A. Konsep Penyakit Kejang Demam 1. Pengertian Kejang demam menurut Hidayat, 2009 adalah peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi antara usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. Pada anak yang menderita kejang demam wajah anak akan menjadi biru, mata berputar – putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat. Kejang demam terjadi pada usia dibawah 1 tahun sampai dengan usia 5 tahun, karena pada usia tersebut otak sangat rentan terhadap peningkatan suhu badan yang mendadak. Sekitar 10% anak mengalami kejang < 1 kali. Sedangkan kejang demam menurut Riyadi, 2009 mengatakan bahwa serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu rektal diatas 38oC.
2. Klasifikasi Klasifikasi Kejang Demam menurut Munir, 2013 dibagi menjadi 2 : a. Kejang demam sederhana ( KDS ) Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan akan berhenti dengan sendirinya. Kejang ini tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana terjadi pada 80% kejadian kejang demam. b. Kejang demam kompleks ( KDK ) Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang umum yang didahului kejang parsial, atau berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang ini terjadi pada 8% kejadian kejang demam. Kejang demam secara umum dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : 1) Kejang absens Kejang absens adalah suatu periode tak tertentu dari sadar menjadi tidak sadar yang berlangsung beberapa detik hingga menit. Terjadi pada anak – anak dan remaja awal. Penderita yang pernah mengalami kejang
deamam absens dapat mengalami kejang tonik - klonik atau kejang parsial kapanpun 2) Kejang Mioklonik Kejang mioklonik melibatkan gerakan menyentak yang tiba – tiba dan tidak dapat dikontrol dan dapat menyebabkan terjatuh. Penderita mengalami
kehilangan
kesadaran
beberapa
saat
dan
merasa
kebinggungan setelah kejang. Terjadi pada pagi hari 3) Kejang klonik Gejala dari kejang klonik yaitu kontraksi otot dan relaksasi otot ritmik berlangsung selama beberapa menit. Fase dari kejang klonik tidak dapat diamati dengan mudah. 4) Kejang Tonik Gejala dari kejang tonik meliputi peningkatan mendadak dari tonus dan kontraksi otot. Pada kejang tonik mengalami kehilangan kesadaran berlangsung dari 30 detik hingga beberapa menit 5) Kejang Tonik – Klonik ( Grand mal ) Tipe kejang ini yang paling berhubungan dengan epilepsi. Kejang Tonik – Klonik biasanya terjadi sebagai berikut : a) Terjadi kehilangan kesadaran secara tiba – tiba Pada fase tonik badan menjadi kaku, jika berdiri ata duduk pederita akan terjatuh,pernafasan terganggu dan penderita menjadi sianotik, mata mungkin terbuka lebar. Berlangsung selama 30 hingga 60 detik. Pada fase ini klien akan bernafas dalam. b) Fase klonik : terjadi dengan kontraksi dan relaksasi seluruh otot tubuh terutama tungkai – tungkai, serta terjadi secara ritmik dan menyentak. Penderita dapat menggigit bibir, lidah, atau mulut, dan akan menciptakan busa pada bibir mulut. c) Kejang Tonik – Klonik dapat berlangsung 2 hingga 5 menit setelah itu klien akan berelaksasi dan tetap tidak merespon untuk beberapa saat
3. Etiologi Etiologi Kejang demam menurut Ridha, Nabiel ( tahun ) yaitu : a. Faktor – faktor perinatal b. Malformasi otak konginetal c. Faktor genetika d. Penyakit infeksi ( ensefalitis, meningitis ) e. Demam f. Gangguan metabolism g. Trauma h. Neoplasma, toksin i. Gangguan sirkulasi j. Penyakit degeneratife susunan syaraf Beberapa faktor risiko berulangnya kejang menurut Kusuma, Hardhani, dkk 2013 yaitu : a. Riwayat kejang dalam keluarga b. Usia kurang dari 18 bulan c. Tingginya suhu badan sebelum kejang, semakin tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang d. Lamanya demam sebelum kajang, semakin pendek jarak antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang
4. Patofisiologi Patofisiologi kejang demam masih belum jelas. Diduga penyebabnya adalah respon otak imatur terhadap peningkatan suhu yang cepat. Hipertermia mengurangi mekanisme yang menghambat aksi potensial dan meningkatkan transmisi sinaps eksitatorik. Suhu yang sering menimbulkan kejang demam adalah 38,5oC ( Basuki, 2009 ) Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsillitis, otitis media akut, bronchitis penyebab terbanyak adalah bakteri yang bersifat toksik. Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan suhu di hipotalamus yang akan merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh lainnya seperti otot, kulit, sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot. Pengeluaran suhu di hipotalamus, akan disertai pengeluaran mediator kimis seperti epinefrin dan prostaglandin yang akan meningkatkan potensial aksi pada neuron. Yang akan merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari laur sel menuju dalam sel. Peristiwa itu yang dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. Serangan itu lah anak dapat mengalami penurunan kesadaran, otot ekstremitas dan juga mengalami spasma yang dapat berisiko injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasma bronkus ( Riyadi, 2009 ) Menurut Munir 2013 faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam antara lain : a. Demam b. Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak c. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi d. Perubahan keseimbangan atau elektrolit e. Ensofalitis viral f. Gabungan semua factor diatas
5. Manifestasi Klinik Manifestasi Klinik yang muncul pada penderita kejang demam menurut ( Munir, 2013 ) : a. Kejang demam berlangsung singkat. b. Seringkali kejang berhenti sendiri c. Setelah kejang berenti, anak tidak memberi reaksi apapun d. Setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar kembali e. Peningkatan suhu tubuh mendadak hingga lebih dari 38oC. Manifestasu klinis menurut Riyadi, 2009 ada 7 yaitu a. Usia kejang demam antara 6 bulan – 4 tahun b. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit c. Kejang berifat umum, tidak pada satu bagian saja d. Kejang timbul 16 jam setelah demam e. Pemeriksaan sebelum dan sesudah kejang tidak ada kelainan dalam system persyarafan f. Pemeriksaan EEG dalam waktu 1 minggu atau lebih setelah suhu normal tidak dijumpai kelainan g. Kejang demam dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali
6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien kejang demam menurut Gunadi dkk, 2011 diantaranya : a. Pemeriksaan Laboratorium Untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain. Misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah. b. Urinalisasi Urinalisasi direkomendasikan untuk pasien yang tidak ditemukan fokus infeksinya c. Pungsi Lumbal Untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. d. Elektroensefalografi ( EEG )
Untuk menyingkirkan kemungkinan epilepsy. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas contohnya kejang demam komplek atau kejang demam fokal.
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien Kejang Demam menurut Ismael, Sofyan, dkk ( 2016 ) yaitu : a. Primary Survey : 1) Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam mulut seperti lendir dan dengarkan bunyi nafas. 2) Breathing : kaji kemampuan bernafas klien 3) Circulation : nilai denyut nadi 4) Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental lainnya Apakah anak koma ? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU: A : sadar (alert) V : memberikan reaksi pada suara (voice) P : memberikan reaksi pada rasa sakit (pain) U : tidak sadar (unconscious) Tindakan primer dalam kegawatdaruratan dengan kejang demam adalah : 1.
Baringkan klien pada tempat yang rata dan jangan melawan gerakan klien saat kejang
2.
Bila klien muntah miringkan klien untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
3.
Bebaskan jalan nafas dengan segera : a. Buka seluruh pakaian klien b. Pasang spatel atau gudel/mayo (sesuaikan ukuran pada anak) c. Bersihkan jalan nafas dari lendir dengan suction atau manual dengan cara finger sweep dan posisikan kepala head tilt-chin lift (jangan menahan bila sedang dalam keadaan kejang)
4.
Oksigenasi segera secukupnya
5.
Observasi ketat tanda-tanda vital
6.
Kolaborasikan
segera
pemberian
therapy
untuk
segera
menghentikan kejang 7.
Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.
8. Komplikasi Komplikasi Kejang Demam pada anak : a. Epilepsy Epilepsy merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan brkala. Bangkitan kejang yang terjadi pada epilepsy kejang akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat ( Risty, 2015 ) b. Kerusakan jaringan otak Kejang demam yang berlangsung singkat tidak berbahaya, tetapi jika kejang lebih dari 15 menit akan mengakibatkan henti nafas. Henti nafas menyebabkan kekurangan oksigen, dan jika berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan otak dan akan memicu ayan. ( Wiroreno, 2012 ) c. Retradasi mental Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonates (Risty, 2015) d. Afiksia Kedaan dimana bayi belum bias nafas secara sepontan atau teratur ( Risty, 2015 ) e. Aspirasi Lidah jatuh kebelakang mengakibatkan obstruksi jalan nafas (Risty, 2015)
B.
Konsep Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
a. Riwayat Kesehatan : 1) Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi 2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga 3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak. 4) Adanya riwayat trauma kepala b. Pengkajian fisik Pada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah : A : Airway ( jalan nafas ) karena pada kasus kejang demam Inpulsinpuls radang dihantarkan ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh Hipotalamus menginterpretasikan impuls menjadi demam Demam yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak secara berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi persyarafan-persyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tesentak-sentak tak terkendali selama beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Tindakan yang dilakukan : - Semua pakaian ketat dibuka - Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen - Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. Evaluasi : - Inefektifan jalan nafas tidak terjadi - Jalan nafas bersih dari sumbatan - RR dalam batas normal - Suara nafas vesikuler B : Breathing (pola nafas) karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. Tindakan yang dilakukan : - Mengatasi kejang secepat mungkin - Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. - Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen Evaluasi : - RR dalam batas normal - Tidak terjadi asfiksia - Tidak terjadi hipoxia
C : Circulation karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi. Tindakan yang dilakukan : - Mengatasi kejang secepat mungkin - Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah : - Semua pakaian ketat dibuka - Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung - Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen - Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen Evaluasi : - Tidak terjadi gangguan peredaran darah - Tidak terjadi hipoxia - Tidak terjadi kejang - RR dalam batas normal
Selain ABC, yang biasa dikaji antara lain : a.
Tanda-tanda vital
b.
Status hidrasi
c.
Aktivitas yang masih dapat dilakukan
d.
Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
e.
Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
f.
Adanya kelemahan dan keletihan
g.
Adanya kejang
h.
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Riwayat Psikososial atau Perkembangan 1.
Tingkat perkembangan anak terganggu
2.
Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
3.
Akibat hospitalisasi
4.
Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
5.
Hubungan dengan teman sebaya
d. Pengetahuan keluarga
e.
1.
Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
2.
Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
3.
Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
4.
Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) : a.
Fungsi lumbal
b.
Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
c.
Bila perlu : CT-scan dan EEG
2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko
injuri
berhubungan
dengan
kejang/psikomotor,
disorientasi/penurunan status mental. b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas, peningkatan produksi mucus. c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitnya, dehidrasi. d. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi dan pemahaman tentang proses penyakit dan perawatan.
3. Tindakan Keperawatan a. Diagnosa:
Resiko
injuri
berhubungan
dengan
kejang/psikomotor,
disorientasi/penurunan status mental NOC (Nursing Outcomes Classification): Safety status : (Anak terbebas dari injuri) Kriteria Evaluasi: Tidak terjadi kejang, lidah tidak tergigit, tidak terjadi fraktur NIC (Nursing Interventions Classification): 1) Seizure management a)
Baringkan ditempat yang rata
b)
Bimbing pergerakan untuk mencegah injury
c)
Pertahankan jalan nafas: miringkan kepala
d)
Pasang sudip lidah/ tong spatel yang telah dibungkus dengan kasa diantara gigi untuk mencegah lidah tergigit
e)
Buka pakaian yang ketat
f)
Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
g)
Temani klien saat kejang
h)
Hindari penggunaann restrain
i)
Monitor vital sign
2) Seizure precaution a)
Atur tempat tidur yang rendah
b)
Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur
c)
Sediakan suction disamping tempat tidur
d)
Sediakan ambubag disamping tempat tidur
e)
Beritahu pasien/keluarga tentang faktor pencetus kejang & factor resiko
yang
meningkatkan
injuri
dan
bagaimana
cara
menguranginya. f)
Instruksikan pada keluarga untuk sedia obat antipiretik & antikonvulsan sesuai resep dokter
b. Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas, peningkatan produksi mukus NOC (Nursing Outcomes Classification) : Respiratory status (Airway Patency): Klien/anak dapat mempertahankan jalan nafas efektif Kriteria hasil; Sputum/sekret dapat keluar, tidak ada cyanosis & dypsnoe, RR dalam rentang normal, suara nafas bersih NIC (Nursing Interventions Classification): 1) Airway management a)
Buka jalan nafas: miringkan kepala
b)
Monitor respirasi dan status oksigenasi
c)
Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
d)
Auskultasi suara paru
e)
Pasang endotrackeal sesuai kebutuhan
f)
Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk ektif bila kondisi memungkinkan
2) Aiway suction a)
Tentukan kebutuhan untuk suction
b)
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
c)
Monitor status oksigenasi klien
d)
Lakukan suction secara hati-hati dan lembut bila perlu
c. Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitnya, dehidrasi NOC : Hipertermi teratasi, terjadi keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang: 36,5-37 C, kulit tidak kemerahan NIC (Nursing Interventions Classification): 1) Monitoring vital sign a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan b) Pertahankan secara berkesi nambungan monitoring suhu tubuh c) Monitoring warna kulit, suhu dan kelembutan d) Monitoring adanya sianosis perifer e) Identifikasi dari penyebeb perubhan vital sign 2) Penanganan demam a) Berikan antipiretik jika diperlukan b) Buka pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan c) Berikan tapid sponge bed dengan air hangat d) Berikan intake cairan yang adekuat e) Pasang IV Line untuk memenuhi kebutuhan cairan f) Berikan sirkulasi udara yang baik g) Berikan oksigen jika diperlukan d. Diagnosa: Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi dan pemahaman tentang proses penyakit dan perawatan NOC : Mengerti proses perawatan sakit NIC (Nursing Interventions Classification): 1) Ajarkan tentang proses penyakit : a) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakitnya b) Gambarkan tanda dan gejala umum dari penyakit c) Identifikasi etiologi/penyebab yang mungkin d) Berikan informasi pada pasien tentang kondisinya 2) Ajarkan tentang perawatan dan prosedur tidakan penyakit a) Diskusikan tentang pilihan terapi dan pengobatan b) Diskusikan management kejang c) Diskusikan perubahan gaya hidup pada klien untuk mencegah komplikasi dan mengontrol proses penyakit
d) Instruksikan pada klien mengenai tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan pada pemberi pelayanan kesehatan e) Bila anak demam segera diberi antipiretik, kompres f) Instruksikan sedia antipiretik dan antikonvulsan dirumah
4.
Pathways
Infeksi bakteri
rangsangan mekanik dan biokimia
Virus dan parasite gangguan keseimbangan dan elektrolit Kesadaran
Reaksi inflamasi
perubahan konsentrasi ion di ruang Ion di ruang ekstraseluler
reflek menelan
Proses demam Ketidakseimbangan potensial
kelainan neurologis
Membrane ATP ASE
perinatal/prenatal
Hipertermia
Difusi Na+ dan K+ Resiko kejang berulang
Kejang
Risiko cidera
Pengobatan perawatan Dan perawatan
lebih dari 15 menit
Ansietas
Kurang dari 15 menit
Aspirasi
Kurang informasi, pengobatan Dan perawatan
perubahan suplay tidak menimbulkan darah ke otak sisa
Kurang Pengetahuan resiko kerusakan sel neuron otak
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral
3) Diagnose Keperawatan Gambar 2.1 Pathways Asuhan Keperawatan Pada Kejang Demam menurut modifikasi Kusuma, Hardhani, dkk 2013 dan Riyadi 2009
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
Daftar Pustaka Bulecheck, Gloria m, d k k .(2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore : Elsevier Singapore Pte Ltd Hidayat, A .( 2009 ). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika. Hardman, T. Heather. (2015).International inc. Nursing diagnosis : Definition & Klarification 2015-2017. Jakarta : EGC Kusuma, Hardhani dan Nurarif, A, .( 2013 ). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, Yogyakarta: mediAction. Moorhead,
Sue
et
al.(2016). Nursing
Outcome
Classification
(NOC).
Singapore:
ElsevierSingapore Pte Ltd Munir, Badrul, .( 2015 ). Neurologi Dasar, Malang: Sagung Seto. Riyadi, Sujono dan Sukarmin, .( 2009 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Yogyakarta: Graha Ilmu. Wiroreno, B, . ( 2012 ). Kejang Demam, http://alodokter.com diakes tanggal 19 Maret 2019. Ismail,
Sofyan,
dkk
(2016)
http://www.idai.or.id/professional-resources/guideline-
consensus/konsensus-penatalaksanaan-kejang-demam diakses tanggal 19 Maret 2019.