Kelompok 4a_kajian Administrasi Resep.docx

  • Uploaded by: milatul amalia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 4a_kajian Administrasi Resep.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,077
  • Pages: 24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS KAJIAN ADMINISTRASI RESEP

Disusun Oleh: Kelompok 4A 1. Gita Andriani

11161020000007

2. Mahliga Dwi Rezky Putri

11161020000008

3. Thufailah Firdhausya P

11161020000009

4. Nurapni Hidayanti

11161020000012

5. Milatul Amalia

11161020000020

6. Rara Praba Andari

11161020000025

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MARET/2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Praktis. Adapun laporan ini disusun untuk memenuhi tugas setiap pasca Praktikum Farmasi Praktis. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada para dosen pembimbing praktikum Farmasi Praktis, rekan-rekan kelompok dan pihak lainnya yang turut berpartisipasi dalam terselesaikannya laporan praktikum Farmasi Praktis ini. Kami sudah berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan laporan ini, namun mustahil apabila laporan yang kami buat tidak ada kekurangan maupun kesalahan, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pengoreksi juga pembaca yang bersifat membangun, sehingga ke depannya kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan laporan praktikum.. Kami berharap dari penyusunan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi kami serta para pembaca.

Jakarta, Maret 2019

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B.

Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2

C.

Tujuan ………………………………………………………………….... 2

BAB II DASAR TEORI ……………………………………………………….. 3 BAB III PROSEDUR KERJA………………………………………………... 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 9 A.

Hasil Pengamatan……………………………………………………….. 9

B.

Pembahasan…………………………………………………………….. 17

BAB V PENUTUP……………………………………………………………. 20 A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 20 B. Saran ……………………………………………………………………. 20 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 21

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Resep dapat diartikan sebagai Permintaan Tertulis dari seorang Dokter maupun Dokter Hewan terhadap sejumlah Obat atau Alat Kesehatan kepada seorang Apoteker di Apotek. Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif. Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penlis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurutperaturan perundangan-undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara). Etiket adalah penandaan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan yang biasanya ditempel di depan obat atau alat kesehatan yang berguna untuk memberikan informasi penggunaan kepada para pemakai obat atau alat kesehatan tersebut. Etiket berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 yaitu: Etiket putih adalah etiket yang digunakan untuk obat yang masuk dalam saluran pencernaan dan Etiket biru adalah etiket yang digunakan untuk obat yang tidak masuk dalam saluran pencernaan

1

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melakukan kajian administrative pada resep? 2. Bagaimana cara membuat copy resep? 3. Bagaimana cara membuat etiket?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui cara melakukan kajian administratif pada resep 2. Untuk mengetahui cara membuat copy resep 3. Untuk mengetahui membuat etiket

2

BAB II DASAR TEORI

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kepmenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004)

Pengkajian

Resep

Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. 1. Persyaratan administratif meliputi : a. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter c. Tanggal penulisan resep d. Ruangan/unit asal resep 2. Persyaratan farmasi meliputi : a. Bentuk dan kekuatan sediaan b. Dosis dan jumlah obat c. Stabilitas dan ketersediaan d. Aturan, cara dan teknik penggunaan 3. Persyaratan klinis meliputi : a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat b. Duplikasi pengobatan c. Alergi, interaksi dan efek samping obat d. Kontra indikasi e. Efek aditif

Model Resep yang lengkap terdiri atas: 1. Nama dan alamat dokter serta nomor ijin praktek 2. Nama kota dan tanggal resep 3

3. Tanda R/ 4. Nama obat yang diberikan serta jumlahnya 5. Bentuk sediaan yang dikehendaki 6. Aturan penggunaan obat 7. Nama pasien dan umur pasien 8. Tanda tangan atau paraf dari dokter

Kesalahan pengobatan (Medication error) dapat dicegah dengan melakukan skrining resep (Depkes RI, 2008). Kesalahan pengobatan adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah (PermenkesNomor 30 Tahun 2014). Faktor penyebab medication errors (Cohen, 1999) antara lain seperti  Kurangnya pengetahuan tentang obat  Kurangnya informasi tentang pasien  Kesalahan dan kehilangan arsip  Kesalahan pada tulisan  Kesalahan interaksi dengan pemberi pelayanan yang lain  Kesalahan dalam perhitungan dosis  Masalah dalam memasukkan obat melalui selang infus lewat parenteral  Pengontrolan yang kurang  Masalah dalam penyimpanan dan pengantaran obat  Kesalahan dalam preparasi  Kekurangan standarisasi Untuk menghindari kesalahan pengobatan, hal yang dapat dilakukan antara lain (Depkes RI, 2008): a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam medik/ nomor resep, b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep. 4

c. Dapatkan informasi

mengenai pasien sebagai

petunjuk penting dalam

pengambilan keputusan pemberian obat, seperti : 1. Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis. 2. Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tandatanda vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal). d. Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien. e. Dengan penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat penderita-penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara). Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula : Nama dan alamat apotek, Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek, 5

Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek, Tanda det = detur, untuk obat yang sudah diberikan, atau tanda ne det =

ne detur, untuk obat yang belum diserahkan, Nomor resep dan

tanggal pembuatan. Salinan resep harus ditandatangani Apoteker. Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan, penandatanganan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik selama waktu 3 tahun. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping satu pengganti diizinkan untuk menjual obat keras yang disebut Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep. Daftar obat tersebut ditetapkan oleh Menkes (Anief,1997).

6

BAB III PROSEDUR KERJA

1. Resep diberikan oleh dosen pembimbing praktikum 2. Mahasiswa membaca resep yang diberikan 3. Dilakukan kajian terhadap kajian administrasi resep, dan dicatat masalah yang terdapat pada resep (jika ada) 4. Dibuat kopi resep terhadap resep asli yang dibuat 5. Dibuat etiket obat 6. Dibuat laporan

Resep 1 Dibuatkan kopi resep untuk keperluan klaim asuransi kesehatan pasien.

7

Resep 2

Resep 3

Pasien mendapatkan semua obat yang tertulis pada resep. Buatlah kopi resep atas resep di atas

8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Kajian Resep Resep 1

Resep 2

Resep 3







X





X





X



























X







X

X



Umur pasien

X

X



Alamat pasien

X





nama dokter No. Surat ljin Praktek doter

Alamat/telpon Hp/kota/tempat Tanggal penulisan Resep Penulisan R/ (Resipe) Nama obat, jumlah dan bentuk sediaan Cara pakai, interval waktu pemberian Tanda tangan/paraf dokter Nama pasien Tinggi dan BB pasien

9

1. Resep 1 

Copy Resep

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212)

SALINAN RESEP Nama Dokter

: dr. Fulan Sp.A

Alamat Dokter : Jl. Kertamukti No 100, Ciputat Nama Pasien

: Fulaniah

Alamat Pasien

; Jl Pisangan Barat No.17

Tanggal Resep : 18 Maret 2019

R/ Pamolsyrfls No 1 S 3 dd 1 cth det

R/ Azitromisin tab 500 mg No 1 m.f. Pulv dtd No III S 1 dd 1 pulv det

PCC

Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt

10



Etiket

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212) No Resep

: 01

Tanggal Resep : 18/03/19

Nama Pasien : Fulaniah

Pamolsyrfls Sirup Sehari 3 x 1 Sendok teh

Semoga Lekas Sembuh

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212) No Resep

: 01

Tanggal Resep : 18/03/19

Nama Pasien : Fulaniah

Azitromisin tablet 500 mg Sehari 1 x 1 puyer dihabiskan

Semoga Lekas Sembuh

2. Resep 2 

Copy Resep 11

APOTEK LEKAS SEMBUH Jl Raya Pisangan Barat No 70 Ciputat

Telp. (021) 1234567 Khairul, S.Farm, Apt (SIA : KP. 06.10.9.9.1212)

SALINAN RESEP Nama Dokter : dr. Santoso Sp.A Alamat Dokter : Jl. Wr Supratman No 86. Tangerang Selatan Nama Pasien Alamat Pasien

: Alifah ; Pondok Ranji

Tanggal Resep : 21 Maret 2019

R/ Tempra Sir 160 mg/5ml No. 1 S 3 dd 1 cth prn demam det

R/ Cefspan Susp 100 mg/5ml No 1 S bdd cth 1/4 det

R/ Actified plus expectorant sir 60 ml No. 1 S tdd cth 1/4 nedet

PCC

Khairul, S.Farm, Apt

12



Etiket

APOTEK LEKAS SEMBUH Jl Raya Pisangan Barat No 70 Ciputat

Telp. (021) 1234567 Khairul, S.Farm, Apt (SIA : KP. 06.10.9.9.1212) No Resep

: 02

Tanggal Resep : 21/03/17

Nama Pasien : Alifah

Sirup Tempra 160 mg/5ml Sehari 3 x 1 Sendok teh saat demam

Semoga Lekas Sembuh

APOTEK LEKAS SEMBUH Jl Raya Pisangan Barat No 70 Ciputat

Telp. (021) 1234567 Khairul, S.Farm, Apt (SIA : KP. 06.10.9.9.1212) No Resep

: 02

Tanggal Resep : 21/03/17

Nama Pasien : Alifah

Suspensi Cefspan 100 mg/5ml Sehari 2 x 1 ¼ sendok teh

Semoga Lekas Sembuh

13

3. Resep 3 

Copy Resep

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212)

SALINAN RESEP Nama Dokter

: dr. Budi Sp.Pd

Alamat Dokter : Jl. Kertamukti No 100, Ciputat Nama Pasien

: Bu Joko

Alamat Pasien

; Jakarta

Tanggal Resep : 1 April 2017

R/ Norvask 10 No XXX S 0-0-1

det 1x

R/ Simvastatin 40 tab no X S 1-0-0

det 1x

R/ Simvastatin 40 tab no X S 4dd 1

det 1x

PCC

Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt 14



Etiket

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212) No Resep

: 03

Tanggal Resep : 01/04/17

Nama Pasien : Bu Joko

Norvask Tablet Sehari 1 x 1 tablet di malam hari

Semoga Lekas Sembuh

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212) No Resep

: 03

Tanggal Resep : 01/04/17

Nama Pasien : Bu Joko

Simvastatin Tablet Sehari 1 x 1 tablet di pagi hari

Semoga Lekas Sembuh

15

APOTEK LEKAS SEMBUH Jalan Kertamukti No 100, Ciputat

Telp. (021) 79432222 Nurapni Hidayanti, S.Farm, Apt (SIA : KP. 30.04.9.9.1212) No Resep

: 03

Tanggal Resep : 01/04/17

Nama Pasien : Bu Joko

Magasida Tablet Sehari 4 x 1 tablet

Semoga Lekas Sembuh

16

B. Pembahasan Pada pengamatan dengan tema kajian administrasi resep dilakukan pembacaan resep dan pengkajian resep secara administrasi dan membuat kopi resep serta etiketnya. Seringkali ditemukan resep obat yang tidak memenuhi kelengkapan resep, hal tersebut yang mendasari pentingnya peran persyaratan pengkajian resep. Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat (Katzung, 2004) Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Pencantuman nama dan alamat prescriber dengan jelas dan lengkap sangat diperlukan, terutama bila terdapat hal-hal yang tidak jelas atau meragukan dalam resep yang perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada penulis resep, menghindarkan penyalahgunaan resep dilingkungan masyarakat serta memperlancar pelayanan bagi pasien di apotek. Hal-hal yang

berpotensi menimbulkan medication error adalah berat

badan pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, aturan pakai (Rahmawati, fita, dkk. 2002) Berdasarkan hasil pengamatan dengan acuan resep pada modul praktikum dihasilkan beberapa hal yang tidak tercantum pada persyaratan pengkajian administrasi resep. Pada resep pertama tidak ditemukan keterangan SIP (Surat Izin Praktek) dokter, nomor telepon dokter, tanggal penulisan resep dan data pasien (umur, jenis kelamin, dan berat badan). Informasi data pasien (umur, jenis kelamin, dan berat badan) juga tidak tertera pada resep kedua. Penulisan data pasien

(umur, jenis

kelamin, dan berat badan) ini sangat diperlukan agar tercapai ketepatan dosis. Pada resep 1 dan 2 juga tidak diberi keterangan waktu pemakaian obat sebelum atau sesudah makan. Penulisan aturan pakai yang tidak jelas merugikan pasien, karena berkaitan dengan dosis dan hasil terapi yang dicapai. (Rahmawati, fita, dkk. 2002). Pada resep 3 tidak terdapat signiture dari dokter sehingga keabsahan resep berkurang. Hal ini sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam pembacaan pemakaian obat sehingga pasien dapat meminum obat sesuai dengan cara dan aturan pemakaian. Penulisan dosis sediaan harus 17

ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pemberian

jumlah dosis,

mengingat adanya obat-obat yang memiliki dosis lebih dari satu. (Bilqis, Siti Ulfah. 2015). Penulisan nama obat yang tidak jelas maupun sukar dibaca berpotensi menimbulkan medication error, mengingat banyak obat dengan nama yang hampir sama terutama apabila obat tersebut mempunyai rute pemberian obat yang sama (Cohen, 1999). Nama dokter, SIP, alamat telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika Apoteker Pengola Apotek (APA) melakukan skrinning resep kemudian terjadi kesalahan mengenai kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompabilitas cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut dapat langsung dihubungi untuk melakukan pemeriksaan kembali (Bilqis, Siti Ulfah. 2015). Hal ini juga diperlukan untuk menjamin keamanan pasien, bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai hak dan dilindungi undang-undang dalam memberikan pengobatan bagi pasiennya. Pencantuman paraf dokter diperlukan agar resep menjadi otentik dan tidak disalahgunakan dilingkungan masyarakat (lebih-lebih bila menyangkut resep narkotika dan psikotropika) (Rahmawati, fita, dkk. 2002) selain itu, agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut (Bilqis, Siti Ulfah. 2015) Bentuk sediaan dalam resep sering tidak tertulis dengan jelas dapat menyebabkan terjadi kesalahan dalam "memperkirakam" bentuk sediaan yang tertulis dalam resep dan akan berpengaruh terhadap efek obat dan harga obat yang harus ditanggung pasien (Rahmawati, Fita, dkk. 2002) Menurut KEPMENKES No 280 tahun 1981 salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan. Bagian-bagian salinan resep: 1. Nama dan alamat apotek 2. Nama dan APA dan nomor SIA 3. Nama, umur, pasien 18

4. Nama dokter penulis resep 5. Tanggal penulisan resep 6. Tanggal dan nomor urut pembuatan 7. Tanda R/ 8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det” atau “ne deteur” untuk obat yang belum diserahkan 9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya. Pada resep 1, adanya permintaan dari pasien kepada apoteker untuk membuat salinan resep namun pada resep tidak tercantum “iter” yang diartikan sebagai salinan resep tidak dapat digunakan kembali. Pada resep 2 terdapat obat yang tidak tersedia pada apotek, yaitu Actifed Plus expectorant sirup 60 ml sehingga diberi tanda “ne det” sementara pada resep 3 terdapat “iter” sejumlah lima kali sehingga pada pengambilan resep untuk kedua kali akan diberi tanda “det orig / det x”. Menurut KBBI etiket adalah secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang (dagangan) yang memuat keterangan (misalnya nama, sifat, isi dan asal) mengenai barang tersebut. Etiket terbagi menjadi dua yaitu etiket putih (obat dalam) dan etiket biru (obat luar). Hal- hal yang harus tercantum dalam etiket adalah sebagai berikut : 1. Nama apotek 2. Alamat apotek 3. Apoteker 4. SIK 5. Nomor resep 6. Tanggal resep 7. Nama : pro / nama pasien 8. Signa : cara pemakaian obat 9. Bentuk sediaan 10. Tanda tangan apoteker 11. Informasi obat 12. Expired Date 19

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan -

Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan oenulisan resep yang tidak tepat.

-

Kegiatan

pengkajian

resep

meliputi

administrasi,

kesesuaian

farmasetik dan pertimbangan klinis. -

Pada resep pertama ditemukan ketidaklengkapan resep berupa no.surat izin praktek dokter, Alamat/telpon Hp/kota/tempat, tanggal penulisan resep, tinggi dan BB pasien, umur dan alamat pasien.

-

Pada resepkedua ditemukan ketidaklengkapan resep berupa tinggi pasien, BB pasien dan umur pasien.

-

Pada resep ketiga ditemukan ketidaklengkapan resep berupa tanda tangan atau paraf dokter.

B. Saran Mahasiswa diharapkan untuk lebih teliti lagi dalam mengkaji resep yang sesuai.

20

DAFTAR PUSTAKA Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, 10-17, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Cohen,

M.R.

1999.

Medication

Errors.

American

Pharmaceutical

Association, Washington, DC Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2014

21

Related Documents

Administrasi
December 2019 53
Administrasi
June 2020 30
Administrasi
April 2020 38
Administrasi Rs
July 2020 21

More Documents from ""