Kerangka-acuan.docx

  • Uploaded by: Hardiayanti Fajar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kerangka-acuan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,163
  • Pages: 8
KERANGKA ACUAN SURVEILANS

PUSKESMAS LANRISANG TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG PUSKESMAS LANRISANG KECAMATAN LANRISANG Jln. Poros Jampue-Pinrang Kec. Lanrisang Kab. Pinrang

KERANGKA ACUAN SURVEILANS A. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar lintas program dan lintas sektor Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes mellitus, kecelakaan dan sebagainya pada tahun 2010. Pada puskesmas lanrisang, tidak berbeda dengan indonesia pada umumnya, penyakit menular juga menjadi masalah, ini dapat dilihat dari pencatatan dan pelaporan surveilans, dimana penyakit menular menjadi point utama dalam laporan surveilans, seperti penyakit diare, typoid, ispa sebagainya hingga tahun 2019. Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan (Masrochah, 2006). Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, propinsi dan Pusat (Azwar, 2003). B. Tujuan dan manfaat surveilans epidemiologi Manfaat surveilans epidemiologi 1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya 2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit

KERANGKA ACUAN RABIES

PUSKESMAS LANRISANG TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG PUSKESMAS LANRISANG KECAMATAN LANRISANG Jln. Poros Jampue-Pinrang Kec. Lanrisang Kab. Pinrang

KERANGKA ACUAN RABIES A. Latar Belakang Penyakit rabies biasanya dikenal dengan istilah awam penyakit anjing gila. Penyakit ini dapat menyerang beberapa mamalia seperti anjing, kucing, termasuk manusia. Virus rabies berbentuk peluru dengan komposisi RNA, lipid, karbohidrat dan protein. Virus rabies tergolong unik karena dapat berkembang pada berbagai macam spesies mamalia dan bersifat neurofilik (saraf). Rabies dapat menular dari hewan ke hewan, dari manusia ke manusia dan dari hewan ke manusia. Penularan dapat melalui gigitan dan non-gigitan (transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Binatang dan manusia yang terinfeksi rabies akan memberikan gejala yang cukup khas walaupun tetap harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang dan dengan teliti menggali riwayat gigitan atau kontak binatang. Di Indonesia rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884, dan kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena tidak adanya obat untuk rabies, terlambatnya intervensi medis menyebabkan angka kematian yang tinggi, dan jarang dilaksanakannya penanganan pertama luka gigitan anjing dengan mencuci luka dengan sabun dan air mengalir 10-15 menit. Selain itu rabies dapat terjadi dua sampai dua belas minggu pertama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun, hanya menunjukkan gejala tidak khas seperti influenza biasa sehingga pasien yang dibawa ke rumah sakit sudah jatuh ke tahap penyakit yang lebih parah. Pasien biasanya meninggal dua sampai sepuluh hari setelah menunjukkan gejala pertama.Sampai saat ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit rabies. WHOmerekomendasikan prosedur profilaksis pasca-terpapar (P.E.P., post-exposure prophylaxis)(setelah kontak melalui gigitan maupun non-gigitan). Prosedur ini terdiri dari pembersihan dan perawatan luka dan imunisasi aktif dengan vaksin (VAR). Rabies adalah penyakit yang dapat sepenuhnya dicegah. Gejala pada hewan reservoir cukup khas sehingga hewan yang terinfeksi dapat dimusnahkan dan hewan yang beresiko pun dapat dicegah menjadi sakit melalui vaksinasi secara rutin. B. Tujuan umum 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies 2. Menghetahui gejala dan dampak yang ditimbulkan oleh rabies 3. Mengetahui cara pencegahan dan penanganan pasien yang terinfeksi rabies C. Tujuan Khusus Menurunkan angka kematian karena rabies D. Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lanrisang

E. Kegiatan kelompok 1. Soasialisasi (refresing) tentang penyakit rabies 2. Kerja sama lintas program (promkes dan surveilans) 3. Tatalaksana kasus 4. Pencatatan dan laporan F. Cara melaksanakan 1. Melakukan sosialisasi penyakit rabies ketenagaan kesehatan (bidan, pustu) 2. Melakukan penyuluhan ke masyarakat tentang penyakit rabies bekerjasama dengan lintas program terkait surveilans dan promkes 3. Tatalaksana kasus 4. Membuat pencatatan dan pelaporan G. Jadwal 1. Sosialisasi penyakit dilaksanakan pada pertemuan loka karya mini (lokmin) 2. Penyuluhan dilaksanakan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Lanrisang sesuai dengan jadwal posyandu bekerjasama dengan lintas program terkait 3. Tatalaksana kasus rabies dilakukan setiap ada kasus rabies di wilayah kerja Puskesmas Lanrisang 4. Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap bulan H. Evaluasi 1. Media dan materi tersedia dan memadai 2. Ketetapan waktu pelaksanaan 3. Peran serta aktif masyarakat 4. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan

Kepala Puskesmas Lanrisang

Hj. Kasmawati Side

KERANGKA ACUAN DBD

PUSKESMAS LANRISANG TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG PUSKESMAS LANRISANG KECAMATAN LANRISANG Jln. Poros Jampue-Pinrang Kec. Lanrisang Kab. Pinrang

KERANGKA ACUAN DBD A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk aedes aegepty dan aedes albopictus. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama karena dapat menyerang semua umur dan menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak dan menjadi kejadian luar biasa. Penyakit DBD menyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Anak merupakan sasaran yang empuk aedes aegepty karena nyamuk aktif saat jam-jam anak nermain diluar ruangan yang mungkin tidak terawasi oleh setiap orang tua. Kekebelan tubuh anak-anak tidak sempurna dibanding dengan orang dewasa. B. Tujuan Umum 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD 2. Menghetahui gejala dan dampak yang penyakit DBD 3. Mengetahui cara pencegahan dan penanganan pasien yang terkena penyakit DBD C. Tujuan Khusus Menurunkan angka kematian karena rabies D. Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lanrisang E. Kegiatan kelompok 1. Penyuluhan tentang dampak penyakit DBD 2. Kerja sama lintas program (promkes dan surveilans) 3. Tatalaksana kasus 4. Pencatatan dan laporan F. Cara melaksanakan 1. Melakukan sosialisasi penyakit rabies ketenagaan kesehatan (bidan, pustu) 2. Melakukan penyuluhan ke masyarakat tentang penyakit rabies bekerjasama dengan lintas program terkait surveilans dan promkes 3. Tatalaksana kasus 4. Membuat pencatatan dan pelaporan G. Jadwal 1. Sosialisasi penyakit dilaksanakan pada pertemuan loka karya mini (lokmin) 2. Penyuluhan dilaksanakan di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Lanrisang sesuai dengan jadwal posyandu bekerjasama dengan lintas program terkait

3. Tatalaksana kasus rabies dilakukan setiap ada kasus rabies di wilayah kerja Puskesmas Lanrisang 4. Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap bulan bahkan setiap minggu H. Evaluasi 1. Media dan materi tersedia dan memadai 2. Ketetapan waktu pelaksanaan 3. Peran serta aktif masyarakat 4. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan

Kepala Puskesmas Lanrisang

Hj. Kasmawati Side

More Documents from "Hardiayanti Fajar"