Koloid 2.docx

  • Uploaded by: salman akbar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Koloid 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,957
  • Pages: 22
KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT berkat anugerah dari-nya, tim penulis dapat menyelesaikan makalah kimia mengenai koloid ini. Penulis bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini dengan bantuan dari segala pihak. Tim penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu terealisasikannya makalah ini. Demikian yang dapat tim penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi serta bahan pelajaran untuk para peserta didik. Dan juga sebagai acuan bagi para tenaga pengajar dalam menjelaskan materi koloid ini.

Jakarta, 15 Mei 2018

Tim Penulis

0

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 2 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 2 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4 2.1 Definisi Koloid ................................................................................................... 4 2.2 Jenis-Jenis Koloid. ............................................................................................ 5 2.3 Sifat-Sifat Koloid ............................................................................................... 8 2.4 Penggunaan Koloid ........................................................................................... 15 2.5 Cara Pembuatan Koloid ................................................................................... 17 BAB IIIPENUTUP .................................................................................................. 21 3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 21 3.2 Saran ................................................................................................................. 21

1

BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid. Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

1.5 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari koloid dan apa perbedaannya dengan larutan suspensi? 2. Apa saja jenis-jenis koloid? 3. Bagaimana sifat-sifat koloid? 4. Bagaimana penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari?

2

5. Bagaimana pembuatan koloid? 1.6 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui definisi koloid dan perbedaannya dengan larutan suspensi. Mengetahui jenis-jenis dan sifat-sifat dari koloid serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan cara membuat koloid.

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Koloid Koloid adalah campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikelpartikel zat koloid tersebar merata dalam zat lain. Istilah koloid berasal dari kata "kolia" dalam bahasa yunani berarti "lem". Koloid sendiri diperkenalkan pada tahun 1861 oleh Thomas Graham. Dari hasil pengamatannya mengenai gelatin yang merupakan kristal yang sukar mengalami difusi, padahal umumnya kristal itu mudah mengalami difusi. Sehingga zat semacam gelatin tersebut dinamakan koloid. Pengertian Koloid atau disebut dispersi koloid atau sistem koloid adalah sistem dispersi yang memiliki ukuran partikel lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi. Umumnya koloid mempunyai ukuran partikel sekitar 1 nm-100 nm. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan maupun suspensi. Secara makroskopis, koloid tampak homogen, namun secara mikroskopis kolid bersifat heterogen. Perbedaan larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi Larutan

Koloid

Suspensi

(dispersi molekuler)

(dispersi koloid)

(dispersi kasar)

Contoh: larutan gula Contoh: campuran susu dalam

dalam air

Contoh: campuran tepung terigu dengan air

air

4

1. Homogen,tak

1. Secara makroskopis

1. Heterogen

dapat dibedakan

bersifat homogen

walaupun

tetapi heterogen jika

lebih besar dari 100

mengunakan

diamati dengan

nm

miskroskop ultra

mikroskop ultra

2. Partikel

2. Partikel berukuran

berukuran

antara 1 nm sampai

kurang dari 1 nm

100 nm

3. Satu fase

3. Dua fase

4. Stabil

4. Pada umumnya stabil

5. Tidak dapat

5. Tidak dapat disaring

disaring

2. Partikel berukuran

3. Dua fase 4. Tidak stabil 5. Dapat disaring

kecuali dengan penyaring ultra

2.2 Jenis-Jenis Koloid Pengolongan suatu sistem koloid terdiri dua fase yaitu, fasa terdispersi dan fase/medium

pendispersi tersebut. Baik fase terdispersi maupun fase/medium

pendispersi dapat berupa gas, cair dan padat. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Contohnya pada saat kita membuat susu (misalnya susus instan) dengan mencanpurkannya dengan air, fase terdispersinya adalah lemak sedangkan medium pendispersinya adalah air. Berdasarkan fase terdispersinya, koloid dapat dikelompokkan menjadi 8 macam (dalam hal ini, gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid karena pencampuran gas selalu homogen). Dapat dilihat seperti yang tercantum pada Table 2 berikut:

5

No Fasa

Fasa

Nama

Contoh

terdispersi

pendispersi

1.

Padat

Gas

Aerosol padat

Asap, debu di udara

2.

Padat

Cair

Sol

Cat , tinta, tepung dalam air, tanah liat

3.

Padat

Padat

Sol padat

Gelas berwarna, intan hitam, paduan logam

4.

Cair

Gas

Aerosol Cair

Hairspray dan obat nyamuk, kabut, awan

5.

Cair

Cair

Emulsi

Susu, mayones, krim tangan, santan,minyak ikan

6.

Cair

Padat

Emulsi padat

Jelly, keju, mentega

7.

Gas

Cair

Buih

Putih telur yang dikocok, busa sabun

8.

Gas

Padat

Buih padat

Styrofoam, karet busa, batu apung

Berikut ini merupakan contoh koloid dalam kehidupan sehari-sehari. a. Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat Contoh : asap yang keluar dari knalpot mobil dan cerobong industri Jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair Contoh : kabut di daerah pengunungan, hair spray, parfum, dan cat semprot.

6

b. Sol Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. Contoh: kanji dalam air, agar-agar dalam air, lempung (tanah liat) dalam air, tawas atau Al(OH)3 dalam air, deterjen, tinta dan cat. c. Emulsi Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. Suatu emulsi terjadi bila terdapat dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan, seperti minyak dan air. Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak dapat bercampur dengan air sehingga emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: i.

Emulsi minyak dalam air (M/A) Contoh : susu, santan, lateks

ii.

Emulsi air dalam minyak (A/M) Contoh : minyak ikan dan mayonais

Emulsi

terbentuk

karena

pengaruh

suatu

pengemulsi

(emulgator).

Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yanag stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise. d. Buih Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada

7

berbagai proses, misalnya, pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran dan lain-lain. e. Gel Koloid setengah kaku (antara padat dan cair) disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid yang agak padat. Contoh : agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan gel sabun. 2.3 Sifat-Sifat Koloid 1. Efek Tyndall Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit. Mengapa langit berwarna jingga-merah di pagi dan sore hari, dan berwarna biru saat siang, hal itu terjadi karena udara (debu) di angkasa adalah suatu sitem koloid yang akan terkena efek tyndall ketika terkena cahaya matahari. Cahaya matahari yang mengenai koloid akan dihamburkan. Dan seperti cahaya putih yang mengenai prisma, maka akan terpecah/terdispersi menjadi beberapa warna tergantung panjang gelombang penyusun sinar putih tersebut atau berdasarkan besar pembelokan tersebut. Sudut pembelokan terbesar akan menghasilkan warna merah, sedangkan pembelokan terkecil akan menghasilkan warna ungu, sesuai urutan warna pelangi, me-ji-ku-hi-bi-ni-u. Partikel debu di angkasa cenderung lebih terkonsentrasi di bagian bawah

8

karena pengaruh gravitasi. Pada saat pagi dan sore hari, matahari berada di "bawah" sehingga sinarnya "terhambat" oleh konsentrasi partikel debu di angkasa. Hambatan ini menyebabkan adanya efek tyndal yang mengakibatkan cahaya matahari membelok dan terdispersi dengan sudut yang relatif besar yang menghasilkan warna merah-jingga. Oleh karena itu, langit terlihat merahjingga oleh kita. Langit berwarna biru di siang hari karena ketika siang hari, matahari cenderung tegak lurus dengan permukaan bumi. Sehingga sinar matahari dapat langsung mencapai permukaan bumi tanpa ada hambatan yang berarti (karena jarak tempuh lebih "pendek"). Hambatan yang sedikit ini, menyebabkan sinar matahari sedikit terdispersi/terbelok dengan sudut yang kecil, dan menghasilkan warna biru. 2. Gerak Brown Jika kita amati sistem koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag atau gerak Brown. Contoh yang dapat dilihat adalah lateks (getah) yang baru keluar dari batang pohonnya. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak

9

Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat. 3. Muatan Partikel Koloid 

Elektroforesis Elektroforesis merupakan proses pemisahan partikel koloid bermuatan

dengan menggunakan medan listrik. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan melakukan dengan memberikan arus searah pada elektrode yang dicelupkan dalam koloid. Sesuai dengan ketentuan bahwa partikel yang bermuatan listrik positif akan tertarik ke partikel yang bermuatan listrik yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Misalnya, wadah yang berisi campuran dua macam koloid atau lebih dialiri arus searah. Akibatnya, koloid yang bermuatan positif {Fe(OH)3} akan tertarik ke elektrode negatif dan koloid yang bermuatan negatif {As2S3} akan tertarik ke elektrode yang bermuatan positif. Dengan demikian koloid tersebut akan terpisah dapat dilihat dari gambar di atas. 

Adsorpsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik

fase pendispersi pada permukaannya mengakibatkan partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (partikelpartikel koloid bermuatan listrik).

Sehingga partikel koloid menjadi

bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada diserap apakah anion atau kation.

jenis partikel bermuatan yang

Sebagai contoh, partikel sol Fe(OH)3

(bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari

10

medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH)3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif. Sifat koloid yang terpenting adalah muatan partikel koloid. Partikelpartikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut : a. Pemutihan Gula Tebu Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. b. Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit. Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun c. Penjernihan Air Air mengandung berbagai partikel yang bermuatan negatif. Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat (Al2(SO4)3. Di dalam air, Aluminium sulfat terhidrolisis

11

membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid, senyawa ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air. 

Koagulasi Apabila sistem koloid dibiarkan dalam waktu tertentu, maka koloid

tersebut akan dipegaruhi oleh gaya gravitasi. Akibatnya, zat-zat terdispersi dalam sistem koloid secara perlahan-lahan akan turun ke dasar wadah, sehingga terjadi penggumpalan atau pengendapan, yang disebut Koagulasi. Lamanya koagulasi berbeda antara koloid satu dengan koloid yang lain. Proses koagulasi pada koloid dapat terjadi secara spontan atau dengan perlakuan tertentu, yaitu dengan menambahkan zat yang bermuatannya berbeda dengan muatan koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk molekul besar. Koagulasi dalam koloid banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti proses penjernihan air, menjernihkan

larutan

gula,

menjernihkan

larutan

garam,

untuk

menghilangkan bau badan, asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel. 

Dialisis Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat

mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut Dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid yang terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar). Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

12

Proses pemisahan ini hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermiable yang dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yamg merupakan koloid. Orang menderita gagal ginjal dapat “cuci darah”,dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator. 

Koloid Pelindung Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan, tetapi dilain pihak

koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi menggelompok. Contoh : a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula b. Cat atau tinta dapat bertahan lama karena menggunakan koloid pelindung c. Zat-zat pegemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung. 

Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas Koloid liofil

dan koloid liofob. Dikatakan koloid liofil adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik

yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium

pendispersinya yang bersifat lebih stabil. Sedangkan Koloid liofob adalah koloid dimana tidak atau sangat lemah gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya yang bersifat kurang stabil. Bila pelarut yang digunakan air disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh :

13

Koloid Hidrofil : protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji dan gelatin Koloid Hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida dan sol logam Koloid

hidrofil

mempunyai

gugus

ionik

atau

gugus

polar

di

permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butirbutir koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan

cara

itu

butir-butir

koloid

tersebut

terhindar

dari

agregasi(pengelompokkan). Sol hidrofil tidak akan mengumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversible. Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran

zat

pengemulsi

atau

membungkus partikel hidrofob

koloid

pelindung.

Zat

pengemulsi

sehingga terhindar dari koagulasi. Susu

(emulsi lemak dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein; sedangkan mayonaise (emulsi minyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur. Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol jika dihancurkan kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil den sol hidrofob dapat disimpulkan sebagai berikut:

14

Koloid liofil a. Mengadsorpsi mediumnya

Koloid liofob a.

b. Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar

mediumnya b.

c. Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit

c.

Mudah mengumpal dengan penambahan elektrolit

d.

e. Bersifat reversibel f. Efek Tyndalnya lemah

Hanya stabil pada konsentrasi kecil

d. Viskositas lebih besar daripada mediumnya

Tidak mengadsorpsi

Viskositas hampir sama dengan mediumnya

e.

Tidak bersifat reversible

f.

Efek Tyndalnya lebih jelas

2.4 Penggunaan Koloid Dalam lingkungan di sekitar kita, banyak ditemukan sistem kolod, baik yang berasal dari alam maupun yang dibuat manusia. Koloid-koloid tersebut ada yang merugikan manusia, tetapi banyak juga yang menguntungkan manusia. Beberapa manfaat dari koloid bagi kehidupan manusia antara lain: 1. Untuk menghilangkan kotoran Koloid yang digunakan untuk menghilangkan kotoran adalah detergen dan sabun. Dengan sifat khas dari sabun atau deterjen yang mempunyai dua kutub, maka kotoran yang menempel pada badan, pakaian, atau peralatan lainnya dapat dihilangkan. Pada saat mandi atau mencuci, kita menggunakan sabun atau detergen. Molekul-molekul sabun terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian ekor. Bagian kepala merupakan bagian yang mudah bersatu dengan air, sedangkan bagian ekor merupakan bagian yang sulit bercampur dengan air, tetapi mudah bercampur dengan lemak. Pada saat mencuci, bagian ekor akan masuk 15

pada kotoran yang mengandung lemak, sedangkan bagian kepala akan ditarik oleh molekul-molekul air. Akibatnya kotoran-kotoran yang melekat pada badan atau pakaian akan dikelilingi oleh molekul sabun atau detergen, sehingga kotoran akan lepas dan masuk ke dalam air. Sabun dapat berfungsi sebagi emulgator, yaitu zat yang dapat menyatukan campuran zat yang memisah, seperti campuran dengan air. Selain berfungsi sebagai emulgator, sabun juga dapat berfungsi sebagai zat pembasah yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. 2. Untuk Mengurangi Kadar Pencemaran Di Udara Udara merupakan gabungan dari beberapa bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang terdapat di udara jumlahnya bervariasi, tetapi secara umum ada yang dapat menyebabkan terjadi pencemaran udara dan ada pula yang tidak menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida karbon, oksida belerang, oksida nitrogen, partikulat dan senyawa hidrokarbon. Bahan-bahan pencemar udara kebanyakan berasal dari asap pabrik, asap kendaran bermotor, aktivitas gunung berapi, dan pembakaran sampah. Asap yang dikeluarkan pabrik dapat dikurangi kadar bahan pencemarnya dengan menggunakan alat Cotrell. Dengan menggunakan alat ini, udara yang dilepaskan ke alam diharapkan sudah tidak banyak mengandung bahan pencemar. 3. Untuk bahan kosmetik Kosmetik merupakan bahan kimia yang banyak digunakan wanita. Kosmetik dapat berupa padatan atau berupa cairan. Penggunaan kosmetik yang berupa cairan dibuat dalam bentuk koloid dengan pelarut tertentu. 4. Untuk bahan makanan dan obat-obatan Makanan yang ada berwujud padat dan ada yang berwujud cair. Beberapa makanan yang berwujud padat lebih sukar dicerna, sehingga harus diubah dalam 16

bentuk cair. Makanan yang dibuat dalam bentuk cair yang berupa koloid, diantaranya adalah susu. Obat-obatan juga ada yang berwujud padat dan ada yang berwujud cair. Obatobatan untuk anak-anak umumnya berada dalam bentuk cair(sirup) yang merupakan sistem koloid. 5. Untuk menghilangkan bau badan Tubuh manusia setelah melakukan aktivitas akan mengeluarkan keringat. Keringat banyak mengandung protein, sehingga bila diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau tidak sedap. Untuk mengendapkan protein yang ada dalam keringat, maka digunakan sistem koloid berupa deodorant. Deodorant ini mengandung Aluminium klorida, sehingga protein dalam keringat akan mengendap. 2.5 Cara Pembuatan Koloid Ukuran koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, partikel dapat dibuat dengan pengelompokan partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium dispersi. Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. 1. Cara Kondensasi Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikelpartikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut. a.

Reaksi Redoks

17

Reaksi Redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan oksidasi. Pembutan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang dioksida, yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2. 2H2S(g) + SO2(aq) → 2 H2O(l) + 3S (Koloid) b. Reaksi Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. 

Pembuatan sol

Fe(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam

FeCl3 dalam air mendidih FeCl3(aq) + 

3H2O(aq)

Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)

Sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi organik formaldehida (HCHO) 2AuCl3 + 3HCHO

+

3H2O

2Au (koloid) + 6HCl

+

3HCOOH c. Dekomposisi Rangkap Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S. 2H3AsO3(aq) +

3H2S(aq)

As2S3(Koloid)

+ 6H2O(l)

d. Penggantian pelarut Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah larut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam

18

air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. 2. Cara Dispersi Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara mekanik maupun peptisasi 3. Cara Mekanik Pembutan koloid dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid. Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang. 4. Cara peptisasi Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid. Beberapa contoh lain : -

Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

19

5.

-

Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-

Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3 Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.

20

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Bab ini adalah: 1. Sistem koloid adalah suatu campuran zat yang terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi dimana partikel-partikel fase terdispersi berukuran koloid tersebar merata (homogen) dalam medium pendispersinya. 2. Perbedaan sistem koloid dengan larutan sejati dan suspensi meliputi perbedaan jumlah fase, distribusi partikel, ukuran koloid, penyaringan dan kestabilan. 3. Sifat-sifat karakteristik sol meliputi: efek Tyndall, gerak Brown, daya adsorpsi, bermuatan listrik, koagulasi dan koloid pelindung. 4. Koloid sol dapat dibuat dengan 2 metode yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. 5. Beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan untuk menghilangkan partikel-partikel zat telarut yang tidak diinginkan adalah dialisis, elektrodialisis dan menggunakan penyaring ultra. 3.2 Saran Pembelajaran seperti ini sebaiknya sering dilakukan karena dengan melalui pembelajaran pembuatan makalah seperti ini dapat meningkatkan kreativitas Mahasiswa dan juga dapat menemukan sendiri hal-hal yang belum ia ketahui dan Dalam pembuatan koloid hendaklah memanfatkannya dengan baik. Mengingat banyaknya manfaat dan erat dalam keshidupan kita sehari-hari. Behati-hatilah dengan zat-zat kimia yang digunakan dalam pembuatan koloid. Jangan sampai menyalah gunakannya. Dan bagi semua pihak maupun pembaca sebaiknya mencari referensi lagi agar dapat mengetahui lebih luas tentang Pembuatan Koloid.

21

Related Documents

Sistem Koloid
June 2020 17
Koloid Kimia
June 2020 17
Sistem Koloid
May 2020 24
Lart Dan Koloid
July 2020 20
Koloid Per 1.docx
April 2020 20
Koloid 2.docx
June 2020 6

More Documents from "salman akbar"

Koloid 2.docx
June 2020 6
Plate Setler.docx
June 2020 1
Kalibrasi Berkas Foton
November 2019 38