Konsep Ketuhanan.pptx

  • Uploaded by: Muhammad Alif Bimo Satrio
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Ketuhanan.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,093
  • Pages: 30
Konsep Ketuhanan Konsep Tuhan merupakan konsep yang mendasar bagi setiap agama. Dari konsep Tuhan inilah, kemudian dijabarkan konsep-konsep lain dalam agama, baik konsep tentang manusia, konsep tentang kenabian, konsep tentang wahyu, konsep tentang alam, dan sebagainya. Karena itu, setiap berbicara tentang ”agama”, maka mau tidak mau, yang pertama kali perlu dipahami adalah konsep Tuhannya.

Mengapa Manusia Membutuhkan Tuhan ? • Salah satu konsep terkenal dari filsuf Yunani Aristoteles tentang manusia adalah zoon-politicon. Ia menyebut bahwa fitrah manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain, entah itu untuk berkomunikasi, saling membantu, atau untuk kebutuhan lainnya. Namun kalau boleh menambahkan, manusia juga memiliki fitrah ‘membutuhkan Tuhan’. Jauh dalam alam bawah sadar manusia, seseorang pasti membutuhkan keberadaan Tuhan dalam hidupnya.

• Kok bisa? Masalahnya, terlalu banyak hal di sekeliling manusia yang tidak bisa kita handle. Ada banyak sekali perkara yang berada di luar kuasa manusia. Ketika berhadapan dengan itu, manusia akan cenderung merasa inferior, merasa dirinya kecil dibanding seluruh kosmos. Apa sih yang manusia bisa lakukan? Nah, pada saat inilah akan muncul insting dalam diri manusia yang ‘membutuhkan Tuhan’; sesuatu untuk dijadikan sasaran pelampiasan ketidakberdayaan manusia.

• di dunia ini tidak ada makhluk yang tercipta lebih sempurna dari manusia, di karenakan manusia mempunyai kelebihan yang tidak di miliki oleh yang lainnya, yaitu akal. walaupun manusia mempunyai akal ternyata masih juga punya kelemahan yang akal tidak mampu mengatasinya. secara pasti kita sebagai menusia mengakui kelemahan akal kita karena sering kali melesetnya rencana yang telah matang matang dipersiapkan/tidak seperti apa yang kita rencanakan. hal inilah yang menyebabkan manusia membutuhkan hal sempurna yang mampu di buat sandaran dan di mintai pertolongan dan yang pasti tidak yang lebih lemah dari manusia, dan itulah yang kita sebut sebagai tuhan.

• Pada dasarnya, manusia membutuhkan sandaran, pertolongan, perlindungan dari apa yang mereka percayai sebagai penguasa (Tuhan) mereka.

1. Konsep Ketuhanan Dalam Islam Konsep Tuhan dalam Islam, dirumuskan berdasarkan wahyu dalam al-Quran yang juga bersifat otentik dan final. Konsep Tuhan dalam Islam memiliki sifat yang khas yang tidak sama dengan konsepsi Tuhan dalam agama-agama lain. Dalam Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).

 Filsafat Ketuhanan Dalam Islam • Siapakah Tuhan Itu ? • Tuhan dalam bahasa Arab disebut dengan ILAAHUN – ILAAHAINI AALIHATUN • Dalam Al-Qur’an kata tersebut dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang diagungkan, dibesarkan atau dipentingkan oleh manusia. • Dengan demikian Tuhan (ilah) adalah segala sesuatu yang dipentingkan, dianggap mutlak oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka merelakan dirinya untuk dikuasai oleh sesuatu tersebut.

– Yang dipentingkan oleh manusia dapat juga diartikan dengan: – Yang dipuja / disembah – Yang dicintai / diagungkan – Yang diharap kebaikannya – Yang diharap pertolongannya

– Yang ditakuti bahayanya, dll.

Dengan demikian makna tuhan itu dapat berbentuk apa saja, asal ia diperankan atau diposisikan sebagaimana di atas. Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkanNya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakal kepada-Nya untuk kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari padaNya, dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-Nya dan terpaut cinta kepadaNya

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar alQur’an dan hadits secara harfiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mendalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.

 Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits  Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur’an (Al-‘Alaq [96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang diri-Nya.”  Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.

 Tuhan juga mengirimkan utusan-Nya saat kerusakan moral terjadi untuk mengembalikan hakekat tauhid dan menegakkan ajaran-Nya. Semua utusan diutus untuk tujuan yang sama, yaitu tauhid. Al-Qur’an menyebutkan perkataan nabi-nabi dahulu yang menyerukan tauhid yang sama, di antaranya nabi Nuh, Hud, Shaleh, dan Syu’aib. Nabi Musa dan Isa dan nabi-nabi lain juga menerima wahyu tauhid yang sama. Musa menerima wahyu tauhid, Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku, (Ta Ha [20]:13-14) dan begitu pula Isa. Isa menyampaikan kepada Bani Israel untuk menyembah Tuhan yang sama, yaitu Tuhan-nya Isa juga Tuhan Bani Israel.(Al-Ma’idah [5]:72). Kemudian sebagai nabi penutup, Tuhan mengutus Muhammad sebagai nabi untuk alam semesta. Masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, ketika Muhammad diutus, merupakan kaum yang mengenal Allah namun dalam konsep yang salah. Arab pra-Islam memang mengenal Allah sebagai Pencipta dan bersumpah atas nama Allah, namun beranggapan keliru atas Allah. Mereka menganggap Allah merupakan golongan Jin, memiliki anakanak wanita (Al-Isra’ [17]:40), dan karena manusia tidak mampu berdialog dengan Allah, karena ketinggian dan kesucian-Nya, mereka menjadikan malaikat-malaikat dan berhala-berhala untuk disembah sebagai perantara mereka dengan Allah.

 Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur’an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan. Menurut al-Qur’an: “Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (alAn’am [6]:133)

 Konsep Tuhan berdasar spekulasi Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat. Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalahHulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

a.Hulul

Hulul atau juga sering disebut “peleburan antara Tuhan dan manusia” adalah paham yang dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasut adalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing. Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumamangumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri manusia.

b.Ittihad Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti “bergabung menjadi satu”, sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa’. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, “diam pada kesadara ilahi“. Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul “Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia”, maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan.

c.Wahdatul Wujud Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari hadits Qudsi, “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku.” Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan pemampakan lahir Tuhan. Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang mutlak dan tak dikenal. Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia menciptakan alam semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah, sehingga Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-bayang-Nya. Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah

2. Konsep Ketuhanan Agama Kristen 

Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku-ngaku monotheisme, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.



Agama Kristen telah terpecah jadi puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan mendunia hingga yang lokal dan kurang populer. Setiap agama pecahannya pasti mengkafirkan agama pecahan yang lainnya pula. Dan secara umum, agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga agama terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu : Katholik, Or todox dan Protestan. Meskipun mereka berbeda dalam tempat ibadah dan pimpinan spiritualnya, bahkan dalam injilnya, namun mereka semua sepa kat dengan prinsip ajaran trinitas atau tritunggal.



Agama Katholik adalah agama nasrani yang paling tua. Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa danTuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa menciptakan langit dan bumi.



Adapun agama Ortodox yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.



Agama Protestan pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Mereka mengaku hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan adalah salah satu diantara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian,mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.



Jadi, Secara garis besar, agama nasrani meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan Allah. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul.

3. Konsep Ketuhanan Agama Yahudi 

Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal “



Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak, yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh mematikannya selama 100 tahun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat telah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya. Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih , lalu mereka meyakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi ( Bani Isroil)

4. Konsep Ketuhanan Agama Hindu 

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.



1.



Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahmana.



2.



Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

Monoteisme

Panteisme

3.

Ateisme

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat.Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam Weda.

5. Konsep Ketuhanan Agama Buddha 

Agama Buddha menekankan Pragmatis, yaitu : Mengutamakan tindakan-tindakan cepat dan tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang tengah gawat dan bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-belit, bertele-tele dan kurang penting. Buddha tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati. Hal ini dapat kita lihat pada kisah, orang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana anak panah itu ditembakkan. Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan mati lebih dahulu. (CulaMalunkyovada Sutta, Majjhima Nikaya 63) Sutra tersebut mengajarkan kita memiliki pemahaman yang rasional, efektif, efisien, cerdas dan bijaksana dalam kehidupan spiritual umat manusia agar tindakan cepat dan tepat segera diutamakan, tanpa membuang-buang waktu lagi.



Dalam mengulas konsep tersebut kita tidak dapat melepaskan 4 (empat) rumusan Kebenaran, yaitu : 1. Ada awal - Ada akhir Kebenaran ini menjelaskan ada awal dalam proses pembentukan, pembuatan dan kejadian. Seperti Pembuatan meja. Ada proses pengerjaan kayu-kayu dibentuk, dihubungkan dan difinishing sehingga terbentuk meja kayu dengan empat pondasinya atau bentuk desain lainnya. Ada Akhir dalam hal ini ada kehancuran, kelapukan. Jadi, dengan berjalannya proses waktu, meja tersebut dapat rusak, hancur atau diolah lagi dalam bentuk lainnya. Seperti meja tersebut dimakan rayap, dijadikan kayu bakar atau dijadikan pondasi. Maka pada saat bentuk berubah kita mengatakan akhir keberadaan dari apa yang kita namakan meja tersebut. 2. Ada Awal - Tanpa Akhir Kebenaran jenis ini, seperti Bilangan asli yang selalu diawali dengan angka 1 dan angka selanjutnya tanpa batas. Kita tidak dapat mengakhiri pada angka tertentu. Meskipun penghitungannya angka tersebut sudah sedemikian besar. 3. Tanpa awal - Ada akhir Kebenaran jenis ini, contohnya adalah keberadaan kehidupan manusia. Apabila kita telusuri awal keberadaan manusia kita tidak akan menemukan suatu jawaban yang pasti. Pada saat kita menarik kebelakang. Orang pasti memiliki ayah dan ibu. Ayah dan Ibu pun memiliki ayah dan ibunya lagi. Terus kita tarik baik dari sisi ibu maupun dari sisi ayah kita tidak akan menemukan titik yang tepat. Meskipun dalam agama tertentu. Ada keberadaan awal manusia. 4. Tanpa awal - Tanpa akhir Kebenaran jenis ini dapat kita lihat dalam Udana Nikaya : “Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

6. Konsep Ketuhanan Agama Shinto 

Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama yang berarti dewa atau roh alam atau sekedar kehadiran spiritual



Penamaan Tuhan dalan kepercayaan Shinto sangat sederhana, yaitu kata Kami ditambah kata benda. Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian ada Kami no Kawa (Tuhan sungai), Kami no Hana (Tuhan bunga) dan lain-lain yang semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu.



Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu ”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atau kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan masyarakat Jepang.Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat di Jepang karena salah satunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.



Saat ini sudah banyak sekte baru dari agama Shinto seperti contohnya Tenrikyo dan Kenkokyo yang biasanya digolongkan sebagai agama baru atau Shinshūkyō. Salah satu keunikan dari Shinto baru ini adalah menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut monotheisme. Jadi pada sekte ini istilah Tuhan Gunung, Tuhan Pohon dan seterusnya adalah diharamkan. Mereka juga memiliki pendiri yang diakui sebagai guru atau nabi dan juga mempunyai ajaran layaknya agama modern yang juga mulai berkembang saat itu yaitu Kristen. Ajarannya umumnya sangat sederhana serta lebih banyak membahas tentang etika dan perbaikan prilaku bukan doktrin, jadi sepertinya lebih dekat ke arah ajaran Buddha atau Confucianisme. Jadi ungkapan bahwa agama Shinto mengenal banyak Tuhan sepertinya juga tidak sepenuhnya tepat, karena Shinto juga mengenal banyak sekte atau aliran. Seiring dengan perkembangan jaman, pemahaman orang terhadap Tuhan juga sepertinya berubah. Ajaran Shinto tentang Tuhan juga sepertinya tidak luput dari perubahan tersebut.

Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu : 1.

Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto)

Shinto kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil saja yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll. Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan. 2.

Folk Shinto (Minzoku Shinto)

Mithologi tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa dewa lain adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang tengah adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu Shinto kelompok ini juga mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Konfucu, Tao dan ajaran penduduk local seperti Shamanism, praktek penyembuhan dll.

3.

Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)

Shinto kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang lebih 13 sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah Tenrikyo atau Kenkokyo. Keberadaan dari Sect Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau pendiri yang dianggap sebagai nabi dan yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun kurang dikenal oleh kebanyakan orang. (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto aliran baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang

4.

Shrine Shinto (Jinja Shinto)

Saat ini hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines. yang menghimpun sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Jadi sepertinya dari semua kelompok Shinto yang ada, kelompok terakhir inilah yang sepertinya paling mudah untuk diterima serta paling banyak pengikutnya.

Kesalahan Konsep Ketuhanan Agama-Agama Selain Islam 

Pembuktian sebuah agama benar wajib dilihat dari konsep keTuhanan, nabi sebagai utusan Tuhan dan kitabnya.

Jika memang Dia adalah Tuhan yang benar, maka wajib memiliki sifat : Esa/ tungggal, berkuasa, kekal dan tidak menyerupai makhluk ciptaanNya.



Konsep Ketuhanan “Tuhan yang benar adalah tuhan yang esa/ tunggal. Jika Tuhan lebih dari satu, maka akan menolak fitrah aqal kemanusiaan, karena apapun kepemimpinan didunia ini yang diterima oleh manusia harus satu orang, begitu juga dengan kewujudan Tuhan yang harus tunggal.Tuhan harus berkuasa, kekal abadi, tidak menyerupai makhluk dan mempunyai utusan.”

 ‘AQIDAH KETUHANAN ( Tuhan yang benar itu adalah yang ESA/ TUNGGAL, BERKUASA, KEKAL ABADI, DAN TIDAK MENYERUPAI MAKHLUK. MEMPUNYAI UTUSAN ) 

Dalam Agama Kristen, mereka mengaku mengesakan Tuhan, namun dalam keesaan yang berbilang, yaitu Tuhan itu Esa namun terdiri dari 3 oknum, yaitu Alloh ( Tuhan Bapa ), ‘Isa atau Yesus ( tuhan anak ) dan Roh Qudus, yang kemudian disebut dengan Trinitas atau Tritunggal. Sehingga dalam peribadatannya mereka menyembah kepada semua oknum tuhan tersebut.



Dalam Agama Kristen dikenal Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus yang ketiganya adalah satu di sebut trinitas atau sekarang di sebut Tri tunggal, satu tambah satu di tambah satu sama dengan satu dan menurut saya dari itu saja sudah tidak rasional, tapi tetap harus kita hormati karena Islam yang mengajarkan kita untuk saling menghormati. Masalah Yesus sebenarnya dikalangan Gerejapun banyak sekali perdebatan mengenai Ketuhanan yesus, dan didalam Al-kitab sendiri Dari Kejadian sampai Wahyu tidak ada pernyatan dari Yesus sendiri yang mengatakan “AKU INI ADALAH TUHAN SEMBAHLAH AKU”. Kalau memang Yesus itu Tuhan seharusnya ada pernyataan pernyataan dari dia sendiri bahwa dia itu Tuhan seperti didalam Al-Quran QS thaa-haa (20) :14 “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang Hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingatKu”.



Dalam agama Yahudi, Pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum musyabbihah, yaitu kaum yang menyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab Kejadian Fasal I :

“Allah berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan dari Kami.” Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Allah. Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Allah bisa mengalami keletihan sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian Fasal II : “Allah menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia kerjakan.” Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan. Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Allah dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT : 

ْ ‫ت‬ َ ‫و‬ ُ ‫اليَ ُه‬ َ ‫َّللا‬ ِ ‫ود يَ ُد ه‬ َ ‫م ْغلُولَة‬ ِ َ‫قال‬

“Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah terbelenggu ( yakni kikir ) ( Qs.Al-Maidah : 64 ) Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan lain-lainnya mengatakan : “Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.” Maka Allah pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64 “Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terben-tang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki.”( Qs. Al-Maidah : 64 ) 



Agama Hindu menetapkan Tuhan tertingginya adalah Iswara atau Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Namun dalam peribadatannya umat Hindu terbelah lagi, sebagian ada aliran yang menyembah Brahma, ada yang menyembah Wisnu dan ada pula yang menyembah Siwa. Agama Hindu Bali ( Gama Bali ) termasuk yang menyembah Siwa. Selain itu mereka juga menyembah dewa-dewi lainnya yang jumlahnya sangat banyak.

Dalam agama Hindu, dewa-dewa mereka memiliki sifat-sifat yang serba kekurangan, sifat yang ada pada suatu dewa terkadang tidak dimiliki oleh dewa yang lainnya. Selain itu, penganut Hindu juga menggambarkan dewa-dewi mereka dengan berbagai bentuk, ada yang berbentuk manusia dan ada pula yang berbentuk hewan, ada yang tampan atau cantik, ada juga yang jelek dan kejam.



Agama Budha pada asalnya hanya merupakan ajaran filsafat kehidupan. Namun sepeninggal Sidharta Gautama agama Budha mulai berbicara mengenai ketuhanan. Tuhan tertinggi menurut Umat Budha adalah Sang Hyang Adhi Budha. Selain itu, umat Budha mengimport pula dewa-dewi yang lainnya baik yang berasal dari agama Hindu atau dari ajaran Animisme China. Dan dalam perkembangannya, Shidarta Gautama dan orang-orang suci yang dianggap telah mencapai derajat kebudhaan ikut pula disembah.



Dalam agama Budha, Tuhan atau dewa tertinggi mereka digambarkan sebagai seorang yang berbentuk manusia sedang duduk bersila dengan bertelanjang dada. Dan sifat-sifat dewa-dewi lainnya sama dengan agama Hindu, yaitu ada yang tampan atau cantik, ada pula yang buruk rupa.

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"

Konsep Ketuhanan.pptx
December 2019 3
Ukhuwah.pptx
December 2019 1
Dokumen Print (2).docx
August 2019 24
Juknis Tb 2016.pdf
May 2020 19
Dokumen Print
August 2019 31