BAB I STATUS PASIEN NEUROLOGI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa
: Tri Hakiki
NPM
: 18360166
Dokter Pembimbing
: dr Fitriyani Sp.S, M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. W
Umur
: 40 Tahun
Alamat
: Dusun Tanjung Aman Negara Ratu, Natar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswata
Status
: Sudah Menikah
Suku bangsa
: Ogan
Tanggal masuk
: 12 Agustus 2018
1
2
II. RIWAYAT PENYAKIT ANAMNESIS Keluhan Utama Nyeri kepala hebat ± 1 hari SMRS Keluhan Tambahan Nyeri ulu hati terus menerus, mual (+), muntah (+) frekuensi > 20 x/hari, anoreksia, lemas dan flu ± 2 bulan. Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang wanita datang ke IGD Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dengan keluhan Nyeri kepala hebat ± 1 hari SMRS dan keluhan dirasakan sakit berdenyut terus menerus pada bagian belakang atas kepala. Bertambah sakit apabila melakukan aktifitas berat. Skala nyeri sekitar 8 dari 10. Nyeri kepala ini dirasakan muncul sejak ±20 tahun terakhir dimana penderita sering mengeluh sakit kepala hilang timbul, keluhan dipengaruhi aktifitas berat, sakit kepala hilang dengan diminumkan obat bodrex dengan frekuensi minum obat sehari ±6 butir obat bodrex. 3 tahun SMRS pasien mengaku menjalani operasi tumor otak dan saat ini pasien mengaku sedang dipasang VP-Shunting di otaknya. Pasien mengaku tidak pernah kontrol dan hanya mengonsumsi obat herbal pembelian suaminya. Keluhan tambahan yang dirasakan os juga mengeluh nyeri pada ulu hati, skala nyeri sekitar 6 dari 10, mual (+), muntah (+) frekuensi > 20 x/hari, anoreksia (tidak nafsu makan), dan badan terasa lemas. Pasien juga mengeluhkan flu tidak sembuhsembuh ± 2 bulan SMRS, himianopsia sinistra, hiposmia sinistra, hipogeusia,
3
keluhan demam (-), penurunan kesadaran disangkal, keluhan telinga berdenging disangkal, penglihatan ganda disangkal, kejang disangkal, mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada, buang air kecil dan buang air besar tidak ada masalah. Pasien memiliki riwayat trauma kepala ± 28 tahun yang lalu. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat memiliki tumor otak 3 tahun yang lalu
Riwayat operasi kepala (+)
Riwayat nyeri kepala menahun (+)
Hipertensi (+)
Diabetes Melitus (-)
Riwayat trauma kepala (+)
Asma sejak lahir (+)
Riwayat maag (+)
Riwayat pingsan sebelumnya (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat sakit gigi (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat TB (-)
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
4
Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi cukup
Pasien tinggal serumah dengan suami, kedua anaknya dan ibu mertuanya
Riwayat Obat Os tidak pernah memiliki riwayat alergi obat. III. PEMERIKSAAN FISIK Status Present - Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
- Kesadaran
: Compos Mentis
- GCS
: E4V5M6
- Vital Sign Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 36,50C
Status Generalis KEPALA
Rambut
: Rambut berwarna hitam
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, ptosis (-/-), eksoftalmus (-/-), hemianopsia (-/+)
5
Hidung
:Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-), sekret (-/-), hiposmia (-/+)
Telinga
:Normal (+/↓),sekret (-/-), serumen (-/-)
Mulut
:Simetris, lidah normal, bibir kering
Tenggorokan
: Mukosa faring hiperemis (-), uvula di tengah.
LEHER
Pembesaran KGB
: Tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran tiroid
: Tidak ada pembesaran tiroid
Tekanan Vena jugularis
: Normal
Trakea
: Tidak terdapat deviasi trachea
THORAKS COR
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, gerak tertinggal (-), luka (-)
Palpasi
Perkusi
: krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-) :
Batas atas kiri
: ICS II linea parasternal sinistra
Batas atas kanan
: ICS II linea parasternal dextra
Batas kiri bawah
: ICS V, 1-2 cm kearah medial linea midclavicula sinistra
6
Auskultasi : Jantung
: Bunyi jantung I dan II regular
Suara tambahan
: Murmur (-), gallop (-)
PARU
Inspeksi
: Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi otot-otot pernapasan (-)
Palpasi
: Simetris, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
: Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi(-/-), wheezing(-/-)
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
Perkusi
: Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi
: Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
: Perut datar, massa (-), luka (-), defans muscular (-)
EKSTREMITAS Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-) Bengkak (-), Sianosis (-) Kekuatan otot 5/5
7
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), Deformitas (-) Bengkak (-), Sianosis (-) Kekuatan otot 5/5 IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada Rangsangan Meningeal 1. Kaku kuduk
: - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I
: -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II
: -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4. Kernig
: -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak terdapat tahanan sebelum mencapai 135º)
5. Laseque
:-/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)
Saraf Cranialis
N. Olfaktorius (N.I) Daya penciuman hidung
: Hiposmia sinistra
8
N. Opticus (N.II) Tajam penglihatan
: VOD 6/6 VOS 0
Lapang penglihatan
: Hemianopsia sinistra
Tes Warna
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi
: Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI) Kelopak mata Ptosis
: (-/-)
Endoftalmus
: (-/-)
Exsoftalmus
: (-/-)
Reflek Pupil Diameter
: 3mm/ 3mm
Bentuk
: Bulat/Bulat
Isokor/anisokor
: Isokor
Posisi
: Central, simetris
Reflek Cahaya Langsung
: (+/↓)
Reflek Cahaya tidak langsung
: (+/↓)
Gerakan bola mata Media
: +/+
Lateral
: +/+
Superior
: +/+
9
Inferior
: +/+
Obliqus superior
: +/+
Obliqus inferior
: +/+
N. Trigeminus (N. V) Sensibilitas Ramus oftalmikus
: (+/+)
Ramus maksilaris
: (+/+)
Ramus Mandibularis
: (+/+)
Motorik M. maseter
: (+/+)
M. temporalis
: (+/+)
M. pterigoideus
: (+/+)
Reflek kornea
: (+/+)
Reflex bersin
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Reflek
N. Facialis (N.VII) Inspeksi wajah sewaktu Diam
: Simetris
Tersenyum
: Simetris
Meringis
: Simetris
Bersiul
: Simetris
10
Menutup Mata
: Simetris
Pasien disuruh untuk Mengerut dahi
: Simetris
Menutup mata kuat-kuat
: Simetris
Mengembungkan pipi
: Simetris
Sensoris: Pengecapan 2/3 depan lidah : Hipogeusia
N. vestibulocochlearis (N. VIII) Pendengaran Ketajamam pendengaran : normal (+/↓) Tinitus
: (-/-)
Keseimbangan
Nistagmus
: (-)
Tes Romberg biasa
: DBN
Tes Romberg dipertajam
: DBN
Tes Tandem Walking
: DBN
N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X) Suara bindeng/nasal
: Tidak ada
Posisi uvula
: Ditengah
Reflek batuk
: Normal
Reflek muntah
: Tidak dilakukan pemeriksaan
11
Peristaltik usus
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Bradikardi
: Tidak ada
Takikardi
: Tidak ada
N. Accesorius (N.XI) M. sternocleidomastoideus
: (+/+)
M. trapezius
: (+/+)
N. Hipoglossus (N.XII) Atropi
: Tidak ada
Fasikulasi
: Tidak ada
Deviasi
: Tidak ada
Sistem Motorik Kekuatan Otot
:5/5,/5/5
Tonus
:+
Klonus
:-
Atrophi
:-
Refleks Fisiologis Biceps
:
+
Triceps
:
+
Achiles
:
+
Patella
:
+
12
Refleks Patologis Babinski
:
-/-
Oppenheim
:
-/-
Chaddock
:
-/-
Gordon
:
-/-
Scaeffer
:
-/-
Hoffman
:
-/-
Trommer
:
-/-
Gonda
:
-/-
Sensibilitas - Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior ) Rasa raba
: (+/ +)
Rasa nyeri
: (+/ +)
Rasa suhu panas
: (+/+)
Rasa suhu dingin
: (+/+)
-Propioseptif / Rasa dalam (Superior/Inferior) Rasa Sikap
: (+/+)
Rasa Nyeri dalam
: (+/+)
Rasa Getar
: Tidak dilakukan pemeriksaan
13
Koordinasi Tes Tunjuk Hidung
: Tidak ada kelainan
Tes Pronasi Supinasi
: Tidak ada kelainan
Tes Telunjuk – Telunjuk
: Tidak ada kelainan
Tes Rebound Phenomenom : Tidak ada kelainan Tes Tumit Lutut
: Tidak ada kelainan
Susunan saraf otonom Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Fungsi luhur Fungsi bahasa
: Normal
Fungsi orientasi
: Normal
Fungsi memori
: Normal
Fungsi emosi
: Normal
RESUME Seorang wanita 40 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dengan keluhan nyeri kepala hebat berdenyut ± 1 hari SMRS disertai nyeri ulu hati terus menerus dan dirasakan semakin memberat sampai tidak tertahankan. Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (+) sekitar kira-kira 20x/hari, anoreksia dan badan lemas. Pasien juga mengeluhkan flu tidak sembuh-sembuh ± 2 bulan SMRS, himianopsia sinistra, hiposmia sinistra, hipogeusia dan penurunan
14
pendengaran telinga kiri. Pasien memiliki riwayat trauma kepala ± 28 tahun yang lalu dan pernah menjalani operasi tumor otak 3 tahun yang lalu dan saat ini pasien mengaku sedang dipasang VP-Shunting di otaknya. Riwayat Penyakit Dahulu - Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
- Kesadaran
: Compos Mentis
- GCS
: E4V5M6
- Vital Sign Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 36,50C
DIAGNOSIS - Klinis
: Cephalgia, hemianosmia sinistra, hiposmia bilateral, hipogeusia dan penurunan pendengaran telinga kiri
- Topis
: Minengen
- Etiologi
: Tumor otak
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis kronik
Abses serebri
Epidural hematom
15
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Mengurangi asupan manis
tidak menonsumsi makanan pedas asam
Mengonsumsi sayuran
Farmakologi IVFD RL makro XX tpm Ksr Oral 2 X 1 Anbocin IV 2 X 1 gr Panloc IV Extra Ulsafat Syr 3 X 22 Lansoprazole Oral 2 X 1 Ericaf Oral 3 X 1 Analsik 3 X 1 Sucralfat Syr 3 X 1
16
PemeriksaanPenunjang Laboratorium ( 12 Agustus 2018 ) HEMATOLOGI Pemeriksaan
Hasil
Normal
Satuan
Hemoglobin
12,0
12-16
gr/dl
Leukosit
20.200
4.500-10.700
ul
Hit. Jenis leukosit Basofil
0
0-1
%
Hit. Jenis leukosit Eosinofil
0
0-3
%
Hit. Jenis leukosit Batang
1
2-6
%
Hit. Jenis leukosit Segmen
74
50-70
%
Hit. Jenis leukosit Limposit
20
20-40
%
Hit. Jenis leukosit Monosit
5
2-8
%
Eritrosit
4,3
4,2-6,4
10ˆ6 / ul
Hematokrit
36
38-47
%
Trombosit
285.000
159.000-400.000
ul
MCV
82
80-96
fl
MCH
27
27-31
pg
MCHC
33
32-36
g/dl
KIMIA DARAH Pemeriksaan
Hasil
Normal
Satuan
Natrium
139
135-145
nmol/l
Kalium
3,1
3,5-5,5
nmol/l
Cloride
104
96-106
nmol/l
17
CT-Scan ( 15 Agustus 2018 )
Kesan :
Defek a/r os parietalis posterior kanan dengan terpasang selang VPshunt yang berpangkal dari ventrikel lateralis cornu posterior kanan
Lesi isoden homogen, HU (+40), lobulated, batas tegas, tepi irreguler, soliter, disertai bayangan hipodens minimal perifokal, didaerah extraaxial parasagital anterior bilateral teriutama kiri, yang ke arah posteromedial, mendesak dan menyempitkan ventrikel 3 seta mid-line shift ± 8 mm ke kanan, ec massa solid extra-axial ( Meningioma) disertai edema serebri perifokal minimal, perlu diprtimbangkan (Bagaimana klinis, lab & PA )
18
Ventrikulomegali ringan lateralis bilateral
Sinusitis maksialris bilateral dan etiomidalis kanan
Hipertrofi konka nasalis bilateral
Deviasi septum nasalis ke kiri
PROGNOSA
Quo ad vitam
: Dubia ad malam
Quo ad fungsionam
: Dubia ad malam
Quo ad sanationam
: Dubia ad malam
19
Follow Up Pasien : Tanggal
S
O
A
P
12/08/ 2018
Sakit kepala + KU : TSS Cephalgia -terapi O2 nyeri ulu hati GCS : 15 -IVFD RL XX tpm TD : 110/70 mmHg -Antasid Syr 1 CTH N : 110 x/mnt -Inj Ondancentron 1 amp R : 24 x/mnt T : 36,5 C -Inj cetorolac 1 amp
13/08/2018
nyeri kepala + KU : TSS Cephalgia -IVFD RL XX tpm nyeri ulu hati GCS : 15 -Antasid Syr 1 CTH TD : 120/70 mmHg -Inj Ondancentron 1 amp N : 96 x/mnt -Inj cetorolac 1 amp R : 22 x/mnt T : 36,2 C
14/08/2018
nyeri kepala KU : TSS Cephalgia -IVFD RL XX tpm + nyeri ulu GCS : 15 -Sucralfat 3 x 1 hati TD : 100/70 mmHg -Ondancentron 3 x 1 N : 89 x/mnt -cetorolac 3 x 1 R : 22 x/mnt T : 36,9 C -obat racikan nyeri 3 x 1
15/08/2018
nyeri kepala
KU : TSS Cephalgia -IVFD RL XX tpm GCS : 15 -Anbacin 2 x 1 IV TD : 110/80 mmHg -KSR oral 2 x 1 N : 84 x/mnt -Panloc extra IV R : 24 x/mnt T : 36,7 C -Ulsafat Syr 3 x 1 -Lansoprazole tab 2 x 1 -Ericaf tab 3 x 1
16/08/2018
Nyeri kepala
KU : TSS Tumor GCS : 15 Otak TD : 120/70 mmHg N : 86 x/mnt
-Pct 3 x 1
20
R : 24 x/mnt T : 36,3 C
21
BAB II ANALISIS KASUS
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita Tumor Otak (Meningioma). A. ANAMNESIS Dari anamnesis data yang menunjang adalah nyeri kepala hebat berdenyut ± 1 hari SMRS disertai nyeri ulu hati terus menerus, mual (+), muntah (+) sekitar kirakira 20x/hari, anoreksia dan badan lemas. B. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik menunjukkan hemianopsia sinistra, hiposmia sinistra, hipogeusia, penurunan pendengaran telinga kiri dan flu tidak sembuh-sembuh ± 2bulan SMRS. GCS 15. Riwayat trauma kepala ± 28 tahun yang lalu. Riwayat operasi tumor kepala 3 tahun yang lalu. Pemakaian VP-Shunting hingga sekarang. C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Dari pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis kearah Tumor Otak (Meningioma) adalah pemeriksaan darah lengkap dengan Leukosit 20.200 dan dari hasil pemeriksaan CT-Scan Lesi isoden homogen, HU (+40), lobulated, batas tegas, tepi irreguler, soliter, disertai bayangan hipodens minimal perifokal,
22
didaerah extra-axial parasagital anterior bilateral teriutama kiri, yang ke arah postero-medial, mendesak dan menyempitkan ventrikel 3 serta mid-line shift ± 8 mm ke kanan, ec massa solid extra-axial ( Meningioma) disertai edema serebri perifokal minimal, Ventrikulomegali ringan lateralis bilateral, Sinusitis maksialris bilateral dan etiomidalis kanan, Hipertrofi konka nasalis bilateral dan Deviasi septum nasalis ke kiri. Prognosis pada kasus ini yang mengambil ad malam berdasarkan hasil CTScan dan gejala dari pasien serta pasien dan keluarganya tidak mau dilakukan operasi pengangkatan tumor tersebut. Walaupun secara histologis tumor ini jinak, namun tumor ini dapat mengancam nyawa karna efek desakan massa dalam rongga kranium. D. PENATALAKSANAAN Non medika mentosa yaitu mengurangi asupan manis, mengonsumsi sayuran, tidak menonsumsi makanan pedas asam. Medikamentosa IVFD RL untuk mengganti cairan tubuh yangtelah hilang karena muntah. KSR oral untuk mengobati atau mencegah jumlah kalium yang rendah dalam darah. Anbacim untuk menekan pertumbuhan bakteri dalam tubuh. Panloc untuk mencegah cedera mukosa eosofagus. Alsafat syr untuk digunakan mengatasi nyeri ulu hati akibat peningkatan asam lambung. Lansoprazol untukmengurangi produksi asam lambung. Ericaf untuk mengatasi sakit kepala. Analsik untuk anti nyeri, sakit kepala. Sucralfat untuk mengobati dan mencegah tukak lambung.
23
Pada kasus ini prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah Dubia Ad malam, hal ini dikarenkan massa tumor pada pasien ini sudah besar dan menekan beberapa persyarafan yang ada di otak dan pasien tidak mau dilakukan tindakan medis hanya meminum obat herbal saja. Untuk Quo ad fungsionam adalah Dubia ad malam. Untuk Quo ad sanationam adalah Dubia ad malam.
24
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya
25
peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian. 3.2
ETIOLOGI Tumor otak dibagiu menjadi 2 jenis, yaitu primer dan sekunder, hal ini membedakan keduanya adalah awal pertumbuhan dari sel otak. Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu: 1. Tumor otak primer Pada jenis ini, sel tumor mulai tumbuh pada organ otak atau dalam jaringan
yang
dekat
dengan
otak,
seperti
dalam
membran
otak
( meningens ), saraf krnial, kelenjar ptuitary, atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dapat terjadi akibat adanya mutasi DNA yang mengakibatkan sel bertumbuh dan membelah.mereka akan teruss hidup ketika sel-sel sehat akan mati, akibatnya terbentuklah massa sel abnormal yang membentuk tumor. Ex : Meningioma, pineoblastoma dan masih banyak lagi
26
2. Tumor otak sekunder Jenis tumor ini merupakan hasil dari adanya sel kanker yang tumbuh ditempat lain dalam tubuh dan bermetasasis ke organ otak. Tumor jenis ini paling sering dialami oleh manusia khususnya orang yang memiliki riwayat penyakit kanker. Beberapa faktor yang turut menjadi faktor risiko dari penyakit ini : 3. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber yang
dapat
dianggap
sebagai
manifestasi
pertumbuhan
baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktorfaktor hereditas yang kuat pada neoplasma. 4. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunanbangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
27
5. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. Contohnya radiasi jenis ionizing radiation dan radiasi sinar X. 6. Virus Infeksi virus juga dipercayai bia menyebabkan tumor otak,contohnya virus Epseien-barr. 7. Substansi-substansi karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 8. Trauma Kepala Didapatkan adanya laporan mengenai keterlibatan trauma kepala dalam perkembangan tumor otak, terutama meningioma.
28
3.3
KLASIFIKASI Berdasarkan jenis tumor a. Jinak Umumnya extra-axial, yang tunbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Walaupun secara histologis tumor ini jinak, namun tumor ini dapat mengancam nyawa karna efek desakan massa dalam rongga kranium. 1. Acoustic neuroma 2. Meningioma Sebagian
besar
tumor
bersifat
jinak,
berkapsul,
dan
tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak. 3. Pituitary adenoma 4. Astrocytoma (grade I)
29
b. Malignant umumnya intra-axial, yaitu berasal dari parenkim otak. 1. Astrocytoma (grade 2,3,4) 2. Oligodendroglioma Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif. 3. Apendymoma Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
30
Berdasarkan lokasi : 1. Tumor supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi : 1. Glioma : 1) Glioblastoma multiforme Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum. 2) Astroscytoma 3) Oligodendroglioma Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda. 2. Meningioma Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan CerebelloPontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
31
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif. 2. Tumor infratentorial 1) Schwanoma akustikus 2) Tumor metastasisc Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. 3.4
PATOFISIOLOGI Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
32
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan
perubahan
sirkulasi
cerebrospinal.
Pertumbuhan
tumor
menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
33
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme
kompensasi
memerlukan
waktu
berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan). 3.5
MANIFESTASI KLINIS Menurut lokasi tumor : - Lobus frontalis Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
34
- Kortek presentalis posterior Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari - Lobus parasentralis Kelemahan pada ekstremitas bawah - Lobus Oksipitalis Kejang, gangguan penglihatan - Lobus temporalis Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah - Lobus Parietalis Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
- Cerebulum Papil
oedema,
nyeri
kepala,
gangguan
motorik,
hipotonia,
hiperekstremitas esndi Tanda dan Gejala Umum : -Nyeri kepala Tumbuhnya sel tumor pada organ otak dapat menyebabkan menyebabkan meningkatnya tekanan dalam otak itu sendiri. Hal ini juga dapat timbul akibat cairan yang ada dalam otak (hidrosefalus). Sakit kepala merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
35
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. -Gangguan penglihatan Tumor otak dapat merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang berfungsi memproses informasivisual (visual kortex). Hal ini mengakibatkan penglihatan akan terganggu misalnya penglihatan menjadi berkurang atau penglihatan ganda. - Gangguan pendengaran Tumor otak dapat mempengaruhi saraf pendengaran, terutama neuromas akustik, dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran. - Kejang Tumor otak dapat menyebab kan otak mengalami iritasi. - Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial Pandangan kabur, mual, muntah (Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya
36
massa intracranial), penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia. - Perubahan kepribadian - Tubuh melemah - Gangguan memori - Gangguan alam perasaan 3.6
Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak 1. CT scan dan MRI Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya. 2. Foto polos dada Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak. 3. Pemeriksaan cairan serebrospinal Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
37
4. Biopsi stereotaktik Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. 5. Angiografi Serebral Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. 6. Elektroensefalogram (EEG) Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. 3.7
PENATALAKSANAAN Berikut ini beberapa jenis pengobatan oada kasus tumor otak:
Kemoterapi Metode ini dilakukan untuk menyusutkan tumor jinak. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakanobat-obatan untukmembunuh sel-sel tumor dan diberikan dalam bentuk tablet, suntikan, atau infus.
Radioterapi Sama seperti kemoterapi. Prosesnya menggunakan radiasi energi (biasanya X-ray) untuk membunuh sel-sel tumor
38
Operasi pengangkatan tumor Bertujuan untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Obat -Antikonvulsan Untuk mencegah kejang-kejang akibat tumor otak dan sebagai opencegah terjadinya kejang. -Kortikosteroid Loading dose 10 mg Dexametason diikuti dengan pemberian 5mg 4x sehari (oral atau injeksi). Untuk mengurangi pembekakkan disekitar tumor, pereda nyeri untuk mengatasi pusing, menurunkan TIK, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor. -Antiemesis Ondancentron, Metoklopramid Mengurangi rasa mual
3.8
PROGNOSIS Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diangnosa dini dan juga penanganannya yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup
39
10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak diindonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatifn yang dilakukan pada beberapa rumah sakit.
40
DAFTAR PUSTAKA
Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah