LAPORAN STUDI KASUS FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI SEXUALLY TRANSMITTED INFECTION
oleh : Rosidah
260110150001
Shifa Hudzaifah
260110150002
Rena Choerunisa
260110150003
Riska Nelinda
260110150004
Qisti Fauza
260110150005
Rossi Febriany
260110150006
Fairuzati Anisah
260110150007
Wiwit Nurhidayah
260110150008
Wichelia Nisya F.
260110150009
Fariza Fida Millati
260110150010
Lafie Urwatul W.
260110150011
Risda Rahmi I.
260110150012
Luthfi Utami S.
260110150013
Chairunnisa
260110150014
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016
SEXUALLY TRANSMITTED INFECTION 1.
KASUS : 1.1 Identitas Pasien
:
Wedari (25 tahun), telah menikah 1.5 tahun
yang lalu. 1.2 Anamnesa : Pasien mengeluhkan di daerah alat genitalnya menjadi bengkak, memerah, dan terasa sangat gatal, mengeluarkan secret berbau amis, berwarna putih kekuningan, berbau, dan agak sedikit sakit saat buang air kecil selama seminggu ini. Keputihan normal yang dialami menghasilkan secret berwarna putih, tidak berbau, dan tidak gatal. Jadwal siklus menstruasi 28 hari teratur selama 6-7 hari, kebiasaan mengganti pembalut 2x sehari, secret tidak gatal, tidak bau, sifat : encer, segar, bau : anyir, dismenore : ada pada hari pertama menstruasi, warna darah : merah tua. Pasien menyangkal pernah melakukan hubungan intim di luar pernikahan. Ini adalah pernikahan pertama baginya. Pasien melakukan hubungan intim 2 kali/minggu, dikarenakan kesibukan pekerjaan suaminya yang bekerja di Club malam. Pasien menceritakan, alat genital suaminya seperti bengkak, kemerahan pada area ujung alat genitalnya, seringkali mengeluarkan secret berwarna putih, nyeri pada saat buang air kecil, namun menyangkal mengidap diabetes. Pasien mengatakan belum pernah mengkonsumsi obat apapun. Dokter menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan swab vagina. Hasil menunjukkan bahwa:
Ditemukan
bentuk
trofozoit
yang
aktif
berputar
melalui
pengamatan di bawah mikroskop
Bentuk trofozoit mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi membrane yang bergelombang
pH vagina 6
Ditemukannya leukosit yang bercampur dengan secret vagina.
Pasien datang ke apotik untuk menebus resep dan ingin berkonsultasi dengan apoteker. Pada resep tersebut, tercantum obat metronidazole 2 g dosis tunggal per hari, peroral. 2. HASIL DISKUSI 2.1 Definisi Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis. Penyebab infeksi menular seksual ini sangat beragam dan setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau penyakit spesifik yang beragam pula (Centers for Disease Control and Prevention, 2009). 2.2 Etiologi Penyebab IMS dapat dikelompokkan atas beberapa jenis ,yaitu: •
bakteri ( diantaranya N.gonorrhoeae, C.trachomatis, T.pallidum)
•
virus (diantaranya HSV, HPV, HIV, Herpes B virus, Molluscum
contagiosum virus) •
protozoa (diantaranya Trichomonas vaginalis)
•
jamur (diantaranya Candida albicans)
•
ektoparasit (diantaranya Sarcoptes scabiei)
2.3 Patofisiologi Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dan penyebabnya sangat beragam dan setiap penyebab akan menimbulkan gejala klinik yang berbeda. Infeksi menular seksual dapat diklafisikasikan menurut agen penyebabnya, yaitu golongan bakteri, protozoa,virus, dan golongan ekoparasit. (Arjani, 2015). Pada kasus kali ini dilihat dari hasil uji laboratorium ditemukan adanya mikroorganisme pada tubuh pasien. Ditemukan bentuk trofozoit yang aktif berputar melalui pengamatan di bawah mikroskop, bentuk trofozoit tersebut memiliki 4 flagel anteriuor dan 1 flagel posteriuor yang melekat pada tepi membrane yang bergelombang. Ciri tersebut cocok
dengan mikroorganisme golongan protozoa, yaitu Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di traktus genitourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan malalui hubungan seksual, yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria. Protozoa ini berbentuk oval, panjang 4-32 μm dan lebar 2,4-14,4 μm, memiliki flagella dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak di bagian atas tubuhnya, di belakang inti terdapat blepharoblast sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang ‘maju-mundur’. Flagella kelima melekat ke undulating membrane dan menjuntai ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini.
Keterangan : a.
Flagellata
b.
Blepharoplast
c.
Axostyle
d.
Granula kromatin
e.
Parabasal body dan filamen
f.
Nukleus
g.
Undulating membrane
Selain itu didapat data pH vagina 6 dan ditemukan leukosit yang bercampur dengan secret vagina.Untuk hidup dan berkembang biak,
Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37°C, pH antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik perumbuhannya pada pH berkisar 5,5 dan 6. Kondisi pasien yang memili pH vagina 6 ini sangat mendukung pertumbuhan Trichomonas vaginlais karena pada pH 6 adalah pH optimum pertumbuhannya..Dalam kondisi normal, pH vagina berada di kisaran 3,8 dan 4,4 yang disebabkan oleh adanya asam laktat yang dihasilkan oleh lactobacillus Döderlein. Lactobaciilus ini dalam hidupnya menggunakan suplai glikogen yang terdapat pada sel-sel vagina. Jadi, dalam pemeriksaaan sitologi vagina normal tidak terdapat bakteri atau mikroorganisme lain kecuali lactobacillus Döderlein. Trichomonas vaginalismasuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali. Dan diketahui secara invitro ternyata Trichomonas vaginalisini memakan dan membunuh lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya jumlah lactobacillus Döderlein menjadi sedikit dan dapat hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini, pH vagina akan meningkat antara 5,0 dan 5,5. Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalisberkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk berkembangnya mikroorganisme patogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi trichomoniasis sering dijumpai bersamaandengan infeksi mikroorganisme patogen lainnya pada vagina.Trichomonas vaginalis sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau dikeringkan. (Andriyani,2006). Pada kasus ini, tropozoid ditransmisikansaat terjadi hubungan kelamin,pria sering berperan sebagai pembawa parasit. Parasit ini berada pada saluran uretra pada pria, seorang pria yangmembawa parasit akan menularkan pada pasangannya saat terjadihubungan seksual, selanjutnya wanita pasangannya tersebut akan terinfeksi oleh parasit dan berkembang
biak didaerah genital. Oleh karena itu, wanita tersebut tertular tropozoid ini dari suaminya. 2.4 Faktor Resiko 1. Agent (penyebab penyakit) Penyebab penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri dan protozoa. 2. Umur. Biasanya penyakit menular seksual ini sering terjadi pada kaum muda terutama wanita karena banyaknya sel-sel jaringan yang belum berkembang secara sempurna sehingga rentan untuk terjadi infeksi. 3. Jenis kelamin Tingkat keparahan dalam penyakit menular seks ini lebih banyak pada penderita wanita, karena dipengaruhi oeh beberapa faktor diantranya:
Perbedaan susunan anatomi pada organ reproduksi wanita dan pria. Manifestasi gejala klinis pada pria lebih jelas sehingga memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk ditangani dengan fasilitas kesehatan.
Diagnosa penyakit menular seksual pada pria lebih jelas sehingga mudah untuk ditinjau.
4. Berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks. Semakin banyak pasangan seksual, makan semakin besar faktor resiko terkena penyakit menular seksual. 5. Kebersihan alat kelamin Kebersihan alat kelamin harus tetap dijaga, terutama kelembapan pada daerah alat reproduksi harus tetap kering karena penyebab penyakit menular seksual seperti bakteri, protozoa, virus dan sebagainya mudah berkembang pada area yang lembab. 6. Penggunaan pembersih vagina Membersihkan alat kelamin menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang tidak jelas komposisi kandungannya atau menaburi bedak bahkan menyemprotkan parfum didalam vagina menyebabkan bakteri
baik penjaga pH vagina mati serta menyebabkan jamur atau bekteri lainnya dapat tumbuh dengan subur. Pemakaian pil KB dapat menyebabkan keseimbangan hormon terganggu sehingga terjadi ketidak seimbangan pH. (Arjani, 2015). 2.5 Manisfestasi Klinis a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah c. Pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya (biasaya disebabkan oleh jamur Candida albicans) e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal (biasanya disebabkan oleh protozoa seperti Trichomonas vaginalis) f. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks g. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin (Daili, 2007).
2.6 Anatomi Fisiologi 2.6.1 Anatomi dan Fisiologi Organ Genital Wanita
Anatomi Organ Eksterna Wanita (Genetalia Eksternal) 1. Mons Veneris/ pubis Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubis) apabila wanita berangkat dewasa. 2. Labia Mayora Berada pada kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa di tumbuhi rambut lanjutan dari mons veneris. Betemunya labia mayora membentuk komisura posterior. 3. Labia Minora Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Merupakan suatu lipatan kanan dan kiri bertemu diatas preputium klitoridis dan dibawah klitoris. Bagian belakang kedua lipatan setelah
mengelilingi orifisium vagina bersatu disebut faurchet (hanya nampak pada wanita yang belum pernah melahirkan). 4. Klitoris Identik dengan penis pada pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi frenulum klitorodis. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut saraf. 5. Vestibulum Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada vestibulum juga bermuara uretra dan 2 buah kelenjar skene dan 2 buah kelenjar bartholin, yang mana kelenjar ini akan mengeluarkan sekret pada waktu koitus. 6. Hymen Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, biasanya berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau hymen imperforata. Hymen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin (hymen ini disebut karunkulae mirtiformis). Lubang-lubang pada hymen berfungsi untuk tempat keluarnya sekret dan darah haid. 7. Perineum Terletak diantara vulva dan anus, panjang sekitar 4 cm. 8. Vulva Bagian dari alat kandungan yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri diatas labia minora, sampai ke belakang di batasi perineum. Anatomi Organ Reproduksi Interna Wanita (Genetalia Interna) 1. Vagina (liang kemaluan) Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. dinding vagina berlipat-lipat yang
berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumnarugarum. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior. Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Fungsi penting vagina adalah : a.
Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim
b.
Alat untuk bersenggama
c.
Jalan lahir pada waktu bersalin 2. Serviks Bagian yang menghubungkan antara vagina dan uterus, serviks
memiliki beberapa bagian yaitu a.
Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio.
b.
Pars supravaginalisservisis uteri adalah bagian serviks yang terdapat diatas vagina. Saluran yang terdapat di serviks dikenal kanalis servikalis berbentuk
saluran dengan panjang 2.5 cm. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut dengan ostium uteri internum dan bagian luar disebut dengan ostium uterieksternum. 3.
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah alpukat , sebesar telur ayam yang berongga, dindingnya terdiri dari otot polos. Uterus berukuran panjang 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. secara fisiologis uterus dalam keadaan anteversiofleksi (serviks kedepan dan memebentuk sudut dengan vagina, demikian juga korpus uteri kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri dari: a.
Endometrium, terdiri dari epitel kubik, kelenjar – kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah. Endomeptrium melapisi
seluruh cavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid wanita. b.
Miometrium yang terdiri dari otot polos
c.
Perimetrium. Lapisan otot polos sebelah dalam berbentuk sirkuler, bagian tengah
berbentuk obliq dan bagian luar berbentuk longitudinal, seluruh lapisan ini sangat penting dalam persalinan karena setelah plasenta lahir bagian ini berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah. 4.
Tuba Falopii
Pangkal tuba falopii terletak di fundus uteri, terdiri dari: a.
Pars interstisialis yang terletak di pangkal tuba.
b.
Pars ismika merupakan baguan yang agak melebar, sebagai tempat konsepsi.
c.
Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria yang berfungsi menangkap telur yang sudah matang untuk dibawa ke dalam tuba. Otot dinding tuba bagian luar berbentuk longitudinal dan bagian
dalam berbentuk sirkuler. Dalam saluran tuba terdapat selaput yang berlipat-lipat dengan sel yangbersekresi dan bersilia yang berfungsi untuk menyalurkan telur hasil konsepsi kedalam kavum uteri. 5.
Ovarium
Setiap wanita memiliki dua ovarium dengan ukuran sebesar ibu jari tangan dengan panjang kira – kira 4 cm, tebal 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan mesovarium tempat banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medulla). Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu folikel akan matang dan keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini akan menjadi folikel de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan pembuluh lympha. Fungsi ovarium adalah:
1.
Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone.
2.
Mengeluarkan telur setiap bulan. 6.
Persyarafan Saluran Genetalia
Pleksus hipogastrika superior adalah komponen utama dari sistem syaraf otonom yang mensyarafi organ genetalia interna. Syaraf pudenda berawal dari pleksus sakral lalu berjalan bersama arteri dan vena pudenda melalui saluran pudenda untuk menyuplai serabut motorik dan sensorik serta otot dan kulit perineum. 7.
Aliran Limfatik
Vulva dan 1/3 distal vagina disuplai serangkain saluran limfatik anatomotik yang bersatu untuk mengalir terutama menuju kelenjar getah beninginguinal superficial. Aliran limfatik dari 2/3 atas v4g1n4 dan uterus terutama mengarah ke kelenjar getah bening obturatorius, iliaka eksterna ,dan hipogastrik. Aliran limfatik ovarium mengikuti pembuluh ovarium menuju getah bening para aorta. 2.6.2 Anatomi dan Fisiologi Organ Genital Pria
Alat Reproduksi (Genetalia) Luar 1. Penis (zakar) Alat kelamin luar pada pria. Penis berfungsi untuk memasukkan sperma ke dalam alat kelamin wanita melalui pertemuan keduanya (Kopulasi). Penis merupakan organ yang tersusun atas otot yang dapat tegang dan dilapisi oleh lapisan kulit tipis. Proses tegangnya penis disebut Ereksi, hal ini dikarenakan adanya rangsangan yang membuat pembuluh darah pada penis terisi. Setelah di sunat (khitan) kulit tipis (preputium) yang melapisi glan penis akan dipotong. Penis Juga memiliki fungsi untuk ejakulasi, yaitu mengeluarkan sperma melalui uretra (saluran dalam penis), selama ejakulasi otot-otot pada kandung kemih akan mengkerut, untuk mencegah sperma masuk ke kandung kemih, oleh karena itu kita tidak bisa kencing sambil ejakulasi. Penis terdiri atas beberapa bagian yaitu : Glan
Penis, bagian kepala yang apabila telah dikhitan tidak dilapisi kulit
Batang (corpus) Pangkal
Penis
Penis Alat Reproduksi (Genetalia) Pria Dalam
1. Testis Testis adalah organ kelamin dalam pria berbentuk oval yang terletak di dalam skrotum. Testis berjumlah sepasang dan berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon seks testosteron. Testis terletak di dalam skrotum yang merupakan organ berugae (memiliki lipatan kulit), berfungsu untuk menjaga suhu testis agar spermatogenesis dapat tetap berlangsung. Jika Suhu rendah (dingin) maka skrotum akan berkerut dan mendekat ke arah tubuh, sedangkan jika suhu tinggi, maka skrotum akan mengendur, menjauh dari tubuh Tempat pembentukan sperma dalam testis adalah tubulus seminiferus. Kemudian terdapat pintalan-pintalan tubulus seminiferus
yang terdapat di dalam ruang testis yang disebut lobulus testis, satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. 2.
Epididimis Epididimis adalah organ kelamin dalam pria berbentuk saluran
berkelok – kelok yang terletak di dalam skrotum, diluar testis. Epididimis berbentuk seperti huruf C. Epididimis berfungsi dalam pengangkutan, penyimpanan, dan pematangan sperma. Sebelum memasuki epididimis, sperma tidak memiliki kemampuan untuk bergerak dan belum subur, namun setelah epididimis menjalankan fungsinya, sperma sudah subur dan mampu bergerak walaupun belum sempurna. Setelah dari epididimis sperma akan masuk ke vas (duktus) deferens, lalu disalurkan menuju vesikula seminalis. 3.
Vas (duktus) Deferens Vas Deferens adalah saluran berbentuk tabung yang berfungsi
untuk menyalurkan sperma ke vesikula seminalis dan sebagai tempat penampungan sperma. Dalam proses pematangan dan penyimpanan sperma, duktus deferens ini mendorong sperma dengan gerak peristaltik lambat menuju vesikula seminalis. Sedangkan saat ejakulasi, gerakan yang dilakukan cepat dan kuat sehingga sperma yang keluar dapat muncrat. 4.
Kelenjar Kelamin Kelenjar kelamin adalah organ – organ kelamin dalam pria yang
berfungsi untuk menghasilkan cairan tempat berenangnya sperma, dan cairan ini akan menjaga sperma tetap hidup dengan cara menetralisir asam, karena cairan itu bersifat basa. Dalam bahasa sehari – hari cairan ini kita kenal dengan air mani, sedangkan dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama semen. Dalam 1 ml air mani, terdapat sekitar 60 – 100 juta sel sperma. Normalnya semen memiliki pH 7,2 dengan volume 3-5 ml, dan berwarna putih susu sampai kekuning – kuningan serta sedikit kental. Berikut adalah organ yang termasuk ke dalam kelenjar kelamin :
Vesikula Seminalis (Kantung air mani), yaitu organ berupa saluran berbentuk tabung berjumlah sepasang di kanan dan kiri tubuh. Vesikula Seminalis memiliki panjang sekitar 5 – 10 cm. Vesikula Seminalis berfungsi untuk mensekresikan cairan bersifat basa y (pH 7,3) mukus, vitamin, fruktosa (sebagai nutrisi bagi sperma), protein, enzim, dan prostaglandin. Cairan dari vesikula seminalis ini merupakan 60% dari seluruh volume semen. Vesikula Seminalis akan menyatu dengan vas deferens dan kelenjar prostat untuk membentuk saluran ejakulasi.
Kelenjar Prostat, yaitu organ yang berada di bawah kandung kemih yang berfungsi untuk mensekresikan cairan berwarna putih keabuabuan yang bersifat basa. Cairan ini disekresikan ke dalam saluran ejakulasi dan menyumbangkan sekitar 30% dari seluruh volume semen. Cairan kelenjar prostat akan bersatu dengan cairan dari vesikula seminalis dan akan menjadi tempat hidup dan bergeraknya sperma. Cairan yang disekresikan organ ini terdiri atas fosfolipid, asam sitrat (untuk nutrisi) dan juga antikoagulan.
Kelenjar Bulbouretra (Cowpery), yaitu kelenjar berjumlah sepasang yang berfungsi untuk menghasilkan cairan lendir bersifat basa ke dalam saluran ejakulasi. Kelenjar ini terletak di bawah kelenjar prostat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Bulbouretra ini keluar sebelum ejakulasi, dan dalam agama islam disebut mazi yang merupakan najis dan cara mensucikannya sama seperti mencuci kencing. 5.
Uretra (Saluran Ejakulasi) Uretra adalah saluran yang terletak di dalam penis, berfungsi untuk
tempat keluarnya sperma dan juga sebagai tempat keluarnya urin. (Satria, 2015).
ANATOMI FISIOLOGI KASUS PADA PASIEN : Pasien mengalami infeksi pada vagina, ditandai dengan terjadinya keluhan pada alat genital luarnya. Serta uretra, ditandai dengan agak sakit saat kencing. 2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Pengecekan pH Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret vagina pada kertas pH dengan range 3,5 –5,5.pH vagina normal adalah 3.8 – 4.5. 2. Wet mount Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari flagel, pergerakan dan bentuk teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi sel. 3. Pap Smear Pap Smear adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim untuk mendapatkan sel-sel leher rahim untuk kemudian diperiksa untuk menganalisa adanaya perubahan sel pada leher Rahim atau tidak. 4. Whiff Test Bau khas “fishy odor” pada preparat basah yang disebut sebagai “whiff test” yang dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxideKOH padamicroscopic slide yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan. 5. Kultur Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media semi solid untuk diagnosis, biasanya dengan menggunakan medium FeinbergWhittington. 6. Direct Immunofluorescence assay Imunofluoresensi (IF) atau pencitraan sel merupakanteknik
yang
bergantung pada penggunaan antibodi untuk antigen spesifik dengan fluoresensi.fluorophore
memungkinkan
visualisasi
dari
target
distribusi dalam sampel di bawah mikroskop fluoresensi metode tergantung pada fluorophore apakahfluophoretersebut konjugasi primer atau antibodi sekunder. 7. Polimerase Chain Reaction PCR adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA menggunakan bantuan enzimDNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer untuk mengamplifikasi fragmen. PCR melibatkan in vitro sintesis enzimatik dari jutaan salinan segmen DNA tertentu. a. Reaksi didasarkan pada anil dan perpanjangan dua primer oligonukleotida yang mengapit daerah target DNA dupleks b. Setelah denaturasi DNA, masing-masing primer hybridizes ke salah satu dari dua helai dipisahkan bahwa ekstensi tersebut dari hidroksil akhir setiap 3 'diarahkan ke arah yang lain. c. Primer yang anil kemudian diperpanjang pada untai cetakan dengan DNA polimerase. 2.8 Terapi Farmakologi Penyakit akibat infeksi Trichomonas vaginalis dapat diobati secara topikal dan sistemik (oral). a.
Topikal Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hydrogen peroksida 1-2%
dan larutan asam laktat 4%, bahan berupa supositoria yang bersifat trikomoniasidal misalnya metronidazol sediaan 500 mg dan 1 gram, jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal (Daili,2009). b.
Sistemik (oral) Pada penyakit akibat infeksi Trichomonas vaginalis digunakan obat
golongan nitroimidazol terutama yaitu metronidazol. Metronidazol ini memiliki informasi sebagai berikut: Mekanisme a.
Metronidazol sebagai antiprotozoa pada infeksiTrichomonas vaginalis dan amoeba, bekerja dengan mendestruksi protozoa tersebut.
b.
Gugus nitro dari metronidazol pada posisi 5 secara kimiawi sangat berperan untuk aktifitas amubiasis karena mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron donor protein amoeba.
c.
Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia; terjadinya interaksi terhadap DNA sehingga menyebabkan perubahan struktur helik DNA (hilangnya struktur heliks DNA), pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi DNA sehingga amuba mengalami kematian.
d.
Metronidazol diabsorbsi baik melalui oral sekitar 80% dan didistribusikan secara luas di dalam tubuh. Obat ini dimetabolisme di hepar sehingga dosis harus diturunkan apabila diberikan pada penderita gangguan hepar. Diekskresikan melalui urin dan feses. Indikasi Metronidazol adalah antibiotik. Metronidazol digunakan untuk
mengobati infeksia bakteri vagina, perut, kulit, sendi, dan saluran pernapasan. Obat ini tidak dapat mengobati infeksi jamur vagina. Kontraindikasi a.
Pasien yang hipersensitif terhadap obat atau derivat nitroimidazol lainnya. Akan tetapi, desensitisasi dengan sangat berhati-hati telah diusahakan pada beberapa pasien yang hipersensitif yang sangat memerlukan terapi metronidazol.
b.
Kehamilan trimester I: Obat yang dapat digunakan selama kehamilan sebaiknya hanya yang memang
sangat
dibutuhkan.
Para
ahli
mengkontraindikasikan
penggunaan metronidazol pada trimester pertama kehamilan. Interaksi Obat a. Antikoagulan Kumarin Metronidazol oral atau infus IV memperkuat efek antikoagulan oral sehingga memperpanjang waktu protrombin. Karena itu pemakaian metronidazol bersama antikoagulan sebaiknya dihindari sebisa mungkin. Jika metronidazol digunakan pada pasien yang menerima antikoagulan
oral, waktu protrombin harus dimonitor dan dosis antikoagulan harus disesuaikan dengan dosis metronidazol. b. Alkohol Metronidazol dapat menghambat alkohol dehidrogenase dan enzim oksidator alkohol lainnya. Reaksi-reaksi seperti muka kemerahan, sakit kepala, mual, muntah, kejang abdominal dan berkeringat telah ditemukan pada sejumlah pasien yang mengkonsumsi alkohol saat menerima metronidazol oral. Sebaiknya hindari konsumsi alkohol selama pemakaian metronidazol atau paling tidak 1 hari (atau 3 hari dengan tablet extended release atau kapsul metronidazol) setelah terapi metronidazol selesai. c. Disulfiram Pemakaian disulfiram dengan metronidazol dapat menyebabkan psikosis akut dan konfusi pada beberapa pasien. Karena itu, kedua obat jangan digunakan bersamaan sampai 2 minggu setelah pemakaian disulfiram berakhir. d. Fenobarbital Penggunaan
metronidazol
bersamaan
dengan
fenobarbital
menurunkan waktu paruh metronidazol dalam serum. Ini dapat disebabkan oleh peningkatan metabolisme dari antiinfeksi. Konsentrasi serum metronidazol
menurun
dan
konsentrasi
serum
2
hidroksi0metil
metronidazol meningkat pada pasien yang menerima fenobarbital. e. Lithium Dimulainya terapi metronidazol jangka pendek pada pasien yang distabilkan menggunakan lithium dengan dosis relatif tinggi dilaporkan meningkatkan konsentrasi lithium dalam serum, menyebabkan tanda-tanda toksisitas pada beberapa pasien. Pada beberapa kasus, gejala kerusakan renal (sebagai contoh, peningkatan tetap pada konsentrasi kreatinin serum yang persisten, hipernatremia, urin yang mengalami dilusi secara abnormal). f. Terfenadin dan Astemizol
Metronidazol dapat berinteraksi dengan astemizol dan terfenadin menyebabkan peningkatan efek samping jantung yang serius. g. Obat-obat lain Neutropenia
sementara
dilaporkan
pada
12
pasien
yang
menggunakan metronidazol oral bersama dengan fluorourasil IV dan sedikitnya 1 pasien yang menggunakan metronidazol bersama azatioprin. Walaupun disarankan agar pasien yang menerima metronidazol dengan fluorourasil atau azatioprin dapat berisiko lebih besar terkena neutropenia dibanding bila obat-obatan tersebut digunakan secara tunggal, ini tidak secara jelas dibuktikan dan dibutuhkan studi lebih lanjut. Efek samping 1. Efek samping ringan: Gatal-gatal; sulit bernafas; pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan; sakit perut, diare; pusing, kehilangan keseimbangan; gatal atau cairan vagina; mulut kering; batuk, bersin, hidung meler atau tersumbat; atau lidah bengkak atau sakit. 2. Efek samping serius: Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki; bercak putih atau luka di dalam mulut atau bibir; rasa sakit atau terbakar ketika buang air kecil; diare yang berair atau berdarah; gangguan penglihatan, nyeri di belakang mata; kesulitan berkonsentrasi, tremor, otot berkedut, kejang (kejang); demam, menggigil, nyeri otot, kebingungan, sakit kepala, sakit tenggorokan, leher kaku, peningkatan kepekaan terhadap cahaya, mengantuk, mual dan muntah; atau reaksi parah kulit(Drugs.com staff, 2000). - Dosis: Dosis tunggal 2 gram per hari selama 7 hari. Selain dapat digunakan
metronidazol,
dapat
juga
digunakan
obat
golongan
nitroimidazol lainnya, yaitu: -
Tinidazol
: dosis tunggal 2 gram per hari selama 7 hari,
obat ini memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama dengan
metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol adalah masa efek samping yang ditimbulkan lebih ringan daripada metronidazol. - Nimorazol
: dosis tunggal 2 gram
- Omidazol
: dosis tunggal 1,5 gram (Syarif,2009).
2.9 Fitoterapi 1. Camomile Sediaan
oral
chamomile
dapatdigunakansebagai
antibiotic
untukkulitdan membrane mukosa seperti di mulut, saluran pernafasan, mata ataupun kelamin (Supriayatna, 2015). 2. Daun Sirih Daun sirih memiliki kemampuan sebagai antiseptic, antioksidan dan fungisida. Cara penggunaannya dengan merebus daun sirih dan dipakai untuk membersihkan daerah vital pada wanita (Moeljanto,2003). 2.10 Konseling dan Monitoring Konseling Farmakologi -
Pasien diinformasikan cara menggunakan obat metronidasol. Untuk dosis yang dapat diberikan berupa dosis tunggal (sehari sekali) sebesar 2 g PO selama 7 hari.
-
Jika setelah pengobatan pertama gejala yang dialami pasien tidak berkurang atau hilang, maka dapat diberikan regimen terapi yang lain pada pasien. Pasien dapat diberikan obat yang sama (metronidazol) dengan dosis ganda 1x2 500 mg PO selama 7 hari. Jika pengobatan masih belum efektif dapat digunakan dosis 1x3 250 mg PO selama 10 hari.
-
Selain metronidazol, pasien juga dapat diberikan tinidazol dengan dosis tunggal 2 g PO selama 7 hari. Namun efektifitas yang dihasilkan tidak sebesar obat metronidazol. Jika metronidazol dapat memberikan efektifitas hingga 95%, tinidazol hanya bisa memberikan efektifitas sampai 86%.
-
Pasien diinformasikan efek samping obat yang digunakan.
-
Pasien diinformasikan bahwa obat yang digunakan wajib dihabiskan karena merupakan antibiotik. Kalau antibiotik tidak digunakan dengan patuh maka akan mempertinggi kemungkinan terjadinya resistensi.
-
Pasien diinformasikan tidak boleh menggandakan dosis obat. Jika ada dosis yang terlewat maka pasien sebaiknya segera mengambil obat jika waktunya tidak berdekatan dengan waktu pemberian dosis selanjutnya.
-
Pasien diinformasikan jika terjadi overdosis yang ditandai dengan : mual, muntah, pusing, kehilangan keseimbangan, mati rasa dan kesemutan, maka segera hubungi emergency call.
-
Pasien diinformasikan untuk tidak mengonsumsi alkohol selama pengobatan.
-
Pasien diinformasikan untuk melakukan pemeriksaan lagi setelah 3 bulan waktu pengobatan karena dikhawatirkan jamur akan tumbuh kembali dan menimbulkan gejala yang sama. (MIMS, 2016).
Konseling Non Farmakologi -
Menjaga kebersihan alat kelamin
-
Menggunakan pakaian dalam yang bersih, tidak ketat dan tidak lembab.
-
Meningkatkan personal hygiene seperti penggunaan tissue basah untuk alat kelamin, danbenda yang mengalami kontak langsung dengan alat kelamin diupayakan selalu dalamkeadaan bersih untuk menghindari infeksi.
-
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang selain pasangan, dan tidak
berhubunganseksual
selama
masih
terinfeksi
penyakit
dansebelumdinyatakansembuhagar tidak menimbulkan penularan. -
Bagi pasangan (suami/istri) perlu juga diperhatikan personal hygiene
-
Untuk yang wanita, diingatkan agar rajin mengganti pembalut yang digunakan karena dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroba.
-
Apabila
suami/istri dan
menggunakan
alat
kontrasepsi maka
diperhatikan penggunaan alat kontrasepsi yang baik dan benar
-
Setia pada pasangan (MIMS, 2016).
-
Perlu dilakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah infeksi yang menular (infeksi ping-pong)
-
Hindari pemakaian satu barang secara bersamaan yang rentan terutama barang yang rentan menularkan infeksi seperti handuk, pakaian, pakaian dalam, dll
-
Diinformasikan kepada pasien bahwa komplikasi dari penyakit menular
seksual
yang
tidak
ditangani
dengan
benar
dapat
menyebabkan komplikasi seperti peradangan pada daerah sekitar rahim, infertilitas, dan ketuban pecah dini (pada wanita hamil) sehingga menghasilkan kelahiran bayi yang premature serta memiliki berat badan yang rendah -
Menjalani pengobatan secara disiplin yaitu dengan teratur, tepat, dan tuntas sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik sesuai harapan yaitu sembuh dan tidak menyebabkan komplikasi
-
Diinformasikan kepada pasien untuk tidak melakukan pengobatan sendiri tanpa pemeriksaan ke dokter (Kemenkes RI, 2011).
DAFTAR PUSTAKA Andriyani,
Yunilda.
2006.
Trichomonas Vaginalis.
Tersedia
online di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3501/1/06001195.pdf (diakses tanggal 03 Desember 2016, 10:00). Arjani, Ida Ayu M. S. 2015. Identifikasi Agen Penyebab Infeksi Menular Seksual. Jurnal Skala Husada. Vol.12(01): 15-21. Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Sexually Transmitted Disease Surveillance 2008. Georgia: U.S. Department of Health and Human Services, Division of STD Prevention. Daili, S. F. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. Daili, Sjaiful Fahmi. 2007. Infeksi Menular Seksual. Jakarta: FKUI. Drugs.com staff. 2000. Available athttps://www.drugs.com/metronidazole.html [Diakses 07 Desember 2016]. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. MIMS. 2016. Vaginitis: trichomoniasis, candidiasis, bacterial vaginosis. Tersedia online
di
http://specialty.mims.com/disease/vaginitis--
%20trichomoniasis,%20candidiasis,%20bacterial%20vaginosis/managemen t?channel=infectious-diseases&country=indonesia.
[Diakses
pada
1Desember 2016]. Moeljono, Rini Darmayanti. Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Tangerang : PT Agromedia Pustaka.
Satria, Ase. 2015. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita. Available online
at
http://www.materibelajar.id/2015/12/anatomi-fisiologi-organ-
reproduksi.html [Diakses tanggal 1 Desember 2016]. Supriyatna, Febriyanti Maya, Dewanto, Wijaya Indra dan Ferry Ferdiansyah. 2015. Seri Herbal Medik Fitoterapi Sistem Organ. Yogyakarta: Deepublish. Syarif,Amir E.2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.