LAPORAN KASUS KELOLAAN A.
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. T DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM CURIGA DI RUANG 04 DEWA RUCI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
B. RINGKASAN KASUS Klien Ny.T masuk ke IGD RSJD Amino Gondohutomo pada tanggal 25 Maret 2019 pada pukul 10.30 WIB terapi yang sudah diberikan pada klien Ny.T yaitu Injeksi Diazepam 10 gram dan Risperidone 2 x 1 mg, kemudian pada pukul 11.30 WIB Klien di pindah ke ruang 04 Dewa Ruci. Klien dibawa ke RS dengan alasan karena klien selama 1 bulan selalu berbicara sendiri, bernyanyi sendiri, sulit tidur, sering diejek oleh tetangga bahwa Ny.T gila, dan klien tidak rutin mengkonsumi obat dan kontrol. Ny.T sudah pernah di rawat di RSJD Amino Gondohutomo pada tahun 2014. Pada tanggal 01 April 2019 pukul 10.00 WIB saat dilakukan pengkajian masalah utama klien yaitu klien mengingkari penyakit yang sedang ia alami dan mengatakan bahwa orang terdekat klien yang membawanya ke RSJ, klien mengatakan bahwa orang tersebut berniat untuk berbuat jahat kepada klien. Selama interaksi wawancara klien mengatakan dengan mimik wajah sedih, mata berkaca – kaca, dan kadang berekspresi dengn muka tegang serta tatapan curiga. Klien Ny.T sudah melakukan kegiatan rencana pulang yaitu dengan rehabilitasi menjahit sebanyak 2 kali.
BAB I KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kerangka Berpikir 1. Pengertian Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007). Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010). 2. Faktor yang mempengaruhi Waham a. Faktor predisposisi Menurut Direja (2011) terdapat lima faktor predisposisi waham, yaitu : 1) Faktor perkembangan Hambatan perkembangan dapat mengganggu hubungan interpersonal seorang individu. Hal ini akan meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi menjadi tidak efektif. 2) Faktor sosial budaya Seorang individu yang kesepian dan merasa diasingkan dari lingkungan dapat menyebabkan timbulnya waham. 3) Faktor psikologis Waham dapat disebabkan karena hubungan yang tidak harmonis ataupun menjalani peran ganda/bertentangan. Hal ini dapat menimbulkan ansietas yang berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. 4) Faktor biologis Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel pada otak, serta terdapat perubahan pada sel kortikal dan limbik. 5) Faktor genetic
b. Faktor Presipitasi Dalam Direja (2011) faktor presepitasi waham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Faktor sosial budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti. Selain itu pengasingan atau pengucilan dari kelompok masyarakat juga dapat menjadi pemicu waham. 2) Faktor biokimia Obat-obat farmakologis seperti dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham. 3) Faktor psikologis Kecemasan serta terbatasnya kemampuan individu dalam mengatasi masalah dapat menyebabkan waham. Seseorang yang tidak mampu mengembangkan koping efektif cenderung menghindari kenyataan dan hidup dalam fantasi menyenangkan yang dibuatnya sendiri. 3. Patofisiologi Waham Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain : a. Fase Prodomal 1) Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun 2) Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi b. Fase Aktif 1) Berlangsung kurang lebih 1 bulan 2) Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi c. Fase Residual 1) Klien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
4. Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi : a. Waham Kebesaran : individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. b. Waham Curiga : Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/ mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. c. Waham agama Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. d. Waham somatic Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan. e. Waham nihilistic Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. 5. Proses terjadinya waham Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase yaitu : a. Fase Lack of Huma need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang. b. Fase Lack of Self Esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. c. Fase Control Internal Eksternal Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. d. Fase Environment Support Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e. Fase Comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). f. Fase Improving Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial. 6. Manifestasi Klinis 1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : a.
Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b.
Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c.
Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d.
Fungsi motorik. Imfulsif
gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. e.
Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. 3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan,
berbicara
kasar,
menjalankan
keagamaan secara berlebihan. 7. Pohon masalah Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM
kegiatan
Causa : HALUSINASI HARGA DIRI RENDAH KRONIS
8. Pengkajian fokus a.
Identitas Klien Informan Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b.
Alasan Masuk Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d.
Aspek Fisik Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e.
Aspek Psikososial Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f.
Konsep Diri. a) Citra tubuh Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri sendiri. b) Identitas diri Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang
polisi padahalkenyataan nya tidak benar. c) Peran Klien Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya. d) Ideal diri Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah lama di RSJ. e) Harga diri Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan. g.
Hubungan Sosial Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.
h.
Spiritual. Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini agamanya secara berlebihan. 1) Kegiatan Ibadah Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.
i.
Status Mental. 1) Penampilan Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz. 2) Pembicaraan Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan. 3) Aktivitas Motorik Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.
4) Alam Perasaan Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal. 5) Interaksi Selama Wawancara Pada pasien waham biasanya di temukan : a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya. b) Curiga
: menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada
orang lain. 6) Isi Pikir Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan
yang
berlebihan
terhadap
kemampuannya
yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan. 7) Proses Pikir Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of ideas,pengulangankata-kata. 8) Tingkat Kesadaran Biasanya masih cukup baik 9. Diagnosa Keperawatan a.
Gangguan isi fikir : waham
b.
Resiko Perilaku Kekerasan
c.
Harga diri rendah kronis
d.
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
10. Intervensi Keperawatan a. Intervensi Keperawatan No 1.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Gangguan proses Setelah pikir : waham
tindakan
Tindakan
dilakukan SP 1 1. Bina
Rasonal SP 1
hubungan 1. Membina hubungan
keperawatan selama 3 x 24 jam klien
saling percaya
saling
2. Identifikasi
percaya
dengan klien supaya
dapat berkomunikasi
kebutuhan
dengan
tidak terpenuhi dan
dan
cara
berinteraksi dengan
baik
terarah
dan
dengan
kriteria hasil :
yang
memenuhi
kebutuhan
1. Klien
dapat
pemenuhan
realitas
kebutuhan
secara
bertahap dapat
memenuhi
3. Klien
dapat
berinteraksi dengan
orang
lain
dan
lingkungan 4. Klien
dapat
klien
mengidentifikasi yang
SP 2 1. Identifikasi
kebutuhan dasar
kepercayaan berdasarkan realita 3. Membantu perawat dalam
mengkaji
kemampuan positif
kebutuhan
klien dan membantu
psikologis
mempraktikannya
emosional klien
SP 3
/
SP 2
1. Ajarkan dan latih 1. Aktivitas fisik dapat cara minum obat
meningkatkan
yang benar
kemandirian klien
menggunakan
SP 3
obat
1. Meningkatkan
dengan
saat
2. Membantu
tidak terpenuhi
2. Klien
nyaman
perawat
3. Praktikan
berorientasi pada
klien merasa aman
prinsip 5 benar
pengetahuan
obat
tentang
klien
obat
dan
mengurangi kesalahan
dalam
pemberian obat