MASALAH PSIKOSOSIAL PADA PASIEN KRITIS Pasien dapat mengalami ketakutan dan kekhwatiran ketika masuk kedunia keperawatan kritis yang teknologinya canggih. Pasien memasuki tatanan yang kompleks tempat anggota staf bertemu berbagai prosedur alat yang pendukung dalam upaya untuk memantau ,memperkuat,atau menstabilkan kondisi fisiologis. Pasien seketika itu pulak terpisah orang terdekat dan dikeliligi oleh orang asing yang bekerja di lingkungan keperawatan kritis dengan kearaban dan keahlian professional. Walaupun pasien dapat merasa aman dengan mengetahui bahwa personal perawatan kesehatan terampilan dan berpengetahuan dalam mengatasi krisis fisiologis,perasaan ansietas marah,depresi,keputuasaan,ketidakberdayaan,depripasi tidur,dan distress spiritual juga dapat dialami selama sakit kritis. Ansietas terjadi rasi terhadap ancaman kepada individu : ancaman meliputi potensia gangguan fisiologis, perubahan gaya hidup, potensial kematian, prosedur invasit, atau kekhawatiran tentag hal yang tidak diketahui. Integritasi biologis pasie yang sakit kritis terganggu untuk sementra atau menetap dan pasien berespon dengan menjadi cemas. Ketika sakit, cedera, atau penyakit yang dialami pasien mulai stabil, manifestasinya mungkin adalah kemarahan. Kemarahan dapat diekspresikan secaralisan atau dipendam dalam hati dalam bentuk menyalahkan depresi. Pasien sakir kritis yang selalu dalam kondisi sehat mengalami stres berat ketika menghadapi sakit yang menyebakan keterbatasan, atau cacat. Konfusi (kebingungan) berasal dari berbagai kondisi patologis yang mencakup sirkulasi, oksigenasi, dan metebolisme otak. Akibatnyaa dapat berupa inatensi dan deficit memori. Depresi dapat juga terjadi ketika perasaa yang berhubungan degan kehilana besar sudah menghancurkan pertahanan diri individu. Performa normal pasien menurun, yag menyebabkan persepsi pandangan negative tentang diri, pengalaman, dan masa depan. Depresi juga merupakan manifestasi perasan putus asa. Keputusan terkait dengan perasaan pasien tentang desfisit personal dan merupakan upaya untuk menghindari perasaan putus asa. Pasien sakit kritis dapat merasa bahwa perubahan fisiologis tertentu bersifat ireversibel dan tidak tersedia alternative yang lain. Biasanya pasien tidak mampu melakukan koping dan tidak mampu mengarahkan tenaga untuk kepentingan sendiri. Ketidakberdayaan adalah persaan kurang kendali. Pasien tidak mampu mengendalikan akibat penyakitnya. Dalam hal ini, pasien sakit kritis merasakan ketidakberdayaan fisiologis, kognitif, lingkungan, dan mengambil keputusasaan.
Distress spiritual dapat terjadi ketika sakit menyebabkan pasien menanyakan sistem keyakinannya. Pada saat ini pasien merasa sendiri untuk sementara dan tanpa harapan. Arti hidupnya berubah karena sakit. Tanpa memerhatikan manifestasi prilaku spesifik, perawatkritis dapat mengurangi perasaan ansietas pasien, mengarahkan kemarahan ke sumber yang tepat, dan bantu pasien dalam mengalami pandangan positif tentang diri, pengalaman, dan masa depan. Perawat juga memberikan penjelasan realistis tentang harapan dan membantu perkembagan control fisioligis, kognitif, lingkungan dan pengambilan keputusan.
ANSIETAS Ringkasan klinis Ansietas adalah keadaan khawatir atau tegang dalam diri individu yang terjadi ketika kebutuhan interpersonal akan keamanan dan/atau kebebasan dari perasaan tegang tidak terpenuhi. Sumber ansietas tidak spesifik atau tidak diketahui individu. Faktor Resiko : 1. Kontrol atas peristiwa yan terjadi 2. Ancaman terhadap control diri 3. Ancaman sakit terhadap penyakit 4. Ancaman lingkungan rumah sakit 5. Terpisah dari orang lain 6. Perubahan peran 7. Gangguan sensorimotor 8. Masalah financial 9. Ancaman kematian 10. Penceraian 11. Pengangguran 12. Pensiunan yang dipaksakan 13. Ancaman prosedur infasif atau alat pendukung 14. Krisis situasi atau maturasi 15. Kehilangan status 16. Tatanan lingkungan yang tidak dikenal 17. Ketidakmampuan ntuk memahami konsekuensi sakit 18. Hambatan dalam mencapai tujuan 19. Ketergantungan 20. Kurangnya pengetahuan 21. Kehilangan kekuasaan dalam mengambil keputusan
TANDA DAN GEJALA Regulatori Palpitasi Mual Peningkatan frekuansi pernafasan Peningkatan frekuansi jantung Diaphoresis Ketegangan otot Vertigo Peningkatan tekanan darah Tremor tangan Peningkatan keringat pada telapak tangan Peningkatan aktivitas gastrointensitinal Insomnia Sering berkemih dan tidak dapat menahan kemih Dilatasi pupil Flushing Pingsan Mulut kering Parestesia Muntah Diatasi bronkiolus Kelemahan
Kognitif Khawatir Gugup Ketakutan Agitasi Iritabilitas Menarik diri Marah Rekresi Ketidakmampuan berkosentrasi Pelupa Kurang insiatif atau motivasi Perilaku menghindar Ketidakberdayaan Kehilangan control Berpikir tenang masa lalu versus saat ini Menangis Kehilangan kepercayaan diri Cemas Tegang Gembira berlebihan Lapang persepsi menyempit Verbilisasi berlebihan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Pasien mengenali ansietas dan menyatakan perasaan cemas. Agitasi pasien berkurang sebagai respon terhadap intervensi relaksasi teraupetik dan spesifik. Pasien, keluarga atau orang terdekat menunukkan berkurangnya ansietas. Pasien mengalami peningkatan kenyamanan fisiologis. Pasien melakukan tindakan untuk mengurangi awitan ansietas. Pasien menggunakan mekanisme koping yang tepat dalam mengendalikan ansietas. Intervensi 1. Bina hubungan interpersonal yang menenangkan dengan pasien.
2. Berikan informasi tentang situasi yang mengancam atau situasi yang menyebabkan stress, termasuk prosedur infasif dan sensasi yang mungkin diperkirakan 3. Gunakan istilah sederhana dan repitisi untuk memberikan informasi tentang penyakit saat ini, tujuan intervesi, dan perubahan perawatan. 4. Dorong untuk mengakui dan menyatakan ketakutan mereka klarifikasi reaksi pasien terhadap ansietas 5. Minimalkan stimulus yang menyebabkan anisietas di lingkungan dan dorong penggunan relaksasi otot progresif. 6. Gunakan sentuhan teraupetik untuk menenagkan pasien sebelum dan selama situasi stress yang dirasakan. 7. Bantu pasien mentepkan tujuan. Dengan mengetauhi bahwa sedikit pencapaian dapat meningkatkan perasaan mandiri dan harga diri serta memungkinka pasien untuk mencapai derajat control 8. Berikan umpan balik positif kepada pasien ketika strategi koping alternative yang digunakan untuk menghilangkan perasan ansietas, 9. Diskusikan rencana pemindahan dari unit perawat intensif (ICU) dengan pasien agar pasien menyadari kemajuannya dan pemindahan yang dilakukan 10. Berikan agens antiansietas dan pantau respon pasien dengan memerhatikan efek samping potensial
KEMARAHAN Ringkasan Klinis Kemarahn adalah pertahanan emosional yang terjadi daam upaya untuk melindungi integritas individu dan tidak melibatkan unsur destruktif. Kemarahan adalah respons otomatis yang relatif terjadi ketika individu terancam dan kemarahan dapat internalisasi atau dieksternalisasi. Faktor Resiko 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ekspresi kemarahan dihambat internalisasi Persepsi ancaman yang meliputi Tujuan terhambat Kegagalan individu untuk memenuhi harapan pasien Kekecewaan Meningkatkan konsep diri Sakit dirasakan mengancam jiwa Ketergantungan fisik
9. Perubahan intergritasi social Tanda dan gejala Regulatori Peningkatan tekanan darah Peningkatan dentut nadi Peningkatan pernapasan Ketenangan Otot prespirasi Kulit kemerahan mual
Kognitif Otot atau tangan mengepal Membalikan tubuh Menghidari konta mata Kelembatan Diam sarkasme Ucapan menghina
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
Pasien dapat mengindentifikasi situasi yangmenyebabkan ekspresi kemarahan Intervensi 1.Bina hubungan interpersonal yang menengakan dan dorong pasien untuk mengakui dan mengekspresikan easa marah. 2. Bantu pasien dalam mengidntifikasi situasi yangmenyebakan ekspresi kemarahan. 3.Gali alas an pasien mengalami perasaan marah dan perilaku pasien yang di ubah 4. Ajarkan pasien untuk mengevaluasi perasaan yang menimbulkan internalisasi atau eksternalisasi kemarahan. 5. Dorong keluarga untuk menerima perilaku pasien yang tanpa menghakimi.
KONFUSI Ringkasan klinis Konfusi ( kebinggungan ) adalah defisit Perhatian. Konfusi juga menggabungkan kemampuan individu untuk mengintegrasikan stimulasi yang akan terjadi Faktor Resiko Gangguan Medis
1.Hipoksia 2.Gagal jantung kongestif 3.ketidakseimbangan cairan atau elektrolit 4. Gangguan tiroid, paratoid,dan kelenjar adrenal 5.Defisiensi vitamin B Gangguan pembedaan 1.Anastesia 2.Obat Nyeri 3.Hiportemia 4.Agitasi 5.Despresi Gangguan intoksikasi 1.Intoksikasi atau putus Alkohol 2.Intoksikasi atau putus opioid 3.Antikolinergik 4.stimuln 5.sedaktif Gangguan Neurologis 1.Penyakit Neurologis 2.kejang trauma 3.Trauma kepala 4.Anoksia serebral Gangguan Sensori-sensori 1.Imobilasasi atau tirah baring lama 2.amputasi 3.Balutan atau fraktur
4.Nyeri atau tidak berkurang
Reguatori Inkontenesia Distrimia Peningkatan frekuensi jantung pernapasan Kulit lembap
Kognitif Disorentasi Gangguan rentang perhatian Geisah Cemas agitasi
Diagnosa Keperawatan Konfusi Akut
Kriteria Hasil 1. Pasien berorientasi terhadap orang, tempat, dan waktu. 2. Pasien mengenali anggota keluarga 3. Pasien mempertahankan respon yang tepat terhadap stimulus lingkungan 4. Pasien terlibat dalam perbincangan yang tepat. 5. Pasien membedakan realitas dan fantasi.
Intervensi 1.Ajukan petanyaan yang mendorong jawaban yang mengambarkan persepsi realitas. 2. Lindungi pasien dari cedera pada saat pasien mengalami konfusi. 3.Indentifikasi situasi atau factor yang menyebkan konfusi. 4.Dengarkan pernyataan konfusi pasien dia bantu dengan orientasi realitasi. 5. Dengarkan kekhwatiraan,ketakutan,dan ansietas keluarga, 6. Tenangkan pasien bahwa konfusi itu bersifat sementara. 7.kurangi kebutuhan untuk fungsi kognitif ketika pasien sakit atau letih. 8.kenalkan pengalaman baru secaa bertahap. 9.Orientasikan kembali pasien pada setiap interksi 10.Evaluasi frekuensi dan situasi konfusi.
DEPRESI Ringkasan Klinis Depresi adalah penuruna perfoma normal, seperti kelambatan aktivitas psikomotor atau penurunan fungsi intelektual. Depresi mencakup rentang luas perubahan status afektif, yang keparahannya berkisar dari alam perasaan sedih atau murung yang normal dan terjadi setiap hari sampai episode psikotik dengan resiko bunuh diri. Faktor Resiko Penyakit Penyakit jiwa Penyakit kronis/ atau tahap akhir Obat-obatan Sedaktif Tranquilizer Anti hipertensi Kortikostiroid Keidakseimbangan Elektrolit Kelebihan Bikarbonat Hiper Thalasemi Hipomaksemia Hiperkalemia Hipokelemia Hiponateremia Kehilangan Masalah financial Kehilangan control Separasi ataukehilangan orang terdekat
Kehlangan fungsi tubuh Perasaan tidak berdaya atau merasa bersalah Perubahan peran atau gaya hidup
TANDA DAN GEJALA Regulatori
Kognitif
Konstipasi Agitasi Diare Marah Sakit Kepala Ansietas Dispepsia Menghindar Insomnia Bosan Perubahan Menstruasi Perbuatan ceroboh Nyeri Otot Konfusi Mual Menangis Takikardia Menyangkal Ulkus Ketergantungan Penurunan atau Penambahan Berat Kehampaan Badan Anoreksia Keletihan Ketakutan Perasaan tidak berharga Merasa bersalah Keputusasaan Kebimbangan Ketidakpedulian Iritabilitas Kehilangan minat Kehilangan perasaan Harga diri rendah Keterampilan komunikasi buruk Kesedihan Kritik pada diri sendiri Ganggua tidur Berpikir Menarik diri dari social Patuh Tegang Kelelahan Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
1. Pasien akan mampu menyatakan ketika mengalami perasaan depresi 2. Pasien melakukan tindakan untuk mengurangi perasaan depresi 3. Pasien menggunakan mekanisme koping yang tepat dalam mengendalikan depresi.
Intervensi 1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi situasi yang menyebabkan perasaan depresi 2. Dorong pasien untuk membahas penyakit, terapi, atau prognosis 3. Bantu pasien dalam mencapai pandangan positif tentang diri sendiri dengan memfasilitasi persepsi yang akurat entang sakit, penyakit, atau cedera 4. Bantu pasien dalam menetapkan tujuan yang realistis, dengan mengetahui bahwa sedikit pencapaian dapat meningkatkan perasaan positif tentang masa depan 5. Dorong pasie untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan mengambil control pembuatan keputusan dalam perawatan 6. Bantu pasien dalam memfasilitasi penilaian realistis tentang perubahan peran 7. Berikan ruang personal kepada pasien daam lingkungan teknis 8. Berikan umpan balik positif kepada pasien ketika pasien menyelesaikan tugas yang spesifik 9. Berikan agens antidpresi dan pantau respons pasien, dengan memerhatikan efek sampig potensial.
KEPUTUSASAAN Ringkasan Klinis Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu memperlihatkan perasaan tidak mungkin dan perasaan bahwa hidup terlalu banyak untuk ditangani. Keputusasaan merupakan keadaan subjektif ketika individu melihat alternative yang terbatas atau tidak ada alternative atau pilihan personal yang tersedia dan tidak mampu mengerahkan energy untuk kepentingannya sendiri.
Faktor Resiko Ancaman terhadap sumber internal :
Otonomi Harga Diri Kemandirian Kekuatan Integritas Keamanan Biologis Ancaman terhadap persepsi tentang sumber eksternal : Lingkungan Staf Keluarga Pengabaian Kegagalan atau deteriorasi Stres jangka panjang
TANDA DAN GEJALA Regulatori Penurunan berat badan Kehilangan nafsu makan Kelemahan Gangguan tidur
Kognitif Aktivitas menurun Kurang inisiatif Penurunan respons terhdap stimulus Penurunan efek Pasif Gangguan dalam belajar Diam Menutup mata Ekspresi kesedihan Ketidakpatuhan terhadap program terapi
Diagnosa Keprawatan
Kriteria Hasil 1. Pasien akan mendapatkan kembali perawatan diri yang adekuat 2. Pasien akan mengkaji situasi yang menyebabkan perasaan putus asa
3. Pasien akan mengidentifikasi perasaan putus asa dan tujuan untuk diri sendiri. 4. Pasien akan memelihara hubungan dengan orang terdekat
Intervensi 1. Berikan suasana harapan yang realistis 2. Informasikan pasien mengenai perkembangan sakit, penyakit, atau cedera 3. Ajarkan pasien mengenai cara mengidentifikasi perasaan perasaan putus asa dan dorong pasien untuk menerima bantuan dari orang lain 4. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang diri sendiri dan penyakit dengan mendengar aktif dan mengajukan pertanyaan terbuka. 5. Evaluasi apakah ketidaknyaman fisik menyebabkan perasaan putus asa pasien 6. Ciptakan lingkungan untuk memfasilitas partisipasi aktif pasien dalam perawatan diri 7. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang memberikan perasaan maju dan harapan kepada pasien 8. Berikan umpan balik positif kepada pasien atas upaya yang berhasil terlibat dalam perawatan diri 9. Bantu pasien dalam mengidentifikasi dan menggnkan mekanisme koping alternative