Kelompok 3 Konsep askep pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Konsep penyakit
Definisi Diare biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006).
ETIOLOGI
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Faktor infeksi: Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). Faktor parentral: Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak). Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
TANDA dan GEJALA Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014): Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali defekasi. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik.
Defenisi DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus masuk ke tubuh penderita melalui gigitan dan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Etiologi / Penyebab Virus Dengue tergolong dalam family Flavivirida dan di kenal dengan 4 type. Ke-4 type tersebut ditularkan melalui vector nyamuk seperti Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes polines siensis dan beberapa species lainnya. Virus dengan jenis Arbovirus dan virus berbentuk batang, bersifat termolabil dan stabil pada suhu 70 0C.
Patofisiologi Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah virernia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekia), hipertermi dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limfe (spleromegali), peningkatan permiabilitas dinding kafiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan syok.
Manifestasi Klinis / Gambaran Klinis 1. Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari 2. Terjadi perarahan di bawah kulit seperti peteki,ekimosis, hematoma Epiktasis, hematemesis, melena dan hematuria Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati 3. 4. Sakit kepala 5. Pembengkakan sekitar mata 6. Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
Defenisi Sindroma nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif,hipoalbuminemia,hiperkolest erolemia, dan lipiduria (Prodjosudjadi, 2007).
Etiologi Berdasarkan etiologinya, SNRS bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kongenital, idiopatik atau primer, dan sekunder
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah: Oedem umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital. Proteinuria dan albuminemia. Hipoproteinemi dan albuminemia. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi. Lipid uria. Mual, anoreksia, diare. Anemia, pasien mengalami edema paru.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguankeseimbangan cairan dan elektrolit meliputi : • Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit • Kaji manifestasi klinik melalui : - Timbang berat badan klien setiap hari - Monitor vital sign - Kaji intake output
. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi : - Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability. - Auskultasi bunyi /suara nafas - Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran • Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN,
Kreatinin Urine.
Diagnosis Keperawatan • Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri • Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan elektrolit • Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria. • Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler. • Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan • Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan edema • Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah : a. Atur intake cairan dan elektrolit b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan: jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : deuretik, kayexalate. d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
Evaluasi/Kreteria hasil : Kreteria hasil meliputi : • Intake dan output dalam batas
keseimbangan • Elektrolit serum dalam batas normal • Vital sign dalam batas normal.
kesimpulan Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh