Klp 8 Kep. Anak.docx

  • Uploaded by: Anggi Anggarayani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klp 8 Kep. Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,294
  • Pages: 45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah putih muda, besarbesar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit) putih (neoplasma hematology). Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah

abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari leukemia? 2. Bagaimana etiologi terjadinya leukemia? 3. Bagaimana klasifikasi leukemia? 4. Bagaimana patofisiologi leukemia? 5. Apa pohon masalah dari leukemia? 6. Bagaimana tanda dan gejala leukemia? 7. Bagaimana gambaran klinis leukemia? 8. Apa saja pemeriksaan diagnostik leukemia? 9. Bagaimana penatalaksanaan leukemia? 10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan leukemia?

1.3 Tujuan 1.

Untuk mengetahui definisi dari leukemia.

2.

Untuk mengetahui etiologi terjadinya leukemia.

3.

Untuk mengetahui klasifikasi leukemia.

4.

Untuk mengetahui patofisiologi leukemia.

5.

Untuk mengetahui pohon masalah dari leukemia.

6.

Untuk mengetahui tanda dan gejala leukemia.

7.

Untuk mengetahui gambaran klinis leukemia.

8.

Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik leukemia.

9.

Untuk mengetahui penatalaksanaan leukemia.

10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan leukemia.

1.4 Manfaat A. Manfaat Umum Bermanfaat untuk menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan terutama leukemia. B. Manfaat Khusus Dapat memberikan wawasan tentang penerapan pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi pada klien dengan masalah leukemia, dapat menganalisis data dengan masalah leukemia. Serta menambah wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan anak.

BAB II KONSEP DASAR TEORI 2.1 Definisi Leukemia Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organorgan lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda. Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).

Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi Terjadinya Leukemia Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan antara lain: 1. Faktor eksogen seperti sina r X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2. Faktor endogen seperti ras 3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadangkadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). Faktor predisposisi: 1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV) 2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya 3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol 5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur 6. Kelainan kromosom Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh

struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HLA ( human leucocyte locus A ). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.

2.3 Klasifikasi 1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA) LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. 2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK) LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selamabertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. 3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. 4. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak

insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

2.4 Patofisiologi Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu: 1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur. 2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.

2.5 Pohon Masalah

2.6 Tanda dan Gejala 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. 2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. 3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. 5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik

2.7 Gambaran Klinis 1. Anak kelihatan pucat. 2. Demam. 3. Anemia. 4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi. 5. Kelemahan. 6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. 7. Purpura. 8. Pembesaran hepar dan lien. 9. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas.

10. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda meningitis. 11. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein. 12. Penurunan glukosa.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia). Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell. 70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan

kelainan

kromosom

yaitu

kromosom

21

(kromosom

Philadelphia atau Ph 1). 50 – 70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa: a. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid b. Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid (2n+a) c. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion) d. Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar

sampai yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

2.9 Penatalaksanaan A. Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu: 1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan: a. Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit. b. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi adalah sebagai berikut: 1. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak. 2. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi. 3. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

4. Terapi

rumatan

(pemeliharaan)

dimaksudkan

untuk

mempertahankan masa remisi c. fase Pelaksanaan Kemoterapi: 1) Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan Lasparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. 2) Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. 3) Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan B. Pengobatan imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas. b. Keluhan utama. c. Riwayat kesehatan sekarang. d. Riwayat kesehatan yang lalu. e. Riwayat kesehatan keluarga. 2. Pola kebutuhan a. Aktivitas Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan. Tanda : kelemahan otot, somnolen. b. Sirkulasi Gejala : palpitasi. Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat. c. Eliminasi Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine. d. Makanan / cairan Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia. Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut). e. Integritas ego Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan. Tanda : depresi, ansietas, marah. f. Neurosensori

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan. Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang. g. Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot. Tanda : gelisah, distraksi. h. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal. Tanda : dispnea, takipnea, batuk. i. Keamanan Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati. 3. Pemeriksaan fisik a. Umum Kesadaran

: composmentis sampai koma

Tekanan darah : hipotensi Nadi

: takikardi dan filiformis

Suhu

: demam sampai dengan hiperpireksia

Pernafasan

: takipnea sesak nafas

b. Fisik Kepala Wajah

: pucat

Mata

: conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema

Hidung

: epitaksis

Mulut

: gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis

Leher

: pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis

Dada

: nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

Abdomen

: hepatomegali, spenomefali, limfodenopati

Skeletal

: nyeri tulang dan sendi

Integumen

: purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar

4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah tepi Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast. b. Kimia darah Kolesterol

mungkin

rendah,

Asam

urat

meningkat,

hipogamaglobinemia c. Pemeriksaan Sumsum tulang Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesa (aplasia sekunder) d. Biopsi limpa Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa. e. Cairan serebrospinalis Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein f. Sitogenik Menunjukkan kelainan kromosom (kromosom Philadelphia atau Phi)

yaitu kromosom 21

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon

individu,

keluarga,

atau

komunitas

terhadap

masalah

kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung jawab (Wong,D.L, 2004 :331). Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah: 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia 3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah 5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi 6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis 7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia 8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan. 10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia. 11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

C. Intervensi Keperawatan Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004) a. Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

menurunnya

sistem

pertahanan tubuh Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi Intervensi : 1. Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus Ras ional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi 3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif 4. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme 6. Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler 7. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh 8. Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas Intervensi : 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan 3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi 4. Berikan bantuan dalam aktif itas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Intervensi : 1. Gunakan

semua

tindakan

untuk

mencegah

perdarahan

khususnya pada daerah ekimosis Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia 2. Cegah ulserasi oral dan rectal Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah 3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Rasional : untuk mencegah perdarahan 4. Gunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional : untuk mencegah perdarahan 5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat) Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan 6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit 7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar untuk mengontrol perdarahan Rasional : untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan : 1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan 2. Pasien tidak mengalami mual dan muntah Intervensi : 1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Rasional : untuk mencegah mual dan muntah 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi Rasional : untuk mencegah episode berulang 3. Kaji respon anak terhadap anti emetic Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil 4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan

membran

mukosa

mulut

:

stomatitis

berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral Intervensi : 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera 2. Hindari mengukur suhu oral

yang

Rasional : untuk mencegah trauma 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa Rasional : untuk menghindari trauma 4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan 5. Gunakan pelembab bibir Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura) 6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang 7. Berikan diet cair, lembut dan lunak Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak 8. Inspeksi mulut setiap hari Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan Rasional : untuk membantu melewati area nyeri 10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan

gigi,

memperlambat

penyembuhan

memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa 11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis 12. Berikan analgetik Rasional : untuk mengendalikan nyeri

dengan

f. Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

yang

berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat Intervensi : 1. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi 2. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal 3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi 4. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan 5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat 7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein

kalori,

khususnya

bila

BB

dan

pengukuran

antropometri kurang dari normal

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak Intervensi : 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5 Rasional

:

informasi

memberikan

data

dasar

untuk

mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi 2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman 3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat 4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Rasional : sebagai analgetik tambahan 5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas. Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit Intervensi :

1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi 2. Ubah posisi dengan sering Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit 3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit 4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi 5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit 6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif 7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan. Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif Intervensi : 1. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut

2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut 3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial 4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru 5. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik Rasional : untuk meningkatkan penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia. Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi Intervensi : 1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu 2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan 3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal

4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis 5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur 6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang ada Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak. Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak Intervensi : 1. Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya 2. Berikan kontak yang konsisten pada keluarga Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi

3. Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal Rasional

:

untuk

meyakinkan

bahwa

harapan

mereka

diimplementasikan 4. Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami

D. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai

E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah : 1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi 2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas. 3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah 5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman 6. Masukan nutrisi adekuat 7. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman. 8. Kulit tetap bersih dan utuh 9. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik. 10. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya.

Keluarga

mengekspresikan

perasaan

serta

kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak. 11. Keluarga tetap terbuka untuk konse ling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

BAB III PEMBAHASAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA PADA ANAK

Kasus An T 8 tahun datang ke RS dengan keluhan demam tinggi disertai nyeri kepala hasil anamnesa didapatkan bahwa klien sering berkeringat pada malam hari, lemas, mudah sakit terutama pilek, mudah pendarahan terutama di gusi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan RR 20x/menit, S 38,7 derajat celcius, N 82 x/menit, TD 120/90 mmHg, leukosit 35.000 sel/tetes darah, klien tampak lemas dan pucat, bibir kering dan sianosis, akral dingin dan sianosis, CRT 3 detik.

3.1 Pengkajian I.

Identitas klien Nama

: An. T

Umur

: 8 thn

Jenis kelamin

: laki-Laki

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Pelajar

Tgl, masuk RS

:-

Dx medis

: Leukemia

Alamat

:-

II.

Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama : Demam tinggi disertai nyeri kepala. 2. Riwayat penyakit sekarang : klien datang dengan keluhan demam tinggi disertai nyeri kepala. Klien mudah sakit terutama pilek. Klien mudah perdarahan terutama di gusi dan klien sering berkeringat pada malam hari, dan terlihat lemas. 3. Riwayat penyakit dahulu

: pengobatan kanker sebelumnya

4. Riwayat penyakit keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

No

5. Riwayat penyakit kebiasaan

:-

6. Riwayat penyakit alergi

:-

7. Riwayat penyakit kesehatan lain

:

Imunisasi

Umur

Tanggal pemberian

Reaksi

1

BCG

1,5 bulan

-

Eritema

2

DPT 1

3 bulan

-

-

DPT 2

5 bulan

-

Demam

DPT 3

7 bulan

-

-

Polio 1

4 bulan

-

-

Polio 2

6 bulan

-

-

Polio 3

8 bulan

-

-

Polio 4

12 bulan

-

-

4

Hepatitis B

Bayi baru lahir

-

-

5

Campak

6 bulan

-

Demam

3

III.

Pemeriksaan fisik 1. Kesadaran

: Komposmetis.

2. Keadaan umum

: Lemas dan pucat, bibir kering dan

sianosis, akral dingin dan sianosis. 3. Ttd vital

TD

: 120/90 mmHg

N

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

S

: 38,7 derajat celcius

4. Fisik - Wajah

: pucat

- Mata

: conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema

- Hidung

: epitaksis

- Mulut

: gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis

-

Leher

- Dada

: pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

- Abdomen : hepatomegali, spenomefali, limfodenopati - Skeletal IV.

: nyeri tulang dan sendi

Integumen : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar

Kebutuhan bio psiko social spiritual 1. Oksigenisasi Klien mengalami gangguan pada pernafasannya, klien mudah sakit terutama pilek, RR 20x/menit. 2. Cairan dan Elektrolit Klien sering berkeringat pada malam hari. 3. Aktivitas/Istirahat

Klien mengalami gangguan pada aktivitasnya. Klien tampak lemas dan pucat. 4. Nyeri/tidak nyaman Klien mengeluh nyeri kepala. 5. Neurosensorik Kesadaran klien komposmentis. 6. Suhu Klien mengalami demam tinggi, dan klien mudah mengalami pendarahan terutama di gusi V.

Pemeriksaan penunjang 1. laboratorium : Leukosit 35.000 sel/tetes darah, CRT 3 detik. 2. Radiologi

:-

3. Ekg

:-

3.2 Diagnosa I.

Analisa data

No Data

Masalah

Ds : kilen mengeluh demam -

Etiologi

gangguan

rasa -Nyeri

tinggi disertai nyeri pada nyaman nyeri

kepala

kepala. - kekurangan volume Do :

cairan

-Perdarahan

-klien tampak lemas dan pucat.

- intoleran aktivitas

-Klien sering berkeringat pada malam hari

-Kelemahan -resiko

terhadap umum

pada

-Bibir klien kering dan infeksi sianosis

-Tak

-Akral dingin dan sianosis

pertahanan

-Klien

sekunder

mudah

sakit

adekuat

terutama pilek -Klien mudah pendarahan terutama pada gusi

II.

Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik 3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolic

3.3 Intervensi Keperawatan HARI TANGGAL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

21, Januari 2019

Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien

bebas dari infeksi. Dengan kriteria hasil : a. Normotermia

INTERVENSI 1. 2.

3.

b. Hasil kultur negatif c. Peningkatan penyembuhan 4.

5.

6.

7.

8.

Pantau suhu dengan teliti Tempatkan anak dalam ruangan khusus Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Berikan periode istirahat tanpa gangguan Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Berikan antibiotik sesuai ketentuan

RASIONAL Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi Ras ional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

TTD

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus 21, Januari 2019

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan volume

cairan terpenuhi Kriteria hasil :

1.

2.

a. Volume cairan adekuat b. Mukosa lembab c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mnt

3.

4.

d. Nadi teraba e. Haluaran urin 30 ml/jam

5.

f. Kapileri refill <> 6.

Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi Kaji respon anak terhadap anti emetic Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah Rasional : untuk mencegah episode berulang Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

21, Januari 2019

Nyeri berhubungan

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24

1.

Mengkaji tingkat nyeri dengan

Rasional : informasi memberikan data dasar

dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik

jam diharapkan nyeri

teratasi Kriteria hasil : 2.

a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri

3.

c. Tampak rileks dan mampu istirahat

4.

5.

21, Januari 2019

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolik

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien

1.

mampu mentoleransi aktivitas Kriteria hasil : a. Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat

2.

3.

skala 0 sampai 5 kebutuhan atau keefektifan intervensi Jika mungkin, gunakan prosedurprosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

untuk mengevaluasi Rasional : meminimalkan tidak aman

untuk rasa

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat Rasional : sebagai analgetik tambahan Rasional : untuk mencegah kambuhnya nye

Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Berikan obatobat anti nyeri secara teratur Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampua n untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Kaji kemampuan untuk

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan Rasional

:

kemampuan c. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan dan TD dalam batas normal

4.

berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan intervensi Berikan bantuan dalam aktif itas sehari-hari dan ambulasi

memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3.4 Implementasi Keperawatan Nama

: Anak T

Dx Medis : ALL Umur

: 8 tahun

Ruang

: III 9 RB4

No

Dx

1

I

Tgl/Jam

Implementasi

Evaluasi

22/01/2019 Memantau tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmHg

09.00

N: 96 x/mnt RR: 28 x/mnt T: 36,80C

2

II

11.00

Memasang infus dengan

Pasien kooperatif

tehnik aseptik

18.00

Memberikan diet M I Memberi injeksi

3

III

09.30

Mengajak px bercerita atau berkomunikasi

Membantu klie makan

Pasien mau bercerita kooperatif

Pasien makan habis ½ porsi

Membantu px dalam latihan gerak secara perlahan-lahan 4

I

23//1/2019

Memantau tanda vital

08.00

TD: HR: 96 x/mnt

Membantu anak dalam

RR: 26 x/mnt

belajar

T: 36,50C

Membantu anak dalam

Anak tidak mau makan

makan buah

buah

09.00

Perawatan infuse

Pasien kooperatif

12.00

Memberi Diet M I

18.00

Memberi injeksi

19.00

Membersihkan gigi klien

21.00

Mengingat anak dalam

10.00

11.00 5

II

kebersihan diri Menjelaskan kepada anak dan keluarga dalam kebersihan diri 6

III

09.30

Mengajak px dalam

Pasien kooperatif.

bercerita tentang

Mendengarkan cerita yang

penyakitnya

diceritakan

12.30 Membantu klien dalam 14.30

BAK

Mendemonstrasikan latihan 18.00

moblisasi

20.00

Memberikan diet M I

21.00

Membantu anak dalam BAB

Anak berdoa sebelum tidur

Mengajari anak dalam berdoa sebelum tidur 7

I

24/01/2019 Memantau tanda vital

TD: -

08.00

HR: 94 x/mnt Membantu anak dalam

RR: 26 x/mnt

bermain

T: 36,50C

Memberi diet M I

Anak kooperatif

10.00 Mengambil spesimen darah arteri 3 cc 12.00 Perawatan infus 13.00 Mengoff infuse

14.00

18.00 8

II

09.00

Observasi pasien dalam ruangan

10.30

Pemberian injeksi

Anak kooperatif

11.00

Bantu pasien dalam perawatan gigi

13.30

Memberikan penjelasan kepada anak cara-cara membersihkan diri

16.00

Membantu pasien dalam mandi dan menggosok gigi

3.5 Evaluasi Keperawatan HARI

/ NO DX

EVALUASI SUMATIF

TANGGAL I

S: Ibu mengatakan anak sudah mulai lincah O: Kulit anak pucat Konjungtiva pucat Hb: 8,5 gr% A: Masalah belum teratasi

    II

P: R/T dilanjutkan Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak Pantau tanda-tada vital Berikan transfusi darah Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi S: Anak mengatakan lemah badannya O: Anak pucat, diet habis ¾ porsi, Hb: 8,5 gr%, leukosit 5,7.103/mm A: Infeksi tidak terjadi

P: R/T dilanjutkan  Tempatkan px di kamar khusus  Lakukan tindakan dengan tehnik aseptik dan aseptik yang tinggi

TTD

IV

 Lakukan kebersihan mulut secara rutin S: Anak R masih kelihatan lemah O: Anak tampak pucat, konjungtiva pucat, bibir pucat A: Masalah belum teratasi P: R/T dilanjutkan  Bantu anak R dalam aktifitas sehari-hari  Evaluasi laporan kelamahn, perhatikan ketidak mampuan dalam beraktifitas

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh sumsum tulang anak maupun gangguan pematangan sel-sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30% jumlahnya dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak. Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).

4.2 Saran Untuk mahasiswa keperawatan agar kreatifitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak-anak agar lebih bersabar dan perhatian kepada anak-anak sehingga anak-anak tidak bosan selama di rawat di Rumah Sakit.

BAB V DAFTAR PUSTAKA  Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.  Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells. 1998. Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.  Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.  Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.  Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.  Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta  Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.  Kapita. 2000. Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapius FKUI.  Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC  Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto

Related Documents


More Documents from "Fadillahulfa1099"

Klp 8 Kep. Anak.docx
November 2019 5
Anajemen: Eperawatan
November 2019 6
Klp 8 Kep. Anak.docx
November 2019 9
Uud
May 2020 46
3f. Diagram Swot.docx
June 2020 42