Kritik Bentuk Dan Sitz Im Leben 1 Korintus 12.docx

  • Uploaded by: Yohanes Hidaci Aritonang
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kritik Bentuk Dan Sitz Im Leben 1 Korintus 12.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 897
  • Pages: 3
KRITIK BENTUK DAN SITZ IM LEBEN 1 KORINTUS 12 : 12 – 31

Bentuk yang dipakai Bentuk yang dipakai dalam penulisan nats dalam perikop ini adalah bagian dari kritik baru (New form criticism) yang dikemukakan oleh K. Berger dan termasuk dalam kategori bentuk yang dikumpulkan juga bentuk kelakuan. Bentuk yang dikumpulkan adalah menyangkut percakapan/pidato, metafora, perumpamaan dan argumentasi. Bentuk kelakuan berisi nasehat, larangan, berkat dan aturan persekutuan. Kondisi Kota Korintus Korintus adalah salah satu kota terpenting pada di dunia Perjanjian Baru. Kota ini terletak ditengah-tengah negeri Yunani yang merupakan tempat strategis untuk perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Setelah dijajah oleh kekaisaran Romawi, Korintus menjadi pusat pertahanan dan pemerintahan. Tentu saja ini membuat pendudukpenduduk kota ini terdiri dari bermacam-macam bangsa, ras dan suku (Kis 18:2). Di kota itu juga terdapat bermacam-macam agama, termasuk agama-agama Roma dan Yunani, kepercayaan dari dunia Timur dan agama Yahudi dari Palestina.Bisa dikatakan Korintus adalah kota Internasional. Jemaat Kristen di Korintus juga terdiri dari beberapa bangsa dan golongan masyarakat. Namun bagi Paulus hal yang jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaan itu adalah kesatuan jemaat Kristen sebagai orang-orang yang dipanggil dan dikuduskan dalam Kristus (1 Kor 1:2, 12 : 12-13). Kondisi Jemaat di Korintus Dalam Kristus, orang-orang Kristen di Korintus sudah menerima anugerah dari Allah (ay 4) dan menjadi kaya dalam segala perkataan dan pengetahuan (ay 5). Singkatnya, mereka tidak kekurangan dalam suatu karuania pun (ay 7). Dengan demikian Paulus mengakui bahwa jemaat di Korintus telah banyak mengalami karunia. Namun Paulus menekankan bahwa segala kekayaan rohani itu berdasar hanya pada anugerah Allah bukan pada usaha manusia dan masih perlu disempurnakan lagi pada kedatangan kristus kembali (ay 8). Jemaat di Korintus melakukan ibadat secara informal, dengan partisipasi banyak orang yang dipimpin oleh Roh (1 Kor 14:26). Paulus tidak menentang cara ibadat seperti itu, tetapi dia melihat beberapa masalah yang perlu diatasi oleh jemaat di Korintus itu, antara lain penyalahgunaan karunia tertentu, ketidakteraturan dan kesombongan rohani. Sumber masalah-masalah di Korintus boleh disebut sebagai suatu “semangat rohani” yang ekstream. Rupanya ada golongan di jemaat itu yang menganggap diri “orang rohani” secara

khusus (1Kor 14:37). Mereka menyatakan bahwa mereka memiliki hikmah dan pengetahuan khusus sampai dapat mendalami rahasia-rahasia rencana Allah (1Kor 3:18; 8:1; 13:2). Lagi pula mereka mengalami beberapa karunia roh, termasuk nubuat dan yang paling mereka sukai bahasa lidah (1Kor 14). “Kami sudah dapat berbicara dengan berbagai jenis bahasa manusia, bahkan dengan bahasa-bahasa malaikat” (1Kor 13:1). Golongan rohani itu bersikap sombong dan merasa lebih unggul karena pengalaman dan kesanggupan mereka dalam bidang rohani (1Kor 4:7-10). Roh dan Kerohanian Paulus menghadapi kesombongan golongan rohani di Korintus itu dengan menyatakan bahwa kerohanian seperti itu adalah palsu (1Kor 3:1-4). Cara hidup mereka menunjukkan bahwa mereka belum dapat disebut “rohani”, melainkan masih bersifat jasmani. Lagi pula Paulus menegaskan bahwa hikmah mereka itu sebenarnya adalah hikmah dunia dan merupakan kebodohan di hadapan hikmat Tuhan Allah (ay 19-20). Kemudian dalam 1Korintus 12-14, Paulus membahas hal Roh dan Kerohanian dalam jemaat secara mendalam, khususnya mengenai masalah karunia-karunia Roh. Dari kitab Kisah Para Rasul kita mengetahui bahwa kedatangan Roh Kudus pada permulaan jemaat Kristen sering ditandai bahasa lidah. Mungkin sekali anggota-anggota jemaat di Korintus juga telah mengalami bahasa-bahasa lidah pada waktu menjadi Kristen dan oleh karena itu mereka sangat menghargai karunia tersebut yang menandai suatu titik yang menentukan kehidupan mereka. Tetapi rupanya jemaat itu atau sekurang-kurangnya golongan rohani diantara mereka cenderung melihat kehadiran Roh hanya dalam bahasa-bahasa lidah, nubuat dan beberapa karunia sejenis yang dianggap bersifat rohani secara khusus. Mereka tidak membedakan Roh sendiri dengan karunia-Nya dan dengan demikian mereka membatasi pekerjaan Roh seolah-olah hanya terdapat di dalam beberapa karunia saja. Oleh karena itu Paulus mengingatkan jemaat di Korintus tentang persona dan fungsi Roh Kudus sendiri, agar mereka dapat mengerti pekerjaan-Nya secara benar. Boleh dikatakan dia mengarahkan perhatian mereka dari hal “kerohanian” menuju hal “Roh” dan mengajak mereka agar tidak mementingkan pemberian-pemberian melainkan si Pemberi. Yang penting dalam kehidupan seorang Kristen bukanlah pengalaman-pengalaman rohani tertentu tetapi pengenalan kuasa Roh yang bekerja sesuai dengan kehendak-Nya sendiri (1Kor 12:11). Roh itu adalah kuasa Allah yang diterima oleh orang-orang Kristen, pertama sekali pada hari Pentakosta (Kis 2 :1-13), kemudian diterima masing-masing pada waktu mereka percaya kepada Tuhan Yesus (Kis 2:38; Rm 5:5; 1Kor 2:12; 12:13). Di dalam kehidupan orang Kristen Roh itu tidak hanya memberi bahasa lidah dan sebagainya tetapi mempunyai pekerjaan yang jauh lebih luas, antara lain :  Memberi hidup baru (Rm 8:10-11; Yoh 3:5-6)  Menjadikan anak Allah (Rm 8:15)  Menyanggupkan untuk berkhotbah dan bersaksi (1Kor 2:4; Kis 2:14)

 Membimbing untuk mengenal kebenaran (1Kor 12:8; Yoh 16:13)  Menentang dosa (Rm 8:13) serta menghasilkan buah-buah yang baik (Gal 5:22-23) Paulus tidak menetang kehidupan kerohanian dan tidak memungkiri kemungkinan adanya orang rohani, tetapi dia membetulkan pengertian yang salah tentang hal “rohani” itu. Ia tidak ingin memadamkan semangat jemaat yang masih baru di Korintus itu, namun berusaha mengalihkan semangat itu kepada tujuan yang lebih baik. Pertama, Paulus menekankan pentingnya anugerah Allah sebagai dasar kehidupan Kristen (1Kor 1:4; 2:12; 12:4-6). Oleh karena itu, seseorang yang memiliki suatu karunia roh yang luar biasa harus mengucap syukur kepada Allah atas hal itu dan tidak boleh menyombongkan diri (1Kor 4:6-7). Menyanjung-nyanjung orang lain pun tidak boleh (1Kor 3:21), karena pemimpinpemimpin hanyalah manusia yang bergantung pada kuasa Allah untuk segala sesuatu yang mereka kerjakan (ay 5-10). Kedua, defenisi orang rohani yang sebenarnya bukanlah orang yang memiliki banyak karunia, melainkan orang yang hidupnya dikuasai kasih (1Kor 13; 2Kor 8 :7)

Related Documents

Wir Leben Im Qualm
May 2020 25
1 Korintus 1
May 2020 15
Sitz Bath.en.id
August 2019 11
Leben
October 2019 25
Menikmati Kritik Dan Celaan
November 2019 24

More Documents from "zuhadisaarani"