KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain. Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien. Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan oleh perawat maka perilaku pasien berubah ke arah adaptif yang merupakan hasil utama tindakan keperawatan. Sikap dalam berkomunikasi Sikap dalam berkomunikasi dapat ditampilkan melalui perilaku-perilaku berikut: 1. Gerakan tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi wajah dan sikap-sikap lain. Misalnya: tersenyum, kontak mata, sedikit membungkuk pada saat bicara, tidak melipat tangan, tidak menyilangkan kaki, tidak memasukkan tangan ke kantong. 2. Jarak saat berinteraksi, ruang intim sampai 50 cm, ruang pribadi 50-120 cm, dan ruang konsultasi sosial 275-365 cm. Komunikasi terapeutik pada umumnya terjadi di ruang pribadi, tetapi antara pasien dengan perawat tidak dibatasi meja. 3. Sentuhan, dapat digunakan dalam komunikasi terapeutik, tetapi harus dilakukan secara tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respons yang mungkin akan diberikan oleh pasien. Sentuhan tidak tepat untuk beberapa situasi, misalnya: terhadap pasien yang penuh curiga dan tidak percaya kepada orang lain, pasien yang merupakan korban penganiayaan, pasien yang budayanya melarang atau membatasi sentuhan. Beberapa contoh sentuhan: bersalaman, menepuk bahu/mengangkat jempol/tepuk tangan untuk memberikan pujian, memegang tangan pasien pada saat pasien sedih dan menangis. 4. Diam, dapat berguna untuk memfasilitasi pasien dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Misalnya: pada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat diam untuk memberi kesempatan pada pasien berpikir tentang jawaban pertanyaan. 5. Volume dan nada suara, mempengaruhi penyampaian pesan. Pada pasien lansia volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku kekerasan, volume dan nada suara rendah tetapi tetap tegas.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
D. Penerapan komunikasi terapeutik 1. Penerapan komunikasi terapeutik pada individu. Tahap pra interaksi Sebelum bertemu dengan pasien saudara perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang saudara miliki. Jika saudara merasa tidak siap maka saudara perlu membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau dengan tutor. Jika saudara telah siap, maka saudara membuat rencana interaksi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu : evaluasi diri, penetapan perkembangan interaksi dan rencana interaksi. a. Evaluasi diri Beberapa pertanyaan yang dapat membantu saudara mengevaluasi diri: Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa? Apa yang saya ketahui tentang latar belakang sosial budaya pasien? Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan pasien? Bagaimana respons saya selanjutnya jika pasien diam, menolak, marah, atau inkoheren? Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien? Apakah ada kegagalan saya berinteraksi dengan pasien? Jika ada, lakukan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan pasien, konsultasi dengan tutor, diskusi dengan teman sekelompok. Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, laksanakan interaksi. Jika cemas sedang sampai berat, konsultasi dengan tutor dan tunda kontak dengan pasien sampai saudara dapat mengatasi kecemasan. b. Penetapan perkembangan interaksi dengan pasien. Beberapa pertanyaan berikut dapat digunakan untuk menetapkan tahap perkembangan interaksi dengan pasien. Apakah saat ini pertemuan/kontak pertama? Apakah pertemuan lanjutan? Apa tujuan pertemuan ini? Pengkajian / observasi / pemantauan / tindakan keperawatan / terminasi? Apa tindakan yang akan saya lakukan? Bagaimana cara melakukannya? Setelah saudara tetapkan status interaksi yang akan dilaksanakan, maka saudara perlu membuat rencana interaksi. c. Rencana interaksi Siapkan rencana percakapan yang akan saudara lakukan pada saat berinteraksi dengan pasien.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Tehnik komunikasi apa yang akan saudara ucapkan, kaitkan dengan tujuan saudara melakukan interaksi dengan pasien. Hal ini berhubungan dengan tahapan interaksi yang akan dilakukan. Tehnik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan pasien. Apa langkah-langkah tindakan keperawatan yang akan saudara lakukan sesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Tahap Perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang saudara lakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah : a. Memberi salam Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan latar belakang sosial budaya spiritual pasien, disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabatan tangan. Pasien gangguan jiwa mungkin tidak menjawab salam dan uluran tangan saudara. Memperkenalkan diri perawat Nama saya Budiono, saya senang dipanggil Budi Menanyakan nama pasien Nama bapak/Bpk/Ibu/saudara siapa? Apa panggilan kesenangannya? (Misalkan pasien senang dipanggil Tuti). b. Mengevaluasi kondisi pasien. Bagaimana perasaan Tuti saat ini? Atau, apa keluhan Tuti? c. Menyepakati kontrak/pertemuan. Kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan topik tindakan yang akan dilakukan serta kesediaan pasien untuk bercakap-cakap, tempat bercakapcakap, lama percakapan. 1) Topik/tindakan/kegiatan yang akan dilakukan Untuk menanyakan kesediaan pasien: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang ... (sesuaikan dengan keluhan atau perasaan pasien saat ini. Jika pasien tampak ragu perawat dapat menambahkan): Saya akan membantu ... (nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang ... hadapi. Kita akan bersama-sama menyelesaikan masalah yang ... hadapi. Pada umumnya fokus percakapan awal adalah pengkajian keluhan utama. Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama. 2) Tempat • Di mana kita duduk? • Bagaimana kalau kita duduk di sana?(sebutkan) • Ayo kita duduk di sana! (sebutkan)
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
3) Waktu • Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau 10 menit? Kemudian lanjutkan pada tahap kerja yaitu pengkajian lanjut (focus) pada keluhan utama disertai tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang dialami pasien.
Tahap Orientasi Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan tahap orientasi adalah mengevaluasi kondisi pasien, memvalidasi rencana yang telah Perawat buat sesuai dengan keadaan pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien. a. Memberi salam Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam Tuti. b. Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasien Bagaimana perasaan Tuti hari ini?atau Coba Tuti ceritakan perasaannya hari ini! Adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan. Apakah Tuti sudah coba cara-cara yang telah kita bicarakan kemarin (sebutkan cara yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya). c. Menyepakati kontrak/pertemuan Setiap berinteraksi dengan pasien kaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya. 1) Topik/tindakan/kegiatan Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu hari ini jam …..(sebutkan sesuai perjanjian). atau Tuti masih ingat apa yang akan kita bicarakan/lakukan sekarang? atau Bagaimana kalau sekarang kita latihan ... (sebutkan sesuai rencana). Contoh: “Baiklah sekarang kita akan bicara tentang cara berkenalan dengan orang lain/cara mengungkapkan rasa marah/ cara melakukan kebersihan diri” (dan lain-lain sesuai dengan masalah pasien).
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
2) Tempat o Mau duduk di mana? Bagaimana kalau di sana? 3) Waktu • Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit? Tahap kerja Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Contoh komunikasi untuk tindakan melatih mengontrol halusinasi: Ada beberapa cara untuk mencegah suara-suara agar tidak mengganggu Tuti. Salah satu adalah menghardik atau tidak memperdulikan suara-suara itu, caranya katakan: “pergi, jangan ganggu saya, saya tidak mau dengar”. Coba Tuti lakukan. (Jika pasien dapat melakukan berikan pujian). “Bagus, Tuti sudah dapat melakukannya. Coba ulangi lagi!” “Bagus sekali!” Tahap terminasi Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien. Terminasi dibagi dua yaitu: terminasi sementara dan terminasi akhir.
a. Terminasi sementara Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien. Saat terminasi sementara perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu atau dua hari berikutnya. Pada terminasi perawat melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan pada tahap kerja berupa evaluasi subyektif dan obyektif, memberikan anjuran pada pasien (tindak lanjut) terhadap tindakan yang telah dilakukan dan membuat perjanjian (kontrak) untuk pertemuan berikutnya. Contoh komunikasi: 1. Evaluasi hasil Evaluasi subyektif: o Bagaimana perasaan Tuti setelah latihan ini? Evaluasi obyektif: o Coba Tuti sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan tadi! o Tuti tadi telah bagus melakukannya. 2. Tindak lanjut Bagaimana kalau mulai saat ini Tuti coba lakukan cara tadi untuk mencegah suara-suara.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Tuti mau coba latih ? Pada jam berapa? Kita buatkan jadualnya? (Buat jadual harian pasien untuk latihan dan melakukannya pada saat suara-suara datang). 3. Kontrak yang akan datang Waktu: Kapan kita bertemu lagi? Bagaimana kalau dua hari lagi? Topik: Apa saja yang akan kita bicarakan nanti? Bagaimana kalau kita bicara tentang cara lain untuk mencegah suara-suara? Tempat: Kita akan bertemu di sini lagi. Sampai jumpa. Assalamu’alaikum. b. Terminasi akhir Terminasi akhir terjadi jika pasien dan keluarganya telah mampu menyelesaikan masalahnya. Contoh komunikasi: 1. Evaluasi hasil Evaluasi subyektif: • Bagaimana perasaan Tuti setelah kita bercakapcakap beberapa kali. Evaluasi obyektif: • Coba sebutkan apa saja yang telah Tuti dapatkan selama saya berkunjung ke rumah Tuti ? • Saya melihat Tuti sudah dapat melakukan ………(sebutkan sesuai hasil observasi pada tiap diagnosa keperawatan). 2. Tindak lanjut Apa rencana kegiatan Tuti selanjutnya? Apa yang perlu Tuti lakukan kalau suara-suara itu datang lagi? Jadi jadwal yang telah kita buat, laksanakan terus ya ! 3. Eksplorasi perasaan Saya akan datang sebulan sekali, tdak tiap minggu lagi . Bagaimana perasaan Tuti ? Sudah siap kan ? 4. Hal yang sama dengan 1, 2, 3 dilakukan pada keluarga. Latihan 1: Contoh komunikasi pada individu (fase orientasi, kerja, dan terminasi) Tahap orientasi: “Assalamu’alaikum” (sambil mengulurkan tangan ke arah pasien).“Bagaimana perasaan Tuti hari ini? Apakah tadi malam masih mendengar suara-suara?” (Kemudian saudara dapat melanjutkan pembicaraan dengan membuat kontrak kepada pasien). ”Baiklah, karena Tuti masih mendengar suara-suara tersebut, sesuai dengan janji kita dua hari
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
yang lalu (ucapkan kalimat ini kepada pasien), kita akan membicarakan tentang cara untuk menghilangkan atau mengurangi suara-suara yang Tuti dengar. Kita akan bercakap-cakap sekitar setengah jam. Bagaimana, Tut?” (Sepakati tempat untuk berbicara dengan pasien) ”Di mana kita duduk?” Tahap kerja: Penjelasan tentang cara mengontrol halusinasi: “Dua hari yang lalu kita sudah membahas tentang suara-suara yang sering Tuti dengar, suara tersebut sering muncul di siang hari, dan menurut Tuti suara tersebut menakutkan sehingga Tuti ingin tahu bagaimana cara menghilangkannya. Sekarang kita coba belajar cara-cara tersebut. Nah, jika Tuti mendengar suara-suara lagi, maka ada beberapa cara yang dapa Tuti lakukan, cara yang pertama adalah dengan mengusir suara itu (saudara ucapkan sambil peragakan caranya di depan Tuti serta minta Tuti untuk memperagakan kembali cara tersebut); cara yang kedua Tuti dapat mengajak orang lain bercakap-cakap, misalnya bapak, ibu, atau kakak Tuti; cara yang ketiga adalah dengan sibuk melakukan kegiatan di siang hari, misalnya menjahit dan menyulam, Tuti kan hobi menjahit dan menyulam; cara yang keempat Tuti minum obat yang telah diberikan oleh dokter secara teratur. Ada pertanyaan Tut? Ada yang kurang jelas?” Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Tuti setelah kita belajar cara untuk mengurang suara-suara? Coba Tuti sebutkan kembali apa saja cara yang bisa dilakukan untuk membantu Tuti. Nah, mulai saat ini jika suara-suara itu muncul lagi, Tuti dapat mencoba beberapa cara tersebut. Baiklah Tut, tiga hari lagi saya akan datang, kita akan membahas tentang kegiatan yang dapat Tuti lakukan di rumah agar waktu Tuti dapat terisi. Kira-kira jam berapa Tut? Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum” 2. Penerapan komunikasi terapeutik pada keluarga Berikut ini adalah penjelasan tentang prinsip dan tehnik komunikasi pada saat perawat melakukan interaksi dengan keluarga. Interaksi dengan keluarga atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga juga dilakukan secara bertahap, meliputi tahap: • permulaan hubungan perawat-keluarga; • pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga merawat pasien • penerapan cara merawat pasien; • peran keluarga merawat pasien di rumah-masyarakat (follow up care). Uraian tentang tahap atau langkah-langkah pendidikan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: a. Permulaan hubungan perawat-keluarga di rumah Interaksi perawat – keluarga dimulai dengan perkenalan, membina hubungan saling percaya dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman keluarga dalam merawat pasien sehingga dapat ditetapkan pendidikan kesehatan keluarga.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Latihan 2: Contoh percakapan membina hubungan saling percaya dengan keluarga a. Perkenalan “Selamat pagi Bu ? Saya perawat Puskesmas yang akan merawat anak Bpk/Ibu Nama saya ..….., senang dipanggil ……. Nama Bpk/Ibu siapa ? Senang dipanggil apa?” (pertahankan kontak mata, senyum dengan ramah, duduk berhadapan agak menyamping). “ Untuk melakukan perawatan kepada anak Bpk/Ibu ( misalnya namanya Tuti) Tuti maka saya akan datang beberapa kali ke rumah Bpk/Ibu. Selain bertemu dengan Tuti saya juga akan bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Semua yang ada di rumah ini sebaiknya tahu bagaimana cara merawat Tuti, bahkan kalau ada keluarga yang rumahnya tidak jauh dari rumah Bpk/Ibu, ia juga dapat melihat dan belajar cara merawat Tuti. Nah, oleh karena itu nanti setiap kali saya datang, sedapat mungkin semua anggota keluarga bisa ikut mendengarkan apa yang saya sampaikan.” (Selanjutnya saudara mengevaluasi keadaan keluarga dan tindakan yang sudah dilakukan keluarga, serta mulai melakukan pengkajian terhadap keluarga). “Apa yang Bpk/Ibu rasakan sebagai kendala saat menghadapi Tuti selama dirumah?”O ya..apalagi Bpk/Ibu?Bagaimana dengan perilakunya ?Adakah yang membuat Bpk/Ibu susah/bingung ?” “Apa yang sudah Bpk/Ibu lakukan selama ini untuk menghadapi Tuti ?” (dengarkan ungkapan keluarga dengan penuh perhatian). Pertemuan diakhiri dengan terminasi sementara. “Baiklah saya akan membantu Bpk/Ibu dalam merawat Tuti selama dirumah. Kita akan berlatih bersama cara mengatasi masalah yang selama ini Bpk/Ibu alami dalam merawat Tuti.Untuk itu seminggu sekali saya akan kemari untuk bercakap-cakap dengan Tuti, Bpk/Ibu dan anggota keluarga yang lain . Bagaimana Bpk/Ibu ? Setuju ?Assalamualaikumwr.wb.” b. Keterampilan keluarga merawat pasien Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit. Latihan 3: Contoh percakapan memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi Tahap orientasi: “Assalamu’alaikum” (kemudian saudara duduk di tempat yang disediakan oleh keluarga). “Sesuai dengan janji saya kemarin (ucapkan kalimat ini kepada keluarga pasien), saya akan memberi penjelasan tentang suara-suara yang didengar anak Bpk/Ibu dan cara merawatnya. Kita akan bercakap-cakap sekitar I jam. Bagaimana, Bpk/Ibu?”
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Tahap kerja: Penjelasan tentang halusinasi (jelaskan dengan alat bantu/media: lembar balik/leaflet). “Minggu lalu kita sudah membahas masalah yang Bpk/Ibu hadapi dalam merawat Tuti yaitu bicara-bicara sendiri (halusinasi). Saya akan jelaskan tentang suara-suara itu yang disebut halusinasi, apa saja gejala yang muncul, waktu dan situasi yang membuat halusinasinya muncul, dan apa akibatnya jika halusinasi itu tidak ditangani (lihat modul halusinasi). Nah, jika Tuti terlihat bicara atau ngomong sendiri, maka ada beberapa cara yang Bpk/Ibu dapat lakukan untuk membantu Tuti, cara yang pertama adalah dengan mengingatkan Tuti untuk mengusir suara itu (saudara ucapkan sambil peragakan caranya di depan keluarga serta minta keluarga untuk memperagakan kembali cara tersebut); cara yang kedua Bpk/Ibu dapat mengajak Tuti bercakap-cakap; cara yang ketiga ajak Tuti untuk melakukan kegiatan, misalnya menjahit dan menyulam, Tuti kan hobi menjahit dan menyulam; cara yang keempat Bpk/Ibu dapat membantu Tuti untuk secara teratur minum obat yang telah diberikan oleh dokter. Ada pertanyaan Bpk/Ibu? Ada yang kurang jelas?”(Secara lengkap lihat modul halusinasi). Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita belajar cara untuk membantu Tuti? Coba Bpk/Ibu sebutkan kembali apa saja cara yang bisa dilakukan untuk membantu Tuti. Nah, mulai saat ini jika muncul halusinasi pada Tuti, Bpk/Ibu dapat mencoba beberapa cara tersebut,dan minggu depan kita akan praktekkan langsung ke Tuti. Kira-kira jam berapa Bpk/Ibu? Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum” c. Penerapan cara merawat pasien Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan melibatkan keluarga tentang cara merawat pasien dirumah. Metode yang paling banyak digunakan adalah demonstrasi dan redemonstrasi. Latihan 4: Contoh komunikasi mengajarkan keluarga menerapkan cara merawat pasien Pada tahap ini percakapan dilakukan dengan keluarga dan pasien. Tahap Orientasi: “Assalamu’alaikum Bpk/Ibu” (kemudian saudara duduk di tempat yang disediakan oleh keluarga). “Sesuai dengan janji kita kemarin (ucapkan kalimat ini kepada keluarga pasien), kita akan mempraktekkan tentang cara-cara mengontrol halusinasi yang telah kita diskusikan kemarin kepada Tuti. Kita akan melakukannya sekitar setengah jam. Bagaimana, Bpk/Ibu?” Tahap kerja: Nah, coba Bpk/Ibu lihat prilaku Tuti saat ini. Tuti terlihat asyik bicara dan ngomong sendiri kan? Sekarang kita praktekkan cara kemaren yaitu mengajak Tuti untuk bicara ( Perawat mengajak Bpk/Ibu mendekati Tuti, lalu perawat menegur Tuti dan mengajak bicara serta melibatkan
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
keluarga dalam pembicaraan). Tuti, suster lihat Tuti lagi asyik ngobrol ? ngobrol dengan siapa ? Bagaimana kalau kita ngobrol sama-sama dengan bapak ibu agar suara-suara itu tidak mengganggu Tuti lagi. (selanjutnya perawat, Tuti dan keluarga ngobrol bersama-sama). Bagaimana Tuti, suarasuaranya hilang ?Tuti bisa ceritakan ke Bpk/Ibu apa saja cara yang telah Tuti pelajari untuk mengontrol suara-suara?Nah, nanti kalau suster tidak ada Bpk/Ibu yang akan membantu Tuti” Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita praktekkan cara membantu Tuti untuk mengontrol halusinasi ? Tadi saya lihat Bpk/Ibu sudah dapat mengajak Tuti ngobrol sehingga Tuti tidak terganggu dengan halusinasinya. Nah, mulai saat ini jika muncul halusinasi pada Tuti, Bpk/Ibu dapat mencoba cara tersebut dan dua hari lagi kita praktekkan cara-cara lain. Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum” d. Peran keluarga merawat pasien di rumah-masyarakat (follow up care).. Jika pasien dan keluarga telah mempunyai kemampuan merawat pasien secara mandiri maka perlu dibuat jadwal kunjungan rumah secara periodic misalnya setiap bulan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan pasien serta keluarga.
Latihan 5: Contoh komunikasi mengajarkan keluarga untuk merawat pasien dirumah-masyarakat (follow-up care) Tahap Orientasi: “Assalamu’alaikum”. “Sesuai dengan janji kita bulan lalu hari ini kita akan mendiskusikan cara-cara yang sudah Bpk/Ibu lakukan untuk membantu Tuti.. Kita akan bercakap-cakap sekitar setengah jam. Bagaimana, Bpk/Ibu?” Tahap kerja: “Nah, coba Bpk/Ibu ceritakan apakah cara-cara yang telah kita latih masih terus dilakukan? Adakah hambatan didalam melakukannya ? Bagaimana hasilnya “ (jika keluarga tidak mempunyai masalah berikan pujian, jika ada masalah bantu keluarga untuk menyelesaikannya). “Adakah perilaku-perilaku Tuti yang ingin Bpk/Ibu diskusikan ?” ( jika tidak ada berikan pujian, jika ada bantu keluarga mengatasinya). “Apakah obatnya masih ada ? Teratur kan meminumnya?” Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakapcakap ? Bagus! Bpk/Ibu sudah mampu melakukan banyak hal untuk merawat Tuti. Diteruskan ya.. agar kekambuhan dapat dicegah. Jangan lupa ingatkan Tuti untuk minum obat secara teratur. Kalau ada perilaku Tuti tidak seperti biasanya segera hubungi saya di puskesmas. Bulan depan saya akan datang lagi untuk melihat perkembangan Tuti. Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum.”
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
3. Penerapan komunikasi terapeutik pada kelompok Tujuan dari komunikasi kelompok adalah • Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain. • Membantu anggota kelompok merubah perilaku. Penggunaan komunikasi kelompok pada keperawatan jiwa adalah pada saat perawat memberikan pendidikan kesehatan pada sekelompok pasien/keluarga pasien ataupun pada kelompok pendukung (support groups). Latihan 6: Contoh percakapan pada kelompok keluarga pasien Seorang perawat Puskesmas sedang melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada sekelompok pasien yang mengalami masalah halusinasi (kelompok pasien yang sudah mengenal halusinasi dan sudah belajar cara mengontrol halusinasi). Tujuan pertemuan kelompok berbagi pengalaman tentang penerapan cara mengontrol halusinasi. Tahap Orientasi : “Assalamu’alaikum. Selamat siang saudara-saudara sekalian. Bagaimana perasaaan saudara-saudara pada hari ini ? Seperti janji kita minggu lalu, hari ini kita bertemu untuk membahas tentang pengalaman saudara menggunakan cara mengontrol suara-suara. Kita akan bercakap-cakap selama 45 menit disini”. Tahap Kerja : “Baiklah saudara sekalian, sekarang masing-masing orang diminta untuk menceritakan pengalaman menggunakan cara-cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari. Siapa yang mau menyampaikan kegiatannya ?”(Kalau tidak ada pasien yang mau menyampaikan, dibuat bergiliran). Apa cara yang telah Tuti gunakan ? Bagaimana hasilnya ? Bagus..!” (semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya). Ya bagus sekali, semua sudah mencoba untuk menyampaikan pendapatnya. Jadi kegiatan-kegiatan tadi bisa saudara-saudara lakukan jika suara-suara itu muncul” Tahap Terminasi : “Bagaimana perasaan saudara-saudara setelah kita diskusi ?” Apa pendapat saudara-saudara terhadap hasil diskusi kita hari ini ?” “Empat cara mengontrol halusinasi dapat saudara gunakan terus agar suara-suara itu tidak mengganggu lagi. Kita bertemu lagi di balai desa ini minggu depan di hari dan jam yang sama untuk membicarakan aktivitas sehari-hari yang dapat saudara lakukan dirumah. Assalamu’alaikum. Selamat siang”.
4. Penerapan komunikasi terapeutik pada masyarakat
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Komunikasi massa merupakan interaksi dengan kelompok besar, yaitu lebih dari 12 orang. Tujuan komunikasi massa adalah untuk memberikan pendidikan kesehatan pada sekelompok besar orang tentang topik kesehatan dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat tersebut dan mereka dapat mengadopsi perilaku sehat tersebut. Umumnya topik yang diambil terkait dengan pencegahan dan peningkatan kesehatan jiwa. Berikut ini adalah beberapa langkah untuk melakukan komunikasi massa: a. Pilihlah topik yang menarik untuk disampaikan pada pendengar yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhannya. b. Susunlah garis besar hal-hal yang akan disampaikan ( mulai dari kata pengantar, isi, dan kesimpulan). c. Gunakan suara yang jelas dan gunakan tape recorder jika memang dibutuhkan atau jika memungkinkan gunakan video recorder untuk umpan balik. d. Jangan terlalu mencemaskan tentang sikap tubuh, namun berkonsentrasilah pada isi pesan yang ingin disampaikan. e. Gunakan atau buatlah catatan dalam 1 lembar kertas sebagai panduan sehingga tidak menyita waktu untuk melihat catatan dan punya kesempatan untuk menatap/melihat para pendengar (peserta). f. Jangan menggunakan kata/bahasa yang vulgar kecuali ada alasan yang jelas dan sadar dengan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. g. Gunakan pakaian yang pantas yang dapat mendukung penampilan si pemberi pesan namun jangan sampai mencolok sehingga membuat perhatian beralih.
Metode yang digunakan pada komunikasi massa: 1. Brainstorming/curah pendapat - Beri kebebasan setiap peserta untuk mengungkapkan ide-ide dan mendiskusikan dalam bentuk kelompok besar. - Meminta atau memberikan kesempatan pada setiap anggota untuk mengidentifikasi isu dan mencari solusi.
Latihan 7: Contoh komunikasi dalam melakukan komunikasi massa dengan metode brainstorming Tahap Orientasi : “Assalamu’alaikum. Selamat malam bapak-bapak dan ibu-ibu. Hari ini selama 1 jam kita akan membahas tentang pengalaman Bpk/Ibu selama ini dalam mengasuh anak setelah bencana yang lalu” Tahap Kerja : “Baiklah Bpk/Ibu, sekarang saya persilakan untuk menyampaikan prilaku anakanak yang muncul selama ini di tempat penampungan”(peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan).
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
“Baiklah, semua sudah menyampaikan apa yang dirasakan dan dialami. Sekarang Bpk/Ibu dapat menyampaikan pengalaman cara-cara untuk mengatasinya. (Semua peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan). Baiklah Bpk/Ibu kita telah bicara tentang perilaku anak-anak kita dan cara-cara yang dilakukan untuk mengatasinya” Tahap Terminasi : “Bagaimana kalau minggu depan kita akan bicara tentang cara-cara yang terbaik dalam merawat anak kita dengan perilaku-perilaku tertentu agar anakanak kita dapat berkembang dengan baik. Bagaimana pendapat Bpk/Ibu tentang diskusi kita hari ini “ ( Minggu depan lakukan metode ceramah).
2. Program komunitas Program ini dapat dilakukan melalui pendekatan individu atau kelompok dengan perencanaan yang sistematis. 3. Demonstrasi Saudara dapat menggunakan metode demonstrasi dalam komunikasi massa agar pembelajaran menjadi lebih efektif. Metode ini membantu peserta mengerti sesuatu secara visual karena peserta dapat melihat dan mencoba secara langsung apa yang saudara bicarakan. 4. Ceramah Metode ini digunakan saat saudara menyampaikan presentasi secara verbal( tatap muka). Jika saudara menjadi penceramah maka saudara harus mempunyai pengalaman dengan materi yang diberikan. Saudara harus merasa nyaman dan punya kemampuan dalam berbicara, memberikan penekanan pada point penting dengan cara-cara yang kreatif dan menarik. Saudara dapat mengkombinasikan dengan media untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran. Kemampuan dan gaya saudara berkomunikasi akan mempengaruhi partisipasi peserta. Jangan lupa untuk membatasi umpan balik dari peserta karena waktu yang terbatas. 5. Role Play Saudara dapat menggunakan metode role play (bermain peran) karena metode ini efektif dalam mempengaruhi sikap dan opini masyarakat. Metode ini menungkinkan saudara untuk mengembangkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan masalah dan berfikir secara kritis. Upayakan supaya saudara dapat meningkatkan partisipasi peserta karena kadang-kadang beberapa anggota kemungkinan tidak mau terlibat dalam aktivitas. Penggunaan metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode lain misalnya ceramah, diskusi. Media yang digunakan pada komunikasi massa: 1. Media Cetak
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
a. Booklet : menyampaikan pesan kesehatan berbentuk buku, baik tulisan/gambar. b. Leaflet : penyampaian pesan melalui lembaran yang dilipat c. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dilipat d. Flip chart (lembar balik) e. Rubrik (tulisan pada surat kabar/majalah) f. Poster : ditempel ditembok/tempat umum g. Foto yang mengungkap informasi kesehatan 2. Media Elektronik a. Televisi : sandiwara, sinetron, diskusi, ceramah, quiz, cerdas cermat. b. Radio : tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot.
3.
Media Papan (Bill board) Papan pengumuman dapat digunakan untuk menempelkan informasi-informasi kesehatan jiwa yang dapat dibaca oleh semua orang.
5. Penerapan komunikasi terapeutik pada tim kesehatan Dalam melaksanakan tugas saudara memerlukan kemampuan untuk menyampaikan kondisi pasien kepada anggota tim kesehatan yang lain, misalnya dokter, perawat di komunitas (CHN), pekerja sosial. Kerjasama dengan tim kesehatan lain dilakukan jika pasien perlu dirujuk. Latihan VIII: Contoh komunikasi perawat CMHN merujuk kepada perawat di unit psikiatri RSU : “Assalamualaikum.. saya……. Dari puskesmas……., pagi ini ingin merujuk pasien yang bernama…… Kondisi pasien saat ini masih mengalami halusinasi dengan prilaku kekerasan. Telah dilakukan konsultasi dengan dokter puskesmas dan tim kesehatan jiwa masyarakat dan pasien telah mendapat terapi pengobatan oral yaitu CPZ 3x100mg, THP 3 x 2 mg dan HP 3 x 5 mg, Namun keadaan pasien saat ini masih belum ada perbaikan sehingga kami perlu merujuk pasien ini ke unit psikiatri RSU untuk mendapatkan perawatan intensif. Pasien telah kami latih untuk mengenal halusinasinya tetapi belum ada perkembangan. Ini berkas pasien beserta resumenya. Nanti jika ada sesuatu yang perlu kami tindaklanjuti kami siap untuk membantu. Jika keadaan pasien telah memungkinkan pulang segera beritahu kami agar kami dapat melanjutkan perawatannya dirumah. Terima kasih. Assalamualaikum wr.wb.” (sambil berjabat tangan).
E. Latihan kasus
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
Bpk. E, 41 tahun, duda (istri dan anak pasien yang berumur 3 tahun meninggal 3 bulan yang lalu), saat ini pasien tidak bekerja. Pasien mengatakan sering mendengar suara istri dan anaknya. Pasien tampak sering menyendiri dan tersenyum serta berbicara sendiri. Tugas: 1. Kontrak awal pada tahap perkenalan Tujuan: Belajar melakukan kontrak Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien dan yang lain sebagai perawat). - Masing-masing pasangan melakukan kontrak (berganti peran) - Beberapa pasang latihan di depan kelas - Peserta lain dan pembimbing memberi: * Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi * Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi 2.Melakukan tindakan pada tahap kerja Tujuan: Belajar melakukan komunikasi pada tahap kerja Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien dan yang lain sebagai perawat). - Masing-masing pasangan melakukan tindakan (berganti peran) - Beberapa pasang latihan di depan kelas - Peserta lain dan pembimbing memberi: * Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi * Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi 3.Melakukan terminasi pada tahap terminasi Tujuan: Belajar melakukan komunikasi (mengakhiri percakapan) pada tahap terminasi Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien dan yang lain sebagai perawat). - Masing-masing pasangan mengakhiri percakapan (berganti peran) - Beberapa pasang latihan di depan kelas - Peserta lain dan pembimbing memberi: * Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi * Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi 4. Melakukan komunikasi lengkap dari tahap orientasi, kerja dan terminasi. Tujuan : Belajar melakukan komunikasi untuk satu kali pertemuan. Prosedur : - Masing-masing pasangan mempraktekkan tahap orientasi, kerja dan terminasi sekaligus. - Masing-masing pasangan mengakhiri percakapan (berganti peran) - Beberapa pasang latihan di depan kelas - Peserta lain dan pembimbing memberi: * Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi * Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi
http://perawatpskiatri.blogspot.com/
http://perawatpskiatri.blogspot.com/