Komunikasi Non Verbal Kedokteran

  • Uploaded by: nisa milati biyantini
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi Non Verbal Kedokteran as PDF for free.

More details

  • Words: 1,616
  • Pages: 5
Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal pastilah merupakan kata yang sedang popular saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik dengan pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah,sosok tubuh, penggunaan jarak-ruang,kecepatan dan volume penggunaan suara, bahkan keheningan. Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Manusia mendapatkan informasi dari manusia lain secara dominant melalui bahasa tubuh (55% informasi), kemudian disusul nada bicara (38%) dan baru kata-kata (7%). Informasi nonverbal akan terkode lima kali lebih kuat daripada informasi verbal. Persepsi adalah inti komunikasi. Tanpa persepsi yang cermat, kita tak mungkin berkomunikasi efektif. Karena diagnosis yang tidak cermat, dokter dapat memberikan obat yang keliru kepada pasien, membuat penyakitnya lebih parah, cacat seumur hidup, atau meninggal dunia. Babrow dan Dinn (2005), mengatakan, seorang dokter yang cakap harus juga seorang komunikator cakap, yang memahami ketidakpastian dialami pasien dan keluarganya. Profesional medis yang mengandalkan keahlian medis dengan mengabaikan pentingnya komunikasi dengan pasien dianggap arogan namun juga membahayakan kehidupan pasien dan karier mereka sendiri. Komunikasi non verbal dokter-pasien Komunikasi di antara dokter dan pasien juga mencakup komunikasi nonverbal. Di Indonesia, menganggukkan kepala tidak selalu berarti ya, dan menggelengkan kepala tidak selalu berarti tidak. Dokter Indonesia harus kritis menafsirkan pesan pasien yang samar ini. Misalnya, jika dokter mengharapkan pasien untuk kembali menemuinya minggu depan, setelah dokter memberi obat, anggukan kepala pasien tidak otomatis berarti persetujuan. Pasien mengangguk, namun boleh jadi ia tidak berniat untuk kembali menemuinya. Padahal, konsultasi selanjutnya penting bagi kesehatan pasien. Empat ratus tahun Sebelum Masehi, Hipokrates menyadari hubungan antara komunikasi efektif dokter dan kemungkinan yang lebih besar bagi pasien untuk sembuh. Ia menulis, "Pasien, meskipun sadar bahwa kondisinya membahayakan, mungkin pulih kembali hanya karena puas dengan kebaikan dokter." Komunikasi efektif yang selama ini dianggap seni oleh dokter, justru merupakan obat paling mujarab bagi pasien. Bensing dan Verhaak (2004) mengkaji ulang bukti ilmiah yang awalnya dianggap efek placebo. Efek placebo ternyata ilmiah. Makin besar harapan dokter bahwa pasien akan sembuh, makin besar kemungkinan pasien untuk sembuh. Kepedulian dokter terhadap pasien ternyata mengurangi kecemasan, rasa sakit, dan tekanan darah serta meningkatkan kesehatan mereka secara umum. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan dokter kepada masyarakat adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Salah satu kebiasaan dokter yang merusak adalah keengganan mereka untuk mendengarkan pasien. Salah satu aspek komunikasi nonverbal yang penting adalah sentuhan. Riset dalam komunikasi kesehatan menunjukkan bahwa kebutuhan pasien akan sentuhan tidak dipenuhi oleh profesional medis (Kreps dan Thornton, 1992). Pijitan dan sentuhan oleh dokter dan perawat menghasilkan efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Knapp dan Hall, 2002).

Namun profesional medis perlu memerhatikan bentuk, frekuensi, lokasi sentuhan, jenis kelamin, budaya, dan agama pasien agar pasien merasa nyaman dengan sentuhan tersebut. Dalam film "Life as A House" dilukiskan George Monroe (Kevin Kline) adalah orang yang gagal. Sementara, ia punya hubungan yang buruk dengan putranya, ia juga penganggur. Lebih parah lagi, ia menderita kanker terminal. Saat dirawat di rumah sakit ia sering disentuh perawatnya. Sentuhan itu begitu bermakna baginya, karena ia telah bertahun-tahun tidak pernah disentuh. Sentuhan perawatnya menyadarkannya bahwa ia telah kehilangan hubungan intim dengan orang-orang di sekitarnya, khususnya putranya. Putranya, Sam, juga jarang sekali mendapat sentuhan, seperti dirinya. Ia dan putranya belajar lagi melakukan kontak fisik satu sama lain. Film tersebut berakhir bahagia. Hubungan antara George dan Sam, juga dengan anak-anaknya yang lain, mantan istrinya, dan juga para tetangganya, membaik kembali. Isyarat tangan pun dapat menjadi sumber masalah. Seorang profesional medis yang memanggil pasien dewasa di Ethiopia atau di Afrika Timur dengan telunjuk adalah kesalahan besar, karena di sana isyarat itu hanya digunakan untuk memanggil anak-anak atau anjing. Suatu anekdot menyebutkan, dalam suatu pertemuan profesional di sebuah hotel di Mexico City, seorang dokter perempuan Meksiko meminta waktu untuk pergi ke kamarnya untuk mengambil makalah. Dokter Amerika menjawab dengan memberi isyarat tangan "OK" ala Amerika (dengan membentuk lingkaran dengan ibu jari dan telunjuk sementara ketiga jari lainnya berdiri). Dokter Meksiko tersinggung dan marah, karena di Meksiko isyarat tersebut sangat jorok dan menghina (berarti-maaf - lubang pantat). Dalam komunikasi terapeutik, pemahaman terhadap bahasa non verbal akan mendukung lancarnya komunikasi : hamper tidak ada manusia di dunia yang berkomunikasi tanpa menggunakan dukungan bahasa non-verbal. Bila bahasa menjadikan hambatan, maka komunikasi dengan bahasa non-verbal justru menjembatani adanya hambatan bahasa tersebut. Fungsi bahasa non-verbal : 1. memberikan kualitas, sikap dan identitas 2. mendukung dan membantu bahasa verbal 3. mengganti bahasa verbal 4. membantu hubungan interpersonal penggunaan bahasa non-verbal: 1. bahasa non – verbal yang jelas tanpa didukung bahasa verbal 2. bahasa non-verbal yang digunakan untuk mendukung bahasa verbal 3. bahasa non-verbal yang tidak selaras dengan bahasa verbal Menurut Hall, manusia dapat berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Kebebasan manusia telah memungkinkan setiap kelompok budaya untuk menentukan bermacam-macam cara penyampaian pesan. Di antaranya melalui “bahasa” jarak dan ruang antar tubuh saat komunikasi. Pada perjumpaan non-verbal dengan pasien, dokter sebaiknya: 1. pertama-tama, ciptakan kontak mata, kontak mata mengomunikasikan minat dan perhatian pada orang tersebut 2. sambil memelihara kontak mata,senyumlah dan isyaratkan lebih lanjut minat anda serta tanggapan positif anda ke orang lain

3. 4. 5. 6. 7. 8.

pusatkan perhatian anda. Ini secara nonverbal mengisyaratkan bahwa anda tidak menaruh perhatian pada hal2 lain. Tetapi hati-hatilah,jangan sampai anda terlalu memusatkan perhatian sehingga membuat orang tersebut tidak nyaman ciptakan kedekatan fisik atau setidaknya kurangi jarak fisik antara anda berdua. Dekatilah, tapi jangan sampai melanggar batas kenyamanan, sehingga minat anda untuk membuat kontak mata tampak dengan jelas peliharalah postur yang terbuka. Selama perjumpaan ini, peliharalah postur tubuh yang mengomunikasikan ketersediaan untuk memasuki interaksi dengan orang itu. berilah tanggapan secara nyata. Dengan asumsi komunikasi non-verbal anda ditanggapi, balaslah itu dengan senyuman, anggukan atau kedipan mata kukuhkan perilaku positif. Apa yang dilakukan orang itu untukmengisyaratkan minat dan kesediaan membalas kontak,tanggapilah secara positif. Sekali lagi, mngangguklah. hindarilah sikap yang berlebihan. Komunikasi non verbal diperlukan untuk membina kontak atau mengisyaratkan minat. Tetapi, ini dapat menimbulkan masalah jika dilakukan secara berlebihan atau tidak diikuti komunikasi yang lebih eksplisit. Karenanya, jika ingin melakukan komunikasi verbal, lakukan segera setelah komunikasi non-verbal. Hal-hal lain yang harus dihindari yaitu perlakuan yang terlalu sepi bahasa nonverbal, menggurui, menkritik, menyindir halus maupun kasar, dan nasihat langsung tanpa basa-basi.

Ada 4 model komunikasi antara dokter-pasien, yaitu : 1. 2. 3. 4.

Model of activity - passivity Relationship Model of Guidance - cooperation Relationship Model of Mutual - Participation Relationship Model of Provider - Consumer Relationship

Model pertama, dapat diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak kecil atau anak balita, dimana dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu, dan pasien sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat mengungkapkan berbagai keluhan rasa sakit yang dia rasakan dan menyebabkan dia berobat ke dokter. Model kedua, diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak yang sudah beranjak dewasa. orang tua tetap penentu kebijakan tunggal, namun bersifat arahan bukan perintah. Model ketiga, ibarat dua orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain. Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam menyampaikan berbagai hal yang ingin dia ungkapkan kepada dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

Model yang keempat, pasien diibaratkan sebagai konsumen. dimana “konsumen adalah raja” dan dokter adalah pelayan. jadi tugas dokter adalah memberikan pelayanan terbaiknya untuk si konsumen. Model yang disarankan untuk diterapkan dalam komunikasi kesehatan tentunya model ketiga dan keempat. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat, karena berbagai survei sudah membuktikan bahwa sebenarnya salah satu faktor penting yang menentukan kesembuhan pasien adalah sikap positif yang ditunjukkan oleh sang dokter dalam berkomunikasi dengan sang pasien. Desain Ruangan Tidak banyak dokter yang menyadari bahwa penataan ruang pun bersifat simbolik dan memengaruhi hubungan dokter-pasien. Dokter Abraham White melakukan eksperimen informal, untuk mengetahui apakah meja yang membatasi dokter dan pasiennya memengaruhi konsultasi mereka. Ia menemukan, bila meja pembatas itu ditiadakan, 55,4% dari pasiennya duduk santai. Bila meja itu di tempatnya, hanya 10,8 % dari jumlah pasiennya yang duduk santai (Rich, 1974). Maka dokter di Indonesia sebaiknya menyingkirkan meja yang membatasi mereka dengan pasien untuk membuat pasien lebih nyaman. Proksemik adalah studi tentang sistematika keterlibatan seseorang dalam struktur ruang, atau jarak antara manusia dalam pergaulan sehari-hari. Definisi tersebut sekaligus menggambarkan bahwa studi tentang ruang atau jarak berhubungan erat dengan interaksi antar manusia yang berlandaskan pada cirri-ciri budaya tertentu. Ada tiga bentuk ruang antar pribadi menurut Hall : 1. Fixed feature space, struktur ruang yang tidak bisa digerakkan tanpa persetujuan manusia. Struktur tetap itu hendak dimanfaatkan dalam konteks pengembangan variasi perilaku komunikasi (kebebasan dan gerakan antar fisik) maka kita dapat mengubah struktur tetap tersebut sesuai dengan kehendak budaya tertentu. Polapola perilaku komunikasi antar manusia senantiasa disesuaikan dengan struktur ruang tersebut. 2. Semi Fixed Space, struktur ruang yang sebagiannya dapat digerakkan atas dasar kemauan manusia. Misal kita dapat menata ruang kita disesuaikan dengan pemilikan alat-alat rumah tangga sehingga masih tersedia ruang untuk berkomunikasi antar pribadi 3. informal space, yaitu ruang atau wilayah di antara dua orang tatkala komunikasi berlangsung. Besar atau jarak ruang sangat dipengaruhi kebudayaan. Di Amerika ada empat jenis ruang pribadi, yaitu : (a) jarak intim, jarak yang diperkenankan untuk komunikasi dua orang yang sudah intim dan akarab (< 46cm); (b) jarak pribadi, jarak yang diperkenankan untuk komunikasi antar dua pribadi (46cm122cm); (c) jarak kelompok, jarak tubuh atau kedekatan yang dimungkinkan dalam suatu komunikasi kelompok (122cm-366cm); dan (d) jarak public, jarak yang diperkenankan kalau komunikasi ditujukan kepada sekelompok public (366cm) Di kebanyakan klinik, pengaturan fsik (area sekretaris, ruang tunggu dan kantor dokter) cenderung pada efisiensi dan fungsi. Kursi diatur dalam barisan, ruang tunggu

menjadi tempat membunuh waktu (yang di mana orang-orang menjadi tidak mau menghabiskan waktu lebih banyak lagi di sana). Atmosfer ini diperparah dengan pengaturan ruang klinik yang menaruh meja antara dokter dan pasien sehingga terjadi kesan hierarkis antara mereka. Berikut ini adalah kesan-kesan yang ditimbulkan berbagai posisi konsultasi antara dokter – pasien di klinik:

menasihati

kompetitif

kooperatif

.

Related Documents


More Documents from "Leo Sutrisno"