DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN T.H.T.K.L FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFARAT
KOMPLEKS OSTIOMEATAL
Oleh: dr. Juliansyih Safitri Safri
Pembimbing: Dr. dr. Sitti Rafiah, M.Si
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS STASE ANATOMI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU BIDANG ILMU KESEHATAN T.H.T.K.L UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
1
I. PENDAHULUAN Kompleks ostiomeatal merupakan bagian dari sinus ethmoidal anterior. Pada potongan koronal sinus paranasalis, gambaran kompleks ostiomeatal terlihat sebagai suatu rongga di antara concha nasalis media¸ infundibulum ethmoidale, sel agger nasi, recessus frontal, bulla ethmoid, hiatus semilunaris, ostium sinus maxilla, dan resessus frontalis. Kompleks ostiomeatal terdiri atas daerah meatus nasi media dengan sinus ethmoidale anterior. Kompleks ini menggambarkan jalur drainase sinus frontalis, maxillaris dan sinus ethmoid anterior. Serambi depan sinus maksillaris dibentuk oleh infundibulum dan sekret yang keluar dari ostium sinus maksillaris akan dialirkan ke celah sempit infundibulum sebelum masuk ke cavum nasi. Sedangkan pada sinus frontalis sekret akan keluar melalui celah sempit recessus frontalis. Dari recessus frontalis drainase sekret dapat langsung menuju ke infundibulum ethmoidale atau ke dalam celah di antara processus uncinatus dan concha nasalis media.1,2,3 Pengetahuan yang akurat mengenai anatomi daerah ini sangat penting untuk memahami patofisiologi dari penyakit yang melibatkan sinus dan lebih lanjut tentang manajemannya. Selain itu perubahan revolusioner mengenai teknik pembedahan sinusitis terutama dengan bedah sinus endoskopik mengharuskan seorang klinisi untuk mengetahui secara mendalam tentang anatomi maupun variasinya.2
II. DINDING LATERAL CAVUM NASI Dinding lateral cavum nasi adalah struktur anatomi yang sangat kompleks dan daerah yang sangat penting secara klinis. Bagian anterior dari dinding lateral cavum nasi terdiri dari prosesus frontalis os maxillae dan os lacrimale, bagian tengah dibentuk oleh labirin ethmoid, sinus maxillaris, dan concha nasalis inferior; dan bagian posterior dinding lateral oleh os palatinum dan pterygoideus medial os sphenoidale.2
2
Pada dinding lateral cavum nasi di superior sampai inferior terdapar concha nasalis superior, meatus nasi superior, concha nasalis media, meatus nasi media, concha nasalis inferior, dan concha nasalis inferior yang tertutup oleh epitel mukosa kolumnar bersilia.2
Gambar 1. Dinding lateral cavum nasi.2
Concha nasalis media Concha nasalis media adalah bagian dari os ethmoidale dan panjangnya kirakira 4 cm. Batas anterior dari concha nasalis media berada pada processus frontalis maksillae dan tepi posteromedial dari agger nasi. Bagian superior melekat pada paramedian dari bagian sagital dan pada tepi lateral daerah yang berlubang di cribriform di sepanjang atap ethmoid ke bagian vertikal sepanjang lamina papyracea dari os ethmoid. Batas posterior melekat pada lamina perpendicular ossis ethmoidale
3
dan os palatinum. Concha nasalis media terdiri dari tulang, mucoperiosteum, plexus cavernosus submukosal dan membran mukosaepitel kolumnar bersilia.2 Meatus nasi media berada di antara concha nasalis media dan concha nasalis inferior. Dinding lateral dari meatus nasi media adalah suatu struktur yang penting dari cavum nasi karena banyak dari sinus paranasalis bermuara di sini. Beberapa struktur anatomi terdapat di meatus nasi media
dan disebut sebagai kompleks
ostiomeatal yaitu processus uncinatus, hiatus semilunaris, infundibulum ethmoidale, sinus lateralis dan recessus frontalis.2
II. KOMPLEKS OSTIOMEATAL Istilah kompleks ostiomeatal digunakan untuk menjelaskan suatu strukturstruktur anatomi yang termasuk pada dinding lateral yang berkontribusi terhadap jalur drainase sinus ethmoidale anterior, sinus maxillaris dan sinus frontalis. Ostiomeatal kompleks terdiri dari meatus nasi media, processus uncinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum ethmoid, bulla ethmoid, ostium sinus maxillaris dan recessus frontalis.2
Gambar 2. Tampak lateral kompleks ostiomeatal setelah concha nasalis media dipotong. Terlihat meatus nasi media, processus uncinatus, hiatus semilunaris, infundibulum ethmoidale, dan ostium sinus maxillaris, dan recessus frontalis.2
4
Gambar 3. Potongan koronal tampak kompleks ostiomeatal.2
Processus uncinatus Berbentuk seperti boomerang atau seperti pengait, memanjang dari anterosuperior ke posteroinferior dari atap tulang ethmoid ke lamina perpendiculare ossia palatini. Processus uncinatus membentuk dinding medial dari infundibulum. Batas-batasnya adalah sebagi berikut: Inferior
:concha nasalis inferior
Posterior
: infundibulum ethmoidale, hiatus semilunaris, prosessus ethmoidalis concha nasalis inferior
Lateral
: lamina papyracea, fontanella anterior
Superior
: lamina papyracea, atap os ethmoiale, concha nasalis media2
5
Perlekatan dari bagian superior processus uncinatus dapat bervariasi seperti tampak pada gambar 4. Apabila bagian superior melekat pada atap os ethmoid atau di bagian superior concha nasalis media maka drainase sinus frontal akan masuk ke infundibulum ethmoidale dan ke sinus maksillaris. Namun apabila processus uncinatus melekat pada lamina papyracea maka drainase sinus frontalis akan ke meatus nasi media.2
Gambar 4. Variasi anatomi processus uncinatus. (A)Bagian superior dapat melekat pada atap os ethmoid di tengah, (B) di medial concha nasalis media, (C) atau di lateral, ke lamina papyracea 2
Hiatus Semilunaris Hiatus semilunaris adalah ruang dua dimensi antara tepi posterior dari prosesus uncinatus dan dinding anterior bulla ethmoid. Hiatus semilunaris biasanya tersembunyi pada concha nasalis media yang menggantung. Panjangnya kira-kira 1,5 sampai 2 cm dan berjalan dari ujung bawah ke arah anterosuperior. Letak hiatus semilunaris yaitu pada tepi posterior dari prosesus uncinatus dan dinding anterior bulla ethmoidale. Hiatus semilunaris membentuk pintu yang mengarah ke ruang lateral yang disebut infundibulum ethmoidale.2,4
6
Infundibulum ethmoidale Infundibulum ethmoidale adalah ruang tiga dimensi berbentuk seperti terowongan. Adapun batas-batas infundibulum ethmoidale adalah sebagai berikut: Anterior
: processus uncinatus
Posterior
: dinding anterior bulla ethmoidale,
Lateral
: lamina papyracea dan area fontanella
Medial
: processus uncinatus, hiatus semilunaris
Anterosuperior: ressesus frontalis dan ostium sinus frontal Posteroinferior: ostium sinus maksilaris, hiatus semilunaris anterior.2 Panjang infundibulum ethmoidale bisa mencapai 4 cm, tergantung pada bentuk prosessus uncinatus. Untuk masuk ke infundibulum ethmoidale dapat melalui hiatus semilunaris.. Ruang infundibular lebih luas di anterosuperior dan menyempit di ujung posteriornya. Tepi bebas dari prosesus uncinatus ke lamina papyracea berukuran 5 sampai 6 mm, tetapi dalam beberapa kasus bisa sangat dangkal karena prosesus uncinatus berjalan dekat dengan lamina papyracea kurang lebih berjarak 11,5 mm.2,4 Permukaan lateral infundibulum ethmoidale mengarah ke dinding medial sinus maksilaris, dimana ostium sinus maksilaris tersebut berada. Ukurannya bervariasi, dengan diameter 1 sampai 4 mm, dan dapat berbentuk bulat atau elips. Ostium sinus maxillaris accessory sering ditemukan di posterior ostium sinus maxillaris (ostium naturalis).2
Bulla ethmoidalis Penting sebagai pertanda pada operasi. Bulla ethmoidalis merupakan bagian dari cellulae ethmoidalis anterior yang terbesar. Arteri ethmoidalis anterior umumnya menyilang di atap cellulae ethmoidalis anterior ini. Anterior dan inferior: infundibulum ethmoidale (memisahkan dengan procesus uncinatus) Superior
: resessus suprabullar (memisahkan bulla dengan fovea
7
ethmoidalis) Posterior
: resessus retrobullar (memisahkan dengan basal lamella concha nasalis media)
Medial
:meatus nasi media (memisahkan dengan concha nasalis media) 2
Agger Nasi Agger nasi adalah tulang yang menonjol dari prosessus frontalis maxillae yang terletak di depan anterior dari concha nasalis media. Di anterior, bisa mencapai aperture os nasal . Di superior, agger nasi meluas ke lantai dari sinus frontalis dan membatasi resessus frontalis. Di posterior, agger nasi dapat mencapai perlekatan anterior concha nasalis media. Batas posterosuperior berhubungan dengan anterior infundibulum ethmoidale dan terbentang di sepanjang permukaan inferior resessus frontalis . Dinding medial agger nasi melekat pada bagian anterosuperior processus uncinatus. Dinding lateral dapat memanjang ke os lacrimale dan atau dinding orbital. Anterolateral agger nasi dan yang berjalan sejajar adalah duktus nasolakrimalis. Agger nasi, resesus frontal, dan ductus nasolacrimale semua terletak pada bidang koronal yang sama . Muara agger nasi bervariasi, tetapi mengalir ke anterior meatus nasi media dan ke dalam infundibulum ethmoidale.2,4,5
Recessus Frontalis Recessus frontalis dapat ditemukan pada bagian anterosuperior dari meatus nasi media dan merupakan drainase dari sinus frontalis, dapat langsung ke meatus nasi media atau melalui infundibulum ethmoidale menuju cavum nasi.2 Recessus frontalis didefinisikan sebagai ruang di bagian bawah yang berbentuk seperti jam pasir. Terletak di atas infundibulum ethmoidale yang memberikan akses ke sinus frontalis. recessus frontalis menggambarkan bentuk corong bagian bawah jam pasir. Normalnya sinus frontalis terbuka ke recessus frontalis melalui saluran yang panjangnya kurang dari 3 mm panjang, yang disebut ostium sinus frontalis. Ostium sinus frontalis biasanya ditemukan di bagian paling
8
anterosuperior dari recessus frontal. Adapun batas-batas resessus frontalis adalah sebagai berikut: Anterior
: processus uncinatus dan agger nasi
Posterior : bulla ethmoidalis dan resessus suprabullar Lateral
: lamina papyracea
Medial
: concha nasalis media
Inferior
: infundibulum ethmoidale
Superior
: fovea ethmoidalis, supraorbital, a.ethmoidalis anterior, ostium sinuss frontal2
Gambar 5. (A)drainase dari recessus frontalis ke meatus media (tipe I) (B) Resessus frontalis bermuara langsung ke infundibulum ethmoid (tipe 2).2
9
III. VASKULARISASI DAN INERVASI Vaskularisasi Suplai vaskular dari cavum nasi berasal dari cabang arteri carotis interna yaitu arteri ophtalmica, arteri maksillaris interna dan arteri facialis.2,6 Arteri oftalmika bercabang menjadi arteri ethmoid anterior dan arteri ethmoidalis posterior. Arteri ethmoid anterior mensuplai darah ke septum dan bagian anterior dinding lateral cavum nasi. Arteri ethmoid posterior memberikan vaskularisasi pada pleksus arteri dari bagian posterior dari septum dan bagian tengah concha nasalis superior.2,6 Arteri maksilaris interna mengeluarkan banyak cabang, di antaranya arteri palatina mayor dan arteri sphenopalatine. Arteri palatine mayor memperdarahi lantai anterior dan posterior dari cavum nasi. Arteri sphenopalatina memvaskularisasi sebagian besar dinding lateral cavum nasi termasuk segmen posterior dari bagian medial septum nasi, concha nasalis media, concha nasalis inferior dan meatus nasi media. Sedangkan arteri facialis mensuplai darah di sekitar vestibulum nasi.2 Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vebna oftalmica yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena–vena di cavum nasi tidak memiliki katup, sehingga merupakan factor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intracranial.6
Gambar 6. Vaskularisasi berasal dari cabang arteri carotis interna.2,6
10
Gambar 7. (A) Suplai darah di dinding lateral cavum nasi, (B) memperlihatkan area yang divaskularisasi.2
Inervasi Inervasi pada cavum nasi disuplai oleh jaringan yang kompleks yang memiliki beberapa fungsi yang berbeda yaitu inervasi sensoris, inervasi autonom, dan fungsi penghidu. Inervasi sensori dari cavum nasi disuplai oleh dua cabang nervus trigeminus yaitu nervus.ophtalmicus (V1) dan nervus maxillaris (V2). Beberapa cabang yang penting dari nervus ophtalmicus adalah nervus nasociliaris, dan cabang utamanya yaitu nervus ethmoidalis anterior dan nervus ethmoidalis posterior. Nervus ethmoidalis anterior ini akan mensuplai inervasi di sebagian daerah anterior, dinding lateral dan sedikit di bagian posterior septum. Nervus.ethmoidalis posterior menginervasi concha nasalis superior.2,6 Cabang dari nervus trigeminus yang kedua yaitu nervus maksillaris memberikan cabang ke nervus infraorbital dan ganglion sphenopalatinum yang menginervasi sebagian besar dinding lateral cavum nasi yaitu ke daerah septum, concha nasalis superior, concha nasalis media dan concha nasalis inferior.Ganglion sphenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga memberikan
11
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior concha nasalis media.2,6,7,8 Sebagai fungsi penghidu terdapat nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina cribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel–sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung..6
Gambar 8. (A) Inervasi daerah dinding lateral cavum nasi (B)memperlihatkan daerah berbeda yang dipersarafi oleh cabang-cabang.2
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Alsubael MO, Hegazy AAM. Anatomical variation of the human nasal osteomeatal complex, studied by ct. Zagaazig University Medical Journal; 2009.p72-83 2. Levine H L, Clemente MF. Surgical anatomy of the paranasal sinus. In: Sinus surgery endoscopic an microscopic approach, New York: Thieme;2005.p.1227. 3. Brook I. Anatomy and physiology of the paranasal sinuses. In: Sinusitis from microbiology management, New York: Taylor and francis;2006.p95-108. 4. Pasha R. Rhinology and paranasal sinuses In: Otolaryngology head and neck surgery clinical reference guide, Singular; 2003.p 1-9. 5. Simmen D, Jones N. An endoscopic tour: Endoscopic examination. In: Manual of endoscopic sinus surgery. New York: Thieme; 2005. P 106-20 6. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakartta:Balai Penerbit FKUI; 2003.p 88-95. 7. Dhilon RS, East CA. Nose and paranasal sinuses anatomy and physiology. In:An illustrated colour text Ear, nose and throat and head and neck surgery second edition, London:Churchill livingstone; 2000.p30-1. 8. Probs R, Grevers G, Iro H. Nose, paranasal sinuses, and face. In: Basic Otorhinolaryngology, New York: Thieme;2006.p.1-14.
13