Lapkas Baru.docx

  • Uploaded by: Teuku Jaja Amarullah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapkas Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,365
  • Pages: 23
Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Diagnostik

TINEA CORPORIS Oleh: Dwiky Arief Darma T. Jaja Amarullah

Pembimbing: Vella

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurkepada Tuhan Yang Maha Esa yangtelahmemberikanrahmatdan karunia-Nyasehinggapenulisdapat menyelesaikanlaporankasus denganjudul “Tinea Corporis”.LaporanKasusinimerupakansalah

satu

tugasdalammenjalankanKepaniteraanKlinikSeniorBagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin

FakultasKedokteranUniversitasSyiahKuala/RSUDDr.

Zainoel

AbidinBandaAceh. Ucapanterimakasihpenulissampaikankepadadr.

Mimi

Maulida,

Sp.KK,

FINSDV

yangtelahbersediamembimbingpenulissehinggadapatmenyelesaikan

laporanini.

Penulismengharapkankritikdan

jugasaranyangmembangundari

semuapihakterhadaplaporankasusini.Semogalaporankasusinibermanfaat bagipenulisdanoranglain.

BandaAceh,

Mei

Penulis

2018

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i

KATA PENGANTAR .......................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................

v

PENDAHULUAN ..............................................................................................

1

LAPORAN KASUS ...........................................................................................

3

Identitas Pasien ............................................................................................

3

Anamnesis ...................................................................................................

3

Pemeriksaan Fisik .......................................................................................

4

Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................

5

Diagnosis Banding .......................................................................................

5

Resume ........................................................................................................

6

Diagnosa Klinis ...........................................................................................

6

Tatalaksana ..................................................................................................

6

Prognosis .....................................................................................................

6

ANALISA KASUS ............................................................................................

7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11 TELAAH JURNAL........................................................................................... 12

iii

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Lesi pada regio brachii dan antebrachii.............................................4 Gambar 2. Lesi pada regio thorakalis amterior ...................................................4 Gambar 3Lesi pada regio thorakalis amterior .....................................................5 Gambar 4. Lesi pada regio cruris sinistra ...........................................................5

iv

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1Terapi Topikal ......................................................................................... Tabel 2 Diagnosis banding tinea corporis .......................................................... 10

v

8

1

PENDAHULUAN Tinea corporis merupakan istilah untuk menunjukkan adanya infeksi jamur golongan dermatofita pada badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk selangkangan, telapak tangan dan telapak kaki.(1)Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis dan tersebar luas di negara berkembang terutama di negara-negara tropis dan subtropis seperti India, di mana daerah tersebut merupakan daerah dengan iklim yang panas dan lembab. Di beberapa tahun terakhir, studi tentang epidemiologi infeksi dermatofita dari berbagai bagian India telah menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam kejadian dermatofitosis kulit dengan paling banyak dijumpai yaitu Trichophyton rubrum dari Chennai dan Rajasthan. Namun, dalam studi dari Lucknow dan New Delhi, Trichophyton mentagrophytes dan Microsporum audouinii adalah yang paling sering.

Beberapa

penelitian

juga

menunjukkan

spesies

langka

seperti

Microsporum gypseum di bagian dunia.(2) Dari penelitian yang dilakukan di India didapatkan kejadian infeksi jamur yaitu tinea corporis (78%), tinea cruris (10%), tinea manuum (2,5%), tinea fasialis (1,8%), tinea pedis (0,7%), onikomikosis (6,7%), piedra (0,6%).(3)Insidensi tinea korporis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia yang menunjukkan angka persentase bervariasi dari 2,93% yang terendah di Semarang sampai 27,6% yang tertinggi di Padang. Laki - laki pasca pubertas lebih banyak terkena tinea corporis dibanding wanita, Tinea korporis dapat terjadi pada semua usia, paling sering mengenai usia 18 - 25 tahun serta 40 - 50 tahun.(4) Menurut beberapa penelitian, penegakkan diagnosa tinea corporis dapat dilakukan berdasarkan gejala dan gambaran lesi yang ditimbulkan. Manifestasi klinis dari tinea corporis terdapatnya rasa gatal jika berkeringat. Untuk bentuk lesi biasanya berbentuk bulat atau lonjong berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama kadang-kadang dengan vesikel dan papula ditepi lesi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang ditepi lebih aktif yang sering disebut central healing.(5) Pengobatan tinea corporis menggunakan obat anti jamur topical dan oral, obat oral digunakan untuk lesi yang lebih luas. Penggunaan anti jamur topical

2

bersama dengan sistemik lebih bermanfaat mengurangi gejala klinis pada tinea corporis.(6) Sebagian besar tinea corporis dapat disembuhkan dengan perawatan topikal, sedangkan infeksi yang sangat luas dan berat mungkin memerlukan tambahan pengobatan oral. Kelompok antijamur yang tersedia adalah azoles, alilamin, benzilamin, hydroxy pyridones dan tiokarbamat, tetapi tidak pasti mana yang paling efektif.(7)

3

LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien Nama

: Tn. RT

Umur

: 14 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Status Pernikahan

: Belum menikah

Berat Badan

:46kg

Tinggi Badan

: 153 cm

Alamat

: Lambaro

Tanggal Pemeriksaan

:07 Mei 2018

Jaminan

: JKA

Nomor CM

: 1-01-90-73

II. Anamnesis Keluhan Utama Bercak kemerahan di badan, lengan bawah dan tungkai bawah. Keluhan Tambahan Gatal saat berkeringat Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Zainoel Abidindengan keluhan bercak kemerahan di badan, lengan bawah dan tungkai bawah dan gatal pada saat berkeringat. Awalnya bercak berwarna merah di lengan bawah kanan yang berukuran kecil dan kemudian bertambah besar dan menyebar ke badan dan tungkai bawah. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Kakak, abang dan ibu pasien merasakan hal yang sama dengan pasien. Riwayat Pemakaian Obat

4

Salep kulit racikan yang didapatkan dari poliklinik kulit dan pasien tidak mengingat nama salepnya. Pasien mengaku tidak ada perbaikan. Riwayat Kebiasaan Sosial yang Terkait Pasien sering bermain bola di lapangan terbuka dan pasien sering memotong rumput untuk membantu orangtua nya. Pasien mengaku terkadang mandi sehari sekali. III. Pemeriksaan Fisik Vital sign Kesadaran

: Kompos mentis

TD

: 110/70 mmHg

HR

: 90 x/menit

RR

: 21 x/menit

T

: 36,80C

Status Dermatologis (Pemeriksaan tanggal 07 Mei 2018) Regio

:Antebrachii dextra et sinistra, tibialis dextra et sinistra, thorakal anterior

Deskripsi lesi

:Tampak patch hiperpigmentasidan eritematous berbatas tegas,tepi reguler, dengan skuama halus, polisiklik, central healing,jumlah multipel, ukuran numular-plakat, distribusi generalisata.

Foto klinis pasien

Gambar 1. Lesi pada regio antebrachii dextra

Gambar 2. Lesi pada regio thorakalis amterior

5

Gambar 3. Lesi pada regio thorakalis anterior

Gambar 4. Lesi pada regio tibialis sinistra

IV. Pemeriksaan Penunjang 1.

Pemeriksaan KOH didadapatkan hifa panjang dan bersepta

V. Diagnosis Banding 1. Tinea corporis 2. Psoriasis Vulgaris 3. Ptyriasis Rosasea 4. Dermatitis Atopik 5. Dermatitis Numularis

6

VI. Resume Telah diperiksa pasien laki-laki usia14tahun dengan keluhan awal muncul bercak kemerahan di lengan bawah, badan dan tungkai bawah sejak 2 bulan yang lalu. Bercak terasa gatal saat berkeringat. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan patch hiperpigmentasi berbatas tegas dengan skuama halus, tepi reguler, jumlah multipel, ukuran numular-plakat, distribusi generalisata.Hasil pemeriksaan KOH didapatkan hifa panjang bersepta. VII. Diagnosis Klinis Tinea corporis

VIII. Tatalaksana a) Farmakoterapi a. Asam Salisilat 3% + ketokonazole 2% Cream b. Asam Salisilat 3 % + Mikonazole 2% Cream c. Itraconazole Tab 2x100mg selama 1 minggu

b) Edukasi - Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan obat yang diberikan secara teratur. - Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh - Jangan menggunakan handuk, baju atau benda lainnya secara bergantian dengan orang yang terinfeksi.

IX. Prognosis - Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

- Quo ad fungtionam

: Dubia ad bonam

- Quo ad sanactionam

: Dubia ad bonam

7

ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien laki-laki berusia14tahundi Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSUDZA pada tanggal 07 Mei 2018 dengan diagnosa tinea corporis. Hal ini sesuai dengan teori dimana Tinea Corporis merupakan infeksi jamur pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki dan lipat paha. Penyakit ini menyerang pria maupun wanita dan terjadi pada semua umur. Tinea corporis disebabkan oleh golongan jamur Trichopyton, microsporum dan epidermophyton, dari 3 golongan tersebut tersering penyebab tinea corporis adalah Trichopyton rubrum dan Trichopyton methagrophytes.(1) Awalnya pasien mengeluhkan bercak berwarna merah di lengan bawah kanan yang berukuran kecil dan kemudian bertambah besar dan menyebar ke badan dan tungkai bawah.sejak 2 bulan yang lalu. Bercak terasa gatal pada malam hari terutama saat berkeringat. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkanpatch hiperpigmentasi berbatas tegas,tepi reguler, dengan skuama halus, polisiklik, central healing,jumlah multipel, ukuran numular-plakat, distribusi generalisata. Hal ini sesuai dengan teori bahwa gatal merupakan gejala penyerta yang sering terjadi pada infeksi tinea corporis, dan gatal bertambah apabila berkeringat.(7) Untuk bentuk lesi biasanya berbentuk bulat atau lonjong berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama kadang-kadang dengan vesikel dan papula ditepi lesi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang ditepi lebih aktif yang sering disebut central healing.(5) Selain itu pasien juga mengakui bahwa keluarganya juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien, yaitu kakak, abang dan ibu pasien. Pasien juga mengatakan sering menggunakan handuk bergantian dengan abangnya dan sering bermain bola di lapangan terbuka serta sering memotong rumput untuk membantu orangtuanya. Hal ini sesuai dengan teori bawha tinea corporis terjadi penularan melalui 3 cara yaitu : Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung melalui bulu

8

binatang yang terinfeksi dan melekat di pakaian. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadic menginfeksi manusia dan menimbulkan reaksi radang.(1) Pasien juga dilakukan pemeriksaan KOH dan didapatkan adanya hifa panjang dan bersepta. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan yang relatif simpel dalam menegakkan diagnosis tinea corporis. Potassium hydroxide membantu untuk menghancurkan jaringan epitel, sehingga akan terlihat hifa pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop.(8) Diberikan terapi topikal asam salisilat 3% + Ketokonazole Cream dioleskan pada pagi hari dan asam salisilat 3% + Mikonazole Cream dioleskan pada malam hari. Obat oral diberikan Itrakonazole tab 2x1. Pengobatan tinea corporis menggunakan obat anti jamur topical dan oral. Obat topical seperti Sulconazole, Oxiconazole, Miconazole, Clotrimazole, Econazole, Naftifine, Ketoconazole, Ciclopirox Olamine, Terbinafine, dan Butenafine yang saat ini tersedia dan efektif, obat topical ini diberikan selama 2-4 minggu dan di oleskan dua kali perhari, tetapi obatEconazole, ketoconazole, oxiconazole, dan terbinafine dapat digunakan satu kali sehari. Pengobatan sistemik tinea corporis adalah Griseofulvin, Terbinafine 250 mg/hari selama 1-2 minggu, itrakonazol 200 mg/hari untuk 1 minggu, dan flukonazol 150 mg seminggu sekali selama 4 minggu dan semuanya efektif.(9) Pemberian asam salisilat topikal berguna sebagai agen keratolitik, dimana asam salisilat bekerja dengan cara mengurangi adhesi keratinosit dan menurunkan pH stratum korneum. Hal ini dapat mengurangi lapisan plak sehingga dapat meningkatkan penyerapan zat aktif lain.(1) Terapi Topikal :

9

Prognosis pada kasus Tinea Corporis dari quo ad vitam, quo ad fungtionam, dan quo ad sanactionam umumnya bonam. Tinea corporis merupakan salah satu penyakit yang menular dan bisa mengenai anggota keluarga yang lain yang tinggal satu rumah dengan penderita. Penularan juga dipermudah melalui binatang yang dipelihara dalam rumah. Tinea corporis mempunyai prognosa baik dengan pengobatan yang adekuat dan kelembaban, kebersihan kulit selalu dijaga.(10)

10

Tabel 1. Diagnosis banding tinea corporis Penyakit

P r e d i l e k s i

L

e

s

Tinea Corporis

kulit tidak berambut, kulit halus kecuali telapak tangan dan inguinal

bercak/plakat batas tegas, oval, meluas sentrifugal, tepinya aktif, central healing, anular, polisiklik

Psoriasis vulgaris

scalp,batasan dgn muka, ext ekstensor,siku,lutut, lumbosakral, kuku

Bercak eritem tegas sirkumskripta,plak, skuama tebal, berlapis-lapis putih mengkilap

Ptiriasis rosea

badan,lengan atas proksimal, paha atas, punggung

Bentuk oval dan anular, tepi meninggi dengan skuma halus melekat pada tepinya, soliter.

Dermatitis Atopik

Remaja, dewasa(<30 th) lipat siku, lipat lutut, tangan, gelang tangan, sekitar mata, samping leher, anogenital, dahi, bibir(kering,pecah, sisik),vulva,puting susu,scalp

plak popular eritem+skuama, plak liken,hiper/hipopigmen tasi , skuama

Dermatitis Numularis

ekstremitas ekstensor, tungkai bawah,badan,lengan,punggung tangan (lesi:multipel,simetris)

Lesi akut: papulovesikel, konfluens, batas tegas,logam,pecah,basah,krusta kuning (d:5cm), sembuh dr tengah. Lesi lama:liken+skuama, kobner(+), skuama

DAFTAR PUSTAKA

i

G

a

m

b

a

r

11

1.

Craig N, Craig G.. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine: Vitiligo. New York: McGraw-Hill Companies; 2012. p. 2288-2289.

2.

Sahoo AK, Mahajan R. Management Of Tinea Corporis, Tinea Cruris, and Tinea Pedis. India: Departement Of Dermatology and Venereology; 2016. p. 77-86.

3.

Lakshmanan A. Ganeshkumar P. Mohan SR. Epidemiological and Clinical Pattern of Dermatomycoses In Rural India. India; 2015. p. 134-136.

4.

Riani. Hubungan Pengetahuan dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Tinea Corporis. Riau; 2017.

5.

Hay RJ, Moore M. Mycologi in Rook Textbook of Dermatology. 7thed: Blakwell Science; 2007.

6.

Sirohi, Sumedha. Bhutani, Sumit. Cheema, Cherry. Comparison of safety and efficacy of oral Terbinafine with Amphotericin B gel and Sertaconale cream for the treatment of Tinea Corporis and its effect on quality of life of patient. India. 2017.

7.

Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD. Clinical Mycology: Oxford University Press; 2003.

8.

Weinstein A, Berman B. Topical Treatment of Common Superficial Tinea Infections. Americal Family Physician. 2002.

9.

James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 11th ed. United Kingdom: Saunders Elsevier; 2011.

10.

James, William D; Berger, Timothy. 2006. Andrew’ Disease of the skin: Clinical Dermatology (10th ed.) Philadelphia; Sauders Elseviers.

Resume Jurnal

12

Study of tinea corporis in patients attending the Dermatology Clinic of Al-Hussein University Hospital, Cairo, Egypt Fadia A. Sorour, Hamed M. Abdo and Mohamed A. Ebada

Abstrak Latar Belakang. Penyebab tinea corporis bervariasi dan sering berubah. Tujuan: untuk mendeteksi jamur tinea corporis pada pasien yang berkunjung ke Klinik Dermatologi, Rumah Sakit Universitas Al-Hussein, Kairo, Mesir Pasien dan Metode : Di lakukan kerokan kulit dari 50 pasien dengan lesi sirkuler dan diperiksa dengan mikroskop dan kultur. Kerokan pertama diberikan kalium hidroksida 20% dan di nilai keberadaan unsur jamur. Spesimen kedua diinokulasi ke Sabouraud’s Dextrose Agar untuk mengidentifikasi jamur penyebab. Hasil: Dari 50 pasien, 29 laki-laki dan 21 perempuan. Usia mereka berkisar antara 1 hingga 55 tahun. Lama penyakit berkisar antara 3 hingga 60 hari. Dari pemeriksaan mikroskop didapatkan hasil positif pada 46 (92%) kasus dan kultur mikologis pada 45 kasus (90%). Di dapatkanTrichophyton violaceum pada 17 (34%) pasien, diikuti oleh Trichophyton rubrum (13 pasien; 26%), Microsporum audouinii (lima pasien; 10%), Microsporum canis (empat pasien; 8%), Trichophyton verrucosum (empat pasien; 8%), dan Trichophyton tonsurans pada dua (4%) pasien. Kesimpulan: Jamur antropofilik yang terisolasi lebih banyak dari jamur zoofilik sebagai penyebab tinea corporis. T. violaceum dan T. rubrum adalah jamur yang paling banyak, diikuti oleh jamur lainnya.

RESUME Tinea corporis adalah jenis infeksi pada kulit yang disebabkan oleh hampir semua spesies dermatofit. Diagnosis mikologi pada tinea corporis terdiri dari persiapan 10-20% kalium hidroksida (KOH) dari bagian kulit yang terinfeksi dan kultur jamur pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Pemeriksaan jamur pada bagian tepi kulit yang terinfeksi akan mendapatkan hifa bersepta yang mengalir melalui skuama. Pada suhu tertentu jamur tersebut bisa tumbuh sangat cepat diantara 2 sampai 4 minggu.

13

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui agen dominan tinea corporis di antara 50 pasien yang berkunjung ke Klinik Dermatologi, Rumah Sakit Universitas Al-Hussein, Kairo, Mesir.dikelompokkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk setiap pasien, kulit yang sudah dikerok, diambil dan langsung diperiksa dengan mikroskop. Spesimen ditempatkan pada slide kaca bersih, dan diberikan setetes campuran KOH 20% / dimetil sulfoksida40%. Sampel kemudian diperiksa untuk mengetahui adanya hifa yang berserabut, bersepta, atau yang bercabang dengan atau tanpa artrospora. dan yang lainnya di letakkan di dalam cawan petri untuk diperiksa kultur.Sampel jamur diinokulasikan dengan dua jenis media

kultur

SDA:

satu

dengan

sikloheksimida,dan

yang lain

tanpa

sikloheksimida. Ditambahkan khloramfenicol ke kedua media kultur untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Media kemudian diinkubasi dalam suhu yang hangat dan lembab yaitu sekitar 28 derajat Celcius dan diperiksa secara teratur untuk mendeteksi pertumbuhan jamur apapun. Pengamatan untuk pertumbuhan dilakukan secara berkala hingga 4 minggu, setelah itu kultur dilaporkan hasilnya positif atau negatif. Dari 50 pasien dengan tinea corporis 29 orang (58%) adalah laki-laki dan 21 orang (42%) adalah perempuan. Usia mereka berkisar antara 1 sampai 55 tahun. Lama penyakit mereka berkisar antara 3 hingga 60 hari. 42 orang (84%) kasus tidak memiliki riwayat keluarga degan infeksi tinea, sedangkan 8 orang (16%) kasus menunjukkan positif (lima jenis tinea circinata dan tiga jenis tinea capitis). 41 orang (82%) pasien tidak menderita bentuk lain dari infeksi jamur, sedangkan 9 orang (18%) pasien menderita bentuk lain tinea (empat tinea kruris, dua tinea capitis, dua tinea pedis, dan satu onikomikosis). 50% sampel tidak memiliki riwayat kontak langsung dengan hewan, sedangkan 16 orang (32%) melakukan kontak langsung dengan kucing, 5 orang (10%) dengan anjing, dan 4 orang (8%) dengan domba. Tiga pasien terinfeksi Microsporum canis dan satu lainnya terinfeksi Trichophyton verrucosum dan keduanya memiliki riwayat kontak dengan kucing, sedangkan hanya satu kasus dengan infeksi M. canis yang terjadi setelah melakukan kontak langsung dengan anjing.

14

Dengan menggunakan KOH positif ditemukan 46 kasus (92%), sedangkan kultur positif ditemukan 45 kasus (90%) kasus, menunjukkan sensitivitas yang hampir serupa. Dalam penelitian ini, hanya satu (2%) kasus adalah KOH positif tetapi kultur negatif. Dermatofit antropofilik yang terisolasi lebih banyak daripada jenis zoofilik sebagai penyebab tinea corporis di wilayah Kairo, Mesir. T. violaceum adalah penyebab paling umum yang menginfeksi yaitu 34% kasus.

Tabel 1. Hasil tes KOH dan kultur jamur n T e s t H

K O H a

s

(

i

l

p o s i t i f

4

K a s u s

n e g a t i f

4

T

t

5

0

5

K u l t u r H

J a m u r

a

s

a

l

6

(

9

( (

2 8

1

) )

0

0

)

0

)

( n = 4 0 ) i

l

K a s u s

p o s i t i f

4

K a s u s

n e g a t i f

5

T

t

5

0

1

7

o

)

( n = 5 0 )

K a s u s

o

%

a

l

( (

9 1

(

1

0 0

) 0

)

4

)

Jamur diisolasi (n=45) I s o l a s i

d e r m a t o f i t a

Trichophyton violaceum

(

3

15

T r i c h o p h yt o n

r u b r u m

1

Microsporum audouinii

5

M i c r o s p o r u m

c a n i s

4

(

8

)

Trichophyton verrucosum

4

(

8

)

Trichophyton tonsurans

2

(

4

)

T o t a l

p o s i t i f

4

Tidak ada pertumbuhan

5

T

5

o

t

a

l

3

( (

5

(

6

1

( (

0

2

0

9 1 1

)

0 0

0

)

) )

0

)

16

Kritisi Jurnal Diagnostik Study of tinea corporis in patients attending the Dermatology Clinic of Al-Hussein University Hospital, Cairo, Egypt Fadia A. Sorour, Hamed M. Abdo and Mohamed A. Ebada

P 1.

e

t

u

u

k

Y

 T

T i

i d

a

d k

a

T

i i

t

a

a

h

a

T

k

i

n

t

a

r

Uji diagnosa sudah menggunakan standar baku emas yaitu pemeriksaan dengan menggunakan KOH 20%

Pengambilan sampel dari 50 pasien yang berkunjung ke klinik Dermatologi Rumah Sakit Universitas Al-Hus ein, Kairo, Mesir dengan usia berkisar antara 1 hing a 5 tahun dan lama penyakit berkisar antara 3 sampai 60 hari.

t

k

a

h

u

Y



e

u

Apakahlokasi penelitian disebutkan dengan jelas? √

m

a

d

d

o

k

Y

T

K

a

Apakah sampel subjek penelitian meliputi spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat, penyakit yang terobati dan tidak dapat ter obati? √

3.

j

Apakahterdapat kebersamaan dengan baku emas (gold standar) √

2.

n

Lokasi penelitian disebutkan dengan jelas. Klinik Dermatologi, Rumah Sakit Universitas Al-Hussein, Kairo, Mesir.

a d

a

k

 T i d a k t a h u 4.

Apakah presisi uji diagnosa dan variasi pengamat dijelaskan? 

√  T 5.

T i

Y i

d

a

a

d k

a t

a

k h

u

Apakahistilah “normal” dijelaskan? Y 

Uji diagnosa dijelaskan dengan jelas dalam jurnal ini

Nilai normal tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal ini

a T

i

d

a

k

 √ T i d a k t a h u 6.

Meng unakan pemeriksa n KOH 20% dan Kultur dengan meng unakan media Sabouraud’s Dextroseyang berguna untuk menentukan apakah ada jamur, dan jenis jamur apa yang terdapat pada sampel tersebut

Apabila uji diagnosa yang ditelit merupakan bagian dari suatu kelompok uji diagnosa, apakah kontribusinya pada kelompok uji diagnosa tersebut dijelaskan? √

Y

a

17



T

i

d

a

k

 T i d a k t a h u 7

Apakah cara dan teknik melakukan uji diagnosa yang sedang diteliti dijelaskan, sehingga dapat direplikasi? √ T

Y i

d

T i d a k 8

a a

k

t a h u

Apakah kegunaan uji diagnosa yang sedang diteliti disebutkan? √ T

Y i

d

T i d a k

Uji diagnosa dijelaskan dimana pemeriksa n KOH 20% dilakukan dengan cara pengerokan dibagian lesi dan dil hat di mikroskop sedangkan kultur di lakukan dengan meng unakan media Sabouraud’s Dextrose

Uji diagnosa dengan menggunakan KOH 20% dan media Sabouraud’s Dextroseyang berguna untuk menentukan apakah ada jamur, dan jenis jamur apa yang terdapat pada sampel tersebut

a a

k

t a h u

Kesimpulan Berdasarkan hasil kritisi jurnal, didapatkan 7 jawaban “Ya”, 1 jawaban “Tidak tahu” dari total 8 pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul “Study of tinea corporis in patients attending the DermatologyClinic of AlHussein University Hospital, Cairo, Egypt” ini layak dibaca dan layak untuk diadaptasikan sebagai penelitian lanjutan di RSUDZA.

Related Documents

Lapkas Anes.docx
August 2019 62
Lapkas Korea.docx
April 2020 41
Lapkas Paru.docx
June 2020 40
Lapkas Pterigium.docx
May 2020 25
Lapkas Mds.docx
June 2020 21
Lapkas Ensefalitis.docx
December 2019 45

More Documents from "put zul"