Kultur Generasi Muda Minangkabau

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kultur Generasi Muda Minangkabau as PDF for free.

More details

  • Words: 6,197
  • Pages: 20
G

H. Mas’oed Abidin

KULTUR GENERASI MUDA MINANGKABAU DALAM KONTEKS SYARAK SYARAK MANGATO ADAIK MAMAKAI MENGHADAPI TANTANGAN DAN PERUBAHAN ZAMAN OLEH : H. MAS’OED ABIDIN 1

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

‫الحمد لله الذي بعث في الميين رسول منهم يتلو عليهم آياته‬ ‫ويزكيهفم ويعلمهفم الكتاب والحكمفة وإن كانوا مفن قبفل لففي‬ ‫ مخلصين له الدين‬،‫ ل إله إل الله ول نعبد إل إياه‬، ‫ضلل مبين‬ ‫ وأزكفففى صفففلوات الله وتسفففليماته على‬.‫ولو كره الكافرون‬ ‫ وأسفوتنا وحبيبنفا محمفد صفلى الله عليفه وسفلم‬،‫سفيدنا وإمامنفا‬ ‫ ومن سار على ربهم إلى يوم‬،‫واله ورضي الله عن أصحابه‬ .....‫ أما بعد‬.‫الدين‬ Segala puji diperuntukkan kepada Allah S.W.T. Selawat dan salam bagi Baginda Rasulullah SAW, yang telah menerima wahyu, untuk menjadi sumber pengajaran berbagai hikmah, meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengamalan pada semua aspek-aspek kehidupan, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, dengan bimbingan syari’at agama Islam.

MUKADDIMAH enerasi muda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa, memikul amanah besar

Kultur Generasi Muda Minang

penggerak kemajuan dan pembawa perubahan dengan bekal iman kepada Allah, akan tumbuh menjadi kekuatan penyeimbang di tengah bangsanya.

‫إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى‬ Merekalah para pemuda yang penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah lengkapkan (kuatkan) mereka lagi dengan hidayah. (QS.al Kahfi)

Generasi Muda Minang mempunyai jati diri yang kuat. Jernih berfikir dan memiliki akal budi mulia. Ketika berhadapan dengan berbagai tantangan kekinian, membekali diri dengan kehatian-hatian melangkah, karena nilai kearifan budaya yang luhur, tau di rantiang nan ka malantiang, tau di unak nan ka manyangkuik, tau di batu nan ka manaruang, arih di bayang kato sampai, ingek-ingek din an ka pai, agak-agak din an ka tingga. 2

Generasi muda Minang di dalam menyikapi tantangan infiltrasi budaya sekularis yang menjajah mentalitas manusia, menghadapinya dengan keluhuran budi dan keyakinan iman serta kekuatan syarak mangato adaik mamakai. Kita melihat sebuah fenomena mencemaskan. Diantara kesukaan meniru gaya hidup global (the globalization life style) yang sering ternodai pergaulan bebas, kecanduan madat dan miras, budaya lucah (sensate culture). Kebiasaan baru ini beribu tahun silam dikenal lazim pada masa jahiliyah,. Saai ini, ikut kembali mewarnai pergaulan – terutama disebagian kalangan angkatan muda dunia – dizaman modern saat ini. Ekspansi kebudayaan melalui media informasi dalam tayangan pandang dengan amat terasa bergaya pengagungan materi secara berlebihan, diikuti perilaku menjauh dari supremasi agama. Interaksi manusia mulai kembang melenceng dari budaya luhur. Ukuran nilai lebih banyak ditentukan oleh kenikmatan seketika. Penghayatan inderawi tanpa saringan hati dan rasa, pengalaman intelektual tanpa dukungan spiritual, begitulah yang mendorong

berkecambahnya

Kriminalitas,

Sadisme,

Krisis

moral

secara

meluas.

Sasarannya, kebanyakan kalangan remaja – yang kurang dibekali pemahaman akan arti dan nilai luhur adat, dan tidak pula teguh mengamalkan ajaran syarak atau agama --, mereka mulai dibalut sensate-culture3 dengan pola hedonistic, premanisme, gaya hidup konsumeristis, rakus, boros, modis kebebasan, sex bebas, ittiba’ syahawat (menurutkan hobi syahawat), individualistic bergaya hidup permissiveness dan anarkis. Apresiasinya semata melakukan nan lamak di salero (sensete culture), lepas dari kawalan agama dan adat luhur. Orientasinya terfokus kepada hiburan. Padahal, tuntunan luhur adat budaya Minangkabau yang basandi syarak syarak basandi Kitabullah, diantaranya melakukan

A

H. Mas’oed Abidin

nan lamak di awak katuju dek urang. Dampaknya adalah grand norms dan grand ideas di tengah hidup bermasyarakat mulai lepas kendali. Pengawalan syarak dan adat mulai tercerabut dari nilai normative yang luhur sehingga seni bergeser kearah sensual, erotik, horor, hedonis bahkan ganas, telah ikut mendorong tumbuh klub-klub hiburan, kasino dan panti pijat di mana-mana. 4 Dunia pendidikan digoncang pula oleh fenomena balas dendam seperti tawuran sesame pelajar, kebiasaan a-susila di kalangan remaja, marak pornografi dan pornoaksi yang seringkali sulit di bendung, seakan-akan arena pendidikan kita hanya mengolah pikir dan raga dan lalai mengolah hati dan rasa. Para cerdikcendekia mulai menikmati kehidupan non-science asyik mencari kekuatan gaib, belajar sihir menuntut kekuatan jin dengan bertapa ketempat angker mendalami mistik menyelami black-magic, menguasai hal irrasionil dan menjauh dari tradisi ilmu yang rasionil. Serta merta meninggal paradigma tauhid yang sudah berurat berakar dalam nilai budaya luhur sejak berabad silam. Bahkan, sebagian dari genarasi muda beranggapan itu tidaklah amat berbahaya, bahkan lumrah saja, dengan alasan perubahan zaman belaka.

ZAMAN BERUBAH MUSIM BERGANTI rus globalisasi memang dapat membawa infiltrasi budaya luar. Generasi Minang wajib memperkuat pagar adat dan syarak. Ketika pagar adat dan syarak melemah, jalan di alieh urang lalu. Perilaku anak nagari berubah total. Merebut prestise berbalut kebendaan menjadi sangat diminati. Kemauan berbuat untuk kepentingan bersama masyarakat mulai terabaikan. Tidak mustahil dikala itu, idealisme adat Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Dampaknya akan terjadi jurang generasi (dzurriyyatan dhi’afan atau lost generation). Memang adat tradisi sulit punah, cuma intensitasnya dapat berkurang. Adat tidak akan hilang selama orang Minang memahami dan mengamalkan adatnya dengan konsisten. “Kayu pulai di Koto alam, batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”

Secara alamiah adat selalu ada dalam prinsip patah akan tumbuh, maknanya hidup dan dinamis, mengikuti perputaran masa yang tidak pernah kosong. Lazimlah setiap

S

Kultur Generasi Muda Minang

kekosongan akan kembali terisi. Alam takambang telah menjadi guru, bahwa dinamika akal dan kekuatan ilmu (raso jo pareso) dengan sendi iman yang kokoh mengupayakan kembali yang hilang akan berganti. Kearifan menangkap perubahan dengan kaedah, “sakali aie gadang, sakali tapian baralieh, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa”.

Perubahan tidak mesti mengganti sifat adat, karena alam dipakai usang dan adat yang dipakai tetap baru. Perilaku beradat menggambarkan bahwa “kalau di balun sabalun kuku, kalau dikambang saleba alam, walau sagadang biji labu, bumi jo langit ado di dalam” .

Keistimewaan pada falsafah adat mencakup isi yang luas, ibarat biji (tampang) manakala ditanam,dipelihara tumbuh dengan baik, maka bagiannya (urat akar, batang kulit, ranting dahan, pucuk putik dan buah) akan melahirkan tampang-2 baru (regenerasi) sesuai bijo dalam satu kesatuan yang berguna ketika terjaga pada tempat dan waktu yang tepat. Patah tumbuh hilang berganti adalah perputaran harmonis yang sempurna dalam adat di pakai baru, kain dipakai usang. Lebih jauh, adat tidak mesti mengalah kepada yang tidak sejalan. Adat yang dominan kuat akan menyaring apa yang datang. Yang tiba, akan menyesuai diri pada adat yang ada. Adat adalah aturan satu suku bangsa, menjadi pagar keluhuran tata nilai yang dipusakai. Setiap anak bangsa dalam rumpun budaya bertanggungjawab kuat menjaga adatnya, secara turun temurun, sambung bersambung. Setiap diri dalam kelompok masyarakat adat menjadi pengawal bagi lahirnya generasi pengganti dalam tatalaku adat istiadatnya.

TANTANGAN GENERASI MINANGKABAU eiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan berkualitas guna menciptakan SDM tangguh, melalui olah pikir (Intelligence Quotient sebagai basis ilmu pengetahuan dan ketrampilan), olah raga (tangguh, kuat, sehat fisik dan mental), olah hati (iman dan akidah benar sebagai basis dari spiritual quotient), serta olah rasa (kearifan dan keseimbangan raso pareso dalam akar budaya Minangkabau atau basis kultur). Keempat olahan SDM ini sangat penting dalam pencapaian duduak samo randah tagak samo tinggi dalam tata pergaulan masyarakat majemuk dan maju. Mewujudkannya diperlukan jalinan berkelindan antara rumah tangga (rumah gadang) dengan lingkungan kaum, surau dan balai-balai, pagar kampung dan nagari, dalam satu ikatan saling bertanggung jawab (symbiotic relationship) membina anak nagari. Masyarakat Minangkabau sangat akomodatif dalam memahami syariat ketika membentuk watak

H. Mas’oed Abidin

anak nagari menjadi lebih maju dan dinamis. Senyatanya inilah kekuatan utama dalam rentang kesejarahan yang dipakai menyusun kaum, yang saling menghargai satu dan lainnya. Di tengah perjalanan hidup ada sunnatullah yang menuntun agar hidup bersopan santun sesuai ajaran syarak. Dasar dari adat Minangkabau sesungguhnya adalah baiknya hubungan orang seorang dengan orang bersama dan kuatnya tali kekeluargaan dengan ikatan tali budi. Bila pegangan syarak lepas, kehidupan mengekor kurenah nan lamak dek salero (hedonistic) saja, laknat akan menimpa. Suatu individu atau kelompok yang kehilangan pegangan hidup, walau secara lahiriyah kaya materi tetapi miskin mental spiritual, akan terperosok menukar nilai kehidupan dengan sikap acuh, lucah, sadis dan hedonistic. Amat tragis, kalau generasi yang kehilangan pegangan hidup itu adalah etnis Minangkabau yang adatnya basandi syarak, syarak basandi Kitabullah dan disebut Muslim pula.

Kerusakan akhlak lebih parah dan amat lama masa perbaikannya. Kerusakan lingkungan moral diantisipasi dengan istiqamah berpegang pada paradigma tauhid, dengan spirit adat bersendi syari’at, dan syari’at bersendi Kitabullah (Alqurani) dan berdisiplin mengikuti perintah Allah, pandai mengendalikan diri, dan tidak melampau batas.5 “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih–putuih, Lah salasai mangko sudah”.

Generasi Minang akan menjadi lebih kuat dan cerdas, dengan moralitas hidup berbangsa, cinta persaudaraan dan ukhuwah, tidak saling merendahkan, tidak merusak kehormatan, selalu menciptakan ishlah, taat hukum, dan terpelihara ibadah. Ketika akhlak mulia menjadi modal utama menapak alaf baru maka kejayaan akan dapat diraih. Ketika nilai moral sudah pupus dari etnis Minang, pasti akan terlahir bangsa modern yang biadab.6 Diakui saat ini, daya saing generasi muda Minang saat ini makin melemah, mutu pendidikan kurang memadai, bekal keterampilan sangat sedikit, pengamalan agama dan syari’at kurang kompetitif, sikap entrepreneurship tidak berkembang, hubungan emosional-kultural generasi muda minang di rantau dan di ranah makin tipis. Hal itu disebabkan nilai-nilai positif keminangan tidak disosialisasikan, daya tarik kampung

M

Kultur Generasi Muda Minang

halaman kurang diperkenalkan kepada generasi muda, pendidikan adat dan budaya Minang adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah tidak intensif. Pemahaman syarak menekankan kehidupan dinamis, mempunyai martabat (izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi, tidak lalai tidak enggan. Tidak berhenti sebelum sampai. Tidak berakhir sebelum sudah. Kewajiban utama kita menyadarkan generasi muda Minang kembali kepada syari’at Islam, bahwa hati setiap muslim telah dihiasi iman yang benci kepada kekufuran, dosa dan maksiyat.

HILANG DAYA SAING erosotnya peran kelembagaan adat dan syarak membina anak nagari di Minangkabau terkait pada kurang berfungsinya lembaga pendidikan surau dan rapuhnya pagar adat dalam kekerabatan, hilang prinsip musyawarah dan mufakat. Surau adalah pusat pembinaan kecerdasan generasi anak nagari, tidak hanya sebuah bangunan berlantai,berdinding dan beratap. Surau adalah lembaga masyarakat terpadu yang dikaitkan dengan ta’lim dalam arti luas. Suaru dipelihara bersama oleh masyarakat secara berjalin berkulindan.

Program Ke Surau Landasan Syarak

Bina Surau & Taklim

Wawasan Ideologis Pemikiran Strategis Tindakan taktis

•MenguatkanAkidahTauhid •BimbinganwahyudanSunnahRasulullah •Melaksanakankehidupandenganpagarsyarak •Kesetiaanbernagari (sesuai akhlakIslam) •MelaksanakanMu’malahma’al khaliq •Ukhuwah,kesatuan, persaudaraanbernagari. •Menghormati hakdankewajibanasasi manusia •Membantuataumenolongorangkesusahan •Taatundang-undang(lawenforcement), •Mua’malatma’annaas. •Amaliyahberprikemanusiaanberadab, •Mengedepankanintegrasi bangsa, •Berkeadilansocial, •Alamtakambangjadi guru(goodgovernance) •Kegotongroyongan. •Kebajikan, adil, jujur,beradab, •Menahandiri darikejahatan, hormati sesama, •Musyawarah, menjagakerahasiaan, konsisten, •Menghormati perbedaan, loyal danberadat.

Dari program basurau ini diajarkan dinamika kehidupan dengan budi akal yang jernih dan pekerti yang luhur. Dengan itu, Generasi Minang pandai bersanding di tengah

H. Mas’oed Abidin

perubahan, karena ada sense of belonging terhadap gerakan syarak dalam kehidupan basurau yang dapat masuk kerumah. Penguatan masyarakat menguasai ilmu dan teknologi dengan melaksanakan program basurau damana saja berada. Alangkah indahnya masyarakat adat, ketika padi manjadi, jaguang maupiah, menara masjid menjulang keangkasa, “tampek ba ibadah, tampek ba lapa ba makna, tampek baraja Alquran 30 juz, tampek mangaji salah jo batal”. Permusyawaratan terpancang kokoh

di bumi, menetapkan hukum dan aturan “balairuang tampek manghukum, ba aie janiah ba sayak landai, aie janieh ikannyo jinak, hukum adil katonyo bana, dandam agieh kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”. Jenjang musyawarat terpelihara dan kesepakatan

adalah warisan budaya maju, berhikmah dan toleran dalam pergaulan. “Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Di sinan api mangko hiduik”.

Orang Minangkabau terkenal kuat agamanya dan kokoh adatnya. Seorang anak Minang di mana saja berdiam tidak akan senang di sebut tidak beragama, dan seorang alim betapapun modernnya tidak menerima jika dikatakan dia tidak beradat. Orang yang tidak beradat dan tidak beragama Islam, disebut indak tahu di nan ampek.7 Kitabullah yang menjadi landasan dari syarak mangato adat memakai, menjelaskan penghormatan terhadap perbedaan itu,

ُ َ َ ِ ‫ش ُعوب ًفا وَقَبَائ‬ ُ ‫م‬ ‫ل‬ َ ‫سف إِن َّفا‬ ِ ‫م‬ َ َ‫م نْف ذ َكَرٍ وَأنْث َفى و‬ ْ ‫جعَلْنَاك ُف‬ ْ ‫خلَقْنَاك ُف‬ ُ ‫يَاأيُّهَفا النَّا‬ َ َ َ َ َ َ ‫لِتعارفُوا إ‬ ‫خبِيٌر‬ َ ‫م‬ ِ ‫م‬ ّ ِ‫م إ‬ ّ ِ ْ ُ ‫مك‬ َ ‫ن أكَْر‬ ْ ُ ‫عنْد َ الل ّهِ أتْقَاك‬ ٌ ‫ه عَلِي‬ َ ّ ‫ن الل‬ َ ََ “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).

Ketika sarana basurau menuntut ilmu dan musyawarat berperan sempurna, lahir akhlak terpuji dan mulia (akhlakul-karimah), yang menjadi jati diri generasi Minang. “Tasindorong jajak manurun,tatukiak jajak mandaki, adaik jo syarak kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”.

Adat Minangkabau dinamis, menampakkan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal, rasio, logika), makin kokoh dengan keyakinan yang diisi oleh agama Islam yang

D

Kultur Generasi Muda Minang

benar (haq dari Rabb). Apabila generasi muda di biarkan terlena dengan apa yang dibuat orang lain, dan lupa membenah diri dan kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentulah umat Islam ini akan di jadikan jarum kelindan oleh orang lain di dalam satu pertarungan gazwul fikri. “Pariangan manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang mangatokan. Adat jo syarak jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban”.

Kekuatan tadhamun (budaya) dari syarak (Islam) menjadi rujukan pemikiran, pola tindakan masyarakat berbudaya yang terbimbing dengan sikap tauhid (akidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten, keikhlasan (motivasi amal ikhtiar), tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah yang jadi ciri utama (sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata yang memiliki relevansi diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan.

MENGHADAPI TANTANGAN DI DUNIA MAJU alam menghadapi tantangan kontemporer yang serba maju dalam perubahan tata pergaualan dunia, generasi Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah mesti bertumpu kepada konsistensi (istiqamah). Fatwa adat menyebutkan, Alang tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat, Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau nagari. Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai, Hiduik jan mangapalang, Kok tak kayo barani pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo kambang tak jadi”.

Generasi Muda Minangkabau yang terdidik mengamalkan syarak agama Islam, wajib menjaga ukhuwah dan semangat persaudaraan menjadi benteng kuat menghadapi tantangan kontemporer. Persaudaraan tidak dapat di raih dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak.8 Tamak dan loba dalam tatanan ekonomi akan mempertajam permusuhan antara dhu’afak dengan aghniyak yang dengan segala kemampuan kekayaan memperbudak orang-orang lemah. Sikap bakhil akan meruntuhkan rasa persaudaraan dan perpaduan. Setiap peribadi generasi Minangkabau adalah seorang muslim yang

M

H. Mas’oed Abidin

wajib menghargai nikmat Allah berupa rezeki, kekuatan, dan kedamaian, maka wajiblah pula membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya peradaban.

ُّ ُ َ ُ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ت‬ ‫ما‬ ‫ل‬ ‫الظ‬ ّ ِ َ ِ ِ ‫ر‬ ْ ُ‫ي‬ ِ ‫م‬ ُ ‫ر‬ ُ َ ‫جون‬ َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ِ ‫ن النُّو‬ ِ ‫خ‬

َّ ُ َّ ‫ن‬ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫وا‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ء‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫الل‬ ْ َ ِ ُ ِ ‫م‬ ِ ُ ‫ر‬ ُ ُ ‫ج‬ َ ‫م‬ َ ْ ‫ه‬ َ ُ َ ّ ِ َ َ ُ ‫م الطَّا‬ َ َ‫ن ك‬ ُ ‫ولِيَا‬ ‫ت‬ ُ ‫ؤ‬ ِ ّ ‫وال‬ ُ ‫غو‬ َ ‫ذي‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫فُروا أ‬ َ ُ ‫ت‬ ِ ‫ما‬ َ ُ ‫إِلَى الظّل‬

Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada nur(hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung mereka ialah taghut ( sandaran kekuatan selain Allah) yang mengeluarkan mereka daripada nur (hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan. 9

MEMBINA PERIBADI BERADAT DI MINANGKABAU embina peribadi anak nagari yang beradat di ranah dengan menyiapkan sarana dan lembaga pendidikan di dusun, taratak (kota) dan nagari, dengan tata ruang yang jelas, babalai bamusajik, bakorong bakampuang, balabuah batapian, basawah baladang, barumah batanggo sampai basumandan manyumando, hingga bapandam bapakuburan, adalah

cerminan masyarakat kuat (mandiri) dan paham syarak dan ugamo. Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adat yang kokoh dan agama (syarak) yang kuat, yang tidak bertentangan satu dan lainnya, malahan yang satu bersendikan lainnya, dimana hidup mengamalkan “kokgadang indak malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik baimbauan, tibo di kaba buruak ba hambauan”.

Konsep tata ruang adalah kekayaan budaya sangat berharga dan bukti idealisme nilai adat budaya Minangkabau, termasuk mengelola kekayaan alam dan tanah ulayat. “Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak”.

Tata ruang memberikan peran pengaturan dan pemeliharaan. Hakekatnya, anak nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagari. Konsep ini mesti tumbuh dari akar

Kultur Generasi Muda Minang

nagari itu sendiri. “Lah masak padi 'rang Singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo”, artinya perlu orang yang ahli dibidangnya, untuk menerjemahkan setiap

perubahan peradaban dengan pengamalan syarak menghidupkan nilai rasa setiap diri. Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek, pangabek Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan Baso, Malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso. pareso .

Pelaksanaan adat di Minangkabau berisi keyakinan sahih (Islam), menanam rasa malu (haya’), menjaga keseimbangan raso di bao naik pareso di bao turun, kuat iman kepada Allah, yakin kepada hari akhirat, mengenal hidup akan mati, berbenteng kepada akidah (tauhid), dimulai dari rumah tangga dan lingkungan (surau) kemudian bergerak lebih luas mencerdaskan umat, sesuai pantun adat di Minangkabau, “Indak nan merah pado kundi, indak nan bulek pado sago, Indak nan indah pado budi, indak nan indah pado baso”, “Anak ikan dimakan ikan, gadang di tabek anak tanggiri, ameh bukan pangkaik pun bukan, budi sabuah nan di haragoi”, “Dulang ameh baok ba –laia, batang bodi baok pananti, utang ameh buliah di baie, utang budi di baok mati”, “Pucuak pauh sadang tajelo, panjuluak bungo galundi, Nak jauah silang sangketo, Pahaluih baso jo basi”, “Anjalai tumbuah di munggu, sugi-sugi di rumpun padi, nak pandai rajin baguru, nak tinggi naiakkan budi”.10

Alangkah indahnya masyarakat yang hidup dalam rahmat kekeluargaan dan kekerabatan dengan benteng akidah yang kuat, berusaha di dunia fana dan berbekai amal shaleh kealam baqa. Labuah nan pasa terbentang panjang, tepian mandi terberai (terletak) di mana-mana, gelanggang muda-muda tempat sang jawara (keahlian, prestasi) bertanding adat main “kalah menang” (rules of game). Masyarakatnya hidup makmur, dengan minat seni yang indah. Ada perpaduan ilmu rancang, seni ukir, budaya, material, mutu, keyakinan agama yang menjadi dasar rancang bangun berkualitas punya dasar

H. Mas’oed Abidin

social, cita-cita keperibadian, masyarakat dan idea ekonomi yang tidak mementingkan nafsi-nafsi, tapi memperhatikan pula ibnusabil (musafir, anak dagang lalu) dan anak kemenakan di korong kampung, “nan elok di pakai, nan buruak di buang, usang-usang di pabaharui, lapuak-lapuak di kajangi”, maknanya sangat selektif dan moderat. “Rumah gadang basandi batu, atok ijuak dindiang ba ukie, cando bintangnyo bakilatan, Tunggak gaharu lantai candano, taralinyo gadiang balariak, Bubungan burak katabang, paran gambaran ula ngiang, Bagaluik rupo ukie Cino, batatah jo aie ameh, salo manyalo aie perak, Tuturan kuro bajuntai, anjuang batingkek ba alun-alun, paranginan puti di sinan , Lumbuang baririk di halaman, rangkiang tujuah sa jaja, Sabuah si Bayau-bayau, panenggang anak dagang lalu, Sabuah si Tinjau Lauik, panengggang anak korong kampuang, Birawari lumbuang nan banyak, makanan anak kamanakan”.

Nilai budaya ini mesti ditanam kembali (re-planting values) menjadikan jiwa maju dengan akal fakir sehat dan ruh hidup dengan hati dan emosi terkendali pada raso jo pareso. Nilai budaya luhur ini mesti diturunkan (transformasi) dengan contoh amalan seharian generasi Minangkabau.

Di dalam masyarakat Minangkabau hidup menjadi beradab

(madani) dengan spirit KEBERSAMAAN sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi, sesuai pepatah “Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito”, diperkuat dengan

KETERPADUAN

barek sa-pikua ringan sa-

jinjiang atau “Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”, pada tangga

MUSYAWARAH

bulek aie dek pambuluah,

bulek kato dek mupakat, dalam “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo” menerjemahkan iman kepada Allah SWT menjadi pengikat spirit NAGARI,

CINTO KA

satu sunnatullah dalam setiap gerak. Kitabullah yakni Alquran “mengeluarkan

manusia dari sisi gelap kealam terang cahaya (nur)”11 dengan akidah tauhid. Dalam Fatwa adat di sebut tanggung jawab masyarakat adat menjaga ketaatan hukum dan bersyukur, sehingga masyarakatnya berbuat menurut aturan dan undang-undang. “Nan babarih babalabeh, nan ba-ukua nan ba jangko, Mamahek manuju barih, Tantang bana lubang katabuak. Manabang manuju pangka, Malantiang manuju tangkai, Tantang bana buah ka rareh. Kok manggayuang iyo bana putuih, Kok ma-umban iyo bana rareh.”

Artinya, setiap pekerjaan mesti sesuai dengan aturan dan tidak boleh ada bengkalai. Ada aturan sesuai garis sunnatullah, agar terlaksana dengan baik. Dengan mendalami ilmu, lahirlah rasa khasyyah (takut) dan takwa kepada Allah dengan melahirkan watak menjauhi rasa takabbur, kufur dan bangga diri dengan merendahkan orang lain.

Kultur Generasi Muda Minang

Seorang Muslim merasakan nilai-nilai akidah dalam penghayatan kehidupannya. Al-Sunnah memberi perhatian mendalam pada masalah akidah, sesuai sabda Nabi SAW:

‫ذاق طعام ال يمان مسن رضسي بالله ربسا وبسا ل سسل م‬ .‫دينا وبمحمد رسول‬ Yang merasakan lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah sebagai Tuhannya, dan redha terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap Muhammad sebagai Rasul.12

Menanamkan mahabbah (kasih sayang) sesama, sesuai sabda Rasulullah SAW :

‫ من كان الله‬: ‫ثلث من كن فيه وجد طعم اليمان‬ ‫ ومن احب عبدا ل يحبه‬,‫ورسوله احب اليه مما سواهما‬ ‫ ومسسن يكره ان يعود فسسى الكفسسر بعسسد ان انقذه‬,‫ال الله‬ .‫الله منه كما يكره ان يلقى فى النار‬ Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya, maka dia akan merasakan lazatnya keimanan : Orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci untuk dilempar ke dalam neraka.13

Generasi Minangkabau yang beradat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah menghormati hak-hak asasi manusia secara integratik, bermanfaat untuk semua, terbuka transparan, namun teguh, bertanggung jawab, dan kesatria. “Kok di pakok urang banda sawah, Di aliehnyo lantak pasupadanan, Busuangkan dado padek-padek, Paliekkan buyuang laki-laki, Jan takuik tanah tasirah, Aso hilang duo tabilang, Sabalun aja bapantang mati, Namun di dalam kabanaran, Bago di pancuang lihie putuih, Satapak jan namuah suruik.”

Kekuatan taqarrub ila Allah inilah kekuatan mujahid di jalan Allah. Mesti di warisi generasi muda Islam. Dan inilah buah dari tauhid uluhiyah. Allah SWT telah menyediakan alam sebagai sumber daya (material resources) bagi manusia yang hidup di alam (bumi) ini. Alam memang tidak menyiapkan segalanya serba jadi (ready to used). Alam perlu diolah oleh tangan manusia, sehingga dapat mendatangkan nilai lebih dan nilai guna yang optimal bagi manusia. Untuk itu, manusia memerlukan alat dan

G

H. Mas’oed Abidin

ilmu. Supaya kita dapat serta merta merealisasikan hikmatnya dengan mengamalkan Firman Allah:

ِّ ُ ‫ن ك‬ ‫م‬ ً َّ‫ن لِيَنْفُِروا كَاف‬ ِ ٍ‫ل فِْرقَة‬ ِ ‫ة فَلَوْل َ نَفََر‬ ِ ْ ‫مؤ‬ َ ‫منُو‬ َ ‫ما كَا‬ ْ ُ‫منْه‬ ُ ْ ‫ن ال‬ َ ‫َو‬ ْ ‫م‬ َ ‫م‬ ٌ َ‫طَائِف‬ ِ ‫ة لِيَتَفَقَّ ُهوا فِي ال‬ َ ‫م إِذ َا َر‬ ْ ُ‫م لَعَل ّه‬ ْ ِ‫جعُوا إِلَيْه‬ ْ ُ‫مه‬ َ ْ‫ن وَلِيُنْذُِروا قَو‬ ِ ‫دّي‬ ‫ن‬ َ ‫حذَُرو‬ ْ َ‫ي‬ “Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya --, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122). .

Di dalam Islam, setiap insan didorong agar memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan memadai. "Siapa yang menginginkan dunia dia peroleh dengan ilmu, sesiapa yang inginkan (kebahagiaan) akhirat juga dengan ilmu, bahkan yang menginginkan keduanya, juga hanya dengan ilmu". Menuntut ilmu adalah kewajiban asasi setiap Muslim, karena pengetahuan manusia sedikit sekali …,

َ َ َ ‫ون‬ ُ ‫ح‬ ‫ما‬ َ ‫ك‬ ِ ‫ح‬ ُ ‫و‬ ْ َ‫ي‬ ْ ‫م‬ َ ‫و‬ ْ ‫نأ‬ ْ ‫ل الُّر‬ ِ ‫ق‬ ْ ‫ن الُّر‬ َ ‫ر َربِّي‬ ْ ُ ‫سئَل‬ ِ ‫م‬ ِ ‫و‬ ِ ‫ع‬ ُ ً‫قلِيْل‬ َ َّ ‫علْم ِ إِل‬ ِ ْ ‫ن ال‬ ِ ‫م‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫وتِيْت‬ ْ ‫أ‬. dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh . Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.17, al Isra’ : 85). Membuat generasi masa dating dengan keteguhan pendirian menjauhi segala bentuk kemungkaran dan berharap supaya dihindarkan dari azab neraka. Maka hidup berakhlak karimah, mengutamakan kesopanan pergaulan dan memakaikan rasa malu.

PERAN GENERASI MUDA MINANGKABAU enerasi Minangkabau memiliki daya inovasi dan daya kreasi yang tinggi, ditupang oleh tamaddun yang luhur . Cahaya akal mesti diletakkan di bawah payung wahyu agar berpadu kepintaran dengan kebijaksanaan, pengetahuan dengan hidayah. Rahmat dan barakah dapat diraih. Ihsan dan kasih sayang dapat dicapai. Ilmu berteraskan iman, para aktivis muda Minang dan Muslim dapat merumus fikrah harakiah untuk merancang visi

Kultur Generasi Muda Minang

dan misi menegakkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di Minangkabau. Generasi Minangkabau menjaga jiwa yang dinamik tumbuh dengan kejelian akal fikiran disertai kejernihan budi pekerti. “Pucuak pauah sadang tajelo, Panjuluak bungo galundi, Nak jauh silang sangketo, Pahaluih baso juo basi. Amjalai tumbuah di munggu, Sugi-sugi di rumpun padi, Nak pandai sungguah baguru, Nak tinggi naiakkan budi.”

Generasi muda di Sumatra Barat memiliki tanggung jawab masa lalu yakni kewajiban terhadap budaya luhur para leluhur (cultural base). Mempunyai tanggung jawab masa kini terhadap diri dan masyarakat, menata kehidupan berlandaskan normanorma adat dan syarak (religious base). Memiliki kewajiban masa depan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge base). Ketiganya menjadi ukuran kualitas kepribadian generasi Minangkabau, “Basilek di ujuang muluik, Malangkah di pangka karih, Bamain di ujuang padang. Tahan di keih kato putuih, Tahu di kilek dengan bayang, Tahu di gelek kato habih. Tahu di rantiang kamalantiang, Tahu di dahan nan ka mahimpok.”

Melatih kader pimpinan arif dalam perbedaan pertarungan menumpas kebatilan. Untuk itu perlu iltizam harakah dengan saciok bak ayam sa danciang bak basi, mengedepankan manhaj haraki yakni lazim dipakai dengan program bulek aie dek pambuluah bulek kato kamupakaik, mengutamakan amal jama’i yaitu kok gadang indak malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik bahimbauan, tibo di kaba buruak bahambauan. Pendekatan haraki (social movement) ditengah perubahan global, sakali aie gadang, sakali tapian barubah, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa, dengan

tanggungjawab nan elok dipakai, nan buruak dibuang. Kepimpinan bukan ghanimah. Kepemimpinan adalah amanah. Manyuruah babuek baik, malarang babuek jahek, Mahirik mambantang, manunjuak ma-ajari. Managua manyapo. Tadorong mahelo, talompek manyentak, Gawa ma-asak, ma asak lalu ka nan bana. Tak ado karuah nan tak janieh. Tak ado karuik nan tak salasai.

Para ilmuan muda, cendikiawan suluah bendang perlu meningkatkan kualitas kepimpinan dengan kemahiran tanzim Islami. Teguh ubudiyyah dan zikrullah. Mahir merancang dan mengurus. Melatih dan membimbing. Generasi muda yang terdidik dengan paksi Islam – Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah --, mampu menilai teknologi maklumat, mahir bergaul berkomunikasi, menarik minat dan dukungan umat

M

H. Mas’oed Abidin

banyak, serta mahir berpolitik, menguasai bahasa, falsafah dan sejarah. Kreativitas didukung keikhlasan mencari redha Allah. Generasi muda Minang mesti beriman teguh hidup dalam paradigma tauhid. “Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tak buliah patah, Padoman indak buliah tagelek, haluan nan tak buliah barubah”.

Menghidupkan J iwa Ummat Membangun Masyarakat Potensial

Jiwa Sadar Interaksi

Iman

Adat Istiadat

Amaliyah

Generasi masa Minang memiliki pemahaman luas dengan tasawwur (world view). “Kalau tak tasuo di jalannyo, namuah ba pua-pua dagiang, namuah bakacau-kacau darah, tando sabana laki-laki.”

Dalam kondisi kritis sekalipun, generasi Minangkabau selalu awas dan berhatihati, “Bakato sapatah dipikiri, Bajalan salangkah maliek suruik,

Mulik tadorong ameh

timbangannyo, Kaki tataruang inai padahannya, Urang pandorong gadang kanai, Urang pandareh ilang aka.”

MEMAHAMI SYARAK MANGATO ADAT MEMAKAI asyarakat adat bersendikan Kitabullah, memahami bahwa kaedah adat dipertajam makna dan fungsinya oleh kuatnya peran syariat. Tauhid memaksimalkan daya pikir, daya cipta, daya upaya, menjadi modal dasar mendorong karya lahir bathin. Motivasi berawal dari paradigma tauhid yang menjadi landasan berpikir, beramal, bertindak, dalam seluruh aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial budaya, menjalin hubungan vertikal antara makhluk dengan Khalik, berperilaku ikhlas, tawadhuk, tawakkal mencari redha Allah

G

Kultur Generasi Muda Minang

dalam meujudkan “rahmatan lil-‘alamin” dengan beberapa patokan amal di ranah ini. 1. Mengutamakan prinsip hidup seimbang

َ َ َ ‫م‬ ِ ‫ه لَغَفُوٌر َر‬ َ ‫م‬ ّ ِ ‫صوهَا إ‬ ْ ُ ‫ة الل ّهِ ل ت‬ ْ ِ ‫وَإ‬ ٌ ‫حي‬ َ ّ ‫ن الل‬ َ ‫ن تَعُدُّوا ن ِ ْع‬ ُ ‫ح‬ “Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl : 18).

2. Bumi Allah luas. Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu kembali. (QS.62, Al Jumu’ah : 10). Merantau di Minangkabau adalah sesuatu pelajaran dalam perjalanan hidup, “Karatau madang di hulu babuah babungo balun. Marantau buyuang dahulu di rumah paguno balun. Akan tetapi, selalu ditanamkan pentingnya kehati-hatian, “Ingek sabalun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.

3. Mencari nafkah dengan "usaha sendiri", dengan tulang delapan kerat dan cara amat

sederhana sekalipun "lebih terhormat", daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain. Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan tanpa berupaya adalah salah , "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (ke-engkaran)" (Hadist).

4. Tawakkal dan tidak boros adalah satu bentuk keseriusan dan tidak "hanya

menyerahkan nasib" tanpa berbuat apa-apa, "Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal" (Atsar dari Shahabat). Artinya, pemahaman syarak menanamkan dinamika hidup yang tinggi.

5. Sadar akan ruang dan waktu. "Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup". (QS.78, An Naba’ : 10-11)

6. Arif akan adanya perubahan-perubahan dengan pandai mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan, “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam

ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.

7. Paham syarak menekankan kepada kehidupan yang dinamis, mempunyai martabat (izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi yang ada. Tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti sebelum sampai. Tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.

KHULASAH MENAMPILKAN PROGRAM UMATISASI enerasi muda Minang sedang bergelut dengan tantangan kontemporer yang menjajah hati budi umat, dapat melakukan agenda kerja bersama ; 1. Mengokohkan pegangan Generasi Muda Minangkabau dengan keyakinan dasar Islam, pedoman hidup yang komprehensif. 2. Menyebarkan budaya wahyu di atas kemampuan akal.

H. Mas’oed Abidin

 Memperbanyak program memahami Kitabullah (Alquran),  Meningkatkan hubungan antar umat.  Memperbanyak pengetahuan mengenai sirah Rasulullah SAW.  Menyuburkan amalan ruhaniah yang positif dan membangun masyarakat yang proaktif (peduli) dengan berbekal tauhid ibadah. 3. Memperluas penyampaian fiqh Islam dalam aspek-aspek sosio politik, ekonomi, komunikasi, pendidikan dengan semangat tinggi (mujahadah) di jalan Allah.  Menggali sejarah kejayaan masa silam.  Menanam semangat kepahlawanan membangun diri dan kampong halaman.  Menyebarluaskan bahaya sekularis, materialisme, individualisme jahiliyah dan mengkritik rasialis assabiah dengan hujjah syarak (Islam) yang benar.  Menentang aliran pemurtadan terhadap intelektualisme, budaya, seni dan sastera yang sangat merugikan budaya bangsa Indonesia. 4. Menggiatkan peran generasi muda muslimat membentuk sejarah gemilang masa datang.  Memperbanyakkan program mengasuh generasi baru dan remaja Islam agar tidak dapat dimusnahkan oleh budaya pornografi dan pornoaksi.  Melahirkan penulis muda yang Islam dalam berbagai lapangan media. 5. Menggandakan bilangan ulama suluah bendang dari kalangan angkatan muda di nagari, dengan melahirkan pendakwah Rabbani melalui pembinaan pusat-pusat pengajian dan institut perkaderan Imamah suluah bendang untuk jangka panjang. 6.

Meningkatkan keselarasan, kesatuan, kematangan dengan keupayaan

G

Kultur Generasi Muda Minang

gerakan bersama dan kegotongroyongan sesuai tuntutan syarak (agama Islami). 7. Menjalin kekuatan bersama untuk menghambat gerakan pemurtadan yang merusak syarak dan adat istiadat Minangkabau yang Islami, dengan ;  Memerangi semangat anti agama, anti keadilan, dan demokrasi.  Meningkatkan budaya syura agar terhindar pemaksaan kehendak di era kebebasan.  Meningkatkan keinsafan tentang hak asasi manusia, hak-hak sipil (madani) dan politik untuk seluruh rakyat.  Meningkatkan keinsafan akan undang-undang yang adil sesuai syarak.  Memastikan kehadiran media yang bebas, sadar, amanah, beretika dan profesional agar tidak dimangsa pornografi dan kebebasan tanpa arah.  Memastikan generasi muda terarah menjadi pemimpin umat dan negara dengan taqwa, berakhlak dan bersih dari penyalahgunaan amanah untuk kepentingan diri dan kelompok.  Meningkatkan program melahirkan generasi muda Minang yang penyayang, menata kehidupan adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah. Generasi muda Minangkabau, mesti meniru kehidupan lebah, yang kuat persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati oleh lingkungannya. Wassalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh, Padang - Jakarta, 26 Mei 2006 M

1Catatan Kaki Disampaikan dalam Seminar Budaya Minang oleh Dir. Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau/Ketua Umum BAZ Sumbar/Ketua MUI Provinsi Sumbar membidangi Dakwah/Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumatera Barat pada Pekan Pengenalan Budaya (P2B) Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM-Jaya) sebagai salah satu bentuk kepedulian dan kreativitas mahasiswa Minang khususnya bagi generasi muda Minangkabau di Anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006. 2 Kata kiasan dalam petuah Minangkabau mengajarkan kearifan budaya, ataranya tau di rantiang nan ka malantiang (tahu akan adanya ranting yang sewaktu-waktu akan membahayakan dalam perjalanan), tau di unak nan ka manyangkuik (tahu akan adanya duri dijalan yang akan membahayakan), tau di batu nan ka manaruang (hati-hati akan adanya hambatan dalam setiap langkah), arih di bayang kato sampai (arif akan nasehat dari butiran kata yang disampaikan), ingek-ingek nan ka pai, agak-agak nan ka ringga (ajaran kehati-hatian dalam setiap gerak dan posisi, baik yang akan pergi maupun yang akan tinggal menetap). 3 Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press, 1964, hal.17-18. 4 Budaya sensate ini dipertajam oleh kehidupan remaja kota dengan budaya populer (urban popular culture) dan hedonistik (mulai berkembang 1960). …. Sensate culture menurut Pitirim, “…beralaskan kenikmatan dan kepuasan sebatas pandang dengar memenuhi tuntutan rasa dan selera dalam memenuhi tuntutan kepuasan sejenak yang semu (based upon the ultimate principle that true reality and value are sensory and that the beyond the reality and values wich we can see, hear, smell, touch and taste there is no other reality and no real values), dimana nilainilai ajaran agama dan ketuhanan tidak banyak berperan mengawasi tindakan masyarakat, sehingga kehidupan social menjadi sangat keras dibungkus perilaku hedonis (….Despite its lipservice to the values of the Kingdom of God, it cares mainly about sensory values of wealth, health, bodily confort, sensual pleasures and last for power and fame. It’s dominant ethic is invariably utilitarian and hedonistic….. Its politics and economics are also decisively utilitarian and hedonistic…”). Sehingga apa yang disebut sebagai gaya hidup global (the globalization of lifestyle) yang tampak di dalam gaya hidup world wide sing sejak 1990 itu, telah banyak melahirkan pribadi yang rapuh dan terbelah (split personalities),dengan kelaziman banyak ilmu namun tipis keimanan (too much science too little faith), yang akhirnya melahirkan paham nihilisme atau budaya senang lenang (culture contenment). 5 Nabi Muhammad SAW, mengingatkan perintah Allah Yang Maha Menjadikan “Janganlah berbuat perusakan (fasad) di bumi, Allah tidak suka kepada pembuat kerusakan” (Alquran). 6 Lihat QS.49, al Hujarat : 7-13. 7 Sama artinya dengan bodoh. Sangat menarik pemakaian angka-angka di Minangkabau, lebih nyata bilangan genap, realistis seperti ”kato nan ampek (4), undang-undang nan duopuluah (20), urang nan ampek jinih, nagari nan ba ampek suku, cupak nan duo (2), cupak usali jo cupak buatan, rumah basandi ganok, tiang panjang jo tonggak tapi, basagi lapan (8) atau sapuluah (10) artinya angka genap. Datang agama Islam, di ajarkan pula pitalo langik nan tujuah (7), sumbayang nan limo wakatu, rukun Islam nan limo (5), maka secara batinnya antara adat dan agama saling melengkapi dari yang genap sampai yang ganjil. 8 Pepatah Arab menyebutkan, ‫ كساع الى الهيجا بغير سلح‬-‫اخاك اخاك ان من ل اخا له‬ 9 Al-Baqarah, 257 10 Tidak ada yang lebih indah daripada budi dan basabasi. Yang dicari bukan emas dan bukan pula pangkat, akan tetapi budi pekerti yang paling dihargai. Hutang emas dapat di bayar, hutang budi dibawa mati. Agar jauh silang sengketa, perhalus basa dan basi (budi pekerti yang mulia). Jika ingin pandai rajin belajar, jika ingin tinggi (mulia), naikkan budi pekerti. 11 Lihat QS.14, Ibrahim : 1. 12 Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi. 13 Hadith riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan nasa^i.

“TIDAK

MAUKAH

BERKATA NABI SAW, DAN TIDAK BERIMAN

MASUK SORGA HINGGA KAMU BERIMAN.

KALIAN

KALIAN,

SEHINGGA SALING MENYAYANGI.

AKU TUNJUKKAN SESUATU, APABILA KAMU KERJAKAN AKAN TERJALIN KASIH SAYANG SESAMA KAMU

TEBARKAN

SALAM DI ANTARA KALIAN.

.. ???

Daftar Pustaka 1. Al Quranul Karim, 2. Al-Ghazali, Majmu’ Al-Rasail, Beirut, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1986, 3. Al-Falimbangi, ‘Abd al-Samad, Siyarus-Salikin, 4. Ibn ‘Ajibah, Iqaz al-Himam, 5. Lu’Lu’wa al-Marjan, hadist-hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i. 6. Sa’id Hawa, Tarbiyatuna Al-Ruhiyah, 7. Sahih al-Bukhari, Kitab al-Da’awat, 8. Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press, 1964, hal.17-18.

H. MAS’OED ABIDIN bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo LAHIR

TANGGAL

: 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi, : Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM), Ketua Umum Badan

JABATAN

Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sumbar, Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan Sumbar di Padang, Ketua MUI Sumbar Membidangi Dakwah, Sekretaris Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar. : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),

ALAMAT

Tel : 0751-7052898, Fax/Tel: 0751-7058401. Buku yang sudah diterbitkan ; 1.

Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.

2.

Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.

3.

Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2001.

4.

Suluah Bendang, Berdakwah di tengah tatanan Adat basandi syarak, Syarak Basandi Kitabullah di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2002.

5.

Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2002.

6.

Suaru Kito, PPIM Sumbar, Padang – 2004.

7.

Adat jo Syarak di Minangkabau, PPIM Sumbar, Padang – 2004

8.

Silabus Surau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.

9.

Implementasi Adat Basandi Syarak, PPIM. Padang – 2005.

Mailing list : Mail to

: [email protected] [email protected]

Related Documents


More Documents from "H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar"