Kelompok 6 Filsafat Administrasi

  • Uploaded by: Hasna Alimah Purnama
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6 Filsafat Administrasi as PDF for free.

More details

  • Words: 5,932
  • Pages: 29
FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI, MANAJEMEN & ORGANISASI Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Syamsir, M.Si

Disusun Oleh : 07. Dwi Melliani

1188010050

11. Egi Fauzan S

1188010054

37. Hafiizh Faathir

1188010082

38. Handika Ardana 1188010083 39. Hasna Alimah P 1188010084 40. Haya Adilah F

1188010085

41. Hayyi Itqi T

1188010086

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK B-II FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BAB 1 FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU A. PENDAHULUAN Pada Abad VI SM (Zaman Yunani Kuno) sebagai awal mulainya filsafat, dimana

masyarakat

sudah

mulai

berpikir

rasional

(logic).

Selanjutnya dalam perkembangannya, penyebaran ilmu pengetahuan dimulai disebarkan disekolah-sekolah keagamaan. Pada zaman ini ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh institusi agama dan atas dsar kepentingan agama. Pada Abad XV – XVIII SM yang dikenal dengan gerakan Renaissance dan Aufklarung, manusia sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh institusi agama, tradisi,sistem, otoritas politik

1

. (Syamsir

Torang ,2013 : 1) Pada saat filsafat dan agama sudah terpisah. Agama berorientasi pada iman dan kepercayaan, kebenaran wahyu dan firman Tuhan. Disisi lain, filsafat berorientasi pada rasio dan pengalamannya mencoba menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan semangat “kebebasan” manusia dalam hidup dan kehidupannya. 2 Era Bacon (1561-1626M) dan anak-anak Renaissance; Copernicus (14731630M), Galileo (1564-1642M), Kepler (1571-1630M) merupakan awal filsafat

ditinggalkan

oleh

ilmu-ilmu

alam

(natural

science).

Kemudian muncul ide dikalangan filsuf untuk menerapkan metode ilmu pasti dan ilmu alam ke dalam filsafat, misalnya Newton (16431727M) dengan Philospohae Naturalis Principia Mathematica-nya, Descrates (1596-1650M) dengan Disours de Ia Methode-nya, Spinoza

1

Koentowibisono (1988 : 4). Dalam buku Filsafat Ilmu administrasi,manajemen dan organisasi, Syamsir Torang Hal. 1 2 Komara (2011). Dalam buku Filsafat Ilmu administrasi,manajemen dan organisasi, Syamsir Torang Hal.1

(1632-1677M)

dengan

karya

Thic-nya.

Karena

teorinya,

mereka

digelar sebagai “Bapak” Filsafat Modern. (Komara : 2011) Filsafat Modern dimulai sejak abad XVI adalah era rasionalisme dan empirisme.

Pada

era

ini

Immanuel

Kant

(1724-1804

Karyanya yang masyhur, kritik der reinen

M)

dengan

Vernunft merupakan

symbol objektivitas ilmu pengetahuan modern . B. PENGETAHUAN Ada empat fase yang dilalui manusia dalam memperoleh pengetahuan, yaitu fase : 1. Dia

tidak

tahu

apa

yang

dia

tidak

tahu

(unconscious-

incompetence) Pada fase ini, manusia sama sekali belum mengetahui dan mengenal sesuatu/benda dan bahkan manusia belum mengetahui apa yang dia tidak tahu. Pada fase inilah yang biasa dianalogikan manusia sebagai “Kertas putih tanpa goresan” . (Syamsir Torang ,2013 : 2)

2. Dia sudah tahu di tidak tahu-nya (conscious - incompetence) Pada fase ini, ada dorongan dalam diri manusia untuk ingin tahu dan kemudia dia bertanya: apa ini/itu? Dari mana sumbernya? Dan Mengapa begini/begitu?. Pada fase kedua ini, manusia menggunakan indranya dan pikirannya untuk mengetahui apa yang dia belum tahu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas , dimaksudkan untuk mengetahui objek yang ditangkap oleh

indra

manusia.

pengamatan/penyelidikan

Selanjutnya atas

objek

manusia tersebut

mengetahui jawaban atas pertanyaannya.

3. Dia tahu di tahu-ku (conscious-competence)

melakukan sampai

ia

Pada fase ini, manusia sudah memiliki pengetahuan dan telah mampu mengambil keputusan. Manusia dalam fase ini berada dalam kondisi stabil dan bijak. Pada fase kedua, manusia sudah berada dalam alam “berpengatahuan” karena dia sudah dapat mengambil keputusan untuk membedakan yang benar dan yang salah. Pengetahuan berasal dari tahu. Pengakuan manusia menyangkut objek (wadah atau sistem) terhadap objek (organisasi) dapat disebut ‘putusan’, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara ‘putusan’ dan ‘pengetahuan’. (Syamsir Torang ,2013 : 2-3) 4. Dia tidak tahu di tahu-nya (unconscious-competence) Dalam

fase

keempat

ketidakpastian.

ini,

Manusia

manusia tidak

berada

sadar

dalam

bahwa

kondisi

dia

telah

melakukan pelanggaran / kesalahan dari sesuatu hal yang dia tahu bahwa apa yang telah dilakukan itu salah tetap dia lakukan/ dilanggar. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia , dimulai dengan berspekulasi dan selanjutnya manusia melakukan penjelajahan pengetahuan. Pengetahuan dapat dianggap benar (kebenaran) apabila tergolong dalam kriteria yang benar. Kant (Komara) membedakan 4 (empat) macam pengetahuan : a. Pengetahuan analitis a priori b. Sintesis a priori c. Analitis a posteori d. Sintesis a posteori. (Syamsir Torang ,2013:3-4) e. C. ILMU PENGETAHUAN Imu pengetahuan selalu dikorelasikan dengan ontology, epistemology, dan

axiology.

Disamping

itu,

ontology,epistemology,

dan

aksiologinya juga menjadi substansi ilmu pengetahuan. Berikut ini

beberapa definisi tentang ilmu yang penulis kutip dalam buku Filsafat Ilmu Al-Ghazali3 (Syamsir Torang 2013 : 2) 1. Mu’tazilah sesuatu

:

dengan

“Ilmu

adalah

mengitikadkan

kenyataannya

disertai

(memercayai)

ketenangan

dan

ketetapan jiwa padanya”. 2. Bazdawi (427-493 H) : “Ilmu adalah menangkap objek ilmu sesuai kenyataannya” 3. Juwaini (419-478 H), Baqilani, dan Abu Ya’la : “Ilmu adalah mengetahui objek ilmu sesuai realitasnya” 4. Ibn Hazm (384 – 456 H) : “Ilmu adalah meyakini sesuatu sebagaimana realitasnya sendiri” 5. Asy Syaukani (w.1255); “Ilmu adalah sifat yang dengannya apa yang dicari terbuka secara sempurna” 6. Ibn Rusyd (520-595H/1126-1198) : “Sesungguhnya ilmu adalah mengetahui sesuatu sebagaimana realitasnya sendiri” Soetriono dan Rita Hanafie (2007) menggambarkan beberapa sistem ilmu pengetahuan, yaitu 1. Sistem Tertutup Sistem ini menolak intervensi unsur-unsur bar uke dalam ilmu pengetahuan,misalnya, struktur alam semesta yang merupakan satu kesatuan (semua unsur-unsur yang jumlah jenisnya tetap dan tidak mengalami perubahan) . (Syamsir Torang ,2013 :6) 2. Sistem Terbuka Sistem ini memberikan peluang intervensi unsur-unsur yang lain atau baru agar keberadaan ilmu pengetahuan tersebut tetap berkelanjutan (sustainable) dan perkembangan (develop).

3. Sistem Buatan

3

Anwar, 2007. Dalam buku filsafat ilmu administrasi,manajemen, dan organisasi, Syamsir Torang Hal. 7

Indikator dari sistem ini adalah ilmu pengetahuan yang merupakan hasil potensi cipta,rasa, dan karsa manusia dan secara sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks.

Menurut

Soetriono

dan

Rita

Hanafie

bahwa

pengetahuan

dimaksudkan untuk mencapai kebenaran ilmiah tentang suatu obyek, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method,) dan sistem.

Proses penemuan ilmu pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu atau kesangsian terhadap obyek . Akibar rasa ingin tahu atau kesangsian itu, maka muncul pertanyaan-pertanyaan tentang objek ,seperti apa itu, mengapa objek itu ada, bagaimana eksistensinya dan apa maksud dan

tujuan

eksistensinya?

Atas

pertanyaan-pertanyaan

tersebut

menurut soetriono akan menghasilkan : (Syamsir Torang ,2013 :7) 1. Ilmu Pengetahuan Filosofis 2. Ilmu Pengetahuan Kausalistik 3. Ilmu Pengetahuan yang bersifat Deskriptif - Analitik 4. Ilmu Pengetahuan yang bersifat Normative Kebenaran

ilmu

pengetahuan

yang

dikategorikan

sebagai

kebenaran ilmiah merupakan pengetahuan yang jelas objek materil dan objek formalnya. Soetriono membagi (tiga) teori pokok menyangkut kebenaran keilmuan ini, yaitu :4 a. Coherence Theory Teori

hubungan

(Coherence

Theory)

ini

mendeskripsikan

bahwa

kebenaran ilmiah terkait dengan inter-korelasi ide-ide yang telah diterima oleh alam pikiran manusia sebagai kebenaran. Teori ini menekankan pada sifat rasional dan intelektual . Namun Soetriono 4

Soetriono (2007). Dalam Buku Filsafat ilmu administrasi, manajemen, dan organisasi, Syamsir Torang Hal. 7

menjelaskan

bahwa

realitas

itu

ada

dalam

dirinya

yang

juga

mempunyai sifat irrasional. Teori ini banyak digunakan oleh kaum idealis bersifat rasional-aprioris. (Syamsir Torang ,2013 :8) b. Corresondence Theory Teori Persesuaian (correspondence theory) yang banyak diminati oleh kaum realis mendeskripsikan bahwa kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta

itu

sendiri.

aposterioris

ini

Teori

yang

menekankan

bersifat

adanya

empiris

saling



hubungan

diantara ide-ide secara tepat, logis, dan sistematis atau apakah ide – ide itu merupakan fakta itu sendiri atau bukan .

Kebenaran ilmiah ditentukan oleh kesesuaian antara esensi yang diberikan dengan esensi yang berada dalam objek itu sendiri atau dengan kata lain kebenaran ilmiah adalah adanya kesesuaian antara esensi objek atau fakta dengan esensi yang terdapat dalam objek (fakta itu sendiri). Kebenaran

ilmiah

juga

persesuaian

antara

kata/kalimat

yang

dapat

diindikasikan

makna

yang

diucapkan

orang

sebagai

terkandung dengan

makna

dalam dari

kata/kalimat tersebut.

c. Pragmatic Theory Teori kegunaan (pragmatic theory) mendeskripsikan bahwa kebenaran tergantung pada manfaat (utility), sesuatu yang dapat dikerjakan (workability) dan kepuasan pada tujuan (Satisfactory results). (Syamsir Torang 2013 : 9) Al-Ghazali mengungkapkan ada ilmu yang dapat diamati oleh manusia, adapun menurut Suriasumantri, pada hakikatnya pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk didalamnya ada ilmu. Ilmu

pengetahuan harus memiliki dua objek, yaitu obyek material dan obyek formal. (Syamsir Torang ,2013 :10)

Nawawi (1994) memberikan empat syarat yang harus dimiliki oleh ilmu pengetahuan, yaitu: 1. Memiliki Obyek Obyek Ilmu adalah sesuatu yang dipelajari dan dideskripsikan secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Ada dua obyek ilmu, yaitu : obyek material (nyata) dan obyek formal (khusus). (Syamsir Torang ,2013 :12) 2. Memiliki Metode Agar memiliki obyektifitas, maka ilmu perlu metode sebagai prosedur kerja dalam mengungkapkan obyek atau materinya. 3. Sistematik Obyek ilmu harus jelas, terstruktur, berkolerasi antar bagian, gambaran materi harus terpadu dan sistematis. 4. Universal Obyek ilmu mendeskripsikan kebenaran yang berlaku umum. Konsep, gagasan, teori, norma, dalil dan generalisasi yang dirumuskan ilmu, tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, sehingga dapat dimanfaatkan kapan dan di manapun sesuai obyeknya Deskripsi di atas menegaskan bahwa obyek material, metode, sistematika, dan sifat universal berbagai disiplin ilmu bisa saja sama, sehingga tidak dapat dijadikan faktor yang dapat membeda-bedakannya antar ilmu. Hal yang membedakan adalah obyek formalnya. Ada dua disiplin ilmu yang berbeda: (Syamsir Torang ,2013 :13) 1. Ilmu Sosial

Obyek materilnya adalah manusia atau masyarakat dan sesuatu yang dipengaruhi manusia, definisi ilmu sosial bersifat relatif, Ilmu sosial berkembang dan dinamis.Teori, norma, dalil, defisini pada dasarnya merupakan hipotesis ilmiah. Sebab itu memungkinkan dapat berubah dan berkembang apabila ada bukti ilmiah baru yang menolak kebenarannya. 2. Ilmu Alam Obyek materilnya adalah benda alam yang tidak dipengaruhi manusia. Teori, norma, aksioma, dalil bersifat pasti. Ilmu alam disebut ilmu eksata. Dapat pula dikatakan bahwa objek material adalah objek dari mana ilmu diamati atau sesuatu yang bersifat nyata yang diselidiki dan dideskripsikan oleh ilmu. Objek formal adalah sudut pandang terhadap pengkajian yang spesifik pada objek materi. Objek formal dapat diartikan aspek khusus. (Syamsir Torang ,2013 :14) Organisasi adalah sistem peran, aliran aktifitas aktifitas dan proses kerja yang melibatkan beberapa orang yang memiliki tugasnya masing-masing yang didisain untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi termasuk dalam rumpun ilmu sosial yang memiliki objek material dan formal. Misalnya, objek materinya ilmu organisasi adalah manusia atau beberapa orang. Sedangkan objek formal.Ilmu organisasi adalah tindakan, aktivitas,

perilaku

manusia

atau

keja,

proses

kerja

sama.

(Syamsir

Torang ,2013 :15) Berdasarkan deskrispsi di atas, maka objek material dan objek formal ilmu organisasi dapat dikelompokkan: 1) objek material nya adalah manusia, 2) objek formal nya adalah cara atau sistem kerja sama D. FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU 1. Filsafat Dalam bahasa Yunani filsafat berarti philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan/wisdom). Dengan demikian filsafat dapat diartikan sebagai pengetahuan yang cinta kebijaksanaan dengan mencari kebenaran yang substansi dan berfikir rasional dan logis dengan beban, netral dan spekulatif.

Plato menjelaskan bahwa hasil pengamatan Indra mata terhadap unsur langit (bintang, matahari dan langit), mendorong manusia untuk menyelidiki dan dari proses itulah awal manusia berfilsafat. (Syamsir Torang, 2013: 16)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat atau esensi setiap objek. Dalam perkembangannya, filsafat terbagi dalam beberapa aliran, yaitu: 1) rasionalisme yang berdasar akal; 2) materialisme yang berdasar materi; 3) idealisme yang berdasar idea; 4) hedonisme yang berdasar kesenangan; 5) stokisme yang berdasar perilaku religi.

Ciri-ciri berfilsafat adalah sebagai berikut: deskriptif, kritis atau analitis, evaluatif atau normative, spekulatif, sistematis, mendalam, mendasar, dan menyeluruh.5 (Syamsir Torang, 2013: 17)

Filsafat dapat dimanfaatkan baik dalam pendekatan, teorisyis maupun pendekatan praktis. Dalam pendekatan praktis. Etika, logika, dan estetika

adalah pelajaran filsafat yang dapat dimanfaatkan dalam

pendekatan praktis. Etika adalah perilaku sadar manusia tentang moral atau kesusilaan dengan panduan norma. Logikaemberikan gambaran kepadaanusia cara berfikir teratur, runtut dan sistematis. Estetika memberikan petunjuk kepada manusia tentang pentingnya keindahan, musik atau seni dalam kehidupan sehari-hari. (Syamsir Torang, 2013: 18) Kekhususan ilmu (spesialisasi) menyebabkan hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangat kompleks. Jika ilmu pengetahuan tersebut berusaha memperdalam dirinya maka akhirnya akan sampai juga pada filsafat. Maka filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu.6 (Syamsir Torang, 2013: 19) 2. Filsafat Ilmu

5

Soetrisno dan Rita Hanafie. Dalam buku Filsafat Ilmu Administrasi, Manajemen dan Organisasi (Syamsir Torang) hal. 17 2 Ibid, hal. 19

Filsafat ilmu pengetahuan, seperti pengalaman (Indra), akal (verstand), budi (vernuft), dan intuisi. Filsafat ilmu pengetahuan juga menyelidiki syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah.7 Ada beberapa pendapat yang mendeskripsikan makna filsafat ilmu, yaitu: a. Robert Ackerman: 'philosophy of science in one aspect as a cri- tique of current scientific opinions by comparison to proven past view, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline avtonomou of actual scientific practice.’. b. Lewis White Beck: 'philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole'.8 (Syamsir Torang, 2013: 20) Ilmu harus memiliki objek (ontologi), memiliki metode kajian (epistemology), Dan dapat dimanfaatkan/ berguna (axiology). (Syamsir Torang, 2013: 21) Kemudian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat ilmu adalah agar manusia mendapatkan landasan filosofis dalam memahami berbagai konsep dan teori guna membangun teori ilmiah. Disampingnya itu Ismaun (2001) membagi empat bagian substansi filsafat ilmu, yaitu: a) fakta atau kenyataan, b) kebenaran (truth), c) konfirmasi, d) logika intervensi.9 a. Fakta atau Kenyataan; Bagus (Ismaun, 2001) membedakan antara fakta objektif dan fakta ilmiah. Fakta objektif adalah peristiwa, fenomena atau realitas yang menjadi objek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedang fakta ilmiah adalah refleksi terhadap fakta objektif dalam kesadaran manusia. Fakta ilmiah inilah yang menjadi dasar membangun teori. (Syamsir Torang, 2013: 22)

7

Nawawi, 2000. Dalam buku Filsafat Ilmu Administrasi, Manajemen dan Organisasi (Syamsir Torang) hal. 20 8 Komara, 2011. Dalam buku Filsafat Ilmu Administrasi, Manajemen dan Organisasi (Syamsir Torang) hal. 20-21 9 Ismaun, 2001. Dalam buku Filsafat Ilmu Administrasi, Manajemen dan Organisasi (Syamsir Torang) hal. 22

b. Kebenaran (truth); Michel William (Ismaun) membagi 5 (lima) macam teori kebenaran dalam ilmu yaitu: a) kebenaran koherensi, b) kebenaran korespondensi, c) kebenaran performatif, d) kebenaran pragmatik, e) kebenaran proposi. (Syamsir Torang, 2013: 23)

c. Konfirmasi; Konfirmasi memiliki fungsi ilmiah adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk, atau memberi pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat difungsikan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. (Syamsir Torang, 2013: 23)

d. Logika Inferensi; Logika Inferensi merupakan logika matematik yang menguasai positivisme. Positivisme adalah kebenaran korespondensi antar fakta.10 Filsafat ilmu mendeskripsikan posisi ilmu pengetahuan. Hal ini berarti ilmu pengetahuan harus memiliki landasan asumsinya, logika (doktrin, netralistik, dan etik), pengalaman empirik. Disamping itu, metode penelitian adalah cara untuk mengembangkan ilmu. Metode penelitian berparadigma induktif dan deduktif dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat proposi. Oleh sebab itu, filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan dengan

metodologi

penelitian

karena

keduanya

bertujuan

untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan. (Syamsir Torang, 2013: 24) 3. Metodologi Penelitian Untuk sampai pada tahap implementasi penelitian, peneliti harus mengetahui dalam pendekatan filsafat dan metodologis. Dalam pendekatan filsafat, penelitian terkait dengan filsafat ilmu, sedangkan dalam pendekatan metodologis, penelitian terkait dengan metode dan teknik penelitian.

10

Ibid

Ilmu yang diragukan kebenarannya harus dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dengan tahapan yang sistematis. Metode ilmiah dengan tahapan sistematis tersebut adalah metodologi penelitian. Masalah penelitian atau masalah yang akan diteliti, boleh berupa masalah yang sifatnya ‘pure science’. Atau ‘applied science’. Hanya aspek ilmiah yang menjadi acuan dapat atau tidaknya masalah menjadi tema Penelitian. (Syamsir Torang, 2013: 25) Etika penelitian bersumber dari kebebasan ilmiah, yaitu kejujuran ilmiah. Kejujuran ilmiah adalah kejujuran untuk mencari dan menemukan kebenaran dan serta mengungkapkan kebenaran itu. Kejujuran yang penuh dengan daya kritis dan kearifan akan membawa peneliti untuk “berkata benar dan arif” atau mengungkapkan kebenaran apa adanya secara arif. Peneliti tidak boleh menampilkan interpretasi berdasarkan kepentingan pribadi, atau karena ‘like’ dan ‘dislike’ atau ‘by ordered’ (keinginan pemesan). Nasution (1982) menegaskan bahwa ada 6 pedoman kerja seorang peneliti, yaitu: 1) Jujur, 2) tidak menukangi data, 3) bertindak tepat, teliti, dan cermat, 4) adil terhadap pendapat orang lain yang terlebih dahulu, 5) hindari berbias terhadap data dan pemikiran orang lain, 6) tidak kompromi tetapi menyelesaikan masalah secara tuntas. a.

Proses Penelitian Ilmu Pengetahuan Proses penelitian Ilmu Administrasi, Manajemen dan organisasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu dengan menentukan: (Syamsir Torang, 2013: 26) 1) Ruang lingkup penelitian Mencakup objek materil dan objek formal pada masing-masing bidang ilmu. Misalnya, objek formal ilmu Administrasi adalah “seluruh bentuk pengelolaan dan pergerakan aktivitas”, dan objek formal ilmu organisasi adalah “tindakan atau aktivitas dalam peran, cara atau system kerja sama”. 2) Tujuan Penelitian Ilmu Pengetahuan Penelitian memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk; 1) mengetahui dan mengkaji, 2) menguji atau membuktikan kebenaran teori, 3) memperoleh temuan baru. (Syamsir Torang, 2013: 27) 3) Tahapan Penelitian Ilmu Pengetahuan

Penelitian yang baik secara metodologis harus memiliki tahapan penelitian. Tahapan itu adalah proses yang harus dilalui seorang peneliti. a) Menetapkan isu penelitian Bagi seorang peneliti mencari masalah penelitian merupakan pekerjaan intelektual yang mengindikasikan bahwa dia ingin tahu dan tidak puas dengan fakta. b) Merumuskan masalah dan tujuan penelitian Masalah penelitian muncul disebabkan oleh sesuatu yang menantang, kesangsian seorang peneliti terhadap suatu masalah atau fenomena, dan ambiguitas. Masalah penelitian yang dirumuskan, mengarahkan peneliti terhadap suatu masalah yang di teliti. Oleh sebab itu, peneliti harus dapat memilih masalah penelitian, dan merumuskan untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. (Syamsir Torang, 2013: 28)

Ciri-ciri dari masalah penelitian yang baik adalah sebagai berikut: a) Memiliki nilai penelitian. Masalah sebuah penelitian dapat dikategorikan memiliki nilai penelitian jika: 1. Memiliki keaslian 2. Menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variabel 3. Merupakan hal yang penting 4. Dapat diuji 5. Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

b) Fisibel: Ada beberapa indikator sebuah penelitian dapat dianggap fisibel, yaitu: 

Data serta metode penelitian harus tersedia.



Waktu untuk memecahkan masalah harus cukup (ruang waktu untuk penelitian kualitatif

tentu lebih lama

dibandingkan dengan kuantitatif). 

Biaya yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah relatif harus tersedia.



Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. (Syamsir Torang, 2013: 29)

c) Sesuai dengan kualifikasi peneliti Kendala yang biasa dihadapi oleh peneliti dalam memperoleh masalah adalah persoalan kompetensi peneliti dalam menggali dan mengidentifikasikan masalah serta mengetahui dan mudah memperoleh sumber masalah penelitian. Berikut ini beberapa syarat rumusan masalah penelitian: 

Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.



Jelas dan padat.



Berimplikasi adanya data untuk memecahkan masalah.



Merupakan dasar dalam membuat hipotesis.



Dapat dijadikan dasar judul penelitian. (Syamsir Torang, 2013: 30)

d) Memilih jenis penelitian Setelah merumuskan masalah, selanjutnya penelitian harus memilih jenis penelitian yang tepat. Ada tiga jenis penelitian, yaitu: (1) Survei Semua data yang diperoleh melalui survei langsung dari reponden. Instrument yang digunakan adalah “kuesioner (daftar pertanyaan) atau angket”. (Syamsir Torang, 2013: 31) Ekspolarasi dilakukan apabila peneliti memiliki pengetahuan yang sedikit tentang masalah yang diteliti. Deksriptip dilakukan apabila peneliti telah melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena yang di timbulkan. Eksplanasi dilakukan apabila peneliti menjelaskan hubungan kausal dan efek antara berbagai variabel antara variable. Evaluatif

dilakukan

apabila

peneliti

ingin

menjawab

pertanyaan pokok penelitian, misalnya: ‘seberapa besar evaluatif: a) evaluasi formatif b) evaluasi sumatif.

Prediksi, survei ini dilakukan untuk kebutuhan prediksi atau meramalkan suatu perubahan fenomena. (Syamsir Torang, 2013: 32) (2) Eksperimen Eksperimen dilakukan apabila objek yang diteliti dikenakan perlakuan. Eksperimen adalah penelitian yang memperoleh data dari sebagian responden sebagai sampel yangmewakili populasi, namun kepada responden terlebih dahulu dikenakan perlakuan. Adapun survey sebagai jenis penelitian juga yaitu penelitian yang datanya bersumber dari sebagian responden sebagai sampel yang mewakili suatu populasi, datanya diambil menggunakan kuesioner. (Syamsir Torang, 2013: 33) (3) Observasi 2 jenis observasi : -

observasi partisipatif, pnelitian mengamati dan ikut melakukan apa yang dilakukan oleh orang, kelompok atau masyarakat sebagai sumber data. Data yang diambil ini dijamin lebih berkualitas karena penelitian mencatat dan memotret objek yang diamati.

-

Observasi

non

partisifatif

terbagi

dua,yaitu

observasi

terstruktur dan tidak terstruktur. Terstruktur adalah yang sudah disiapkan secara sistematis, sedangan yang tidak terstruktur adalah yang tidak dipersiapkan secara sistematis. -

Dalam penelitian ini, peneliti belum mengetahui objek yang diamati. Maka peneliti bebas melakukan pengamatan, merekam dan mencatat apa yang dilihat.

e) Menetapkan Sampel Cara pengambilan sampel disebut metode sampling, hasilnya disebut responden atau informan, yaitu orang yang akan merespon ataumenjawab pertanyaan atas masalah yan diteliti.

Dalam penelitian, pengambilan sampel itu sangat penting karena menentukan kelompok atau kelas sampel yang harus diambil. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sangat menentukan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Metode sampel itu bisa kualitatif dan kuantitatif. (Syamsir Torang, 2013: 34) f) Pengukuran Pengukuran merupakan penetapan atau pemberian symbol melalui angka terhadap objek atau fenomena yang diukur. Tiga kata kunci yang dperlukan dalam pengukuran menurut Nazir (2003): -

Angka, merupakan symbol dalam bentuk1,2,3,.. dan seterusnya tanpa arti, kecuali diberikan arti

-

Penetapan/pemberian adalah pemetaan.

-

Aturan adalah panduan atau perintah dalam melaksanakan pengukuran.

Dalam penelitian kuantitatif, 4 jenis ukuran atau skala yang dipakai, yaitu: (1) Ukuran Nominal Ukuran yang paling sederhana yang biasa digunakan karena angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, tidak menunjukan tingkatan apa-apa. (2) Ukuran Ordinal Pengukuran dengan member angka dan angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Ukuran ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya. (Syamsir Torang, 2013: 35) (3) Ukuran Interval Pengukuran dengan memberikan angka kepada kelas dari objek yang mempunyai sifat-sifat dan ditambah satu sifat latin, yaitu jarak yang sama. Pengukuran ini memperlihatkan jarak yang sama dari objek yang diukur. Dalam penelitian ilmu

administrasi, manajemen dan organisasi, skala

sikap ataupun prestasi seseorang banyak menggunakan ukuran interval. Skala interval juga banyak digunakan untuk melakukan pengukuran. Skala ini juga bukan hanya menetapkan ranking jawaban antara satu kategori dengan kategori yang lain berdasarkan skor, tetapi juga memuat jarak yang relative tetap. (Syamsir Torang, 2013: 36) (4) Ukuran Rasio

Ukuran yang mencakup semua ukuran, ditambah dengan satu sifat lain, yaitu ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolute dari objek yang diukur. Ukuran ini mempunyai titik nol, karena itu, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satukelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Karena titik nol tersebut, maka rasiodapat dibuat perkalian atau pembagian. (5) Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Pengukuran skala yang sangat terkait dengan baliditas dan reliabilitas instrument penelitian. Instrument penelitian dapat dikatan valid apabila instrument betul-betul dapat mengukur apa yang semestinya diukur. Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Dinyatakan valid apabila pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. 2 cara mengukur tingkat validitas: -

Melakukan uji korelasi antara skor butir pertanyaan dan total skor konstruk. (Syamsir Torang, 2013: 37)

-

Mengkitung

korelasi

antara

skor

masing-masing

butir

oertanyaandan total skor. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indicator dari variable. Dikatakan reliable apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten. (g) Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah proses pengadaan data primer penelitian. Oleh karena itu, data-data yang akan dikumpulkan adalah data-data yang perlu dan harus terkait dengan variable yang telah didefinisi-operasionalkan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Haruslah berkolerasi antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang merupakan rujukan metode pengumpulan data. Hal ini bertujuan untuk menggeneralisasikan atau menarik kesimpulan dari sumber data yang diperoleh. Pengumpulan data pendahuluan bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument. Pra-test dilakukan melalui uji sampel atau responden yang mempunyai karakteristik sejenis. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas data penelitian, yaitu; kualitas instrument penelitian

yang ditentukan oleh validitas, reliabilitas, kualitas

pengumpulan data. Dan kualitas pengumpulan data. Oleh karena itu, instrument penelitian harus melaui uji validitas dan uji reliabilitas. (Syamsir Torang, 2013: 38) Secara umum ada lima cara pengumpulan data, yaitu : (1)

Observasi Observasi

Observasi

non

(

partisipatif

partisipatif

dan

dapat

non

partisipatif

dilakukan

dengan

). cara

tersturktur dan tidak terstruktur. Observasi terstruktur adalah

observasi

yang

dilakukan

dengan

sistematis

dan

sebaliknya observasi tidak terstruktur adalah yang tidak dilakukan dengan sistematis. Oleh karena observasi tidak terstruktur dilakukan dengan tidak sistematis dan peneliti belum mengetahui objek yang akan diamati, maka peneliti bebas melakukan pengamatan, merekam dan mencatat apa saja yang diamati melalui panca indra.. (Syamsir Torang, 2013: 39) (2)

Wawancara Wawancara

adalah

salah

satu

teknik

yang

dapat

digunakan dalam mengumpulkan data kualitatif yang mendalam serta dapat digunakan dalam jumlah informan yang teebatas. Untuk mendapatkan data yang mendalam, maka seorang peneliti harus meyakini bahwa informan yang akan diwawancarai, harus dapat dipercaya, mengerti pertanyaan, dan paling tahu hal yang ditanyakan kepadanya. (Syamsir Torang, 2013: 40) Ada dua pendekatan wawancara yang dapat dilakukan oleh peneliti

dalam

mengumpulkan

data,

yaitu

:

wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan tertulis yang telah dilengkapi dengan jawaban. Dalam wawancara terstruktur ini, peneliti dapat mewakilkan dirinya dengan pewawancara yang sebelumnya sudah dilatih. Pelatihan pewawancara dimaksudkan agar setiap pewawancara

memiliki

‘keterampilan

dan

persepsi’

yang

sama

atas

instrumen dan responden yang akan diwawancarai. (3)

Dokumentasi Dokumen adalah deskripsi data peristiwa masa lalu.

Data tersebut bisa berbentuk; 1) tulisan (contoh: sejarah hidup, catatan harian, biografi, cerita, kebijakan, dan peraturan); 2) gambar (contoh: foto, gambar, dan sketsa); dan 3) karya seni (contoh: lukisan, film, dan patung). (Syamsir Torang, 2013:41) (4)

Kuesioner ( Angket ) Teknik

pengumpulan

data

melalui

kuesioner

hanya

digunakan dalam metode penelitiam kuantitatif. Kuesioner adalah

teknik

pengumpulan

data

melalui

pertanyaan

atau

pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dan

pertanyaan

terbuka.

Pertanyaan

tertutup

adalah

pertanyaan yang dilengkapi dengan jawaban yang harus dipilih salah satunya oleh responden. Di sisi lain, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan mengharapkan jawaban langsung dari responden. (5)

Triangulasi Triangulasi dilakukan apabila peneliti mengumpulkan

data

untuk

atau

dari

sumber

data

yang

sama

dengan

memggabungkan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Bagi

Stainback

kebenaran

tujuan

fenomena,

triangulasi tetapi

lebih

bukan

untuk

kepada

mencari

peningkatan

pemahaman peneliti terhadap sesuatu yang telah didapatkan11. h) Analis Data Data

belum

dapat

dikategorikan

informasi

sebelum

data

tersebut diolah. Oleh sebab itu, data dikelompokkan dalam kategori

11

Sugiyono, (2009) hal. 42

sesuai

dengan

kuantitatif

kebutuhan

analisis.

membutuhkan

Setiap

pengukuran

dan

desain

penelitian

pengujian

statistik.

Statistik dapat menolong peneliti menarik kesimpulan dalam kondisi yang tidak pasti, sehingga kesimpulan yang ambil mendekati tingkat kebenaran ilmiah (kepastian). (Syamsir Torang, 2013:42) Ada dua pendekatan analisis data yang digunakan dalam desain penelitian

kuantitatif,

korelasi. variable

Analisis bebas

yaitu:

regresi

terhadap

analisi

digunakan

variable

regresi, untuk

terikat.

dan

analisis

mengukur

pengaruh

Apabila

pengukuran

pengaruh hanya digunakan untuk mengukur pengaruh satu variable bebas (X) dan variable terikat (Y), maka disebut analisis regresi linier sederhana. Sebalikmya apabila pengukuran pengaruh hanya digunakan untuk mengukur pengaruh beberapa variable bebas (X1, X2, X3) dan variable terikat (Y), maka disebut analisis regresi linier berganda.

i)

Interpretesi dan Pelaporan Untuk hasil penelitian kualitatif yang diperoleh dari hasil

pengamatan, maka peneliti harus memginterpretasikan makna atau nilai terhadap setiap simbol – simbol yang dapat diamati, baik berupa angka, kata, kalimat atau benda. Apabila hasil penelitian melalui pengujian hipotesis (kuantitatif), maka peneliti harus menerjemahkan deskriptif.

angka Peneliti



angka

tidak

ke

boleh

dalam

bahasa

berhenti

yang

hanya

bersifat

pada

tahap

penampilan angka – ngka saja atau hanya pada tahap hipotesis nol diterima atau ditolak. Seorang peneliti harus bisa mendeskripsikan sebab terjadinya hipotesis nol diterima atau ditolak. (Syamsir Torang, 2013:43) j) Integrasikan Temuan dengan Teori atau Kebijakan Di dalam proses interpretasi dan pelaporan hasil penelitian, terjadi

pembahasan

atau

diskusi

yang

mendeskripsikan

atau

membandingkan

antara

temuan

peneliti

dengan

temuan

(hasil

penelitian) yang dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya atau dengan

teori.

merekomendasikan

Oleh

sebab

penelitian

itu, baru

ada

beberapa

karena

hasil

peneliti

penelitiannya

menimbulkan pertanyaan teoritis baru atau masalah empiris baru. Dengan

demikian,

hasil

penelitian

yang

baik

adalah

hasil

penelitian yang diintegrasikan dengan teori yang telah ada dan kebijakan baru.

b. Komponen Penelitian Seorang peneliti harus memahami komponen – komponen penelitian, yaitu: teori, proposisi, dan konsep. Melalui pengetahuan dan pemahaman

tersebut,

peneliti

dapat

merumuskan

hubungan

teori

dengan baik. Di samping itu juga, seorang peneliti harus memahami komponen



komponen

definisi

operasional

penelitian variable,

lainnya,

dan

seperti:

hipotesis

variable,

dibutuhkan

agar

peneliti memiliki gambaran tentang data yang ingin didapatkan. (Syamsir Torang, 2013:44) 1) Teori Teori

adalah

sekumpulan

konsep,

definisi,

dan

proposisi yang saling kait mengait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan – hubungan diantara variable – variable yang terkait dalam fenomena, dengan tujuan memberikan eksplanasi atau penjelasan serta prediksi atas fenomena tersebut. Teori juga merupakan pernyataan – pernyataan tentang sifat – sifat atau ciri – ciri suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Semua teori digunakan untuk maksud: sistematis pengetahuan,

eksplanasi,

prediksi,

kontrol

sosial,

dan

pengembangan hipotesis. Teori itu berstruktur dan struktur teori

mempunyai

karakteristik

yaitu:

asumsi



asumsi,

satuan

proposisi,

setiap

proposisi

saling

berkait,

dan

proposisi itu harus dapat diuji. (Syamsir Torang, 2013:46) 2) Proposis Proposisi adalah salah satu unsur teori dan merupakan pernyataan hubungan antara dua konsep atau lebih. Selain itu dapat dikatakan bahwa proposisi dapat menunjukan tingkat abstraksi

terhadap

adanya

hubungan

atau

pengaruh

atau

perbedaan dan atau besarnya dan arah hubungan atau pengaruh atau perbedaan antar konsep. 3) Konsep Konsep adalah deskripsi abstrak suatu gejala. Konsep merupakan istilah yang memiliki pengertian semantik.12 Konsep dapat bersumber dari: aktivitas, pengalaman, dan konveksi. Konsep memggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu. Pemimpin ( leader ), misalnya, adalah konsep dan bukan variable, karena leader tersebut tidak mempunyai keragaman nilai. Konsep dapat diubah menjadi variable. Caranya adalah dengan

memusatkan

perhatian

pada

aspek

tertentu

dari

variable itu sendiri. 4) Variable Variable adalah konsep yang mempunyai bermacam – macam nilai. Setiap proses penelitian mempersoalkan variable yang relevan, bentuk variable, hubungan atau pengaruh antar variable, dan cara mengukur variable. Ada beberapa variable yang selalu diteliti dalam orgsnisasi, misalnya seperti: gaya kepemimpinan, motivasi, kinerja, disiplin, kepuasan kerja, iklim orgsnisasi, dan lain – lain. Ada empat jenis variable, yaitu: variable independen, dependen, moderator, dan variable kontrol. Ada dua bentuk

12

Sugiyono, (2009) hal. 46

variable, yaitu: variable nominal atai diskrit dan variable kontinum. (Syamsir Torang, 2013:47) 5) Definisi Operasional Variabel Definisi

operasional

variabel

merupakan

definisi

yang

diberikan pada variabel dengan memberikan arti atau spesifikasi kegiatan yang diperlukan dalam mengukur variabel tersebut. Bisa dijadikan sumber atau acuan dalam menyusun pertanyaan penelitian ( queisioner atau angket ). Contoh definisi operasional variabel , antara lain : 1. Motivasi kerja , kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas supaya mencapai tujuannya. 2. Kondisi kerja , semua hal yang ada dalam lingkungan kerja dan

dapat

mempengaruhi

para

pekerja

dalam

menjalankan

tugasnya. 3. Kepuasan kerja , kondisi emosi yang positif ( memuaskan ) atau negatif

( tidak memuaskan ) para pekerja.

( Syamsir Torang, 2014:49 ) 6) Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang berserikat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. ( Kerlinger; 1973, dalam buku Syamsir Torang 2014;49 ) Hipotesis juga diartikan sebagai pernyataan yang diterima sebagai suatu kebenaran. Kegunaan hipotesis : 1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan dan kerja penelitian. (Syamsir Torang, 2013:49) 2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta,

yang

peneliti.

kadang

hilang

begitu

saja

dari

perhatian

3. Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai – berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh. 4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta. ( Nazir;2003, dalam buku Syamsir Torang 2014;49 ) Ciri – ciri hipotesis yang baik : 1. Menyatakan hubungan antar variabel, atau menyatakan pengaruh variabel A terhadap variabel B 2. Sesuai dengan fakta 3. Dapat diuji 4. Simple 5. Dapat menerangkan fakta 6. Memiliki kerangka teori. Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian : 1. Hipotesis kerja, selalu dinyatakan dalam kalimat positif dan disusun berdasarkan atas teori yang handal. 2. Hipotesis nol, selalu dinyatakan dalam kalimat negatif dan dirumuskan

karena

teori

yang

dirujuk

masih

diragukan

kehandalannya. Bentuk – bentuk hipotesis ada tiga, yaitu : 1. Hipotesisi deskriptif , merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang bersifat deskriptif. 2. Hipotesis komparatif , merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang bersifat komparatif. 3. Hipotesis asosiatif , merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang bersifat asosiatif. (Syamsir Torang, 2013:50)

Cara menguji kebenaran hipotesis bisa dengan melakukan dua pendekatan.

Pertama

mencocokkan

dengan

fakta,

maka

seorang

peneliti memerlukan percobaan – percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian dinilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau tidak. Pendekatan ini biasa diimplementasikan dengan menggunakan desain percobaan. Kedua , pendekatan konsistensi logis. Pendekatan ini mengharapkan peneliti untuk memilih suatu desain dimana logika dapat digunakan untuk menerima

atau

pendekatan

ini

menolak biasa

hipotesis. digunakan

Pengujian

dalam

menguji

hipotesis hipotesis

dalam pada

penelitian yang menggunakan metode deskriptif. Selanjutnya ada dua acara dalam memberi alasan, yaitu cara deduktif ( dari umum ke khusus ) , dan cara induktif ( dari khusus ke umum ). Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berpikir dan bertolak dari pernyataan umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik. Sebaliknya, alasan induktif adalah cara berpikir untuk memberi alasan yang dimulai dengan pernyataan – pernyataan yang bersifat khusus untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat umum. ( Syamsir Torang, 2014:51 ) c. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Metode

penelitian

kuantitatif

menekankan

keluasan

pada

informasi, bukan pada kedalaman informasi. Sehingga penelitian ini memanfaatkan populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Oleh

karena

menjawab

itu

masalah.

prinsip

dari

penelitian

Masalah

adalah

kuantitatif

penyimpangan

dari

apa

adalah yang

seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Kerangka pikir dengan penelitian kuantitatif menggambarkan bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penelitian. Kerangka berpikir yang

baik menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel yang akan diteliti. Kerangka pikir yang baik harus memenuhi beberapa unsur, yaitu : 1. Mendeskripsikan dengan jelas variabel – variabel yang akan diteliti dan harus dapat menunjukkan hubungan antar variabel

(

hubungan

positif

atau

negatif

berbentuk

simetris, kausal atau interaktif / timbal balik ). 2. Setiap variabel harus didasari dengan teori. 3. Kerangka berpikir tersebut juga harus dipetakan dalam bentuk skema Metode

( diagram ).

penelitian

kuantitatif

bersifat

deduktif

dan

berangkat dari theoretical frame work, difokuskan pada formal

theory, middle range theory, selanjutnya merumuskan hipotesis untuk

diuji

dan

selanjutnya

menuju

empirical social reality

( konkrit ). ( Syamsir Torang, 2014:53 ) Sedangkan , metode penelitian kualitatif menekankan pada

kedalaman informasi dan bukan pada keluasan informasi. Sehingga peneliti ini diimplementasikan dengan pengamatan yang mendalam. Metode penelitian kualitatif mengamati objek dan sesuatu yang ada dibalik

objek.

Misalnya

,

mengamati



seorang

direktur

mengendarai bus ke kantor ”. Peneliti kualitatif akan mengamati lebih

mendalam

Peneliti

mengapa

kualitatif

direktur

dapat

mengendarai

berkesimpulan

bahwa

bus

ke

kantor.

direktur

yang

mengendarai bus ke kantor, karena ingin tiba lebih cepat atau menghindari macet, lebih praktis, dapat bertemu dengan teman dekat di bus, atau ingin menghemat biaya, dll. Berbeda dengan peneliti kuantitatif yang hanya mengamati dari satu sisi, dan berkesimpulan bahwa sang direktur mengendarai bus ke kantor agar bisa tiba lebih cepat di kantornya.

( Syamsir Torang, 2014:54 )

Metode penelitian kualitatif bersifat induktif, yang berarti bahwa

penelitian

kualitatif

dimulai

dengan

pengamatan

yang

mendetail konkrit terhadap empirical social reality, sehingga

grounded

terbangun

substantive

theory,

theory,

selanjutnya

middle-range

theory,

berkembang

formal

menjadi

theory,

dan

akhirnya menjadi theoretical frame work ( also call paradigm or

theoretical system ). Seorang peneliti kualitatif harus bertindak sebagai human instrument dengan pendekatan participant observation ( observasi berperan serta ) dan in depth interview ( wawancara mendalam ) dalam

mengumpulkan

data.

Oleh

sebab

itu,

peneliti

harus

berinteraksi dengan sumber data dan harus mengenal orang yang memberikan data. Tidak seperti penelitif kuantitatif , peneliti kualitatif dapat mulai atau langsung meneliti dilapangan tanpa menemukan masalah sebelumnya.

( Syamsir Torang,

2014:56 ) Ciri – ciri penelitian kualitatif : 1. Harus intensif 2. Keterlibatan

langsung peneliti

3. Merekam dengan hati – hati 4. Tindakan

analisis

reflektif

terhadap

dokumen

yang

ditemukan di lapangan. 5. Serta melaporkan hasil penelitian secara detail. Beberapa tahapan yang biasanya dilalui oleh penelitif kualitatif saat berada di lapangan, yaitu : 1. Mengamati segala sesuatu yang masih bersifat umum ( tahap orientasi ) 2. Mereduksi semua informasi yang telah diperoleh 3. Fokus pada masalah tertentu

4. Menyortir data dengan cara memilih mana yang penting dan actual 5. Mengelompokkan

informasi

/

data

menjadi

kategori

yang

ditetapkan ( menjadi fokus penelitian ) 6. Menyeleksi dan menguraikan fokus masalah lebih rinci 7. Menganalisis data secara mendalam 8. Menentukan tema dengan mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi bangunan pengetahuan, hipotesis atau penemuan baru. Metode penelitian kualitatif juga dikenal dengan istilah studi kasus,

penelitian

fenomenologi,

etnografi,

naturalistik,

dan

etnometodologi. Studi kasus adalah studi yang mengkaji suatu peristiwa.

Studi

kasus

,

selain

digunakan

dalam

penelitian

kualitatif , dapat pula digunakan dalam penelitian kuantitatif. Dalam

studi

kasus

,

peneliti

meneliti

individu

atau

unit

organisasi secar mendalam dengan menemukan semua variabel yang signifikan

yang

Fenomenologi

adalah

terkait studi

dengan yang

masalah

tidak

hanya

yang mengkaji

diteliti. masalah

empiris atau yang terindra, melainkan juga mengkaji masalah yang bersifat fenomena eksternal. Etnometodologi adalah studi yang mengkaji

perilaku

individua

tau

masyarakat

apa

adanya.

Data

penelitian ini tidal bersumber dari interview, melainkan melalui interaksi langsung. Etnografi adalah studi yang dapat digunakan untuk mengkaji budaya atau aspek – aspek kebudayaan holistik. ( Syamsir Torang, 2014:57 )

Related Documents

Kelompok 6
November 2019 33
Kelompok 6
December 2019 36
Filsafat
November 2019 56

More Documents from ""