) dapat dihindari jika ASI mulai diberikan dalam satu jam pertama kehidupan semua bayi yang baru lahir. Manfaat inisiasi menyusu dini khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah (Lucas et al, 1994; Lucas & Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan merupakan kontribusi utama dalam menurunkan mortalitas bayi dan anak-anak. Pentingnya IMD merupakan salah satu rekomendasi WHO (WHO, 2010). Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif. Salariya et al menemukan bahwa bayi yang menyusu dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam jangka waktu yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menemukan bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih besar kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan dibandingkan
dengan
ibu
yang
tidak
19
immediate
breastfeeding.
kegagalan
pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu pada saat makanan/minuman pralakteal diberikan. Studi kualitatif lainnya melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2010). D. 1.
Manajemen Laktasi Pengertian Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Depkes, 2005). 2. Periode dalam manajemen laktasi a. Pada masa kehamilan (antenatal) Hal-hal yang perlu dilakukan pada masa kehamilan : 1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu formula. 2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil. 3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. 4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009). b. Pada masa segera setelah melahirkan Hal yang dilakukan segera setelah melahirkan : 1). Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui bayi.
20
Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah 1) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan 2) Bayi harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara perlekatan bayi pada payudara ibu (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009). c. Masa menyusui (Postnatal) Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan : 1) Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama usia bayi 2) Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand) 3) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan produksi ASI tetap lancar 4) Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui seharihari. Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya dan minum minimal 10 gelas air per hari 5) Cukup istirahat, menjaga ketenangan
pikiran
dan
menghindarkan
kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat 6) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau 3.
menyusu, puting lecet, dll) (Depkes, 2005). Tehnik menyusui yang benar Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting susu menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat antara lain (1) tubuh bagian depan menmpel pada tubuh ibu, (2) dagu bayi menempel pada payudara (3) dada bayi menempel pada dada ibu (4) mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka (5) sebagian besar areola tidak tampak, (6) bayi menghisap dengan dalam dan perlahan (7) bayi tampak tenang dan puas pada akhir menyusu, (8) terkadang
21
terdengar suara bayi menelan (9) puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Depkes, 2005). E. KESIMPULAN Asi Eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi bayi karena memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Karena itu diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif termasuk tentang manajemen laktasi
DAFTAR PUSTAKA Afifah, 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan. Universitas Sumatra Utara . Anonim. Turun, jumlah bayi yang dapat ASI eksklusif. Gizi Net (online http://www.gizi.net/cgiin/berita/fullnews.cgi? newsid1173324133,39743, diakses 13 Desember 2009) _______, 2010. Composition of breast milk. (online, http. Breastfeesing-mom.com, diakses 27 Februari 2012) Aprilia, Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas Diponegoro Semarang 2009. Apurba et al. Infant and Young Child-feeding Practices in Bankura District, West Bengal, India. J Health Popul Nutr. 2010 June; 28(3): 294–299 Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media Bergstrom, A., Okong, P., & Ransjo-Arvidson, A. Immediate maternal thermal response to skin-to-skin care of newborn. Acta Paediatr, 96(5), 655658, 2007 Bhutta ZA, Ahmed T, Black RE, Cousens S, Dewey K, Giugliani E, et al. What works? Interventions for maternal and child undernutrition and survival. Lancet. 2008;371:417–40 Dadhich JP, Agarwal RK. Mainstreaming early and exclusive breastfeeding for improving child survival. Indian Pediatr. 2009;46:11–7 22
Dahlan, S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ed.3. Jakarta : Salemba Medika Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. ______, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta. Dinesh K. Et al. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under Five Children. Indian Journal of Pediatrcs, Vol 73-May, 2006 Dyson L, McCormick F, and Renfrew MJ. Interventions for promoting the initiation of breastfeeding (Review). The Cochrane Library 2007, Issue 4 Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Pediatrics. 2006;117:380-6. ___________, Kirkwood BR, Amenga-Etegos S, Owusu-Agyei S, Hurt LS. Effect of early infant feeding practices on infection-specific neonatal mortality: an investigation of the causal links with observational data from rural Ghana. Am J Clin Nutr. 2007;86:1126–31 Ertem IO, Votto N and Leventhal JM. The timing and predictors of early termination of breastfeeding. Pediatrics 2001: 107; 543-548. Available at http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/107/3/543 Februhartanty J, Strategic Roles of Fathers in Optimizing breastfeeding Practices; Study in an Urban Setting Of Jakarta, UI, Jakarta, 2008 Fikawati, S. dan Syafiq, A. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, kesehatan, vol. 14, no. 1, juni 2010: 17-24 _________ .Praktik pemberian ASI eksklusif, penyebab-penyebab keberhasilan dan kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional 2009; 4(3):120-131 _________, Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan. J Kedokter Trisakti. Mei-Agustus 2003, Vol.22 No.2 Giugliani ERJ. Common problems during lactation and their management. J Pediatr (Rio J) 2004; 80 (5 Suppl): S147-S154 Gupta, A., 2007. Initiating breastfeeding within one hour of birth. Presented at Thirty Fourth Session of the Standing Committee on Nutrition 23
Hadju, V., 1997. Penentuan Status Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar Hidayat dkk, 2004. Upaya Pemeliharaan Kesehatan dan status Gizi Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Media Gizi dan Keluarga, Juli Vol 28. Katherine et al, 2005. The CDC guide to breastfeeding intervention. Department of health and human services CDC. Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and Continuation in Rural Communities: A Combined Qualitative/Quantitative Approach. Matern Child Health J. 2008 May ; 12(3): 402–414 Kurniawati, D., 2005. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Energi dan Status Gizi Balita di Desa Tawangharjo Kecamatan Widarijaksa Kabupaten Pati Tahun 2005. Skripsi diterbitkan. Semarang: Universitas Semarang Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Lucas, A.M. et al. A randomized multicentre study of human milk versus formula and later development in preterm infants. Arch Dis Child. 70: F141-F146 (1994). Lucas, A. & Cole, T.J. Breast milk and neonatal necrotising enterocolitis. The Lancet. Dec 22-29;336 (8730): 1519-1523 (1990). Luke, et al. Breast-Feeding Patterns, Time to Initiation, and Mortality Risk among Newborns in Southern Nepal. J. Nutr. 138: 599–603, 2008 Minarto, 2011. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014. Online (www.gizikia.depkes.go.id, diakses 18 Februari 2012) Muchina EN and PM Waithaka. Relationship betwen breastfeeding practices and nutritional status of children aged 0-24 months in Nairobi, Kenya. Ajfand Online Vol. 10 No.4 April 2010. Mullany, L.C. et al. Breast-feeding patterns, time to initiation, and mortality risk among newborns in Southern Nepal. J Nutr. 138: 599-603 (2008). Mushaphi et al. Infant-feeding practices of mothers and the nutritional status of infants in the Vhembe District of Limpopo Province. S Afr J Clin Nutr 2008;21(2):36-41 24
Notoatmojo,S., 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Asdi Maha Satya Owor M, Tumwine JK and JK Kaukauna. Socio-economic risk factors for severe protein energy malnutrition among children in Mulago Hospital Kampala. E.Afr.Me.J.2000;Vol.77(9): 471-474 Pedoman penulisan Tesis dan Disertasi ed.4. Program Pascasarjana Universitas Hasanudin Makassar 2009 Prasad, Bindeshwar, and Anthony M de L Costello. Impact and Sustainability of a “Baby Friendly” Health Education Intervention at a District Hospital in Bihar, India. British Medical Journal. 310 (11 March 1995):621-623) Putra A. Analisis Praktek Bidan dalam Pelayanan bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir 0-7 Hari (Minggu Pertama) Pasca Persalinan di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Tahun 2007 (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Alahan Panjang). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Indonesia, 2007 Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusatara _____, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu melahirkan. Tesis tidak diterbitkan. Bagian Gizi Kesehatan Mayarakat FKM Universitas Sumatera Utara Soekirman, 2000. Gizi, Morbiditas dan Mortalits Bayi di Indonesia. Gizi Indonesia Vol X no.1 Suraji, R. 2003. Manajemen Laktasi. Program Manajemen laktasi Perkumpulan Perinatologi di RSU Tapak Tuan, Aceh. UNICEf, 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl, Breast Crawl.org World
Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. 2003
__________,. Early Initiation of Breastfeeding: the Key to Survival and Beyond. 2010 Yang Q, Wen SW, Dubois L, Chen Y, Walker MC, Krewski D. Determinants of breast-feeding and weaning in Alberta, Canada. J Obstet Gynaecol Can. 2004 Nov;26(11):975-81 Yohmi, E. 2009. Inisiasi menyusu dini. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Online (www. Idai.or.id, diakses 18 Februari 2012) 25
Zainuddin, 2008. Pengaruh Konseling Ibu Hamil Terhadap Inisiasi Menyusu Dini Di Kabupaten Pangkep Tahun 2008. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar
26