Komponen.docx

  • Uploaded by: Puteri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komponen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,612
  • Pages: 19
Fire Alarm System Pengertian Fire Alarm System

Sistem alarm kebakaran (Fire Alarm System) merupakan suatu sistem wajib dimiliki oleh perkantoran, gedung bertingkat maupun area publik lainnya yang dimana system ini adalah sebagai indikator awal dari terjadinya kebakaran. Fire Alarm System berfungsi untuk memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran dan kebocoran gas dengan mendeteksi adanya asap yang bergumpal (smoke detector), temperatur yang tinggi (heat detector), dan adanya gas yang beracun/ berbahaya (gas detector). Dengan menggunakan sistem ini diharap dapat mencegah kebakaran yang dapat menghilangkan asset baik materi maupun nyawa seseorang dengan mengetahui potensi bahaya kebakaran sejak dini. Komponen Pokok Fire Alarm System 1. Main Control Fire Alarm System ( MCFA ) atau Fire Alarm Control Panel

MCFA merupkan komponen utama dalam fire alarm system. MCFA berfungsi untuk menerima input signal dari semua komponen pendeteksi

kebakaran seperti heat detector, smoke detector, ROR heat detector, dan alat detektor lainnya. MCFA merupakan unit pwngontrol yang akan melakukan pengolahan seleksi dan pengolahan data. Hasilnya merupakan output yang juga berisi informasi tentang lokasi kebakaran ( bisa nomor ruangan, bagian

dari

lantai

bangunan

dan

lain-lain

) sehingga petigas mengetahui di ruang mana bagian dari bangunan yang terjadi kebakaran. Output dari unit control tersebut juga sekaligus mengaktifkan peralatan di pusat alarm seperti tanda bahaya alarm, lampu, telepon, dan lain-lain. MCFA terbagi menjadi beberapa zone, dari 5 zone sampai dengan 50 zone. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi. Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakan inti dari semua sistem alarm. Oleh karena itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Pada bagian depan MCFA tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya : a. Indikator zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault) b. Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem. c. Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah d. Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah e. Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator lainnya.

MCFPA tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis MCFPA sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab bahaya kebakaran tidak bisa diprediksikan kapan terjadi. Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam 1 tahun guna memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji istem diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang sekitar yang disebabkan oleh bunyi alarm bell dari sistem yang sedang diuji.

2. Terminal Box

Fungsi dri terminal box adalah untuk memudahkan pemeriksaan (troubleshooting) dan pemeliharaan (maintenance). Terminal Box Fire Alarm biasanya berwarna merah. Peletakan terminal box fire adalah di ujung koridor gedung dengan maksud agar kabel bisa turun dengan mudah melalui lorong penghubung antar lantai yang disebut shaft. Pada shaft

terdapat instalasi ME (mekanikal elektrikal) yang dilakukan, seperti jalur listrik, telepon, jaringan komputer, pipa air, dan sebbagainya. Shaft untuk mekanikal pada umumnya terpisah dari shaft elektrikal. 3. Fire Alarm Bell

Fire alarm bell berfungsi sebagai output signal, apabila detector mendeteksi adanya kebakaran maka saat itu juga detector akan mengirimkan sinyal ke alarm bell, setelah control panel menerima sinyal dari detector maka alarm bell akan mengeluarkan bunyi sebagai penanda telah terjadi kebakaran. Fire Alarm Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarang yang relatif jauh. Tegangan output yang kelur dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Alarm Bell 24VDC yang sekarang banyak digunakan. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Alarm Bell adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi yang keluar tidak akan nyaring. 4. Indicating Lamp

Indicating lamp merupakan lampu yang menandakan bahwa fire alarm system dapat berfungsi dan aktif sebagai pertanda adanya keakaran. Lampu ini dapat menunjukkan adanya power pada oanel ataupun menunjukkan trouble atau kebakaran. Di dalamnya hanya terdapat lampu

bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal ( bukan saat kebakaran) lampu ini akan terus menyala. Sebaliknya apabila lampu mati, mengindikasikan adanya trouble pada power. 5. Manual Push Button atau Manual Call Point

Manual push button adalah perangkat dlam instalasi fire alarm yang berfunsi sebagai perangkat input manual yang ditekan oleh seseorang yang berada di area tersebut, dari input, fire alarm akan langsung aktif tanpa menunggu detektor yang bekerja, sehingga dapat segera mengambil tindakan dengan cepat untuk memadamkan kebakaran menggunakan alat pemadam api yang telah tersedia atau melakukan evakuasi diri maupun barang. Cara kerja manual push button adalah dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lainnya adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah lokasi penempatannya. Syarat lokasi penempatannya adalah : a. Sering terlihat oleh banyak orang b. Mudah dijangkau Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang terlanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang dilengkapi

dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat memasukkan handset telepon ke dalam jack pada manual push button. Kemudia telepon di panel akan aktif, sehingga kedua orang bisa saling berkomunikasi. 6. Instalasi/ jaringan kabel

Instalasi/jaringan kabel berfungsi sebagai mediator untuk mengaktifkan alat deteksi serta meneruskan sinyal dari alat deteksi ke panel control. Selain itu, instalasi juga digunakan untuk menghubungkan panel control dengan fire alarm bell, indicating lamp, dan sistem alarm lainnya saat terjadi kebakaran.

7. Detector

Alat pendeteksi atau detector adalah alat yang berfungsi sebagai alat pendeteksi adanya kebakaran yang bekerja secara otomatis. Menurut Sudarjadmo (2000) jenis detector terbagi menjadi 4 macam yaitu : a. Alat pendeteksi asap (Smoke Detector) Smoke detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang akan memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ( smoke density ) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. b. Alat pendeteksi panas (Heat detector ) Heat detector dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan cara membedakan kenaikan temperatur yang terjadi dalam ruang tersebut. c. Alat pendeteksi nyala (Flame detector) Alat ini dapat mendeteksi nyala api yang tidak terkendali, dengan cara menangkap sinar ultra violet atau inframerah yang dipancarkan oleh api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api. Aplikasi yang disarankan untuk flame detector adalah tempat yang mudah terbakar seperti pompa bensin, ruangan mesin, dan ruang panel listrik. d. Alat pendeteksi gas Gas detector merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas. Umumnya alat ini digunakan di tempat yang rawan terjadi kebocoran gas, misalnya di lokasi pertambangan dan kilang

minyak. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu LPG ( Liquefied Petroleum Gas) dan LNG ( Liquefied Natural Gas) Diagram voucher. Sistem pelaporan. Apakah melapran ke ccr? Persyaratan Penempatan komponen Fire Alarm System Penempatan detector Penempatan detector mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No : PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik pasal 3 : 1. Penempatan Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik. 2. Apabila detektor-detektor dipasang dalam suatu ruangan aman yang tahan api (strong room), maka detektor-detektor tersebut harus memiliki kelompok alarm yang terpisah atau harus terpasang dengan alat yang dapat mengindikasi sendiri yang dipasang diluar ruangan tersebut. 3. Setiap ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan apabila suatu ruangan terbagi oleh dinding pemisah atau rak yang mempunyai celah 30 (tiga puluh) cm kurang darilangit-langit atau dari balok melintang harus dilindungi secara sendiri sendiri. 4. Barang-barang dilarang untuk disusun menumpuk seolah-olah membagi ruangan, kecuali untuk ruang demikian telah diberikan perlindungan secara terpisah. Adapun menurut SNI-03-6574 tahun 2000, Persyaratan untuk detector asap adalah : a. Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang pada jarak kurang dari 15 meter b. Untuk ruangan dengan luas 92 m 2 dengan ketinggian langit-langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector. c. Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12m dengan suhu ruangan kurang dari 38°C.

Persyaratan untuk detector panas adalah : 1. Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan detector, sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang pada jarak kurang dari 15 m. 2. Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector 3. Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m. Tabel Pemilihan jenis detector sesuai dengan fungsinya Jenis Detektor Asap Gas Nyala Api

Fungsi Ruangan Ruang peralatan kontrol bangunan, ruangan resepsionis, ruang tamu, ruang mesin, ruang ruang pompa, ruang AC, tangga, koridor, lobi, aula, perpustakaan, Ruanglift, transformator/diesel , ruang yang berisi bahan yang mudah menimbulkan gas yang terbakar Gudang material yang mudah terbakar, ruang kontrol instalasi peralatan vital

Persyaratan untuk panil indikator : Pasal 20 : Panil indikator harus dilengkapi dengan: a. Fasilitas kelompok alarm; b. Sakelar reset alarm; c. Pemancar berita kebakaran; d. Fasilitas pengujian dan pemeliharaan; e. Fasilitas pengujian baterai dengan volt meter dan amper meter; f. Sakelar penguji beterai; g. Indikator adanya tegangan listrik; h. Sakelar yang dilayani secara manual serta lampu peringatan untuk memisahkan i. lonceng dan peralatan kontrol jarak jauh (remote control); Pasal 3l (1) Setiap sistem alarm kebakaran harus mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detektor dan kelompok alarm.

(2) Gambar instalasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sesuai dengan instalasi yang terpasang sebenarnya dan disahkan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuk. Pemeliharaan FAS BAB II PEMELIHARAAN DAN PENGUJIAN Pasal 57 (1) Terhadap instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan pemeliharaan dan pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan tahunan. (2) Pemeliharaan dan pengujian tahunan dapat dilakukan oleh konsultan kebakaran atau organisasi yang telah diakui oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 58 Pemeliharaan dan pengujian mingguan lain meliputi : membunyikan alarm secara simulasi, memeriksa kerja lonceng, memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh sistem alarm dan mencatat hasil pemeliharaan serta pengujian buku catatan. Pasal 59 Pemeliharaan dan pengujian bulanan antara lain meliputi : menciptakan kebakaran simulasi, memeriksa lampu-lampu indikator, memeriksa fasilitas penyediaan sumber tenaga darurat, mencoba dengan kondisi gangguan terhadap sistem, memeriksa kondisi dan kebersihan panel indikator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku catatan. Pasal 60 Pemeliharaan dan pengujian tahunan antara lain meliputi : memeriksa tegangan instalasi, memeriksa kondisi dan keberhasilan seluruh detektor serta menguji sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) % detektor dari setiap kelompok instalasi sehingga selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun, seluruh detektor sudah teruji. Pasal 65 Pada satu kelompok sistem alarm kebakaran tidak boleh dipasang lebih dari 40 (empat puluh) buah detektor panas.

BAB IV SISTEM DETEKSI ASAP Pasal 67 Detektor asap harus dapat bekerja baik dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh variasi tegangan yang bergerak dalam batas kurang atau lebih 10 (sepuluh) % dari tegangan nominalnya. Pasal 68 (1) Bila detektor asap dipasang secara terbenam, maka alas dari elemen penginderaannya harus berada sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) mm di bawah permukaan langitlangit. (2) Dalam menentukan letak detektor asap harus memperhatikan hal-hat sebagai berikut: a. bila detektor asap dipasang dalam saluran udara yang mengalir dengan kecepatan lebih dari 1 (satu) m perdetik perlu dilengkapi dengan alat penangkap asap (sampling device). b. bila disuatu tempat dekat langit-langit atau atap dimungkinkan dapat timbul suhu tinggi, maka detektor perlu diletakan jauh di bawah langit-langit atau atap tersebut

agar detektor dapat bereaksi sedini mungkin. c. apabila detektor asap dipasang dekat dengan saluran udara atau dalam ruang berair conditioning harus diperhitungkan pengaruh aliran udara serta gerakan asapnya. Pasal 69 Pemasangan detektor asap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. untuk setiap 92 (sembilan puluh dua) m2 luas lantai harus dipasang sekurangkurangnya satu detektor asap atau satu alat penangkap asap. b. gerak antar detektor asap atau alat penangkap asap tidak boleh melebihi dari 12 (dua belas) m dalam ruangan biasa dan 18 (delapan belas) m di dalam koridor. c. jarak dan titik pusat detektor asap atau alat penangkap asap yang terdekat ke dinding atau pemisah tidak boleh melebihi dari 6 (enam) m dalam ruangan biasa dan 12 (dua belas) m di dalam karidor. Menurut SNI Tipe detektor. 4.2.2.1. Detektor tipe garis ( “line type detector” ). alat dimana pendeteksiannya secara menerus sepanjang suatu jalur. Contoh tipikal adalah detektor laju kenaikan temperatur jenis pnumatik, detektor asap jenis sinar terproyeksi dan kabel peka panas. 4.2.2.2. Detektor tipe titik ( “spot type detector” ). alat dimana elemen pendeteksiannya terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu. Contoh tipikal adalah detektor bimetal, detektor campuran logam meleleh, detektor laju kenaikan temperatur jenis pnumatik tertentu, detektor asap tertentu, dan detektor termoelektrik. 4.2.2.3. Detektor tipe sampel udara ( “air sampling type detector” ). terdiri atas pemipaan distribusi dari unit detektor ke daerah yang diproteksi. Sebuah pompa udara menarik udara dari daerah yang diproteksi kembali ke detektor melalui lubang sampel udara dan pemipaan pada detektor, udara dianalisa dalam hal produk kebakarannya.

10. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan. 10.1.4. Sebelum pengujian, orang yang berada pada semua titik dimana ada alarm sinyal atau laporan harus diberitahukan untuk mencegah reaksi yang tidak diperlukan. Pada kesimpulan dari pengujian, yang diberitahukan sebelumnya ( dan yang perlu lainnya) harus selanjutnya diberitahukan bahwa pengujian telah berakhir. 10.1.5. Beberapa metoda atau alat yang digunalan untuk pengujian di dalam suatu atmospher atau proses yang diklasifikasi sebagai daerah berbahaya sesuai standar yang berlaku, harus sesuai untuk penggunaan yang demikian. 10.1.6. Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan, harus

disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh instansi yang berwenang. Pemeriksaan awal uji instalasi. 10.2.1. Sesudah dipasang, suatu pemeriksaan visual terhadap semua detektor harus dilaksanakan untuk meyakini bawa detektor-detektor sudah dipasang di lokasi yang benar. 10.2.2. Sesudah dipasang, setiap detektor harus diperiksa untuk memastikan bahwa detektor telah dipasang dan dihubungkan dengan benar berdasarkan rekomendasi manufaktur. 10.6.2. Formulir pemeriksaan harus dilengkapi dan termasuk informasi berikut untuk pengujian secara periodik : a). Tanggal. b). Frekuensi pengujian. c). Nama pemilik. d). Alamat. e). Nama orang yang melakukan pemeriksaan, pemeliharaan dan/atau pengujian, afiliasi, alamat perusahaan/kantor, dan nomor telepon. f). Nama agen yang berhak memberi persetujuan, alamat dan perwakilannya. g). Penunjukan detektor yang diuji ( pengujian dilakukan sesuai butir 10.3 ). h). Uji fungsi dari detektor ( lihat butir 10.1.4 dan 10.3.4.1 ). i). Periksa semua detektor asap ( lihat butir 10.3.4.2 ). j). Tahanan lup untuk seluruh detektor panas tipe temperatur-tetap garis ( lihat butir 10.2.3.2). k). Pengujian lainnya seperti dipersyaratkan oleh manufaktur peralatan. l). Tanda tangan dari penguji dan persetujuan wakil instansi yang berwenang. 11.2.3. Titik Panggil Manual (TPM). 11.2.3.1. Bagian depan dari kotak tempat menyimpan TPM jenis tombol tekan harus dilengkapi dengan kaca yang bila dipecahkan tidak membahayakan dan harus disediakan alat pemukul kaca khusus, atau dengan cara lain yang disetujui instansi yang berwenang. 12.2.3.2. TPM harus berwarna merah. 12.2.3.3. Dekat panel kontrol harus selalu dipasang bel dan TPM yang mudah dicapai serta terlihat jelas. 12.2.3.4. Semua TPM sebagaimana dimaksudkan dalam butir 12.2.3. harus dihubungkan dengan kelompok detektor ( zona detektor ) yang meliputi daerah di mana TPM tersebut dipasang. 12.2.3.5. Semua TPM harus dipasang pada lintasan menuju ke luar dan dipasang pada ketinggian 1,4 meter dari lantai. 12.2.3.6. Lokasi penempatan TPM harus tidak mudah terkena gangguan, tidak tersembunyi, mudah kelihatan, mudah dicapai serta ada pada jalur arah ke luar bangunan. 12.2.3.7. Bagi bangunan vertingkat, TPM harus terpasang pada setiap lantai, di mana untuk setiap TPM harus dapat melayani luas maksimum 900 m 2. 12.2.3.8. Jarak dari suatu titik sembarang ke posisi TPM maksimum 30 m.

12.2.4. Alarm kebakaran. 12.2.4.1. Alarm suara harus memenuhi syarat sebagai berikut : a). Mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga mudah dikenal sebagai alarm kebakaran. b). Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi kerja antara 500 ~ 1000 Hz dengan tingkat kekerasan suara minimal 65 dB (A). 12.2.4.2. Untuk ruang dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan suara minimal 5 dB (A) lebih tinggi dari kebisingan normal. a). Untuk ruang dengan kemungkinan dipergunakan untuk ruang tidur, tingkat kekerasan suara minimal 75 dB (A). b). Irama alarm suara mempunyai sofat yang tidak menimbulkan kepanikan. 12.2.4.3. Alarm visual harus dipasang pada ruang khusus, seperti tempat perawatan orang tuli dan sejenisnya. 12.2.4.4. Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus terpasang alarm kebakaran. SNI 03-3985-2000 40 dari 165 12.2.5. Panel kontrol deteksi dan alarm. Panel kontrol deteksi dan alarm kebakaran dapat terdiri dari suatu panel kontrol atau suatu panel kontrol dengan satu atau beberapa panel bantu. 12.2.5.1. Panel kontrol harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran. 12.2.5.2. Panel kontrol harus mampu membantu kerja detektor dan alarm kebakaran serta komponennya secara keseluruhan. 12.2.5.3. Panel kontrol harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan, sehingga operator dapat mengetahui kondisi instalasi baik pada saat normal maupun pada saat terdapat gangguan. Peralatan-peralatan tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari : a). Perlengkapan untuk pengujian terhadap bekerjanya sistem secara keseluruhan. b). Perlengkapan pengujian untuk mengetahui apabila terjadi kerusakan pada sistem yaitu buzzer dan lampu indikator. c). Perlengkapan pemberitahuan apabila terjadi sinyal palsu. d). Perlengkapan pemantau sistem catu daya. e). Perlengkapan lampu indikator yang menunjukkan suatu keadaan di mana detektor/alarm kebakaran dalam suatu zona sedang bekerja. f). Fasilitas yang menunjukkan bahwa catu daya dalam keadaan ada/tidak ada, berasal dari PLN, batere atau pembangkit listrik darurat yang dilengkapi dengan alat ukur tegangan ( voltmeter ). g). Pengalihan operasi harus secara otomatik yang disertai dengan bunyi buzzer. h). Lampu tanda suatu sirkit ( zona ) terbuka atau dalam keadaan hubung singkat lengkap dengan sakelar pilih ( selector switch ). i). Fasilitas pengujian sirkit detektor/alarm kebakaran zona dalam keadaan normal atau

ada gangguan ( berupa sirkit terbuka atau sirkit tergubung singkat ), dimana simulasi yang dilakukan tidak mempengaruhi kerja zona yang lainnya dalam sistem tersebut. j). Fasilitas uji lampu indikator yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu indikator masih hidup atau mati. k). Buzzer untuk keperluan operator yang disertai lampu kedip dan sakelar untuk mematikan alarm. 12.2.7. Kabel. 12.2.7.1. Untuk sistem deteksi harus digunakan kabel dari ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 0,6 mm2. 12.2.7.2. Untuk sistem alarm dan catu harus digunakan kabel dengan ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm2. 12.2.7.3. Kabel NYA dapat digunakan, namun pemasangannya harus di dalam pipa konduit. 12.2.7.4. Kabel berinti banyak NYM dan NYY, dapat pula dipergunakan pada sirkitsirkit detektor pada suatu arah tarikan kabel jarak jauh. 12.2.7.5. Untuk lokasi yang mempunyai kondisi kerja yang keras ( panas, lembab, dan banyak gangguan mekanis ringan ), harus dipilih jenis kabel NYY atau minimal NYM. 12.2.7.6. Untuk pengawasan langsung ke detektor, dapat pula dipergunakan kabel fleksibel dengan ketentuan tidak boleh lebih panjang dari 1,5 m. 12.2.7.7. Pemasangan kabel sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dilaksanakan sesuai dengan instalasi tegangan rendah sesuai SNI 04-0225-2000, tentang : “Persyaratan umum instalasi listrik 2000”. 12.2.7.8. Semua pemasangan kabel pada dinding harus dilaksanakan dengan menggunakan pipa konduit sesuai dengan SNI 04-0225-2000, tentang “ “Persyaratan umum instalasi listrik 2000”. 12.2.7.9. Penampang kabel dipilih sedemikian rupa sehingga pada beban kerja maksimum, penurunan tegangan di titik terjauh dari panel kontrol tidak boleh lebih dari 5%. 12.2.7.10. Hantaran antara gedung harus dari jenis kabel yang dapat ditanam dan harus diberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanik. 12.2.7.11. Sepanjang hantaran tidak boleh ada sambungan. 12.2.7.12. Sambungan diperbolehkan dalam kontak terminal tertutup. 12.2.7.13. Penyambungan kabel dengan masing-masing detektor harus di dalam detektor, kecuali untuk detektor jenis kedap air. Kabel untuk sistem deteksi 12.2.8. Catu daya. 12.2.8.1. Catu harus mempunyai 2 buah sumber energi listrik, yaitu : a). Listrik PLN atau pembangkit tenaga listrik darurat. b). Batere. 12.2.8.2. Tegangan batere yang diijinkan 12 volt dan maksimum 48 volt. CARA KERJA

Detektor Asap Ionisasi (Ionization Smoke Detector) adalah alat yang berkerja dengan prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada kosentrasi tertentu. Pendeteksi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan pendeteksi jenis optik, tetapi terkadang pendeteksi ini ditolak karena alasan lingkungan. Pendeteksi ini menggunakan ruang ionisasi dan sumber radiasi ionisasi untuk mendeteksi asap. Di dalam pendeteksi ionisasi ini terdapat sejumlah kecil (sekitar 1/5000 gram) zat radioaktif americium-241. Unsur dari radioaktif ini merupakan sumber partikel alpha yang baik. Ruang ionisasi terdiri dari dua lempengan logam yang terpisah sekitar satu sentimeter. Sumber tegangan arus searah diberikan ke lempengan yang membuat lempengan bermuatan. Prinsip keja dari detektor asap ionisasi adalah partikel alpha yang dihasilkan oleh americium mengionisasi atom oksigen dan nitrogen dari udara yang terdapat di dalam ruang ionisasi. Ketika elektron terlepas dari sebuah atom, maka akan menghasilkan sebuah elektron bebas (bermuatan negatif) dan sebuah atom yang kehilangan satu elektron (bermuatan positif). Elektron negatif ditarik oleh lempengan yang bertegangan positif dan atom positif ditarik oleh lempengan yang bertegangan negatif (persis seperti magnet) dan menghasilkan sejumlah kecil arus listrik akibat pergerakan elektron dari atom ini melalui lempenganlempengan bertegangan tadi. Ketika asap memasuki ruangan ionisasi, asap mengganggu aliran arus dimana partikel asap menyatu terhadap ion dan menetralkannya, sehingga terjadi penurunan jumlah arus yang mengalir di antara lempengan dan mengaktifkan alarm. Pendeteksi jenis ini sangat sensitif terhadap asap dengan partikel kecil yang diproduksi oleh kebanyakan nyala api. Tetapi menjadi tidak sensitif terhadap asap dengan partikel besar, seperti asap yang dihasilkan dari pembakaran plastik. Fire alarm protection (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat pemadam kebakaran

yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran. Semua

komponen dari alarm kebakaran harus diperiksa secara teratu untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan baik. Bagian-bagian yang terdapat pada alarm kebakaran, antara lain : 1) Pendeteksi (detector) 2) Bel dan suara/sirine 3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)

4) Sinyal pengendali (remote signalling) 5) Tombol reset 6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran tersebut Pada sistem kontrol alarm kebakaran ini yang menjadi variabel inputnya adalah asap dan suhu tinggi. Sedangkan yang menjadi variabel outunya adalah bunyi alarm dan nyala lampu LED. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik. Pada paper ini tipe smoke detector yang dibahas adalah tipe ionisasi. Di dalam detektor asap sensor fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian sehingga sinar dari sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, menyebabkan detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi alarm. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif americium yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. Americium pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda. Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, yang menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon (Anonim, 1989). Detektor/sensor mendeteksi indikasi adanya kebakaran seperti asap dan suhu yang tinggi dan mengirimkan sinyal kebakaran/api ke fire control panel (FCP) untuk diolah. Selain melalui detektor, FCP juga menerima sinyal dari manual call point (break glass) yang berupa penekanan tombol darurat oleh manusia yang melihat adanya kebakaran. Sinyal tersebut diolah oleh FCP dan kemudian dilakukan aksi berupa pemberian peringatan. Smoke Detector berfungsi untuk mendeteksi adanya Asap yang masuk ke dalam detector tersebut. Asap tersebut memiliki partikel-partikel yang lama kelamaan akan memenuhi suatu ruangan (Smoke Chamber) seiring dengan meningkatnya continuitas kebakaran., Jika kepadatan Asap tersebut (Smoe Density) telah melewati

ambang batas (Threshold), maka rangkaina electronik di dalam detector akan aktif (biasnya suhunya telah mencapai 57 derajat Celciius atau 68 derajat celcius ) tergantiung settingan yang ada di detector tersebut

Perawatan Smoke Detector juga di perhatikan, karena partikel debu lama kelamaan akan menutup tutup sensor sehingga tidak bisa mendeteksi lagi atau bahkan debu akan memicu alarm. Ruang panil indikator alarm kebakaran tidak diberi tanda khusus, gambar sistem alarm kebakaran yang mencantumkan letak detektor dan kelompok alarm tidak ada, gambar instalasi alarm kebakaran yang disahkan oleh direktur tidak ada, buku akte pengesahan instalasi alarm kebakaran, buku catatan untuk pemeriksaan dan pengujian alarm kebakaran tidak ada. Menyediakan buku catatan di ruang panil indikator sebagai catatan untuk pemeriksaan dan pengujian alarm kebakaran

Horn Strobe Berfungsi sebagai notifikasi visual & bunyi. Latbel Threshold

Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi jika terjadi kebakaran pada objek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi. Mengelola bahaya kebakaran harus dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan atau operasi masih berlangsung.. Pada sektor industri mengalami perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Seluruh perkembangan ini merupakan upaya meningkatkan potensi pembangunan nasional demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat dari hanya bergantung

pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya, sekarang beralih ke penggunaan alatalat yang dibuat oleh manusia sendiri dengan konsumsi energi lebih banyak.

Sektor industri mengalami perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Seluruh perkembangan ini merupakan upaya meningkatkan potensi pembangunan nasional demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat dari hanya bergantung pad sumber daya alam yang ada di sekitarnya, sekarang beralih ke penggunaan alat-alat yang dibuat oleh manusi sendiri dengan konsumsi energi lebih banyak. Keselamatan kerja merupakan suatu hal yang harus dipertanggungjawabkan oleh sektor industri khususnya perusahaan. Salah satu potensi bahaya dalam industri yang harus mendapatkan perhatian besar yaitu potensi bahaya terjadinya kebakaran di tempat kerja. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Menurut Standar Nasinal Indonesia nomor 03-3985-2000, kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida atau produk dan efek lainnya. Kebakaran di industri merupakan salah satunya yang tidak hanya dapat menghilangkan harta benda maupun nyawa, tetapi juga mengganggu keberlangsungan kegiatan operasional sehingga menggangu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri yang pada akhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian finansial yang ditanggung oleh perusahaan. Data National Fire Protection Association (NFPA) pada tahun 2012 terdapat 17 jasys kebakaran industri dengan kerugian properti sebesar $1,463, pada tahun 2013 terjadi peningkatan 6% yaitu sebanyak 18 kasus kebakaran dengan total kerugian $845 sedangkan tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 11% yaitu 20 kasus kebakaran dengan kerugian $654 (Badger, 2015:5) Di Amerika terjadi kebakaran gedung setiap 66 detik. Sedangkan data kebakaran di

Indonesia

berdasarkan

data

yang

dihimpun

oleh

Badan

Nasional

Penanggulangan Bencana dalam rentang waktu 5 tahun terakhir yaitu pada tahun

2014 hingga tahun 2018 adalah sebanyak 514 kasus kejadian kebakaran. (BNPB, 2018).

PT Semen Baturaja (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang industri semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Kapasitas produksi 2 juta ton per tahun dan lokasi pabrik yang terletak di Baturaja, Palembang dan Panjang. Semen Baturaja selalu berusaha untuk menjaga kontinuitas dan stabilitas pasokan semen dalam negeri khususnya di Sumatera Bagian Selatan, karena Semen Baturaja merupakan produsen semen tunggal untuk wilayah sumatera bagian selatan. Dalam proses produksinya tidak terlepas dari penggunaan instalasi atau mesin-mesin canggih yang memerlukan tegangan listrik tinggi dan batu bara sebagai bahan bakar. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan bahaya kebakaran. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah dengan menyediakan instalasi Fire Alarm System untuk mendeteksi dengan cepat dan tepat adanya gejala kebakaran. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi jika terjadi kebakaran pada objek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi. Mengelola bahaya kebakaran harus dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan atau operasi masih berlangsung..

More Documents from "Puteri"