KORAN TEMPO › Print Article
Page 1 of 1
Edisi 10 September 2009
Bandara Tolitoli Rusak Akibat Gempa Jadwal penerbangan tidak terganggu. Tolitoli - Bangunan Bandar Udara Tolitoli, di Desa Lalos, Sulawesi Tengah, retak diguncang gempa berkekuatan 6,0 pada skala Richte dinihari kemarin. Kerusakan terjadi di ruang keberangkatan. Sisi kiri dan kanan gedung tersebut rusak parah hingga menembus ke ruang tunggu VIP, yang bersebelahan dengan ruang keberangkatan. "Banyak tempat yang retak, mulai WC sampai ruang tunggu," kata Imran, petugas Bandara Tolitoli, kemarin. Di ruang tunggu, ada tiga sudut yang retak, yaitu dari lantai hingga plafon. Dia khawatir bila kembali terjadi guncangan, gedung tersebut bisa roboh. Namun, Imran menjamin kerusakan di bandara tidak akan mengganggu sejumlah penerbangan dari dan menuju bandara. Kemarin siang, maskapai Merpati Airlines tetap terbang dari Tolitoli menuju Palu dan Tarakan. Gempa yang mengguncang Tolitoli juga menyebabkan sejumlah rumah penduduk rusak. Padahal rumah mereka baru saja diperbaiki setelah terjadi gempa pada Desember tahun lalu. Bupati Tolitoli Makruf Bantilan berjanji akan mengucurkan bantuan untuk sejumlah rumah yang rusak. "Mereka perlu mendapat bantuan meski jumlahnya tidak besar," katanya. Gempa yang berpusat pada 1.28 Lintang Utara-120.74 Bujur Timur, dengan kedalaman 12 kilometer, tersebut juga terasa di sejumlah daerah kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, seperti Palu, Buol, dan Parigi Moutong. Di Kota Palu, gempa mengguncang ketika penduduk sedang lelap tertidur. Gempa yang terjadi sekitar 30 detik itu membangunkan penduduk. "Saya takut kalau terjadi apa-apa," kata Hendra, salah satu penduduk Palu. Sejumlah daerah diguncang gempa dalam sepekan terakhir. Dampak yang paling parah dirasakan oleh penduduk di Jawa Barat dan Jawa Tengah setelah Rabu lalu sejumlah wilayah digoyang lindu. Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, salah satu daerah yang terkena dampak gempa cukup parah, proses evakuasi korban longsor di Cikangkareng, Kecamatan Cibinong kemarin terpaksa dihentikan. Hujan deras mempersulit pencarian, selain itu terjadi gempa susulan berkekuatan kecil. Kemarin tim SAR belum bisa menemukan seorang pun korban. Selain itu, sebuah truk yang mengangkut beras terjungkal ke jurang sedalam 30 meter pada Selasa malam lalu di tanjakan Pasirpiring, Cibinong, Cianjur. Kendaraan dengan pelat nomor F-8619-WG itu mengangkut bantuan untuk korban bencana gempa dan tanah longso Pemilik truk, Endang Wahyudin, 50 tahun, mengatakan sesaat sebelumnya sopir bisa menyelamatkan diri sehingga tak ada korban jiwa dalam kecelakaan itu. Sebelum terjun ke jurang, truk bermuatan 3 ton beras itu sempat menepi di sisi jalan lantaran tidak kuat naik. Saat itu dari arah berlawanan, muncul truk lainnya. Kondisi jalan yang menurun dan tajam membuat sopir tak bisa menahan laju kendaraan sehingga akhirnya menabrak truk beras yang sedang menepi. Beras untuk pengungsi akhirnya bisa diangkut ke posko bencana Cikangkareng kemarin pagi. Gempa juga menyebabkan PT Perkebunan Nusantara VII di Pengalengan, Kabupaten Bandung, merugi hingga Rp 22 miliar. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara VIII Bagas Angkasa mengatakan kerugian disebabkan oleh kerusakan bangunan pabrik dan sarana produksi, sekolah, tempat ibadah, serta rumah karyawan dan buruh di enam kebun di kawasan Pengalengan, yakni Malabar, Kertamanah, Purbasari, Talun, Sedep, dan Pasirmalang. Rumah peninggalan Karel Albert Rudolf Bosscha, pendiri perkebunan Malabar dan Observatorium Bosscha, serta Rumah Sakit Pasir Junghuhn di kawasan Pasir Junghuhn juga rusak berat. DARLIS I DEDEN ABDU AZIZ | ERIK P HARDI
http://korantempo.com/korantempo/cetak/2009/09/10/Nusa/krn.20090910.176351.id.html
9/16/2009