Kompas.Com
Page 1 of 2
Print
Send
Close
Air Bah Juga Menyapu Rumah dan Mobil Mewah Kamis, 2 April 2009 | 03:36 WIB
Korban jebolnya tanggul Situ Gintung bukan hanya rumahrumah di perkampungan padat, tetapi juga rumah-rumah mewah di kawasan Bukit Pratama (dulu disebut Pratama Hills). Puluhan rumah yang dibangun PT Bangun Tjipta Sarana di dekat Kali Pesanggrahan itu ikut menjadi korban air bah Situ Gintung. Letak perumahan itu berada di dataran paling rendah dan sangat dekat dengan sungai. Rumah berlantai tiga seluas 900 meter persegi milik Andi KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA
Rumah-rumah mewah di Kompleks Perumahan Bukit Pratama (Pratama Hills) di dekat Kali Pesanggrahan juga termasuk kawasan terkena bencana Situ Gintung. Di sekitar rumah ini ditemukan empat jenazah yang dibawa air bah Situ Gintung. Foto diambil Rabu (1/4).
Siswaka misalnya. Semua barang yang ada di lantai pertama, termasuk di garasi, hancur tak berbekas. Mulai dari home theatre dengan TV 54 inci, alat-alat musik, sampai tiga mobil di garasi. ”Kalau dihitung, semua kerugian ditaksir mencapai ratusan juta,” kata Achmad Rida (35),
menantu Andi Siswaka. Rida, yang juga pemilik Restoran Simpang Raya, menambahkan, semua sofa di lantai satu tak bisa digunakan lagi karena sudah bercampur dengan lumpur. ”Di rumah ini ditemukan empat jenazah. Satu bayi, satu kakek, dan dua orang dewasa. Ada yang ditemukan di dekat gazebo, ada yang di kolam renang. Namun, keempatnya bukan penghuni rumah ini,” ungkap Rida. ”Kami akan tetap tinggal di sini. Habis mau ke mana lagi?” kata Rida. Rumah Johny Jalal merupakan rumah paling parah yang menderita kerusakan di kompleks itu. ”Air datang dari belakang, menjebol tembok belakang, lalu menyapu semua barang yang ada di lantai satu dan menghancurkan pintu dan jendela depan. Dalam waktu sekejap, semua isi rumah ini lenyap tak berbekas,” kata Johny yang juga pengusaha itu. Tiga mobilnya, sedan BMW, Kijang Innova dan Nissan Serena, hanyut dibawa air. ”Yang bikin sedih, piano seberat 200 kilogram, yang biasanya hanya dapat diangkat enam orang, juga hanyut tanpa bekas,” tutur Johny. Pada saat air bah datang, Johny berada di masjid. Saat ini istri dan anak-anaknya mengungsi di rumah mertua. Sementara itu, rumah salah seorang pengusaha yang tidak mau disebut namanya direndam air setinggi hampir 2 meter.
http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/04/02/03361284/air.bah..juga.menyapu.rumah.da ... 4/6/2009
Kompas.Com
Page 2 of 2
Tiga mobilnya sudah tak bisa dipakai lagi. ”Sudah lima belas tahun kami tinggal di sini. Kami tak pernah terpikir bahwa bencana ini akibat air dari Situ Gintung,” katanya. Ini kali kedua rumahnya kebanjiran. Pertama, saat banjir tahun 2002, tetapi air sungai naik perlahan-lahan dan mereka masih sempat menyelamatkan barang berharga dan mobil ke lokasi yang lebih tinggi. Namun, pada saat peristiwa hari Jumat pekan lalu, dia tak sempat menyelamatkan apa pun dari rumahnya. Semua barang elektronik hancur. Semua barang di lantai satu hilang. Pengusaha itu merencanakan pindah rumah. ”Kalaupun bisa ditempati lagi, saya tidak tahu apakah infrastrukturnya dapat berfungsi lagi karena saluran air mampat,” katanya. Di kompleks E, F, G Bukit Pratama, sedikitnya 100 mobil terendam air dan sebagian di antaranya hanyut terbawa air. Ny Enny (64) yang rumahnya berada persis di depan Kali Pesanggrahan masih bersyukur selamat dari bencana. ”Biasanya pada pukul 05.00 saya keluar rumah dan jalan-jalan pagi. Tetapi entah kenapa saya malas dan tidur lagi. Tibatiba air sudah masuk kamar dan menggenangi tempat tidur. Air masuk setinggi pinggang orang dewasa,” kata Ny Enny yang tinggal bersama suaminya, Umar (69). ”Suami saya juga biasanya mengeluarkan mobil, tetapi dia malas. Kami selamat dari bencana itu,” kata Ny Enny yang kini mengaku trauma jika melihat air. Nasib baik tidak berpihak kepada Sjahirman (61). Bapak ini ditemukan tewas hanyut saat akan memindahkan sedan Honda City hitam. ”Mobil itu ditemukan di kawasan Cirendeu Permai,” kata adik iparnya, Irna Israr (45). Airlangga (66), mantan penerbang Airfast, menggambarkan, peristiwa itu berlangsung cuma 15 menit. ”Setelah itu hening dan yang terdengar hanya suara gemercik air,” katanya. Sejumlah warga perumahan Bukit Pratama mempertanyakan mengapa tak ada peringatan dini dari pengelola situ. (ROBERT ADHI KSP)
Dapatkan artikel ini di URL: http://entertainment.kompas.com/read/xml/2009/04/02/03361284/air.bah..juga.menyapu.rumah.dan.mobil.mewah
http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/04/02/03361284/air.bah..juga.menyapu.rumah.da ... 4/6/2009