BAGIAN KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2018 LAPORAN KALUARGA BINAAN
“DIABETES MELITUS” Oleh : Amelia Intan Saputri Mayang Sukma Marevia Sindi Fitria Amelia Preceptor : dr. Noviana Zara, MKM
• Menurut WHO 2016, Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang diturunkan dan atau didapat ditandai kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau ketidakefektifan insulin yang dihasilkan. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia)
PENDAHULUAN • Prevalensi Diabetes Melitus (DM) semakin meningkat di Indonesia • Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi DM tipe-2 • Diperkirakan – 50% penyandang DM belum terdiagnosis – Hanya 2/3 yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan – Hanya 1/3 yang menjalani pengobatan yang terkendali dengan baik
TINJAUAN PUSTAKA
KLASIFIKASI DM
Faktor risiko Tidak dapat dimodifikasi
Ras dan etnik
Riwayat keluarga dengan DM
Umur
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DMG
Dapat dimodifikasi
Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2)
Kurangnya aktivitas fisik
Hipertensi (>140/90 mmHg)
Dislipidemia
unhealthy diet)
PATOGENESIS Obesitas Faktor gaya Hidup
Predisposisi Genetik
Resistensi Insulin Hipeplasia sel β kompensatorik
Normoglikemia
Kegagalan sel β (dini)
Toleransi glukosa terganggu
Diabetes
Kegagalan sel β (lanjut) Kegagalan primer sel β (jarang)
The ominous octet
DIAGNOSIS
Cara pelaksanaan TTGO
Gambar 3.7 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
TATALAKSANA Tujuan Jangka Pendek
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan Akhir Pengelolaan
TATALAKSANA • Edukasi (Primer) – Materi tentang perjalanan penyakit DM. – Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan. – Penyulit DM dan risikonya. – Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan. – Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain. – Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri – Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia. – Pentingnya latihan jasmani yang teratur. – Pentingnya perawatan kaki. – Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
TATALAKSANA • Edukasi (Sekunder dan Tersier) – – – – – –
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain. Rencana untuk kegiatan khusus Kondisi khusus yang dihadapi Pemeliharaan/perawatan kaki
Terapi Nutrisi Medis (TNM) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi Lemak, asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori Protein, kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi Natrium, anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari Serat, penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat
1. Hitung BBI Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
Ket:
BB Normal: BB ideal ± 10 %
Kurus: kurang dari BBI - 10 % Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
2. Hitung kebutuhan kalori 25-30 kal/kgBB ideal 3. Koreksi faktor
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori Umur Aktivitas fisik atau pekerjaan. + 10% pada keadaan istirahat. + 20% pada pasien dengan aktivitas ringan + 30% pada aktivitas sedang + 40% pada aktivitas berat + 50% pada aktivitas sangat berat Stres metabolik. Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik (sepsis, operasi, trauma). Berat badan. - 20-30% Gemuk + 20-30% kurus
Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturutturut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.
Monitoring Pemeriksaan glukosa darah
Hba1c
Komplikasi
Akut
Kronik
Makrovaskuler
Mikrovaskuler
BAB 3
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT PASIEN
Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Suku Status Pendidikan Pekerjaan
: Ny. D : 44 tahun : Perempuan : Ds. Nga, Lhoksukon : Islam : Aceh : Menikah : SMA : Tukang Jahit
• Keluhan Utama Sering buang air kecil (BAK) • Keluhan Tambahan Mudah lapar dan haus, berat badan turun, kebas pada kaki, mata kabur.
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan sering BAK. Pasien mengeluhkan dalam 24 jam frekuensi BAK lebih 10 kali. Keluhan ini juga dirasakan pada malam hari dengan frekuensi 3-4 kali sehingga menyebabkan pasien sering kali terbangun pada malam hari. Keluhan dialami sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan ini sangat mengganggu aktivitasnya, tetapi pasien masih tetap bisa beraktifitas. BAK berwarna kuning muda. Keluhan nyeri saat BAK disangkal. Keluhan BAK terasa berpasir juga disangkal.
Pasien juga mengeluhkan selama 4 tahun terakhir terjadi penurunan berat badan, tetapi nafsu makan bertambah. Sebelumnya pasien memiliki berat badan 65 kg dan terakhir ditimbang 1 bulan yang lalu 48 kg. Pasien juga mengeluh sering lapar dan haus walaupun tidak melakukan aktifitas yang berat serta lidahnya terasa kering. Dalam 24 jam pasien biasanya minum kurang lebih 15 gelas dan makan dengan frekuensi 3-4 kali.
Pasien mengeluhkan kebas pada kedua kaki sejak 6 bulan yang lalu. Kebas dirasakan lebih berat pada telapak kaki, sehingga sering tidak terasa saat terkena benda yang agak tajam. Pasien juga mengeluhkan kadang terasa nyeri dan panas pada kedua kaki. Pasien juga mengeluhkan mata kabur sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan mata kabur dirasakan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. BAB dalam batas normal.
Pasien didiagnosis dengan DM sejak 5 tahun yang lalu, tetapi mengkonsumsi obat sejak 3 tahun yang lalu. Ketika berobat di Puskesmas pasien diberikan Glibenklamid (pasien lupa dosis awal yang diberikan). Pasien juga pernah berobat di mantri dan diberikan obat Metformin. Selama 3 bulan terakhir pasien minum Glimepiride. Pasien tidak rutin setiap hari minum obat tersebut karena pasien cemas jika gula darahnya turun. Oleh karena itu pasien minum obat jika gula darahnya tinggi. Pasien biasanya cek gula darah di Puskesmas ataupun di Apotek setiap kurang lebih 2 minggu sekali. Pasien sebelumnya pernah mengikuti senam di Puskesmas tetapi tidak rutin setiap minggunya dan selama beberapa bulan ini pasien tidak lagi mengikuti senam tersebut.
• Riwayat Penggunaan Obat • Pasien pernah mengkonsumsi obat Glimepirid, Metformin, Glibenklamid. • Riwayat Penyakit Dahulu DM sejak 5 tahun yang lalu. Hipertensi (-) Riwayat kolesterol (-) Riwayat alergi/asma (-) Riwayat TB paru (-)
Riwayat Penyakit Keluarga DM (Tidak diketahui) Hiperetensi (+) Riwayat kolesterol (Tidak diketahu Riwayat alergi/asma (-) Riwayat TB paru (-)
Riwayat Kebiasaan Sosial • Pasien merupakan istri dari Tn.A usia 56 tahun. Pasien tidak mempunyai anak dari pernikahannya. Pasien tinggal bersama suami, anak, dan cucunya. • Pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang jahit dan suami pasien bekerja wiraswasta. • Pasien biasanya makan dengan porsi 3-4 kali sehari, nasi, mie, lauk pauk (+), cemilan kuekue tradisional, pantangan tidak ada.
Tabel 3.1 Data Dasar Keluarga Ny. D Nama
Jenis Kelamin L
Usia
Ny.D
Status Keluarga Kepala Rumah Tangga Istri
Ny.M Tn.S
Tn.A
An. F
Pekerjaan
56 th
Pendidi kan SMP
P
44 th
SMA
Anak
P
26 tahun SMA
Anak (suami) Cucu
L
28 tahun SMA
Tukang jahit Ibu rumah tangga Wiraswasta
P
3 tahun
-
-
Wiraswasta
Pengh asilan Rp700 .000 Rp300 .000 Rp500 .000 -
Ket
Keluarga Ny.D tinggal di Desa Nga, Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Ny.D merupakan istri dari Tn.A usia 56 tahun. Pasien tidak mempunyai anak dari pernikahannya. Pasien tinggal bersama suami dan anak suaminya serta cucu. Ny. D bekerja sebagai tukang jahit, sedangkan suami Ny.D bekerja sebagai wiraswasta.
Rumah dengan puskesmas berjarak sekitar 5 km dari puskesmas dan akses jalan ke puskesmas baik. Pasien jarang berobat ke puskesmas. Pasien biasanya cek gula darah setiap 2 minggu sekali atau ketika ada keluhan di apotik tempat pasien membeli obat. Pasien biasanya minum obat jika pada waktu periksa gula darah didapatkan hasil yang tinggi karena pasien khawatir jika gula darahnya rendah. Pasien juga tidak pernah mengikuti kegiatan senam di puskesmas, karena pasien sebelumnya tinggal di Bireuen.
Rumah tersebut memiliki 2 kamar yang mana 1 untuk kamar pasien dan suaminya, sedangkan 1 kamar lagi untuk Tn. S, Ny. M, dan An. F. Ruang tamu pasien terlihat kosong tidak ada kursi tamu dan hanya beralaskan ambal. Ventilasi rumah kurang baik, terdapat jendela di ruang tamu dan di kamar, tapi jarang di buka. Kamar mandi rumah tersebut tidak beratap berlantai semen dan memiliki sumur sebagai sumber air, terdapat bak mandi dan WC jongkok.
VITAL SIGN
Sakit Ringan / GCS 15
120/70m mHg
82x/me nit
20x/ menit
36,5 °C (Aksila)
Antropometri • • • •
Berat badan : 47,5 kg Tinggi badan : 158 cm IMT : 19,07 kg/m2 BB ideal : 90/100 x (158-100) = 52,2 ± 10% = 46,98 – 57,42 kg
STATUS GENERALIS KEPALA : normocephali , warna rambut hitam, MULUT: Lidah: Beslag (+) TELINGA : Normotia Serumen (-/-) Sekret (-/-), HIDUNG: Sekret (-/-) LEHER: Pembesaran KGB (-), TVJ (N). Pembesaran Tiroid (-) ABDOMEN : Distensi (-), peristaltik (+) lemah, timpani, nyeri tekan (+) EXTREMITAS INFERIOR Ikterik (-/-), Edema (-/-), sianosis (-/-) sensibilitas: sensasi taktil & nyeri menurun
MATA Konjungtiva palp. Inf. Pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, RCL/RCTL (+/+) Visus OD = 4/6 OS= 5/6
THORAKS : simetris (+/+), Vocal Fremitus normal. Perkusi (Sonor/ sonor). vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wh (-/-).
JANTUNG : I : ictus cordis terlihat, P : Ictus cordis teraba di ics V linea midclavicula sinistra . A : BJ I > BJ II , bising (-)
Pemeriksaan Penunjang
KGDs : 485 g/dL • Pemeriksaan penunjang lainnya yang dianjurkan: Darah Rutin, Urin Rutin, KGDP/ KGD2PP, Liver function test, Renal function test, Profil lipid, Hba1c, anklebrachial index (ABI), Funduskopi, Oftalmoskopi
Diagnosis Kerja • Diabetes Melitus Tipe 2 dengan normoweight + susp.neuropati diabetikum + susp. retinopati diabetikum.
Penatalaksanaan Non Farmakologis :
• Diet DM 1.500 kalori • Latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Farmakologis : • Glimepiride 1x2 mg
Komunikasi, informasi dan edukasi: • • • • • • • • •
• •
Perjalanan penyakit DM. Penyulit DM dan risikonya. Minum obat secara teratur. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah untuk menilai keberhasilan pengobatan Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia. Pentingnya latihan jasmani yang teratur. Pentingnya perawatan kaki Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan. Mengikuti pola makan sehat sesuai jadwal, jumlah dan jenis secara teratur. Pemeriksaan untuk skrining komplikasi DM di RS minimal setiap 6 bulan sekali. Bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang DM.
Upaya Preventif • Primer Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM seperti pada anak pasien. • Program berat badan ideal : diet sehat, jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal, karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang, komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. • Latihan jasmani. Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitas/minggu • Menghentikan kebiasaan merokok
Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM. • Pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi • meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan • Pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan pemberian pengobatan yang optimal seperti dislipidemia dan hipertensi. • Melakukan deteksi dini adanya penyulit merupakan bagian dari pencegahan sekunder seperti pemeriksaan KGDP/ KGD2PP, Liver function test, Renal function test, profil lipid, Hba1c, dan anklebrachial index (ABI)
Upaya Kuratif • Upaya kuratif yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah pemberian obat antihiperglikemia, yaitu Glimepiride.
Upaya Rehabilitatif • Mengikuti pola makan sehat sesuai jadwal, jumlah dan jenis secara teratur. • Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan pemeriksaan laboratorium komplit minimal sekali sebulan
Upaya Psikososial • Pemberian dukungan/motivasi kepada pasien agar tidak khawatir dengan penyakit yang dialami • Mendorong pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sehingga kadar glukosa darah dapat dikendalikan. • Mendorong pasien agar ikut kegiatan bersama pasien DM lainnya seperti senam DM sehingga pasien bisa berinteraksi dan berbagi pengalaman dengan pasien DM lainnya.
Kualitas Hidup Pasien Penilaian kualitas hidup pada pasien ini menggunakan kuesioner Diabetes Quality of Life (DQOL) yang terdiri dari 30 item pertanyaan yang mencakup tentang kepuasaan dan dampak dari penyakit meliputi kemampuan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Penilaian kualitas hidup terdiri dari 30 item pertanyaan yang mempunyai nilai minimal 30 dan nilai maksimal 120 dengan cut of point nilai mean yaitu 59,34 dan disimpulkan kurang baik jika skor <59,34 dan baik jika skor ≥59,34. Pada pasien ini didapatkan skor total 61 yang artinya pasien memiliki kualitas hidup baik. Kualitas hidup yang baik dapat mempermudah proses pengobatan DM. Kualitas hidup merupakan salah satu tujuan utama dalam perawatan, khususnya pada penderita DM. Apabila kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik maka keluhan fisik akibat komplikasi akut ataupun kronis dapat dicegah.
Identifikasi Lingkungan Rumah
Penilaian Rumah Sehat • Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut: • Baik : skor 35-42 (>83%) • Sedang : skor 29-34 (69-83%) • Kurang : skor <29 (<69%) • Berdasarkan variable diatas, rumah pasien berada di kategori sedang dengan skor total variable rumah sehat 29.
Diagram Permasalahan Pasien
No. Masalah 1. Keluarga Ny.D kurang mengerti mengenai penyakitnya dan faktor risiko penyakitnya.
a. b. c.
d. e.
f.
g.
Solusi Memberikan edukasi perjalanan penyakit DM. Memberikan edukasi faktor nrisikonya Memberikan edukasi cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri Memberikan edukasi mengenai gejala dan penanganan awal hipoglikemia. Memberikan edukasi pentingnya latihan jasmani yang teratur. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Memberikan edukasi pentingnya perawatan kaki yaitu pasien tidak boleh berjalan tanpa alas kaki termasuk di pasir dan di air, periksa kaki setiap hari dan laporkan ke dokter apabila kulit kaki terkelupas, kemerahan atau luka, periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya, selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan dioleskan krim pelembab pada kulit kaki yang kering, potong kuku secara teratur, keringkan kaki dan sela-sela jari, sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, tidak menggunakan hak tinggi, hindari penggunaan botol air berisi panas untuk menghangatkan kaki. Memberikan edukasi mengikuti pola makan sehat sesuai jadwal, jumlah dan jenis secara teratur.
2.
3.
Pasien kurang mengerti pengobatan DM Pasien kurang mengerti komplikasi yang dapat timbul pada DM
Memberikan edukasi pada pasien tentang pengobatan DM baik farmakologi maupun nonfarmakologi. a. Memberikan edukasi tentang komplikasi DM b. Menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan skrining komplikasi DM di RS.
• Manajemen Pasien – Pengobatan: Melaksanakan terapi yang telah diberikan. – Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiri
• Dalam hal ini, dokter berusaha menimbulkan rasa kepedulian pasien terhadap penyakitnya termasuk pengobatan dan pencegahan komplikasi yang lebih lanjut.
Managemen Keluarga –
Prinsipnya tujuan dari managemen ini adalah untuk meningkatkan dukungan/motivasi keluarga kepada pasien agar tidak khawatir dengan penyakit yang dialami dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan DM serta pentingnya berobat ke puskesmas.