Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
PENGERTIAN RUKUN ATAU KERUKUNAN 1. Baik dama, tidak bertentangan: kita hendaknya hidup rukun dengan tetangga. 2. Bersatu hati, bersepakat. 3. Merukunkan a. Mendamaikan. b. Menjadi bersatu hati. 4. Rasa rukun kesepakatan hidup bersama.
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA TERCANTUM DALAM UNDANG-UNDANG Dalam pasal 1. Angka (1) : Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 tahun 2006 berisi : “Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.
DASAR KERUKUNAN UMAT BERAGAMA di INDONESIA terdapat di : 1. UUD 1945 Pasar 29. “Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. 2. Pasal 28 E UUU 1945. a. Setiap orang bebas memeluk dan beribadat menurut agamanya, memilik Pendidikan dan pengajaran, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak untuk kembali. b. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. c. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. 3. UUD 1945 Pasal 28 J. a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada PEMBATASAN yang ditetapkan oleh Undang Undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi keamanan dan ketertiban umur dalam suatu masyarakat demokratis.
ANALISA DAN PENCEGAHAN KONFLIK KEAGAMAAN
Posisi Negara terhadap Agama 1. Negara menjamin kebebasan beragama (freedom of religion) dan kebebasan beribadah menurut agama yang dianutnya (freedom of worship). 2. Kebebasan beragama merupakan bagian dari hak asasi manusia (non-derogable right) yang hanya dapat dibatasi dengan undang-undang . 3. Negara tidak memberikan pengakuan terhadap suatu agama dan tidak melarang agama tertentu selama tidak melanggar ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundangundangan. 4. Menjaga kemurnian pokok ajaran agama dari penodaan dan penyalahgunaan dalam rangka menjaga keamanan, ketertiban dan ketentraman sosial. 5. Negara tidak melakukan intervensi terhadap pokok ajaran suatu agama dan menyerahkan kepada otoritas keagamaan. 6. Indonesia bukan negara agama dan juga tidak mengenal agama tertentu sebagai agama negara. 7. Dimensi agama memiliki wilayah internum dan eksternum: a. Wilayah internum agama adalah wilayah individu dan terbebas dari intervensi negara/Pemerintahan. b. Wilayah eksternum agama adalah ekspresi beragama di wilayah public yang dapat di intervensi oleh negara/Pemerintahan.
VISI MISI Kementerian Agama
VISI 1. “Terwujudnya Masyarakat Indonesia yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri dan Sejahtera Lahir Batin”. MISI 1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama. 2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama. 3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji. 4. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan. 5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.
KONDISI KONFLIK KEAGAMAAN DUNIA Konflik Agama naik di seluruh dunia sepanjang enam tahun terakhir. Meningkat 29 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya atau 20 persen pada 2010. (Hasil terbaru survei Pew Research Center yang melakukan studi di 198 negara).
TEORI-TEORI KONFLIK
Pada dasarnya manusia berkonflik Karena memperebutkan sumberdaya. Dalam perebutan sumberdaya, ketidakserasian atau ketidakselarasan bisa terjadi Karena adanya perbedaan kepentingan, sehingga terjadi pertengkaran, perselisihan, pertikaian atau benturan.
PANDANGAN TERHADAP KONFLIK 1. Sudut pandang tradisional: konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari 2. Pandangan kontemporer: yang didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. 3. Pandangan Netral: Yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan dan tujuan yang lebih besar. 4. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif. 5. Konflik terkontrol akan menghasilkan integrase. Sebaliknya, integrase yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
JENIS-JENIS KONFLIK (DARI PELAKU)
Konflik antar pribadi atau dalam peran social(intrapribadi). Konflik antara kelompok-kelompok social(antar keluarga, antar geng). Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir(polisi melawan massa). Konflik antar satuan nasional(kampanye, perang saudara). Konflik antar atau intra agama. Konflik antar kelompok politik. Konflik individu dengan kelompok.
JENIS-JENIS KONFLIK (DARI BIDANG KEHIDUPAN) Konflik Ekonomi. Konflik Sosial dan Politik. Konflik Agama.
AKIBAT KONFLIK (POSITIF)
Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain: Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik yang akan terjadi dikemudian hari. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi. Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
AKIBAT KONFLIK (NEGATIF)
Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll. Kerukasakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat konflik.
SUMBER KONFLIK KEAGAMAAN 1. Faktor Internal. 2. Faktor Eksternal. 3. Faktor Relasional. PENYEBAB TIMBULNYA KONFLIK Konflik dapat terjadi Karena bertemunya 4 unsur secara bersamaan, yaitu : 1. Faktor Pemicu (triggering factors): Kejadian atau peristiwa yang menjadi penyulut bagi kelompok tertentu untuk memilai konflik secara terbuka. 2. Faktor Sumbu (fuse factors): Kondisi masyarakat yang rentan terhadap konflik yang dapat berupa sentiment kesukuan, ras, keagamaan, dll. 3. Akar Konflik (core of conflict): Merupakan kondisi sosial yang dialami kelompok masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil secara sosial-ekonomi-politik. 4. Konteks Pendukung (facilitating contexts): Kondisi lingkungan yang secara geografi dan demografi mengakibatkan secara tidak langsung terjadinya konflik.