Kelompok 6.docx

  • Uploaded by: Cendekiawan Al Ghifari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,376
  • Pages: 18
Kelompok 6 : Dhafy Adhyatmaka

165020300111018

Muhamad Rachmad Dani

165020301111011

Galuh Sintacahyani

165020301111059

BAB 6 BUKTI AUDIT DAN TES TRANSAKSI

Menurut SA 500 (IAPI, 500.2, 500.4, 500.5, 500.6) Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan auditor. Prosedur audit untuk memperoleh buktiaudit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, perhitungan kembali, pelaksanaan ulang, dan prosedur analitis, atau dipadukan dengan beberapa prosedur permintan keterangan dari menajemen. Kecukupan merupakan ukuran kuantitas bukti audit, kuantitas bukti audit dipengaruhi penilaian auditor atas resiko keslahan penyajian material (makin tinggi resiko makin banyak pula bukti audit yang dibituhkan. Ketepatan merupakan ukuran kualita sbukti audit, yang mencakup relevansi dan keandalan bukti audit untuk merumuskan opininya. Keandalan dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan bergantung pada kondisi bukti audit yang diperoleh. SA 330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh.

Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit Seperti dalam SA 315 dan SA 330, bukti audot dapat diperoleh dengan melaksanakan : a) Prosedur penilaian resiko b) Prosedur audit lanjutan, terdiri atas : 1. Pengujian pengendalian (ketika disyaratkan atau ketika auditor memilih untuk melakukannya) 2. Prosedur substantif (termasuk prosedur rinci dan prosedur analitis substantif)

Ukuran keabsahan bukti audit untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit berbeda dengan bukti hukum yang diatur secara tegas oleh peratuan yang ketat. Bukti audit pengaruhnya bervariasi terhadap kesimpulan yang diambil oleh auditor. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit

lain yang menguatkan keismpulan, seluruhnya berpengaruh

terhadap kompetensi bukti. Untuk membuktikan efektivitas pengendalian intern di suatu perusahaan, akuntan publik harus melakukan compliance test atau test of recorded transaction. Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan dan laba rugi, akuntan publik melakukan subtantive test dan analytical review. 6.1 SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE) Bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua infomasi penguat yang tersedia bagi auditor. Bukti yang mendukung laporan keuangan terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman

akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi keseluruhannya. Data tersebut biasanya terdapat dalam bentuk elektronik. Selain data akuntansi, diperlukan pula perhatian terhadap kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya agar pendapat auditor atas laporan keuangan bisa terjamin. Bukti audit penguat dapat terdiri dari informasi tertulis atau elektronik, contohnya seperti :  cek,  electronic fund system,  faktur,  surat kontrak,  notulen rapat,  konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui,  informasi

yang

diperoleh

auditor

melalui

permintaan

keterangan,  pengamatan,  inspeksi dan pemeriksaan fisik,  serta informasi lain yang dikembangkan oleh auditor dan tersedia bagi auditor yang memungkinkan untuk memberi kesimpulan berdasar alasan kuat.

Terdapat dua jenis bukti audit yakni bukti intern dan ekstern : 1. Bukti intern: bukti yang diperoleh dari perusahaan itu sendiri. 2. Bukti ekstern: bukti yang berasal atau didapat dari luar perusahaan.

Bukti audit harus sah dan relevan, agar dapat disebut kompeten. Bukti ekstern dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dapat diandalkan atau dipercaya daripada bukti intern (diperoleh dari perusahaan itu sendiri). Apabila pengendalian intern dilakukan dengan efektif, maka jaminan yang diberikan atas keandalan data akuntansi dan laporan keuangan akan semakin besar. Pengetahuan auditor yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung atau inspeksi fisik, pengamatan, dan perhitungan bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence).

Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada 6 tipe bukti audit : 1. Physical evidence Terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau diinspeksi, dan yang paling utama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan. Contoh : bukti fisik dari kas opname, observasi perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga, inventarisasi aset tetap

2. Evidence obtain through confirmation Bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien.

Contoh : jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi penasihat hukum klien.

3. Documentary evidence Bukti yang terdiri atas catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi. Bukti ini berkaitan dengan dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi berkaitan dengan audit trail yang meemungkinkan auditor untuk melakukan vouching atas transaksi dan kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya. Contoh : faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general ledger, sub ledger.

4. Mathematical evidence Merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Contoh : footing, cross footing, extension dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsliasi contohnya : pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi intercompany accounts dan lain-lain.

5. Analytical evidence

Bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. Penelaahan ini dilakukan pada saat membuat perencanaan audit, sebelum melaksanakan subtantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedurnya : a) Trend (Horizontal) Analysis Membandingkan angka-angka pada laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan (jumlah rupiah maupun presentase). b) Common Size (Vertical) Analysis c) Ratio Analysis Misalnya seperti meghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio menajemen aset.

6. Hearsay evidence Merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan klien atas pertanyaan yang diajukan auditor. Contoh : pertanyaan mengenai pengendalian intern, ada atau tidaknya contingent liabilities, persediaan yang bergerak lambat, persediaan rusak, kejadian penting setelah tanggal laporan posisi keuangan, dan sebagainya.

6.2 COMPLIANCE TEST DAN SUBTANTIVE TEST Tes Ketaatan (Compliance Test) atau Test of Recorded Transactions adalah tes terhadap bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang

terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (Rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu "Compensating Control".

Misalnya : Kesalahan ditemukan 1.

I/C

( Compensating

Internal Control )

Control

Bukti Timbul kemungkinan 1. Subledger utang

pengeluaran dan

yang Kelemahan

kas bukti

pendukung selalu diupdate dan

bukti-bukti digunakan

pendukung tidak di pembayaran cap lunas

untuk setiap akhir bulan di yang reconcile

kedua kalinya

dengan

saldo utang dibuku besar 2.

Perusahaan

memiliki

bagian

Internal audit yang cukup kuat dan setiap bulan

memeriksa

kelengkapan

bukti-

bukti pengeluaran kas 2.

Bukti Timbul kemungkinan

pengeluaran tidak

kas penyalahgunaan bukti

bernomor tersebut untuk

urut tercetak

kepentingan pribadi

Perusahaan menggunakan Imprest Fund System untuk pengeluaran ≤

Rp1.000.000,- untuk jumlah



Rp1.000.000,dibayar dengan giro, yang

nomer

urutannya

selalu

diawasi.

Compliance Test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini : Jenis Transaksi

Jenis

Compliance Sampel

yang

Test

Digunakan

Penjualan

Sales Test

Faktur Penjualan

Penerimaan Kas

Cash Receipts Test

Kwitansi

Pengeluaran Kas

Cash Disbursement Nomor

Pembelian

Test

Check/Giro

Purchase Test

Purchase Order

Pembayaran Gaji dan Payral Test

Daftar Gaji

Upah Jurnal

Journal

Koreksi/Penyesuaian

Test

Voucher Jurnal Vouvher

Dalam melaksanakan Compliance Test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut: A. Kelengkapan bukti pendukung (Supporting Documents) B. Kebenaran perhitungan mathemathis (Footing, Cross Footing, Extension) C. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang D. Kebenaran nomor perkiraan yang didebet/kredit

E. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar. Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun. Substantive Test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi Komprehensif).

Jenis Kertas Kerja yang dibuat : A. Working Balance Sheet (WBS) B. Working Profit and Loss (WPL) C. Top Schedule (TS) D. Supporting Schedule (SS)

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam Substantive Test, antara lain :  Inventarisasi aset tetap  Observasi atas stock opname  Konfirmasi piutang, utang dan Bank  Subsequent collection dan subsequent payment  Kas opname  Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan-kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. jika permasalahannya material, auditor

harus mengusulkan audit adjusment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit adjusment). jika usulan adjusment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan adjusment tersebut benar, makan auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan usulan adjusment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan Substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Shcedule dan Supporting Schedule.

6. 3 CARA PEMILIHAN SAMPEL Dalam melakukan pemeriksaannya akuntan publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti – bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar. Karena itu transaksi – transaksi dan bukti – bukti diperiksa secara “test basis” atau secara sampling. Dari keseluruhan “universe”. Dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sampel untuk di test, dan dari pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara keseluruhan. Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili universe secara tepat. Karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangan mempengaruhi kesimpulan yang di tarik.

Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa di pertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut betul – betul representative.

MENURUT SA 530.2 Sampling audit (sampling) : penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama untuk di pilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.

Resiko sampling : risiko bahwa kesimpulan auditor yang di dasarkan pada suatu sampel dapat berbeda denga kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada keseluruhan populasi.

Risiko nonsampling : risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah dengan alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling.

“ada dua pendekatan umum dalam sampling audit : nonstatistik dan statistik. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilain sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang diasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang diberkaitan”.

“kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti audit yang cukup”.

MENURUT SA 530.3 Sampling statistik : suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai berikut i.

Pemilihan unsur – unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan

ii. Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur risiko samping. Pendekatan sampling yand tidak memiliki karakteristik – karakteristik (i) dan (ii) dianggap sebagai sampling nonstatistik.

Menurut SA 530.7 dan 530.8 Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik dan nonstatistik dalam sampling membutuhkan pertimbangan auditor; namun, ukuran sampel bukan merupakan kriteria yang tepat untuk membedakan antara pendekatan statistik atau nonstatistik.

Menurut SA 530.10 Pengevaluasian Hasil Sampling Audit Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpanan sampel yang tinggi yang tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan, kecuali jika

diperoleh bukti audit tambahan yang dapat memperkuat peniliaian awal risiko tersebut. Untuk penguji rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang tidak diharapakan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat kesalhan penyajian material dalam suatu golongan transaksi atau saldo akun, kecuali buku audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material. Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjur kan untuk terlebih dahulu menyusun “sampling plan”. Beberapa cara pemilihan samping yang sering digunakan adalah :

a. Random/judgement sampling Pemilihan

sampling

dilakukan

secara

random

dengan

menggunakan judgement si akuntan publik. Salah satu cata, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan Rp 5.000.000 harus divouching, ditambah dua setiap bulan yang yang berjumlah Rp 5.000.000/ Cara lainnya auditor bisa menggunakan random samping table dalam memilih sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.

b. Block sampling Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan – bulan terentu sebagai sampel, misal di bulan januari, juni, dan desember. Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung pada judgement si auditor, semakin banyak

pengalaman auditor, semakin baik hasilnya dalam arti sampel yang dipilih betul – betul representative. Tetapi jika auditor kurang pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative.

c. Statistical sampling Pemilihan sampel dilakukan secata ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun sampel yang tepilih betul – betul representative. Karena memakan waktu yang lebih banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup baik.

Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan diuji. Biasanya auditor mengidentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk : 1.

Menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian internal

2.

Menentukan apakah terdapat salah saji moneter dalam transaksi

Dalam pengambilan sampel audit yang diterapkan auditor merencanakan untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan memmilih prosedur audit dalam pengambilan sampel. Diasumsikan program audit sebagai berikut : 1. Me-review transaksi penjualan yang memiliki jumlah yang besar dan tidak biasa (prosedur analitis)

2. Mengamati apakah tugas yang dijalankan oleh petugas piutang dagang terpisah dari tugas penerimaan kas ( penggujian pengendalian ) 3. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan berikut (Pengujian pengendalian) a) Persetujuan kredit oleh manajer kredit b) Keberadaan lampiran dokumen pengirimannya c) Dimasukkannya nomor bagan akun 4. Memilih suatu sampel dokumen pengiriman barang serta menelusuri salinan faktur penjualan yang terkait 5. Membandingkan kuantitas pada setiap salinan faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait. Pengambilan sampel audit tidak dapat diterapkan untuk dua metode pertama dalam program audit karena menggunkan prosedur analitis sehingga pengambilan sampel tidak dapat diterapkan dan yang kedua prosedur pengamatan memunculakn dokumentasi dalam pelaksanaan pengambilan sampel audit. Sedangkan ke prosedur lainnya dapat digunakan dalam pengambilan sampel audit.

Ketika pengambilan sampel audit digunakan, auditor harus sangat berhati-hati dalam mendefinisikan karakterisktik (atribut) yang akan diuji dan kondisi pengecualiannya, terkecuali auditor telah mendefinisikan atribut dengan hati-hati. Atribut yang penting dan kondisi pengecualian untuk pengambilan sampel audit diambil secara langsung dari prosedur audit auditor. Populasi adalah pos-pos yang digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukan setiap

pos yang diinginkan namun ketika pemilihan sampel harus dipilih dari seluruh populasi yang telah terdefinisikan. Auditor harus menguji populasi untuk kelengkapan dan keterikatan pencarian sebelum sampel dipilih untuk meyakinkan semua pos populasi dalam tahun berjalan. Unit sampel didefinisikan oelh auditor berdasarkan pada definisi populasi dan tujuan pengujian audit. Unit sampel merupakan unit fisik yang berkaitan dengan nomor acak yang dihasilakn auditor.

Realibilitas dari bukti akuntansi :

Contoh tes transaksi pengeluaran kas

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "lisa evangelista"