MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II (EVALUASI PASIEN KEGAWADARURATAN PADA SYOK)
Disusun Oleh : Kelompok 8 1. Alfian Aditya
(P17221171013)
2. Shelvia Rosalinda
(P17221171010)
3. Rosa Istiqomah
(P17221173021)
4. Amalia Solikhah Joenaifa
(P17221173037)
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG POLTEKKES KEMENKES MALANG TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tujuan dari makalah ini, untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang di berikan oleh ibu Ns Nurul Hidayah, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan gawatdarurat. Berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, masukkan atau saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Berharap makalah ini dapat mencapai sasaran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Atas perhatian dan dukungan dari pembaca kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Lawang, 18 Maret 2019
penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i Daftar Isi.................................................................................................................. ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................3 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ...................................................................................................4 2.2 Penilaian awal syok .....................................................................................5 2.3 Patofisiologi .................................................................................................6 2.4 Jenis-jenis Syok ...........................................................................................8 2.5 Manifestasi Klinis .......................................................................................16 2.6 Pentalaksanaan .............................................................................................16 2.7 Komplikasi ..................................................................................................19 2.8 Asuhan Keperawatan ..................................................................................19 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................28 3.2 Saran ..............................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................30
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010). Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang
progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita. Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki
1
jalur metabolisme anaerob. Jalur metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan asam laktat. Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan,
akibatnya
akan
terjadi
ketidakseimbangan
pompa
potasium sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010; Schwarz et al., 2014). Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kemoterapi dan ekstravisasi? 2. Apa etiologi dari ekstravisasi? 3. Bagaimana manifestasi klinis eskstravisasi? 4. Apa pemeriksaan penunjang kemoterapi? 5. Bagaimana penatalaksanaan medis kemoterapi dan ekstravisasi? 6. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kemoterapi?
1.2 Tujuan Penulisan I.
TUJUAN UMUM Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien
dengan syok.
2
II. TUJUAN KHUSUS a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kegawatdaruratan syok. b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok. c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok. d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok. e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Syok
merupakan
mempertahankan
perfusi
kegagalan
sistem
yang adekuat
sirkulasi
organ-organ
vital.
untuk Syok
merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan
intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien
(BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012). Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati. Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.
4
2.2 Penilaian Awal Syok Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah di kenal.
5
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok akan menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme kompensasi dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30% volume darah. Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok. Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore 1993). 2.3 Patofisiologi Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000): 2.3.1. Fase Kompensasi Penurunan
curah
jantung
(cardiac
output)
terjadi
sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan
curah
jantung
dan
peningkatan
respirasi
untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
6
2.3.2.
Fase Progresif Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun,
aliran
darah
menurun,
hipoksia
jaringan,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.
Akibatnya
terjadi
asidosis
metabolik,
terjadi
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan. 2.3.3. Fase Irevesibel Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya
7
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Gambar 2.1 Pathway Syok
2.4 Jenis – jenis Syok Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
A. Syok Hipovolemik Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). 1. Penyebab a. Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi, peritonitis) b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
8
c. Perdarahan
(trauma
dengan
perdarahan,
non-trauma
(perdarahan post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).
2. Diagnosa a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat, Capillary refill time memanjang > 2 detik b. Tachikardia c.
Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah, Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis, kesadaran menurun
3. Tindakan Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi yang hilang. Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis) Klasifikasi Dehidrasi ingan
Kehilangan cairan
Klinis -
-
tubuh sekitar 5 %
Nadi normal atau
Penggantian
meningkat
yang hilang dengan cairan
Selaput lendir
kristaloid (NaCL 0,9% atau
kering
Ringer Laktat atau Ringer
BB
Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan
volume
cairan
Asetat
-
Nadi cepat
Penggantian
-
Tekanan darah
yang hilang dengan cairan
-
Selaput
kristaloid (NaCL 0,9% atau
lendirkering
Ringer Laktat atau Ringer
-
Oliguria
Asetat
-
Status mental
tubuh sekitar 8 % BB
Pengelolaan
volume
cairan
tampak lesu dan lemas
9
Dehidrasi berat
-
Kehilangan cairan tubuh sekitar 10 % BB
-
Nadi sangat
Penggantian
cepat, kecil, sulit
yang hilang dengan cairan
diraba
kristaloid (NaCL 0,9% atau
-Tekanan darah
Ringer Laktat atau Ringer
turun
Asetat
-
Anuria
-
Selaput lendir
volume
cairan
pecah-pecah -
Kesadaran menurun
Tabel 2.1 Syok Hipovolemik B. Syok Hemoragik Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang. Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian. 1. Perdarahan Menyebabkan :
10
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan jumlah oksigen jaringan menurun b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat ratarata EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik : 1) Nadi meningkat 2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat 3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena 4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan nadi turun 2. Prinsip Penanganan: Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid). 3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support) Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.
Klasifikasi
Klinis
-
Pengelolaan
Takikardia
Tidak perlu penggantian
kehilangan volume
minimal,
volume
darah < 15%
<100 x/menit
Kelas I :
11
Kelas II :
-
Takikardia
kehilangan volume
(100-120
Penggantian volume darah
darah 15-30%
x/menit)
yang hilang dengan cairan
-
Penurunan pulse kristaloid
-
sejumlah
2-4
pressure
kali volume darah yang
Penurunan
hilang.
produksi
urine
(20-30 cc/jam)
-
Tachypnea
Penggantian volume darah
kehilangan volume
(30-40
yang hilang dengan cairan
darah 30-40%
x/menit)
kristaloid dan darah.
Kelas III :
-
Penurunan produksi urine (5-15 cc/jam)
Kelas IV :
-
Kehilangan volume -
darah
Tachypnea
Penggantian volume darah
(>35 x/menit)
yang hilang dengan cairan
Takikardia
kristaloid dan darah.
(>140x/menit) >40%
-
Perfusi pucat, dingin, basah
-
Perubahan mental
Tabel 2.2 Syok Hemoragik C. Syok Anafilaktik 1. Definisi Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
12
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis 2. Penyebab Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik 3. Diagnosa Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah pemberian obatobatan. 4. Tindakan a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid (RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut). b.
Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu. D. Syok Septik 1. Definisi Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok
septik dapat dikurangi pengendalian
infeksi,
dengan melakukan
melakukan teknijk
aseptik
praktik yang
cermat,melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh. 2. Penyebab Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
13
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut. 3. Tanda dan Gejala Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah: a. Demam b. Berkeringat c. Sakit kepala d. Nyeri otot 4. Diagnosis a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi. b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi. 5. Tindakan Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg) a. Tindakan awal Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber infeksi (pembedahan)
14
b. Tindakan lanjut Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor
(Dopamine
atau
dikomnbinasi
dengan
Noradrenaline).
E.
Syock Kardiogenik 1. Definisi Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010) 2. Penyebab Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang disebabkan karena gangguan
pada fungsi myocard. Missal
: decomp cordis, trauma langsung pada
jantung,
kontusio
jantung. Tamponad jantung dan tension
pneumothoraks
dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik) 3. Diagnose a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung. b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP). c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea). 4. Tindakan a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
15
b.
Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis
untuk
tamponade
jantung
dengan
monitoring EKG. d. Pemasangan
jarum
torakostomi
pada
Tension
Pneumothoraks di ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).
2.5 Manifestasi klinis 1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik <100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah diketahui. 2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis. 3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma. 4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam. 5. Asidosis metabolik. 6. Pemantauan hemodinamik : a. Tekanan darah arteri b. Tekanan vena sentral c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP). d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu kulit. (Mansjoer, 2000) 2.6 Pentalaksanaan Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
1. Airway dan Breathing
16
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara : a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi. d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal airway). e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan : a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru. b. Cairan
intravena
seperti
larutan
isotonik
kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler. c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
17
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan. e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan yang akan membebani jantung. f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard. 1) Dopevin
(10
Kg/Kg/mut)
meningkatkan
vasokmstrokuta. 2)
Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin
:
mengkatkan
tekanan
perfusi
miocard. 4) 5)
Dobtanine : meningkatkan cardiak output. Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung,
menurunkan
tekanan
pembuluh darah sitemik. 4. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi dari jantung 5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan (Mansjoer, 2000) 2.7 Komplikasi 1) Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan. 2) Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
18
3) DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
2.8 Asuhan Keperawatan Kegawadaruratan pada syok 1.
Pengkajian 1. Pengkjian Primer a. Airway Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg. b. Breathing frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada. c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang. d. Disability – Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan
neurologis
singkat
yang
dilakukan
adalah
menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi
19
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak 2. Pengkajian Sekunder a. Identitas pasien Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui kejadiannya b. Keluhan utama Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual, kejang-kejang. c. Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Riwayat trauma (banyak perdarahan) 2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas) 3) Riwayat infeksi (suhu tinggi) 4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat) d. Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama e. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien sebelumnya. f. Pemeriksaan Fisik 1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik). 2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
20
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba 4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma. 6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis) 7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea 8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik 9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2
karena takipnea,
penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru) g. Pemeriksaan Penunjang 1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. 2) Analisa gas darah 3) EKG 3.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa, 2005): a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung. b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi
Hb,
Hipervolemia,
Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
21
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.
4. Intervensi Keperawatan Diagnosa
Rencana keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi Kolaborasi
Hasil
Penurunan curah
NOC :
jantung b/d gangguan
-
irama jantung, stroke volume, pre load
-
-
Circulation
Vital Sign
Setelah dilakukan
Palpitasi,
asuhan
-
Peningkatan/pen
Catat adanya tanda dan
-
Monitor status pernafasan
-
Monitor balance cairan
-
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
Selama......penurunan kardiak
antiaritmia -
Atur periode latihan
output klien teratasi
dan istirahat untuk
urunan JVP
dengan kriteria hasil:
menghindari
Distensi vena jugularis
-
-
cardiac putput
bradikardia
Kelelahan
Catat adanya disritmia jantung
perifer
-
-
-
Tissue
takikardia,
-
dada
gejala penurunan
Aritmia,
oedem
Evaluasi adanya nyeri
Status
perfusion:
DO/DS:
-
-
Status
-
-
Cardiac Pump effectiveness
dan afterload, kontraktilitas jantung.
NIC :
Kelelahan -
Tanda Vital
Kulit dingin dan
dalam rentang
lembab
normal
Penurunan
(Tekanan darah,
denyut nadi
Nadi,respirasi)
-
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
-
Monitor TD, nadi,
22
-
perifer -
-
-
-
mentoleransi
refill lambat
aktivitas, tidak
pasien berbaring,
Nafas pendek/
ada kelelahan
duduk, atau berdiri
-
Tidak ada
-
Monitor VS saat
Monitor TD, nadi, RR,
Perubahan
edema paru,
sebelum, selama, dan
warna kulit
perifer, dan
setelah aktivitas
Batuk, bunyi
tidak ada asites -
jantung S3/S4 -
suhu, dan RR
Oliguria, kaplari
sesak nafas -
Dapat
-
Tidak ada
Kecemasan
penurunan
dan irama jantung -
kesadaran -
AGD dalam
-
Diagnosa
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
-
batas normal -
Monitor jumlah, bunyi
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Tidak ada
-
Monitor sianosis
distensi vena
-
Monitor adanya
leher
tekanan nadi yang
Warna kulit
melebar, bradikardi,
normal
peningkatan sistolik
Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan
dan
Kriteria Intervensi
Hasil Kolaborasi Perfusi jaringan tidak
NOC : -
efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, -
NIC : Cardiac pump
(durasi, intensitas dan
Circulation status
faktor-faktor
Tissue Prefusion :
presipitasi)
cardiac,
konsentrasi Hb,
periferal -
Monitor nyeri dada
Effectiveness
penurunan
Hipervolemia,
-
Vital Sign Statusl
-
Observasi perubahan ECG
-
Auskultasi suara
23
Hipoventilasi,
jantung dan paru
gangguan transport
Setelah dilakukan asuhan
O2,
selama…ketidakefektifan
gangguan aliran arteri dan vena
perfusijaringan
-
jumlah denyut jantung -
kardiopulmonal teratasi dengan kriteria hasil:
-
Monitor elektrolit (potassium dan
-
Nyeri dada
-
Sesak nafas
-
DO
Tekanan systole
magnesium)
dan diastole
-
Monitor status cairan
dalam rentang
-
Evaluasi oedem perifer
yang diharapkan AGD
-
abnormal -
Aritmia
-
Bronko spasme
-
Monitor angka PT, PTT dan AT
DS:
-
Monitor irama dan
-
-
refill > 3 dtk Retraksi dada
-
- Penggunaan otot-otot
-
-
tambahan -
Monitor peningkatan kelelahan dan
Nadi perifer kuat
kecemasan -
Jelaskan pembatasan
Tidak ada oedem
intake kafein, sodium,
perifer dan
kolesterol
asites
dan lemak
Denyut jantung,
-
Kelola pemberian obat-
AGD, ejeksi
obat: analgesik, anti
fraksi dalam batas
koagulan,
normal
nitrogliserin,
Bunyi jantung
vasodilator dan
abnormal tidak
diuretik.
ada -
-
normal
dan simetris
Kapilare
-
CVP dalam batas
dan denyut nadi
Nyeri dada tidak
-
Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung)
ada -
Kelelahan yang ekstrim tidak ada
24
Diagnosa
Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan
dan
Kriteria Intervensi
Hasil Kolaborasi Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan secara
NOC:
NIC :
-
Fluid balance
-
Hydration
-
Nutritional Status
aktif, Kegagalan
-
catatan intake dan output yang akurat
: Food and Fluid
mekanisme pengaturan
Intake
Pertahankan
-
Monitor status hidrasi
DS : -
Haus
DO: -
-
Setelah dilakukan
tekanan darah
tindakan
ortostatik ),
keperawatan selama….
jika
defisit volume
diperlukan
Penurunan turgor kulit/lidah Membran
Monitor hasil cairan teratasi dengan
lab yang
kriteria hasil:
sesuai dengan
mukosa/kulit kering -
retensi cairan -
Peningkatan
volume/tekanan
-
protein )
Tekanan darah,
-
15menit – 1 jam
normal -
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Monitor vital sign setiap
dalam batas
Pengisian vena
Perubahan status
albumin, total
nadi, suhu tubuh
nadi
menurun
urin,
urine normal, -
(BUN , Hmt , osmolalitas
dan BB, BJ
tekanan darah,
-
-
sesuai dengan usia
penurunan
-
Mempertahankan urine output
denyut nadi,
penurunan
nadi adekuat,
-
Kolaborasi pemberian
25
mental -
Konsentrasi urine meningkat
-
-
-
cairan IV -
membran mukosa
-
-
ada rasa haus
Berikan cairan oral
-
yang berlebihan -
Monitor status nutrisi
lembab, tidak
Kehilangan berat badan secara
Elastisitas turgor kulit baik,
Temperatur tubuh meningkat
-
-
Berikan
Orientasi terhadap
penggantian
tibatiba
waktu dan
nasogatrik
Penurunan urine
tempat baik
sesuai output
Jumlah dan irama
(50 – 100cc/jam)
output
-
-
HMT meningkat
pernapasan
-
Kelemahan
dalam batas
-
normal -
-
untuk tranfusi -
Elektrolit, Hb,
Pasang
Hmt dalam batas
kateter jika
normal
perlu -
pH urin dalam
Intake oral
Monitor intake dan
batas normal -
Persiapan
dan
intravena adekuat
urin output setiap 8 jam
5. Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan sesuai
intervensi
yang telah dilakukan
sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi mandiri.
6. Evaluasi
26
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal c. Tercapainya volume cairan secara adequat
27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita. Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
3.2 Saran Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera.
28
Dan mahasiswa mampu mengaplikasikan teri kegawat daruratan syok sehingga mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalahsyok.
29
DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC. Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy. Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok.syifana.aqullia.2010.laporanpendahulu an syok. (diakses pada tanggal 18 maret 2019) http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html (diakses pada tanggal 18 maret 2019)
30