Pelayanan Kaum Awam.docx

  • Uploaded by: Yohanes Hidaci Aritonang
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pelayanan Kaum Awam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,102
  • Pages: 8
Nama

: Yohanes Hidaci

NIM

: 16.3143

Kelas

: 4B

Dosen

: Pdt. Joksan M Simanjuntak, M.Th

Mata Kuliah : Pembinaan Warga Gereja PEMBINAAN WARGA GEREJA Pelayanan Kaum Awam A. Saudara adalah Pelayan Tuhan Saudara adalah seorang pelayan Kristus. Jika saudara adalah seorang Kristen yang sudah dibaptis, Saudara adalah pelayan Tuhan. Apakaha saudara ditahbiskan atau tidak, itu tidak penting. Gereja memfokuskan pada pelayanan yang ditahbiskan dan segala hal lainnya tetapi melupakan pelayanan kaum awam. Namun, ketika semuanya ini telah dikatakan, kita sampai ketitik yang sama tempat kita memulai : jika Anda sudah dibaptis, maka anda adalah pelayan kristus. Saudara adalah pelayan kristus. Saudara ikut bertanggung jawab dalam pelayanan Gereja. Kata utamanya adalah “pelayanan”, karena pelayan adalah orang yang turut melayani. Dalam terjemahan-terjemahan awal Alkitab, kata-kata yand digunakan adalah “pelayanan”, “melayani” dan “hamba”. Jadi, pelayanan Gereja adalah kepada dunia, pelayan Tuhan adalah orang yang menjalankan tugas itu. Untuk memperjelas sifat dan tugas Gereja, Hendrik Kraemer mengatakan bahwa Gereja adalah pelayanan. Intinya adalah Gereja bukan lebih dulu ada baru kemudian memutuskan apa dan bagaimana akan melayani. Gereja ada untuk melayani dunia dan ia adalah hamba Pelayanan Gereja adalah proklamasi mengenai apa yang telah dilakukan Allah untuk manusia dan panggilan-Nya untuk menjawab kasih-Nya. Pelayanan Gereja adalah untuk menyembuhkan penyakit dalam masyarakat serta dalam jiwa setiap individu. Pelayanan Gereja

harus

mengupayakan

perkembangan manusia.

terjadinya

pertumbuhan

anggota

masyarakat

yaitu

Saudara menjadi bagian dalam pelayanan Gereja. Menurut pernyataan diri Allah, Saudara adalah pelayan Tuhan. Manusia adalah orang yang menerima pelayanan-Nya. Kedewasaan berarti mengakui bahwa seseorang menjadi dewasa didalam Kristus sebagai pelayan Kristus. B. Saudara Dipanggil Saudara diapanggil, semua orang Kristen mendapat panggilan yang sama. Seperti yang digunakan di Alkitab, kata “memanggil”, “dipanggil” dan “panggilan” menunjukkan panggilan Tuhan kepada pertobatan dan iman, dan kepada kehidupan pelayanan dalam Gereja. Konotasi utama kata tersebut adalah tujuan dari Dia yang memanggil, manusia dipanggil untuk bekerja bersama Dia dalam tujuan itu. Tujuan Allah, tugas Gereja, dan keseluruhan pesan Alkitab dapat digambarkan dengan istilah panggilan dan respon tepat terhadap panggilan itu. Pelayanan, kedewasaan, memulai dengan panggilan merupakan respon terhadap panggilan itu. Tujuan dari seluruh pernyataan Alkitab adalah menetapkan panggilan dan menguraikan tanggapan yang tepat. Inilah inti dari panggilan dalam Alkitab yang hanya mempunya 2 pilihan. Apakah Saudara dipanggil ataukah Alkitab hanya menjadi salah satu buku umum di dunia bukan menyatakan catatan pernyataan diri Allah sendiri. Oleh kasih karunia Allah, Saudara dipanggil. Kasih karunia Allah bukan tindakan sewenang-wenang dari seseorang yang tiba-tiba memiliki ide cemerlang dan melakukan idenya seperti yang biasa orang pahami. Kasih karunia Allah menunjukkan pada tindakan penyelamatan Allah dalam sejarah. “Saudara dipanggil oleh kasih karunia Allah” berarti bahwa semua tindakan Allah diperlukan untuk memanggil saudara, kendatipun saudara adalah satu-satunya manusia penghuni bumi. C. Saudara adalah orang merdeka Kini semua orang-orang telah mengenakan “kuk perhambaan”. Mereka memandang kekristenan sebagai seperangkat peraturan dan mereka memandang kebaikan baru bisa terjadi hanya jika sesuai dengan ukuran hukum-hukum itu. Mereka yang memusuhi atau menolak sebagian hukum tidak sanggup tetap bersikap seperti itu, bebannya sangat berat dan tak tertanggungkan. Cepat atau lambat mereka akan mengetahui bahwa mereka merdeka atau bisa mereka juga turut menjadi acuh tak acuh atau munafik. Dengan tidak peduli terhadap

tuntutan hukum taurat, jika dibandingkan mereka mungkin menemukan sedikit kemerdekaan, tetapi tidak pernah bisa direalisasikan secara penuh. “Segala sesuatu diperbolehkan”. Orang yang dewasa mengetahui bahwa ia bebas menentukan keputusan. Jika ada waktu, dia bisa berdoa, berdiskusi, mempelajari, dan berpikir tentang pertanyaan yang ada. Jika tidak, dia memiliki jaminan simpanan yang bisa diambil. Dia mengambil keputusan sebagai seorang yang merdeka, mengerti bahwa Allah telah memikul keangkuhan dan keegoisan yang menjadi bagian dari semua tindakan manusia. Dia membuat keputusan. Kemudian dia bisa tidur nyenyak dan mimpi indah. D. Saudara diutus Saudara diutus. Yesus Kristus berdoa kepada Bapa-Nya sebelum ia disalibkan, “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku kedalam dunia, demikian pula Aku mengutus mereka kedalam dunia” (Yoh 17 : 18). Disini Yesus berbicara tentang para rasul, saksi unik dari kematian dan kebangkitan-Nya. Kata “rasul” adalah mereka yang dikirim sebagai saksi khusus mengenai kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Dengan kata lain, Gereja secara keseluruhan dan masing-masing anggotanya diutus untuk membawa kabar baik. Konsekuensinya, Kata-kata kristus, “Demikian pula Aku telah mengutus mereka kedalam dunia” berlaku bagi semua anggota Gereja. Semua adalah utusan dan pewarta. Saudara diutus. Pergerakan alami Gereja adalah keluar-kedalam dan keseluruh dunia. Sangat ditekankannya “dalam” dunia, Gereja mengaburkan sifat pentingnya. Slogan dari salah satu denominasi, “Utus mereka berdua untuk membawa mereka masuk satu demi satu”, bisa dijadikan slogan untuk seluruh Gereja. Saudara diutus. Jika sudah dibaptis, Saudara berada dalam perjalanan dan diutus bukan hanya Saudara, tetapi orang-orang lain juga. Kita tidak perlu bertanya harus kemana, jika kita mau membuka mata, akan tahu harus kemana. E. Saudara kaya Saudara adalah pelayan Tuhan. Saudara dipanggil. Saudara merdeka. Saudara diutus. Saudara memang sudah kaya !. kekayaan yang Allah curahkan kedalam hati manusia “tak terduga” dan “tak terkira”. Kadang-kadang Alkitab berbicara tentang kekayaan ini berada dimasa depan.

Pada kesempatan lain, Alkitab membicarakan kekayaaan itu akan diberikan kepada manusia ketika mereka semakin dewasa secara rohani. Dua hal ini sama pentingnya bahwa Alkitab bicara tentang kekayaan yang telah diberikan Allah secara melimpah-khususnya kepada mereka yang telah menjadi anggota tubuh Kristus. Kamu telah menjadi kaya ! (1 Kor 4 : 8). Saudara kaya. Orang yang dewasa rohani mengetahui bahwa dia dikasihi. Dia mengetahui bahwa Allah telah memanggilnya kedalam persekutuan dengan-Nya sehingga kasihnya kepada Allah dan manusia bertumbuh. Gereja baru bisa menjadi Gereja dalam arti yang sesungguhnya hanya jika seluruh anggotanya dipandang telah menerima karunia dari Roh Kudus dan didorong untuk menggunakan karunia yang mereka miliki sebagai ibu rumah tangga, pelajar, dokter, professor, petugas serikat kerja, pekerja pabrik, politikus, orang tua, teman. Saudara adalah pelayan Tuhan, saudara dipanggil, dimerdekakan, diutusu, diberi kuasa oleh Roh Kudus, dikasihi, hidup dibawah kuasa Kristus, diberi karunia.

PERBANDINGAN TEORI Kata “Panggilan” atau “Calling” mungkin sudah banyak didengar dan dipakai dalam dunia sekuler. Karena itu hari ini kita sering mendengar orang berkata: “ini adalah panggilan jiwa, ini adalah panggilan hati, ini adalah panggilan hidup” dan lain sebagainya. Kata-kata itu menyiratkan sebuah makna terkait dengan passion seseorang terhadap apa yang menjadi focus dalam hidupnya yang lahir dari keterlibatannya dalam suatu bidang atau bagian tertentu. Tetapi bagi pelayan Tuhan, kata panggilan memiliki makna yang jauh lebih dari sekedar passion, karena panggilan bagi pelayan Tuhan adalah berkaitan dengan komitmen diri yang melibatkan seluruh hidup. 1 Panggilan yang dimaksud adalah panggilan yang didasarkan atas sebuah keyakinan bahwa panggilan itu datangnya dari Tuhan, ketika seseorang meresponi panggilan Tuhan, dengan mempersembahkan diri dan seluruh hidup bagi pelayanan pekerjaan Tuhan. Sebagaimana yang dikatakan oleh London “Panggilan hamba Tuhan adalah sebuah pertemuan pribadi seseorang di mana Allah mengundang seseorang untuk melakukan tugas khusus yang tak pernah dipahaminya sepenuhnya. Seorang yang terpanggil tidak dapat melupakan realita bahwa dia telah dipanggil. Karena itu tiada pengalaman yang lebih mulia bagi seorang pelayan yang terpanggil dalam perjumpaannya dengan Allah. Panggilan kepada pelayanan adalah suatu panggilan yang merupakan

sebuah

kombinasi

antara

dimensi

adikodrati

dan

manusiawi,

yang

membangkitkan gambaran tentang kebakaran hutan dan sambaran kilat, tetapi juga menghasilkan gambaran tentang kehormatan dan pengabdian kepada maksud dan tujuan Allah. Di dalam panggilan seorang pelayan Tuhan hal penting yang perlu ia ingat selalu ialah: betapa banyak Allah menghendakinya untuk menjadi hamba-Nya, serta betapa dunia dan Gereja membutuhkan seseorang seperti dia untuk tugas ini. Karena itu dalam mengingat kembali panggilannya hendaklah setiap pelayan Tuhan memahami benar-benar bahwa “panggilan berarti dipakai untuk memberikan dampak pada sebagian dari dunia Allah yaitu bagian yang mulia dan kekal.

1

London, H.B. Jr; Niel B. Wiseman, Pelayan Allah yang Berjiwa Besar (Terj. A.J. Sauta), (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel. 1999).

Karena itu panggilan untuk melayani memberikan tenaga pendorong untuk pelayanan dan sekaligus menguatkan ikrar untuk mengubah dunia bagi kristus. Tenaga yang diilhamkan Allah ini mengantar kita kepada orang-orang yang tidak menginginkan kita memberi kekuatan kepada kita untuk tinggal sampai mereka tidak dapat mengabaikan kehadiran kita. Frederick Buechner dalam tulisannya yang di kutip oleh H.B London & N.B. Wiseman mengatakan: “ Tempat ke mana Allah memanggil Anda adalah tempat kegembiraan Anda yang paling dalam dengan kebutuhan dunia yang terdalam…Hidupkan kembali panggilan sejati Anda dan bersukacitalah di dalamnya.” 2 Kaum awam mempunyai peranan khusus dalam lebih langsung dalam tata keduniaan meskipun tidak eksklusif. Kaum awam hidup dan terlibat serta terjalin dengan hal ikhwal keduniaan.

Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaanya. Dengan

demikian, keterlibatan dalam keduniaan dapat disebut sebagai cara khas awam berpartisipasi dalam perutusan seluruh Umat dalam Gereja dan dunia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas (ex vocatione propria), awam bertugas mencari kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Kaum awam hidup dalam dunia, artinya menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada di tengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Ciri sekular itu bukanlah sesuatu yang asing, yang dimasukkan dari luar, melainkan unsur integral dari pengertian “awam”. Dengan demikian, ciri sekular ini memberi kekhasan dan kekhususan positif kepada identitas awam. Mewartakan Injil merupakan panggilan setiap orang Kristen. Tugas ini diperoleh dan dipersiapkan melalui anugerah Roh Kudus dan peneriman sakramen-sakramen inisiasi. Partisipasi utama kaum awam beriman adalah mewartakan Injil, karena seluruh tugas Gereja dipusatkan dan diwujudnyatakan di dalam evangelisasi atau pewartaan Injil. Tugas Gereja ini diperoleh dari Yesus sendiri melalui sabda-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada semua makhluk Akan tetapi, dengan melihat situasi dunia yang diwarnai oleh persaingan antaragama, sekularisme, tindakan immoral, dan kejenuhan hidup dalam pelbagai dimensinya, menuntut perlunya cara dan bentuk pewartaan baru, sehingga pesan-pesan Injil bisa mengena dan

2

Wuellner, Slosson Flora. Gembalakanlah Sihotang). Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012.

Gembala-Gembala-Ku.

Cet.

Ke-2.(Terj.

Dion

P.

diterima oleh banyak orang. Bentuk pewartaan itu adalah re-evangelisasi (pewartaan kembali Injil) yang ditujukan bukan hanya kepada pribadi-pribadi melainkan juga kepada semua orang dalam situasi, lingkungan, dan kebudayaan mereka. Isi pewartaannya adalah “Umat manusia dikasihi Allah”. Umat manusia dewasa ini hidup dalam perseturuan, sengketa, kemiskinan, peperangan, dan hidup dalam situasi tanpa adanya harapan. Oleh karena itu, yang paling mendesak dilakukan oleh para pewarta bukanlah memberi nasehat-nasehat saleh, doktrin-dokrin dan dogma-dogma, melainkan penciptaan situasi yang kondusif agar umat manusia mengalami kasih Allah yang telah dicurahkan kepada semua orang. Lingkup pewartaan dapat dilakukan secara intern dan ekstern. Kaum awam beriman dapat mewartakan Injil pertama-tama di lingkungan hidup dan karyanya sehari-hari. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk mewartakan Injil keluar dari lingkungan hidup mereka. Para Bapa Sinode menyebutkan bahwa kaum awam beriman dapat memanfaatkan hubungan-hubungan yang diadakan dengan para pengikut berbagai agama melalui teladan mereka. Menghayati Injil3 Adapun nilai-nilai Injil yang diwartakan melalui penghayatan kaum awam beriman meliputi: a. Melayani Pribadi dan Masyarakat Pelayanan menjadi nilai pertama dalam Injil yang perlu dihayati. Pelayanan merupakan semangat utama Kristus ketika Ia menerima perutusan dari Bapa, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menjadi tebusan bagi banyak orang”. Selain itu, CFL juga mengajak kaum awam beriman agar dalam pelayanan, mereka hendaknya memfokuskan perhatian pada martabat pribadi manusia. “Menemukan kembali dan membuat orang lain menemukan kembali martabat setiap pribadi manusia yang tidak dapat dilanggar merupakan tugas hakiki, tugas pelayanan yang sentral dan mempersatukan, serta panggilan kaum awam beriman.

3

Komisi Kerasulan Awam, Panggilan dan Perutusan Awam dalam Gereja dan Dunia sesudah Konsili Vatikan II, KWI. Jakarta. 1987.

b. Menghormati Hak Hidup yang tidak dapat dilanggar CFL menegaskan bahwa pengakuan akan martabat setiap pribadi manusia menuntut sikap hormat, pembelaan, dan usaha untuk memajukan hak-hak pribadi manusia. Bagi CFL, inilah persoalan yang menyangkut hak-hak inheren, universal, dan tidak dapat dilanggar. Hak-hak semacam itu bersumber dalam Allah sendiri. Memperjuangkan dan membela hak hidup seseorang merupakan konkretisasi penghormatan atas hidup. Dewasa ini, Gereja menghayati aspek fundamental yang perlu diperjuangkan oleh kaum awam beriman, yaitu dengan penuh kasih sayang dan rela menerima setiap pribadi manusia terlebih mereka yang lemah dan menderita. c. Cinta kasih: Jiwa dan Penunjang Solidaritas Pelayanan kepada masyarakat dapat diungkapkan dan diwujudkan dengan cara yang beranekaragam. Bercintakasih merupakan cara yang paling langsung dan biasa dalam menjiwai tata dunia secara Kristiani. Gereja terpanggil langsung kepada pelayanan cintakasih: “Pada masa-masa awal, Gereja menambahkan agape pada Perjamuan Ekaristi, dan dengan demikian memperlihatkan dirinya sendiri dipersatukan sepenuhnya di sekeliling Kristus oleh ikatan cintakasih. Demikian pula, dalam segala zaman, dia dikenal karena tanda kasih ini, dan seraya dia bergembira karena usahausaha orang lain, dia menuntut karya-karya cintakasih sebagai kewajiban serta haknya sendiri yang tidak dapat dipindah-tangankan. Karena alasan ini […] karya-karya cintakasih serta bantuan timbal balik yang dimaksudkan untuk meringankan kebutuhan-kebutuhan manusia dari segala jenis, dihormati secara istimewa di dalam Gereja”. Melalui cinta kasih terhadap sesama ini, kaum awam beriman menjalankan dan memanifestasikan partisipasi mereka di dalam jabatan rajawi Kristus dengan cara yang paling sederhana. Cintakasih merupakan anugerah paling tinggi yang diberikan oleh Roh guna membangun Gereja

dan bagi kebaikan umat manusia. Dengan cinta kasih, kaum awam

beriman menumbuhkan solidaritas Gereja yang peduli terhadap kebutuhan manusia.

Related Documents


More Documents from ""