Kelompok 8 : Aprizaldi Prasetyo
165020307111021
Vicky Achmad Maulana
165020307111022
Roshief Fani Maulana
165020307111040
Irfan Rakha Widyadhana
165020307111046
RANGKUMAN BAB 8 AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES, AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS A. Audit Plan Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat didelegasikan sebagai fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada staf lain dalam kantor akuntannya (asisten). Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain : 1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya. 2. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut. 3. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan. 4. Penerapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. 6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjusment). 7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau perubahaan pengujian audit, seperti resiko kekeliruan, dan ketidak beresan yang material atau adanya transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 8. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian). Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi; 1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan dan laporan audit tahun lalu. 2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha. 3. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap satuan usaha. 4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan. 5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris, atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan standar auditing yang diterapkan Ikatan akuntan Indonesia,terutama yang baru. 7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data. 8. Menentukan luasnya keterlibatan,jika ada,konsultan,spesialis, dan auditor intern. 9. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule). 10. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit. 11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu. Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dan lain-lain. Kertas kerja auditor dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industri, laporan keuangan satuan usaha lain dalam industri, buku teks, majalah, dan perorangan yang memiliki pengetahuan mengenai industri. Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :
1. Mengindentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus. 2. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi. 3. Menilai kewajaran,estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi penyisian piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang. 4. Menilai kewajaran reprensentasi manajemen. 5. Mempertimbangkan
kesesuaian
prinsip
akuntansi
yang
diterapkan dan kecukupan pengungkapannya. Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan intruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan.Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit. Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat,luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audtt. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh
asisten harus direview untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit. Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah Engagement Letter disetujui oleh klien. Isi dari audit plan mencakup : 1. Hal-hal mengenai klien 2. Hal-hal yang mempengaruhi klien 3. Rencana kerja auditor
Hal-hal mengenai klien
a. Bidang usaha klien, alamat, nomor telephone, facsimile, dan lain-lain. b. Status Hukum Perusahaan (berdasarkan Akte Pendirian) menyangkut Nama Pemilik dan Permodalan c. Accounting Policy (kebijakan Akuntansi)
Buku-buku yang digunakan
a. Buku Penjualan b. Buku Pembelian c. Buku Kas/Bank d. Buku Memorial
Metode Pembukuan
a. Manual : - Tulis tembus atau Biasa b. Komputer c. Mesin pembukuan. Komentar mengenai mutu pembukuan secara umum (membantu dalam menyusun budget dan pemilihan tenaga-tenaga yang akan ditugaskan di klien tersebut).
d. Neraca komparatif dan perbandingan. Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara Neraca tahun lalu dan Neraca tahun sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan. e. Clien Contact Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering kita hubungi, misalnya : 1. presiden Direktur 2. Controller, Chief Accountant. Selain itu perlu juga diketahui penasehat hukumnya siapa berikut alamat, nomor telephone dan fax. f. Accounting, Auditing & Tax Problem. Harus dijelaskan persoalan-persoalan yang (mungkin) akan dihadapi oleh klien, seperti : 1. Accounting Problem, misalnya : -
Perubahan metode pencatatan dari manual ke komputer
-
Revaluasi Fixed asset
-
Perubahaan metode atau tarif penyusustan.
2. Auditing Problem, misalnya : -
Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan.
-
Perubahan accounting policy
3. Tax Problem, misalnya : -
Masalah resitusi, kekurangan penyetoran
-
Adanya 2 pembukuan di dalam perusahaan.
Hal-hal yang mempengaruhi Klien. Biasa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain ; Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : Adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
Rencana Kerja Auditor Hal-hal yang penting antara lain :
a. Staffing -
Nama Partner
-
Nama Manager
-
Nama Supervisor
-
Nama Senior
-
Nama Asisten
b. Waktu Pemeriksaan : -
Waktu dimulainya suatu pemeriksaan.
-
Berapa lama waktu pemeriksaan.
-
Dead Line, dalam arti laporan pemeriksaan
c. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan. Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain : -
tarif masing-masing staf dan taksiran jumlah jam kerja masing-masing staf, antara lain : Partner, Manager, Senior, dan Yunior
-
Budget per section/area (misalnya pemeriksaan piutang 60 jam ) terdiri dari : 10 jam in charge dan 50 jam asisten.
d. Jenis jasa yang diberikan : -
General audit
-
Special audit.
-
Bantuan administasi
-
Menyusun Neraca/Laba Rugi
-
Perpajakan
e. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien: -
Mengisi formulir konfirmasi.
-
Membuat schedule-schedule
-
Aging schedule
-
Rincian harta tetap
-
Rincian utang dan piutang
-
Rincian biaya yang harus dibayar
f. Time Schedule B. Audit Program Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secata tertulis. Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Audit program yang baik harus mencantumkan: 1. Tujuan pemeriksaan 2. Audit prosedur yang akan dijalankan. 3. Kesimpulan pemeriksaan Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandardisir dan digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai dengan kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk Compliance Test dan Substantive Test. C. Audit Procedures dan Audit Teknik Audit prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara
efisien dan efektif. Audit program dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence, seperti : konfirmasi,observasi,inspeksi, tanya jawab (inquiry) dan lain-lain. D. Risiko Audit dan Materialitas Dalam PSA no 25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia : 1. Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standart auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar laporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut. 2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam laporan audit bentuk baku bahwa auditor memperoleh “keyakinan memadai” mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam Hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. 3. Konsep materialitas mengakui bahwa bebarapa hal, baik secara induvidual atau pun keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan beberapa hal lainnya adalah
tidak penting. Frasa “menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”menunjukan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material. 4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau pun keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari penerapan yang kelitu prinsip akuntansi yang berlaku umum, penyimpangan fakta, atau dihilangkannya informasi yang diperlukan. 5. Dalam
mengambil
kesimpulan
mengenai
materialitas
dampaksuatu salah saji, secara individual ataupun keseluruhan, auditor umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan yang sedang diaudit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang dianggap material untuk laporan keuangan suatu satuan usaha mungkin tidak cukup material bagi satuan usaha lainnya yang mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda.Begitu juga apa yang dipandang material untuk laporan keuangan suatu satuan usaha dapat pula berubah dari satu periode ke periode yang lain. 6. Pertimbangan
auditor
mengenai
materialitas
merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji itu. 7. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam pertimbangan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan. Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya
tidak
material
dapat
menjadi
material,jika
kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapat yang material. 8. Auditor harus mempertimbangkan risiko dan materialitas baik dalam Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semau hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang disebutkan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai dasar yang memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan 9. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk
menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif. 10. Dalam merencanakan auditnya, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang melekat pada proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinana yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan pokok, namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagia besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar lebih efisien, auditor, untuk tujuan perencanaan biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggapmaterial untuk salah satu laporan keuangan pokok. Sebagai contoh, Jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara keseluruhan yang berjumlahkurang lebih Rp. 100.000.000 akan memberi pengaruh material
terhadap
pos
pendapatan,
namun
baru
akan
mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka Rp. 200.000.000, adalah tidak memadai baginya untuk merancang suatu prosedur audit yang diharapkan dapat mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp.200.000.000 saja. 11. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna medeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin material secara kualitatif pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA no.07), bukti audit paragraf 20 menyatakan bahwa “auditor pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas ekonomis, agar mempunyai manfaat ekonomis, pendapat auditor harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.” 12. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun. Dalam situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan yang diaudit selesai disusun, namun ia menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut,pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan atas laporan keuangan interim satuan usaha tersebut yang disetahunkan atau laporan keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya, 13. Pada tingkat saldo perkiraan atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari (a) risiko (yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk) bahwa saldo perkiraan atau golongan transaksi mengandung salah saji yang dapat menjadi
material
terhadap
laporan
keuangan
apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo perkiraan atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko (risiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan medeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan proposional auditordan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukan.
a. Risiko Bawaan Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo perkiraan atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo perkiraan atau golongan traksaksi tertentudebandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang lebih sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada persediaan bat bara. Perkiraan yang terdiri dari jumlah yang berasal dari estimasiakuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan perkiraan yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta.Faktor ekstern juga mempengaruhi
risiko
bawaan.
Sebagai
contoh
,
perkembangan tekhnologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Risiko Pengendalian Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum struktur pengendalian
intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan satuan usaha. b. Risiko Deteksi Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100%.Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang tepat,
atau
menafsirkan
secara
keliru
hasil
audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi yang memadai dan pelaksanaan praktek audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu. 14. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terlalu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.
Exhibit 1 : Contoh Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) PT WIDIALOKA RENCANA PEMERIKSAAN Tahun Buku 2006
1. Umum
PT WIDIALOKA didirikan berdasarkan akte notaris Tutty Kirana, Sarjana Hukum, No 7, tertanggal 6 Mei 1999, dengan perubahanperubahan dan yang terakhir dengan akte No.64, tertanggal 22 Oktober 1999, yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Akte pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat no.Y.A.7/777/93 tertanggal 27 Juli 1993 dan telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 25 November 1993 no.99, tambahan no.797. Maksud dan tujuan Perusahaan Perusahaan bergerak di bidang industri perajutan, pencelupan, konveksi dan finishing. Kantor
: Jl.Duren Tiga no.16, Jakarta Selatan
Pabrik
: Jl. Galunggung no.22, Jakarta Timur
2. Susunan Pengurus Dewan Komisaris
: Rudianto
Presiden Komisaris
: Sugiwo
Komisaris
: Ruddy Lumbada
Presiden Direktur
: Iman Kurniawan
Direktur keuangan
: Fransisca
Direktur Umum
: Maryadi
Direktur Produksi
: Marsudi
Direktur Pemasaran
: Susanna
3. Ekuitas
Modal dasar perusahaan berjumlah Rp. 50.000.000, yang terbagi atas 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal sebesar rp.5.000, saham. 4. Kebijakan Akuntansi a. Penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan, laporan arus kas disusun berdasarkan metode tidak langsung (indirect Method) b. Persediaan -
Persediaan bahan baku, olie, dan solar dibukukan berdasarkan harga perolehannya. Penilaian persediaan akhir berdasarkan metode FIFO.
-
Persediaan barang dalam proses (WIP) dinilai berdasarkan tahap-tahap
penyelesaian
dalam
proses
produksinya.
Penilaian persediaan tersebut didasarkan atas taksiran ekuivalen unit selesai dari WIP dari masing-masing tahap proses produksi yang bersangkutan. -
Persediaan barang jadi dinilai berdasarkan metode rata-rata.
c. Piutang Usaha. Perusahaan tidak membuat penyisihan piutang ragu-ragu, tetapi langsung membebankan ke perkiraan rugi-laba, piutang yang benar- benar tak tertagih. d. Penyertaan Dalam Bentuk Saham. Penyertaan dalam bentuk saham yang mencapai 20% atau lebih dibukukan berdasarkan metode equty. e. Aktiva Tetap. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan dan penyusutannya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap. Taksiran umur ekonomis aktiva tetap adalah sebagai berikut : -
Bangunan
: 20 Tahun
-
Mesin-mesin
: 10 Tahun
-
Kendaraan Bermotor
: 5 Tahun
-
Inventaris kantor & pabrik
: 5 Tahun
f. Biaya Perijinan. Biaya perijinan yang ditangguhkan diamortisir selama 10 tahun dengan metode garis lurus. g. Utang/Piutang Dalam Rangka Hubungan Khusus. Hubungan khusus adalah hubungan yang secara langsung atau tidak langsung
memepengaruhi
kepengurusan
atau
pengolaan
perusahaan diluar hubungan afiliasi. Utang Piutang ini diselenggarakan atas dasar transaksi dengan syarat-syarat sebagai mana lazimnya transaksi normal. h. Pengakuan Pendapatan Pendapatan dari penjualan diakui pada saat dilakukan penyerahan barang kepada pembeli. i. Transaksi dan Penjabaran Mata Uang Asing Pembukuan perusahaan diselenggarakan dalam mata uang rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pertanggal neraca dijabarkan dengan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Selisih kurs yang terjadi dikreditkan (dibebankan) pada perhitungan rugi laba tahun berjalan. j. Taksiran Pajak Penghasilan Taksiran pajak penghasilan ditentukan berdasarkan taksiran laba kena pajak dari tahun yang bersangkutan. Perusahaan tidak menganut
deferred tax
accounting method atas perbedaan waktu. k. Tahun Buku. Tahun Buku Perusahaan berjalan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 5. Buku-buku yang digunakan perusahaan
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, perusahaan telah menyelenggarakan, antara lain : -
Buku Kas
-
Buku Bank
-
Buku Besar (G/L)
-
Ayat-ayat Jurnal
-
Proses pembukuan masih dilakukan secara manual