Universal Precaution (KEWASPADAAN UNIVERSAL)
Hadarati Razak
KEWASPADAAN UNIVERSAL ADALAH : Upaya pencegahan infeksi yang telah mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang
terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien.
Petugas kesehatan bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan pasien dari risiko penularan penyakit infeksi
Setiap cairan tubuh pasien harus dianggap infeksius tanpa
memandang status pasiein
.
Tahun 1847 Dr. Ignac F. Semmelweis mengamati bahwa tindakan medis dapat menularkan infeksi
Tahun 1967 CDC Atlanta merekomendasikan tehnik isolasi berdasarkan kelompok kategori (7kategori)
Tahun 1983 direkomendasikan 2 sistem isolasi yaitu category spesific infection dan disease spesific isolation precaution
Tahun 80 an Indonesia mempunyai program pengendalian infeksi nosokomial dengan menerapkan 4 kategori isolasi yaitu isolasi pernafasan, isolasi saluran cerna, isolasi ketat, isolasi perlindungan dan blood precaution
Tahun 1984 berkembang sistem yang disebut Body substance isolation (BSI) Tahun 1985 CDC Atlanta merekomendasikan strategi baru yaitu blood and body fluid precautions secara universal tanpa memandang status pasien dan strategi penanganan limbah medis termasuk alat tajam
Tahun 1994 UP dibagi menjadi 2 tingkatan kewaspadaan yaitu standard precaution dan Transmission based precaution
Tahun 1997 dan 1998 semua bentuk kewaspadaan ini disebut dengan UNIVERSAL PRECAUTION atau Kewaspadaan Universal
ALASAN DASAR PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL
Penyakit HIV-AIDS, Hepatitis B dan C mempunyai tingkat potensial penularan yang cukup tinggi dari cairan tubuh termasuk juga penyakit infeksi lain yang dapat ditularkan terutama melalui cairan tubuh Sementara bagi masyarakat umum sarana kesehatan tempat pemeliharaan kesehatan Petugas kesehatan bertanggung jawab untuk menjaga kepercayaan tersebut khususnya didalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
RANTAI INFEKSI
Sumber Penyakit
MEDIA
Penerima Infeksi
Kewaspadaan Universal - Darah - Jaringan - Cairan Tubuh -
Semen Cairan Vagina Cairan Amnion Cairan serebrospinal
- Dianggap potensial menularkan -
Cairan perikard Cairan peritoneal Cairan sinovial Cairan pleura
Standar Kewaspadaan Merupakan metoda untuk menekan terjadinya perpindahan mikroorganisma penyebab infeksi sebagai berikut :
Pasien A
Pasien B
Tenaga Medis
RISIKO TRANSMISI PENYAKIT
Risiko transmisi HIV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HIV positif adalah 4 : 1000 Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HBV positif adalah 27 - 37 : 100
6-8
BEBERAPA TINDAKAN POTENSIAL DALAM PENULARAN PENYAKIT
Cuci tangan yang kurang benar Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
PRINSIP UTAMA PROSEDUR KEWASPADAAN UNIVERSAL
Menjaga higiene sanitasi individu
Menjaga higiene sanitasi ruangan
Sterilisasi peralatan
5 kegiatan pokok Kewaspadaan Universal
Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Pemakaian alat pelindung guna mencegah kontak
dengan darah dan cairan tubuh
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
CUCI TANGAN Cuci
tangan Higienik atau rutin : mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun dan deterjen
Cuci
tangan Aseptik : sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik
Cuci
tangan Bedah (surgical handscrub) : sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril
Gunakan sabun, air bersih mengalir 4060 detik dan pakai handuk pribadi atau tissue Sebagai alternatif, dapat gunakan bilasan alkohol-gliserin (asalkan tangan tak kotor secara fisik) 6-14
EFEKTIVITAS PENCUCIAN Proses Pencucian
Efektivitas (% Berkurang)
Hasil Akhir
Air terkontaminasi
Menghilangkan kotoran dan debu yang menempel ( ? )
Tampak bersih
Air bersih
Menghilangkan kotoran dan debu yang menempel ( 50 % )
Tampak bersih
Sabun dan Air bersih
Menghilangkan kotoran dan debu yg menempel sekaligus darah dan debu organik
Tampak bersih
LARUTAN ALKOHOL/GLISERIN Formula
Tambahkan 2 ml gliserin kedalam 100 ml larutan alkohol 60-90%.
Tuangkan sebanyak 3 to 5 ml dan gosokkan pada kedua belah tangan selama 2-5 menit, diperlukan sejumlah 6-10 ml untuk keseluruhan proses. 6-17
CUCI TANGAN PRA-BEDAH
Gunakan larutan antiseptik (bila tersedia) dan bilas dengan air bersih mengalir Gunakan sikat halus untuk membersihkan kuku Gunakan spons untuk membersihkan kulit Keringkan tangan dan lengan dengan handuk 6-19
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety
Saat datang dan pulang dari tempat kerja
Sebelum dan setelah memeriksa klien
Sebelum dan setelah pakai sarung tangan
Setelah terpapar darah atau sekret tubuh
Setelah tersentuh material berbahaya/toksik
Sebelum dan setelah makan
Setelah menggunakan toilet/buang air 6-21
ALAT PELINDUNG
Sarung tangan
Pelindung wajah/masker/kaca mata
Penutup kepala
Gaun pelindung (baju kerja/celemek)
Sepatu pelindung (sturdy foot wear)
PEMILIHAN ALAT PELINDUNG SESUAI PAJANAN Jenis pajanan :
Contoh :
Pilihan alat pelindung :
Risiko rendah : - kontak dengan kulit - tidak terpajan langsung
- injeksi - perawatan luka
- sarung tangan tidak esensial
- px.pelvis - Insersi & melepas IUD - Pemasangan IVFD - spesimen lab. - perawatan luka berat
- sarung tangan - mungkin perlu gaun pelindung/celemek
- tindakan bedah ; mayor,mulut,partus
- alat pelindung lengkap
Risiko sedang : - kemungkinan terpajan darah namun tidak ada percikan/cipratan
Risiko tinggi : - Kemungkinan terpajan - perdarahan masif
GUNAKAN SARUNG TANGAN
Saat melakukan prosedur bedah Ketika melakukan periksa dalam Saat mengambil sampel darah Jika menangani peralatan/linen yang terkontaminasi bahan/sekret menular Saat mengelola dan membuang limbah Membersihkan percikan darah/sekret tubuh di peralatan, permukaan meja bedah, lantai 6-24
UNIVERSAL PRECAUTION
SARUNG TANGAN
Harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan kontak atau yang diperkirakan akan menimbulkan kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda terkontaminasi Dikenal 3 jenis sarung tangan yaitu ; sarung tangan bersih, sarung tangan steril, sarung tangan rumah tangga
PENGGUNAAN SARUNG TANGAN Sarung tangan bersih :
- didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) - digunakan sebelum melakukan tindakan rutin pada kulit dan jaringan mukosa - dapat digunakan pada tindakan bedah bila sarung tangan steril tidak ada
Sarung tangan steril :
- sarung tangan yang telah melalui proses serilisasi - harus digunakan pada saat melakukan tindakan bedah
Sarung tangan rumah Tangga
- terbuat dari latex atau vinil, tebal - digunakan saat membersihkan alat kesehatan, permukaan meja kerja dll - dapat digunakan kembali setelah dicuci bersih
BARIER PROTEKTIF
Gunakan kacamata pelindung, masker, celemek dan sepatu tertutup.
6-28
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan Menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap yaitu ; dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT, penyimpanan
Dekontaminasi Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 mnt
Cuci bersih dan tiriskan Pakai sarung tangan dan pelindung terhadap objek tajam
Sterilisasi Uap Bertekanan tinggi –Otoklaf
Pemanasan Kering
1210 C
1700 C Selama 60 menit
106 kPa (1 atm) 20 – 30 menit
Disinfeksi tingkat tinggi Kimiawi
Kimiawi
Uap
Rebus
Rendam dalam larutan disinfektan 10 – 24 jam atau Gas Eto
Rendam dalam larutan disinfektan 20 menit
Tutup dalam uap air mendidih selama 20 menit
Diamkan mendidih selama 20 menit
Pendinginan & Penyimpanan Siap pakai
Dekontaminasi
Sterilisasi Kimiawi Uap panas tekanan tinggi Panas kering
Cuci dan Bilas
Keringkan,dinginkan, simpan atau siap pakai
DTT Merebus Mengukus Kimiawi
Pentingnya Dekontaminasi Efektif meskipun bila air keran sangat kotor Tidak menyebabkan korosi (karat) bila diambil dan dibilas dalam waktu 60 detik
CARA MEMBUAT KLORIN 0,5% DARI KONSENTRAT ATAU SEDIAAN YANG MENGANDUNG 5% KLORIN
Formula : % konsentrat yang tersedia Bagian air digunakan sebagai pelarut :
-- 1
= ....... bagian air
% yang diinginkan
Bila ingin membuat klorin 0,5% dari konsentrat / sediaan yang mengandung 5% klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®) 0,5% (yg diinginkan)
:
5 X 10 5
1 = 9 bagian air
Berarti, untuk mendapatkan klorin 0,5%, campurkan 1 bagian konsentrat 5% klorin dengan 9 bagian air bersih
6-33
CARA MEMBUAT KLORIN 0,1% DARI KONSENTRAT ATAU SEDIAAN YANG MENGANDUNG 5% KLORIN
Formula : % konsentrat yang tersedia Bagian air digunakan sebagai pelarut :
-- 1
= ....... bagian air
% yang diinginkan
Bila ingin membuat klorin 0,5% dari konsentrat / sediaan yang mengandung 5% klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®) 0,1% (yg diinginkan)
:
5 X 10 1
1 = 49 bagian air
Berarti, untuk mendapatkan klorin 0,1%, campurkan 1 bagian konsentrat 5% klorin dengan 49 bagian air matang / DTT
6-34
TINGKAT RISIKO DAN JENIS PENGGUNAAN ALAT Tingkat risiko:
Jenis penggunaan alat:
Cara pengelolaan:
Risiko tinggi
Alat yang digunakan dengan menembus kulit atau rongga tubuh
Sterilisasi atau menggunakan alat steril sekali pakai
Risiko sedang
Alat yang digunakan pada mukosa atau kulit yang tidak utuh
Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (perebusan/kimiawi)
Risiko rendah
Alat yang digunakan pada kulit utuh tanpa menembus kulit
Cuci bersih
DEKONTAMINASI
Menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau permukaan benda Dilakukan dengan menggunakan bahan disinfektan yaitu suatu larutan atau zat kimia yang tidak digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa Klorin 0,5% atau 0,05% adalah disinfektan yang paling sering digunakan dinegara berkembang karena terjangkau dan mudah didapat
Masukkan peralatan bekas pakai yang akan digunakan kembali ke dalam larutan klorin 0,5% segera setelah digunakan.
Rendam selama 10 menit dan segera lakukan pembilasan
Lakukan pula pembersihan permukaan peralatan (misalnya meja bedah) dengan larutan klorin 0,5%. 6-37
Dekontaminasi Khusus Jenis alat kesehatan
Proses Dekontaminasi
1. jarum dan semprit : - sebaiknya tidak dipakai ulang - insenerasi beserta wadahnya
1.- siapkan wadah kedap tusukan -isi dengan lart.klorin 0,5% - isi semprit&jarum dengan lart.klorin semprotkan, lakukan 3x - rendam dlm lart.klorin 10mnt
2. sarung tangan : - sekali pakai – buang dalam wadah limbah medis - pakai ulang – tampung dalam wadah penampungan utk proses dekontaminasi
2.- tampung dalam wadah berisi lart. Klorin 0,5% rendam 10 menit sebelum dicuci -pisahkan dalam wadah berbeda dengan alat tajam
3. Wadah tempat penyimpanan peralatan 4. permukaan meja yang tidak berpori
3. isi dgn lart.klorin 0,5% 10 mnt, bilas & cuci 4.- gunakan sarung tangan RT&celemek, semprot lart.klorin,biarkan 10 mnt, lap dgn lap basah bersih berulang kali shg klorin terangkat
Mikroorganisme
Konsentrasi efektif klorin
waktu
Mikoplasma dan bakteri
25 ppm
Beberapa detik
100 ppm 100 ppm 100 ppm 100 ppm 100 ppm
5 menit 1 jam 10 menit 10 menit 10 menit
200 ppm 1000 ppm
10 menit ??
vegetatif (<25ppm) spora Bacillus subtilis Agen mikotik S.aureus Salmonella choleraesuis Pseudomonas aeruginosa Beberapa macam virus termasuk HIV dan HBV Micobacterium tuberculosis
Pencucian Alat Menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda atau permukaan benda dengan sabun atau deterjen, air dan sikat Tanpa pencucian yang teliti maka proses disinfeksi atau sterilisasi selanjutnya tidak akan efektif
Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau mengakibatkan reaksi pirogen bila masuk kedalam tubuh pasien Detergen digunakan dengan cara mencampurkan dengan air, dan tidak diperbolehkan menggunakan sabun cuci biasa karena akan menimbulkan residu yang sulit dihilangkan Hindari penggunaan abu gosok karena akan menimbulkan goresan pada alat yang bisa menjadi tempat bersembunyi mikroorganisme ataupun karat
Cuci dengan air bersih dan sabun atau deterjen
Sikat dengan sikat halus hingga tampak bersih
Lakukan penyikatan dalam air pencuci untuk menghindarkan percikan
Buka engsel atau sambungan peralatan Bilas merata dengan air bersih.
6-41
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri
Dilakukan dengan menggunakan cairan kimia, perebusan, pasteurisasi
Disinfektan kimiawi a.l : alkohol, klorin, formaldehid, H2O2, glutarldehid, yodifora, asam parasetat, fenol, ikatan amonium kwartener
Pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi, suhu yang digunakan biasanya 770C waktu 30 menit
Radiasi dengan sinar ultra violet ; tidak ada data yang mendukung efektifitas pencegahan penularan penyakit dengan cara ini, dan kelemahan dari UV adalah tidak dapat menembus cairan
Disinfektan tingkat tinggi (DTT) merupakan alternatif bila alat sterilisasi tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan. DTT dapat membunuh semua mikroorganisme termasuk HIV dan HEP.B namun tidak membunuh endospora dengan sempurna sehingga bila kasus gas gangren dan tetanus banyak didapat maka semua peralatan harus disterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri Sterilisasi dapat dilakukan dengan tehnik uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, zat kimia cair Sterilisasi adalah cara paling aman dan efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang secara normal bersifat steril
Desinfeksi Tingkat Tinggi (Perebusan)
Susun peralatan hingga terendam dalam air
Rebus hingga mendidih dalam panci bertutup.
Hitung waktu dari saat air mulai mendidih hingga 20 menit untuk proses DTT
Jangan menambah sesuatu ke dalam panci setelah penghitungan waktu dimulai
Keringkan di udara terbuka sebelum disimpan. 6-44
Autoklaf 106 kPa, 121°C, 20 menit & 30 menit (tanpa bun gkus & terbungkus) Kimiawi
STERILISASI
Rendam dalam Glutaraldehida selama 10 jam
Panas kering
6-45
170°C selama 60 menit atau 160°C selama 120 menit
Alat kesehatan
Mikroorganisme potensial penyebab nosokomial
Alat gigi ; - Risiko tinggi ; forsep,skalpel, chisel, skaler, bor - Risiko sedang; kondesor, sem prit air
Pengelolaan yang aman
- Keduanya harus disterilkan setiap habis pakai 1 pasien, alat yang tidak dapat dilepas dan tidak panas sebaiknya tidak digunakan aatau gunakan alat sekali pakai
Endoskopi
-Salmonella spp, TBC, P.Aeruginosa, M.atipik
- Pencucian, DTT, Pembilasan, pengeringan dan penyimpanan
Tombol-tombol, senter
- HBV, HIV, TBC
- lapis dengan bahan kedap air, ganti lapis setiap ganti pasien, alat yang tertutup didisinfeksi - DTT cukup efektif membunuh ke 3 jenis mikroorganisme ini
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses disinfeksi dan sterilisasi Cara penyimpanan tergantung apakah alat terbungkus atau tidak terbungkus Umur steril tergantung pada atau tidaknya terkontaminasi dan kondisi pada pembungkus itu sendiri Alat tidak terbungkus harus segera digunakan setelah dikeluarkan, alat yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup paling lama 1 minggu Jangan menyimpan alat dalam larutan karena mikroorganisme dapat berkembang biak pada larutan antiseptik atau disinfektan
Kewaspadaan Khusus Merupakan
tambahan pada kewaspadaan universal, yang terdiri dari tiga jenis kewaspadaan : Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airborne) Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan (droplet) Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
Kewaspadaan khusus
Contoh penyakit
Penempatan pasien
proteksi
pengangkutan pasien
Udara
- Campak - Varisela - TBC
- tekanan negatif terpantau - pertukaran udara tiap 6 jam
- masker
- batasi mobilisasi pasien - pasien memakai masker bedah
Percikan
- Diphteria - Pneumonia - Pertusis - mumps, dll
- Ruangan isolasi, ruang bersama dgn inf. Sama
- Masker N95
- sda
kontak
- Difteri - E.coli - shigella - HAV - dll
- Ruangan isolasi, ruang bersama dgn inf. sama
- sarung tangan - b.pelindung
- batasi mobilisasi dan selalu guna kan b.pelindung
Gejala klinis Diare - Diare akut dengan kemungkinan infeksi pada Pasien yang memakai popok atau penderita inkontensia - Diare pada orang dewasa yang baru saja menggunakan antibiotik Meningitis
Patogen Potensial - Entero patogen
Jenis Kewaspadaan - Penularan melalui kontak
- Clostridium difficile - Penularan melalui kontak - Neisseria mengitidis
- Penularan melalui percikan
- Neisseria mengitidis
- Penularan melalui percikan
Ruam atau eksantem pada umumnya, penyebab Tidak diketahui - petekial/ekimosis dengan demam
- Penularan melalui kontak dan udara - Varisela
-Vesikular -Makulopapular dengan korisa dan demam
- Penularan melalui udara - Rubeola (measles)
Gejala klinis Infeksi pernafasan -Batuk,demam, infiltrat lobus paru
Patogen potensial
Jenis kewaspadaan
- M. Tuberculosis
- Penularan lewat udara
paru
- M. Tuberculosis
- Penularan lewat udara
- Batuk paroksismal atau batuk parah pertusis
- B. Pertusis
- Penularan lewat udara
-Batuk,demam, infiltrat diseluruh lobus
- Infeksi saluran nafas, pada bronchiolitis dan croup pada bayi dan anak - Respiratory syncitial/ Risiko adanya mikroorganisme yang V.parainfluenza kebal obat -bakteri resisten
Infeksi kulit atau luka
- Abses atau luka yang terbuka
- Staphilococcus aureus group A, Sreptococcus
- Penularan lewat udara - Penularan lewat udara
- Penularan lewat kontak
PERLINDUNGAN TRANSMISI PENYAKIT BAGI PETUGAS KESEHATAN
Kebanyakan infeksi terjadi akibat paparan dengan darah atau cairan tubuh pasien yang secara klinis belum menunjukkan gejala adanya penyakit Aplikasikan budaya bersih dan aman seperti cuci tangan dan memakai sarung tangan. Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur antisepsis Proses peralatan dan sarana kesehatan 6-52
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau memindah-tangankan benda/instrumen tajam Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya: wadah logam) Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau memasang skalpel/pisau bedah Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan instrumen tajam yang diminta 6-53
Mencegah Luka Tusuk Gunakan klem atau pemegang jarum saat memasang atau melepaskan pisau bedah atau instrumen tajam lain yang harus disatukan atau dipisahkan
6-54
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona aman sebagai penghantar instrumen tajam
6-55
Tidak semua klien itu sakit, contoh pelayanan KB, Imunisasi, umumnya adalah orang yang sehat dan status tersebut harus tetap terjaga saat dan setelah pelayanan diberikan
Setiap tindakan dengan risiko infeksi harus dilaksanakan secara hati-hati dan benar.
Tingginya angka infeksi pasca tindakan menunjukkan rendahnya mutu pelayanan 6-56
Berbagai cara penularan infeksi Kontak (Contact transmission) Penularan melalui kontak langsung dengan jaringan terinfeksi
Percikan mengandung mikroorganisme yang disebarkan dalam jarak dekat (1–2 meter) melalui udara
Modul 8,
Percikan (Droplet transmission)
Udara (Airborne transmission) Menyebar melalui residual particle <5 µ dan tetap berada di udara dalam waktu lama
Alat & makanan (Common vehicle transmission) Melalui makanan, air, atau alat kesehatan yang tercemar
Perantara binatang (Vector borne transmission) Nyamuk, lalat, tikus
Mazami Enterprise © 2009
Hala man 57
Limbah rumah sakit dapat berupa limbah medis ataupun limbah rumah tangga dan limbah berbahaya
Limbah rumah tangga atau non medis tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko rendah
Limbah medis mengandung atau kontak dengan darah/cairan tubuh pasien sehingga disebut sebagai risiko tinggi, karena berisiko menularkan penyakit
Limbah medis berupa limbah klinis dan limbah laboratorium
Limbah berbahaya mempunyai sifat beracun seperti produk pembersih, obat sitotoksik, disinfektan,senyawa radio aktif
PENANGANAN LIMBAH Cara Penanganan/Pembersihan Tumpahan Darah / Cairan Infeksius : Serap tumpahan dgn kertas tissue Buang tissue kedlm kantong kuning Desinfeksi bekas tumpahan dgn larutan Chlorine 1% diamkan 5 menit keringkan dgn kain pel jika tumpahan banyak, batasi area dgn pita kuning
Siapkan spill kit & MSDS spesifik utk tiap bahan Gunakan APD Pasang tanda bahaya & isolasi utk karantina daerah bahaya Letakkan tissue/kertas absorbent pd tumpahan & angkat dgn penjepit, dibuang dgn kantong plastik yg sesuai Ulangi sampai permukaan paparan dlm kondisi bersih ………………..
lanjutan
• Untuk limbah infeksius, bersihkan permukaan bekas kontaminan dgn disinfektan • Masukkan semua bahan atau peralatan yg sdh terkontaminasi ke dlm kantong plastik yg sesuai & diberi LABEL • Dibawa / dibuang ke TPS
B3 & limbahnya tidak boleh dibuang sembarangan Limbah bahan kimia: kantong plastik coklat Limbah obat kanker: kantong plastik ungu Limbah Radioaktif: kantong plastik merah Limbah infeksius: kantong plastik kuning Limbah tdk boleh dicampur (terutama limbah radioaktif) Wadah limbah + Label/simbol Limbah B3 Kirim ke ISP
Pengisian kantong tdk boleh penuh, tp ¾ isi kantong & diikat
Buanglah sampah sesuai jenisnya pada tempat sampah Yang disiapkan
SAMPAH ORGANIK ( BASAH)
SAMPAH AN ORGANIK ( KERING)
SAMPAH MEDIS
SAMPAH B3
( Bahan Berbahaya dan Beracun)
PEMUSNAHAN JARUM SUNTIK
Pengelolaan limbah klinis dan laboratorium
Darah,cairan tubuh, material yang mengandung darah kering seperti kasa,perban dan benda2 tajam bekas pakai, benda2 dari kamar bedah, jaringan/potongan tubuh atau plasenta
Sebelum dibawa ke insinerator semua jenis limbah ditampung dalam kantong kedap air biasanya berwarna kuning
Ikat rapat secara kuat dengan isi paling banyak 3/4, ideal 2/3 penuh
Pengumpulan limbah dari ruang perawatan harus lengkap dengan kantongnya tidak boleh dituang pada gerobak pengangkut
Petugas yang menangani harus menggunakan sarung tangan tebal dan kedap air serta sepatu
Tempat penampungan sementara harus berupa wadah yang mudah dijangkau petugas, pasien dan pengunjung
Harus tertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar terhindar dari jangkauan tikus, serangga atau binatang lain
Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari 1 hari
Wadah sementara limbah tajam harus dicuci dengan disinfektan setiap hari
Pemusnahan yang dianjurkan adalah insenerasi atau bila tidak ada lakukan penguburan dengan metode kapurisasi
Dilakukan sesuai kewaspadaan universal Setiap petugas menggunakan alat pelindung lengkap Perawatan dilakukan dimulai dari ruang perawatan, ruang jenasah, hingga persiapan pemakaman Gunakan pembalut absorbent dan plester kedap air untuk menutup luka/tusukan bekas infus Setiap percikan atau tumpahan darah dibersihkan dengan lart.klorin 0,5% Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi Seluruh prosedur harus sesuai dengan kepercayaan agama yang dianut Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja Pembuangan sampah terkontaminasi sesuai alur limbah pencegahan penularan infeksi
Prosedur Kewaspadaan Universal dianggap sebagai pendukung program K3 Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan Air mengalir adalah sarana penting dalam proses cuci tangan Penggunaan lap bersih untuk satu kali pakai Penggunaan alat pelindung sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan Alat yang sudah steril harus tersimpan ditempat kering Perendaman berlebihan hanya akan merusak alat kesehatan Selalu lakukan sterilisasi jangan berhenti sampai DTT Air yang dididihkan bukan merupakan air steril Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan
KESIMPULAN
Pencegahan Infeksi sebagai upaya kewaspadaan umum merupakan salah satu cara mencegah transmisi silang dan diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan standar
Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan secara benar dan taat azaz agar diperoleh hasil maksimal dan memenuhi syarat
Pencegahan Infeksi tidak selalu berarti penambahan biaya, yang paling penting adalah pembudayaan lingkungan bersih dan aman serta menumbuhkan perilaku bekerja secara standar dan selalu menjaga kualitas pelayanan 6-69
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN
(PPP)
Hadarati Razak
Topik: • • • •
Jenis pajanan & risiko penularan Penatalaksanaan pasca pajanan Regimen Profilaksis Pasca Pajanan Pencatatan dan pelaporan
Jenis pajanan dan risiko penularan
Jenis Pajanan OKUPASIONAL Berhubungan dengan pekerjaan sebagai petugas kesehatan Terpercik darah, tersayat pisau, tertusuk jarum
NON OKUPASIONAL Tidak berhubungan dengan pekerjaan sebagai petugas kesehatan Perkosaan, hubungan seks, perkelahian, jarum suntik bergantian
Mazami Enterprise © 2009
Pajanan Okupasional
Cidera pada kulit (tersayat benda tajam atau tertusuk jarum yang terkontaminasi)
Kontak dengan selaput lendir atau kulit yang tidak utuh (kulit luka terbuka, lecet atau dermatitis)
Modul 8a,
Risiko terinfeksi HIV pada petugas kesehatan, jika terjadi pajanan dengan darah, jaringan / cairan tubuh lain yang mengandung darah
Tempat & alat berisiko penularan HIV Tempat dan alat untuk tindakan:
Persalinan dan tindakan obstetrik
Pemeriksaan ginekologi Perawatan bayi Pemasangan infus Pemeriksaan laboratorium Sampah/ limbah medis
Modul 8a,
Operasi major & minor
Tindakan berisiko penularan HIV Operasi Penutupan kembali jarum suntik
Modul 8a,
Pengambilan darah Memasukan dan menangani cairan IV Menangani darah atau cairan tubuh yang terinfeksi di laboratorium
Membersihkan, menangani dan menghancurkan limbah dan alat-alat medis yang terkontaminasi
Terutama dalam keadaan terburu-buru !!!
Cairan tubuh manakah yang berpotensi untuk menularkan HIV
Darah Serum Semen Sekret vagina Sputum
Cairan Amnion Cairan Pleura Cairan Peritoneal Cairan Perikardial Cairan Sinovial Cairan Serebrospinal
Air mata Muntahan Keringat Mukosa serviks Feses Urin
Risiko penularan HIV dari cairan tubuh Sulit ditentukan
Darah Serum Semen Sekret vagina Sputum
Cairan Amnion Cairan Pleura Cairan Peritoneal Cairan Perikardial Cairan Sinovial LCS
Mazami Enterprise © 2009
selama tidak terkontaminasi darah
Air mata Muntahan Keringat Mukosa serviks Feses Urin
Modul 8a,
Tinggi
Rendah
Risiko kecelakaan kerja 3 : 1000 27-37 : 100
Volume percikan darah terinfeksi HBV yang mampu menularkan HBV adalah 10-8 ml = 0,00000001 ml HIV, HBV, dan HCV lebih cenderung ditularkan melalui HUBUNGAN SEKSUAL atau TRANSFUSI DARAH yang terkontaminasi Kemungkinan tertular HIV, HBV, dan HCV sebagai akibat pajanan pada kecelakaan kerja lebih kecil Mazami Enterprise © 2009
Modul 8a,
Risiko penularan HIV setelah tertusuk jarum dari klien HIV positif Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum dari klien HBV positif
Risiko penularan di sarana pelayanan kesehatan
Mazami Enterprise © 2009
Agen
Cara pajanan
Risiko infeksi
HBV
Perkutaneus
30 %
HCV
Perkutaneus
3%
HIV
Perkutaneus
0.3 %
HIV
Mukokutaneus
0.03 %
Penatalaksanaan pasca pajanan Modul 8a,
Umum Profilaksis Lanjutan Evaluasi
Penatalaksanaan umum
Jangan panik !!!
selesaikan segera dalam 4 jam pertama Modul 8a,
Halaman 82
Penatalaksanaan umum
Tindakan segera Eliminasi pajanan
Desinfeksi
bilas air mengalir dan sabun/ antiseptik ludahkan dan kumur irigasi dengan air/ NaCl 0,9% hembuskan keluar & bersihkan dengan air Modul 8a,
Luka tusuk : Mukosa mulut : Mukosa mata : Mukosa hidung:
luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu:
Povidon Iodin 2,5% : selama 5 menit Alkohol 70% : selama 3 menit Chlorhexidine cetrimide : (Bekerja melawan HIV, tetapi tidak terhadap HBV)
Dilarang menghisap dengan mulut atau menekan luka
Penatalaksanaan umum
Perlakukan keadaan darurat Perlakukan sebagai keadaan darurat
Dasar pertimbangan pemberian PPP Kategori Pajanan (KP) Status HIV sumber pajanan (KS HIV) Ketersediaan obat PPP
Modul 8a,
Berikan obat Profilaksis Pasca Pajanan secepat mungkin (1-2 jam pertama), sebelum 72 jam Bila pajanan Risiko Rendah, pemberian obat PPP setelah 72 jam tidak efektif. Bila pajanan Risiko Tinggi, tetap berikan obat PPP sebelum 7 hari pertama.
Penatalaksanaan umum
Laporkan & konseling Catat dan laporkan Panitia Penanganan Infeksi di Rumah Sakit (PIRS), Panitia Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), dan Atasan langsung
Konseling Risiko transmisi HIV & HBV Profilaksis Pasca Pajanan Perilaku seksual aman
Modul 8a,
Halaman 85
Informasi bagi orang yang terpajan Risiko transmisi sesuai jenis kecelakaan & sumber pajanan. Jika pasien adalah HIV Positif, risiko penularan HIV setelah pajanan darah adalah 0,3%
Penjelasan oleh dokter mengenai risiko penularan HIV, dan tindakan yang dapat digunakan untuk melepaskan stress dan kegelisahan. Hindari hubungan seks yang tak terlindungi (tanpa kondom) sampai konfirmasi setelah 3 bulan
Modul 8a, Mazami Enterprise © 2009
Halaman 86
Informasi bagi orang yang terpajan Indikasi pemberian PPP tergantung kategori pajanan dan sumber pajanan Obat ARV sebagai PPP tidak 100% efektif menghindari penularan HIV Jenis ARV yang digunakan sebagai PPP: Cara minum obat (dosis & waktu), efek samping obat
Keputusan PPP harus di tangan terpajan Tanda tangani formulir penolakan jika orang yang terpajan menolak pemberian PPP Modul 8a, Mazami Enterprise © 2009
Halaman 87
Profilaksis pasca pajanan Tentukan Kategori Pajanan (KP) KP
Pajanan
Volume pajanan
1
Kulit non intak/ mukosa
Sedikit
2
Kulit non intak/ mukosa
Banyak
Menembus kulit
Jarum solid/ goresan superfisial
Menembus kulit
Jarum berlubang, tusukan dalam
3
Profilaksis pasca pajanan Tentukan Kategori Sumber Pajanan (KS HIV) Status HIV
Klinis
HIV Positif
•Asimtomatik
2
HIV Positif
•HIV primer •AIDS
Tidak tahu
Tidak diketahui
1
RNA HIV & CD4
Modul 8a,
KS HIV
•VL Titer rendah •CD4 tinggi •VL Titer tinggi •VL meningkat •CD4 rendah Hala man 89
Profilaksis pasca pajanan Tentukan regimen PPP ZDV
KP
KS HIV
1
1 2 1 2
2
3
Regimen PPP
Tidak dianjurkan PPP ZDV + 3TC ZDV + 3TC ZDV + 3TC + EFV (LPV/r) 1 atau 2 ZDV + 3TC + EFV (LPV/r)
d4T
3TC
LPV/r
NVP EFV
Profilaksis pasca pajanan Dosis obat ARV untuk PPP ZDV Zidovudin
3TC Lamivudin
EFV
2x 300 mg/ hari, atau
ZDV
2x 250 mg/ hari
d4T
2x 150 mg/ hari, atau 1x 300 mg/ hari
3TC
NVP EFV
LPV/r
1x 600 mg/ hari (malam)
Efavirens
LPV/r Lopinavir/ Ritonavir
2x 400/100 mg
(3 kapsul)/ hari
2x 533,3/133,3 mg
(4 kapsul)/ hari, bila dikombinasikan dengan EFV atau NVP
Lama pengobatan PPP 28 hari
Penatalaksanaan lanjutan Pemantauan klinis Amati tanda yang menunjukan serokonversi HIV (pada 53-95%) dalam waktu 3-6 minggu Demam akut Limfadenopati yang tersebar Erupsi kulit Faringitis Gejala-gejala flu non-spesifik Ulkus mulut atau area genital Amati kepatuhan dan dukungan Obat diminum tepat dosis & tepat waktu Adanya dukungan keluarga
Penatalaksanaan lanjutan Pemantauan laboratoris (Bila memungkinkan)
Waktu
Minum PPP
Tidak minum PPP
Data Dasar HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV (dalam waktu 8 hari) DL, Transaminase Minggu ke 4
Transaminase DL
Transaminase
Bulan ke 3
HIV, HCV, HBV Transaminase
HIV, HCV, HBV Transaminase
Bulan ke 6
HIV, HCV, HBV Transaminase
HIV, HCV, HBV Transaminase
Evaluasi perilaku Pengelolaan benda tajam Bila banyak kecelakaan, telaah perilaku petugas atau alat perlu diganti Kurangi jahitan, ganti dengan penggunaan plester Sejauh mungkin hindari suntikan, terbatas yang sangat perlu saja Hindari episiotomi yang tidak perlu
Regimen ARV untuk PPP NVP
ZDV 3TC
d4T
EFV LPV/r
Penggunaan 2 ARV untuk PPP ZDV + 3TC Modul 8a,
Status sumber pajanan (KS) tidak diketahui dan Prevalensi resistensi terhadap ARV di masyarakat kurang dari15% dan Sumber pajanan tidak pernah mendapat terapi ARV atau Sumber pajanan kemungkinan tidak mendapat resistensi terhadap ARV, dengan adherens Hala man terhadap pengobatan baik 96 Mazami Enterprise © 2009
Penggunaan 3 ARV untuk PPP ZDV + 3TC + EFV (LPV/r)
atau Sumber pajanan tidak diketahui dan Prevalensi resistensi terhadap ARV di masyarakat lebih dari15%
Mazami Enterprise © 2009
Modul 8a,
Status sumber pajanan (KS) HIV positif, mendapat ART, dan dari tanda serta riwayat medisnya terbukti resisten terhadap ARV
Pencatatan dan pelaporan kejadian pasca pajanan Persetujuan klien Pencatatan kejadian Data klien pasca pajanan
Persetujuan klien Pernyataan telah terpajan Mendapatkan informasi yang adekuat
Pernyataan setuju/ tidak setuju untuk mendapatkan PPP
Pernyataan petugas kesehatan/ konselor
Modul 8a,
Pencatatan kejadian Tanggal dan jam kejadian (pajanan) Sumber pajanan (bila diketahui) Pengobatan PPP secara rinci (bila minum)
Tindak lanjut Hasil pengobatan Simpan semua data pajanan
Modul 8a,
Uraian kejadian lebih rinci
Data pasien pasca pajanan Identitas
Jenis & status HIV sumber pajanan
Modul 8a,
Saat pajanan & kunjungan
Gejala & tanda HIV sumber pajanan Status kesehatan pasien Kajian risiko & rencana perawatan Tanda tangan pasien
Catatan penting Tusukan jarum suntik bekas pasien HIV adalah sumber penularan HIV paling utama di tempat kerja Dekontaminasi, disinfeksi, dan sterilisasi instrumen bekas pakai prosedur invasif mengurangi risiko penularan HIV ARV Profilaksis mengurangi risiko penularan HIV setelah pajanan
Catatan penting Lakukan Kewaspadaan Standar terhadap semua pasien, terlepas dari diagnosis yang dimiliki Modul 8a,
Komponen utama Kewaspadaan Standar, meliputi: Cuci tangan Pengelolaan benda tajam yang aman Penggunaan Alat Pelindung Diri/ APD Dekontaminasi alat kesehatan bekas pakai Pengelolaan limbah / bahan tercemar Pemeliharaan lingkungan yang aman
KESIMPULAN Bila terjadi pajanan, jangan panik. Lakukan tindakan segera dalam 4 jam pertama, berlakukan keadaan darurat, dan pertimbangkan PPP. Untuk PPP digunakan regimen ARV Lini 1 (ZDV+3TC+EFV) dan/ atau Lini 2 (LPV/r), tergantung kategori pajanan dan kategori sumber pajanan
Berikan PPP setelah adanya informed consent PPP diberikan selama 28 hari Penatalaksanaan lanjutan (klinis & laboratoris) sampai 6 minggu pasca pajanan
Terima kasih