Komunikasi Ilmiah Tugas 1.docx

  • Uploaded by: siska rahayu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi Ilmiah Tugas 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 868
  • Pages: 4
Tulis kembali makalah dibawah ini sesuai dengan bahasa Indonesia yang benar dan baik. Jawaban dikirimkan ke email terakhir tanggal 12 September 2018 : [email protected]. Spasi : Jarak antara dua baris pengetikan 1,5 spasi. Margin: Batas tepi pengetikan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut : Tepi atas : 4 cm Tepi bawah : 3 cm Tepi kiri : 4 cm Tepi kanan : 3 cm Pengetikan alinea baru dimulai pada ketukan keenam dari tepi kiri.

Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi, sehingga tidak heran apabila masyarakat mencarinya walaupun untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit, seperti dengan melakukan penggalian atau eksplorasi alam. Sayangnya banyak usaha penambangan emas tidak memperhatikan permasalahan lingkungan hidup yang akan muncul akibat kegiatan tersebut perlu dipertanyakan apakah pertambangan rakyat ini merupakan hal yang baik atau tidak karena kegiatan tersebut dapat mendatangkan bencana dibalik pahala saat ini dan generasi kita dimasa datang apabila tidak ditangani dengan serius. Di kota Palangka Raya penambangan emas dilakukan di Sungai Takaras yang dimulai sejak tahun 2002. Penambangan emas berskala kecil ini dilakukan tanpa seijin Pemerintah Kota Palangka Raya. Hal ini yang perlu ditangani secara terpadu karena Penambangan emas ini dilakukan oleh masyarakat dengan teknologi yang tidak ramah dengan lingkungan yaitu menggunakan mesin sedot atau mesin semprot dan menggunakan air raksa (merkuri) yang limbahnya langsung dibuang ke sungai sehingga dapat menimbulkan bencana bagi kita sekarang maupun bagi anak cucu kita dimasa yang akan datang. Dampak dari penambangan liar tersebut menyebabkan erosi seluas 4.320 m2/hr, jumlah sedimentasi sedalam 12.960 m3/hr. Musnahnya pepohonan/hutan dipinggir sungai Takaras dalam radius 100 m. Dalam waktu 2 tahun kemungkinan sungai tersebut tidak bisa dilewati sarana transportasi air. Begitu juga dampak

merkuri yang sudah mencemari sungai-sungai di Palangkara Raya dapat meracuni manusia lewat air minum, bahan makanan, pernafasan dan lewat pori-pori tubuh. Dewasa ini pencemaran lingkungan di wilayah Kalimantan Tengah sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat dari semua fakta yang ada. Sepuluh tahun ke depan, suku Dayak akan terancam punah jika masalah pencemaran lingkungan tidak segera diantisipasi sejak dini. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan mendasar. Kekhawatiran ini berdasarkan fakta setiap tahun paling sedikit 10 ton air raksa dibuang secara semrawut, baik di sungai maupun di daratan sebagai akibat dari tak terkendalinya penggunaan air raksa dalam penambangan emas oleh rakyat. Penambang itu beroperasi di alur 11 sungai besar di Kalimantan Tengah, dan mereka membuang limbah air raksa ke sungai-sungai itu. Selama ini Bappeda dan pemerhati lingkungan di Kalimantan Tengah selalu mengingatkan bahwa tingkat pencemaran air raksa sudah pada titik ambang batas toleransi kesehatan. Artinya, sudah pada titik yang dapat mengancam jiwa manusia dan makhluk hidup lainnya. Sepintas air raksa hanya mengancam para penambang, tetapi sesungguhnya pencemaran air raksa sudah mengancam kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah. Air dari kawasan Ampalit mengalir ke Daerah Alur Sungai (DAS) Mentaya dan Katingan. Sejak dulu air 11 sungai yang membelah provinsi seluas 153.560 km2 itu masih merupakan sumber air utama penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi kegiatan penambang tidak hanya di daratan. Ratusan ribu penambang lainnya kini masih beroperasi di alur 11 sungai besar di Kalteng Lebih parah lagi, penambang di sungai umumnya membuang air raksa bekas peleburan langsung ke sungai. Lebih mengkhawatirkan lagi, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengambil bahan baku dari air sungai yang ada. Meski pihak PDAM Palangka Raya menjamin kualitas air yang disuplai ke konsumen bebas dari pencemaran ,tetapi jaminan itu tetap tidak melegakan masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menginformasikan, enam orang setiap menit mengalami keracunan. Bahkan, menurut Badan Litbang Departemen Kesehatan

RI, sejak tahun 1973 diketahui 632 kasus keracunan akut dengan angka kematian 0100 persen. Sulit membayangkan dalam kehidupan sehari-hari saja, sudah dikelilingi racun. Sekarang muncul ancaman baru bahaya dari pencemaran air raksa. Sekali lagi, kekhawatiran bahwa Suku Dayak akan punah akibat pencemaran lingkungan oleh air raksa lebih meyakinkan. Tetapi, sesungguhnya, persoalan pencemaran air raksa tidak hanya mengancam etnis yang menghuni Pulau Kalimantan itu. Melainkan akan melibatkan seluruh makhluk hidup dipulau tersebut. Meski tanpa melalui penelitian secara medis, namun beberapa kasus penyakit sudah menimpa masyarakat yang bermukim di tepian Sungai Kahayan. Seperti kasus meninggalnya secara mendadak seorang penambang ketika sedang tidur. Mayat korban tampak membiru dan kehitaman. Padahal menurut keluarganya, korban sebelumnya terlihat sehat dan tanpa ada keluhan kesehatan. Ciri-ciri peristiwa pencemaran air raksa di Jepang yang terkenal dengan kasus Minamata, sepertinya sudah ada tanda-tandanya akan terjadi di Kalimantan Tengah. Karena itu, pemasaran dan penggunaan air raksa secara semrawut harus segera dihentikan. Jika tidak, Kalimantan Tengah daerah yang paling rentan mengulang peristiwa besar Minamata (Alfridel Jinu). Sejak mulai digunakan di pertambangan emas, air raksa yang sejak dulu kala dinamai merkuri terus mengancam kehidupan di muka bumi ini. Ancaman kematian akibat bahan beracun itu bahkan kian meluas karena penggunaannya yang kini beragam. Merkuri yang telah dikenal zaman Mesir Kuno dan Romawi sejak awal memang digunakan sebagai bahan pemisah emas dari batuan lain dalam proses pengolahan tambang. Dalam perkembangannya kemudian, merkuri digunakan untuk termometer, bahan penambal gigi, juga baterai. Demikian juga cat dan obat gangguan ginjal. Semua ada merkurinya. Berbagai produk dan aplikasi itu tidak tertutup kemungkinan mencemari lingkungan, baik dalam proses pembuatan, pemakaian maupun pembuangannya. Di antara berbagai kemungkinan itu, yang paling mengancam kesehatan dan kehidupan masyarakat memang limbah dari pertambangan emas. Pencemaran merkuri akibat

praktik pertambangan emas yang tidak terkontrol terjadi di berbagai wilayah di Tanah Air.

Related Documents


More Documents from "Parlindungan Marpaung"