Kompleks Wana.docx

  • Uploaded by: Amar Jabir
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kompleks Wana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 722
  • Pages: 2
KOMPLEKS WANA: Sekis mika, sekis amphibole, genes dan kuarsit. Sekis mika berwarna kelabu terang-tua dan kelabu kehijauan; bertekstur heteroblastik; terdiri dari biotit, kuarsa, muskovit, plagioklas dan amphibole; berukuran antara 1 dan 4 mm,; anhedral hingga subhedral. Di dalam batuan, biotit mencapai jumlah 50%; Kompleks Wana diperkirakan sebagai satuan tertua di Lembar ini. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang tertindih takselaras oleh Formasi Latimojong yang berumur Kapur Akhir, Maka Kompleks Wana diperkirakan berumur pra-Kapur Akhir, diduga Trias. Dalam kompleks Wana ini sering didapatkan granit genesan yang menyisip searah dengan bidang perdaunan; umumnya berbentuk lensa yang berukuran beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Kenampakan ini mendasari peendugaan adanya gejala “synogonic” antara kedua satuan batuan. Satuan ini tersebar sekitar Wana, antara Towulu hingga Winatu dan di Sungai Lariang bagian tengah; setempat di daerah Pasaku dan dekat Bora. Alas kompleks ini tersingkap dan tebalnya diperkirakan mencapai ribuan meter. Satuan ini tersingkap baik di daerah Wana, ±25 km sebelah baratlaut Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kompleks ini dapat disebandingkan dengan Formasi Palopo (Sudradjat, 1981); Genes dan sekis (Sukamto, 1975a); dan “Lariang River Crystallline Schist Group” (OCTA,1971). Sebarannya terutama di bagian barat Lembar, memanjang pada arah utara- selatan yaitu dari hulu Sungai Pangean hingga Morana. Singkapannya yang baik, mulai bagian bawah hingga atas, terdapat di Sungai Lariang, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan. FORMASI GUMBASA; granit genesan, diorite genesan; setempat geneis dan sekis. Granit genesan berwarna kelabu muda dan kelabu kehijauan, bertekstur porfiritik, berbutir sedang hingga kasar dengan ukuran anatara 1 dan 5 mm; terdiri dari kuarsa, plagioklas, biotit, amphibole; sedikit serisit dan pirit; memperlihatkan struktur genesan tak sempurna. Plagioklas yang teramati jenis albit dan andesit; memperlihatkan struktur zoning; sebagian terubah menjadi karbonat. Pada beberapa singkapan berkembang struktur sekisan, yang tersusun oleh plagioklas, biotit dan amphibole. Jenis batuan yang banyak di temukan adalah granit biotit genesan dan granit biotit genesan dan granit biotit-amphibole genesan. Diorite genesan berwarna kelabu mudah bergaris hitam; berbutir sedang dengan ukuran antara 0,2-5 mm, umumnya an-subhedral; inequigranular; memperlihatkan struktur pengarahan yang belum sempurna; terutama terdiri dari plagioklas, K-feldspar, biotit dan kuarsa. Plagioklas umumnya jenis andesine dan labradorin sebagai mineral sulung berukuran antara 1 dan 5 mm; memperlihatkan kembaran albit dan karlsbat albit yang umumnya mengalami pelengkungan sebagai akibat tekanan; jumlahnya mencapai 50%. K-feldspar biasanya jenis ortoklas, berukuran antara 0,3 dan 4 mm, umumnya retak-retak ke segala arah; anhedral; jumlahnya mencapai 30%.

Biotit berwarna coklat, tersebar berkelompok dan umumnya terarahkan; jumlahnya dalam batuan mencapai 17%. Kuarsa berukuran antara 0,2-1 mm; umumnya mengisi ruang antara hablur; jumlahnya kurang dari 3%. Singkapannya terdapat di tenggara Bora dan utara Winatu dan umumnya jenis diorite biotit genesan. Genes berwarna kelabu hingga kehitaman bergaris putih, berstruktur genesan atau sekisan yang buruk; setempat terlihat tekstur sisa batuan beku berupa granofir dan mermekit. Mineral penyusun antara lain plagioklas, biotit, kuarsa amfibol dan spen (sphene). Plagiklasnya jenis andesine; berukuran 0,3-3 mm, memperlihatkan kembaran albit dan karlsbat-albit; jumlahnya mencapai 30%. Biotit, umumnya anhedral berukuran kurang dari 0,3 hingga 3 mm, jumlahnya mencapai 30%. FORMASI PAKULI: Konglomerat dan batupasir, setempat batulempung karbonan. Konglomerat berwarna kemerahan dan kecoklatan hingga kekuningan, terdiri dari kepingan granit, diorite, andesit, dan batuan malihan; berukuran kerikil hingga kerakal,; terpilah buruk; menyudut tanggung; kemas terbuka; kurang padat hingga agak padat. Masa dasarnya terdiri dari kepingan yang sama dengan komponen pembentuknya dan berukuran pasir halus hingga kasar. Batupasir berwarna kecoklatan dan kuning kemerahan terbentuk oleh kepingan batuan beku, malihan, kuarsa, biotit dan mineral gelap; berbutir kasar hingga sangat kasar, setempat kerikilan; umumnya menyudut tanggung; belum padat hingga agak padat. Batulempung karbonan berwarna kelabu tua hingga kehitaman; umumnya bersifat lanauan hingga pasiran dan kerikilan. Mengandung kepingan karbon berukuran halus dan setempat berukuran hingga beberapa sentimeter. Batuan ini agak padat hingga belum padat. Batulemung karbonan banyak terdapat di daerah winatu dan beberapa tempat lainnya yang merupakan batuan endapan antara pegunungan. Konglomerat dan batupasir setempat pejal, ditempat lain berlapis buruk dan berstruktur sedimen perlapisan bersusun dan silang siur. Satuan ini tidak mengandung fosil, merupakan endapan darat pada lereng pegunungan yang membentuk kipas (alluvial fan) dan teras sungai. Satuan ini menindih tak selaras semua batuan yang berumur lebih tua. Umurnya diperkirakan Plistosen akhir. Tebalnya mencapai beberapa puluhan meter. Sebenarnya terdapat di Lembah Palu antara Bombaru, Bangga, Bora hingga Pakuli, Winatu dan Kantewu. Singkapannya yang baik terdapat di daerah Pakuli,± 38 km selatan Palu, Sulawesi Tengah (Sudrajat, 1981). Satuan ini dapat di sebandingkan dengan “Fan Deposit dan River Terrace Deposite” (OCTA,1971).

Related Documents


More Documents from ""

Kompleks Wana.docx
May 2020 10
Soal Ujian Tik X
May 2020 28
Curriculum Vitae
May 2020 28