HADITS MUDRAJ DAN PERMASALAHANNYA Makalah Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah UlumulHadits Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Fudhaili, M.A.
Disusun Oleh : Ajen Jaenudin
11160340000102
Ismail Ahmed
11160340000071
Rendi Dwitama
11160340000103
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Nikmat, Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “HADITS MUDRAJ DAN PERMASALAHANNYA”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadits, kami ucapkan terima kepada kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendo’akan kami, dan kepada Bapak Dosen Pengampu mata kuliah Ulumul Hadits yang senantiasa membimbing kami dalam pembuatan makalah ini serta teman-teman yang selalu memberi dukungan dan motivasi selama pembuatan makalah ini. Kami
menyadari mungkin masih banyak
kekurangan dalam tugas
makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan guna menyempurnakan tugas ini. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.
Jakarta, Mei 2017
Penyusun
1|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................1 DAFTAR ISI.............................................................................................2 BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...................................................................................3 2. Rumusan Masalah.............................................................................3 3. Tujuan Penulisan...............................................................................4 BAB II : PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G.
Pengertian Hadits Mudraj..................................................................5 Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Mudraj............................................5 Hukum Melakukan Kemudrajan Hadits............................................6 Status Hadits yang Dimudrajkan……………………………….......7 Tempat-Tempat Terjadinya Idraj.......................................................7 Motivasi Pelaku Idraj......................................................................14 Urgensi Mengetahui Hadits Mudraj................................................14
BAB III : PENUTUP 1. Kesimpulan......................................................................................15 2. Kritik dan Saran...............................................................................17 DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
BAB I PENDAHULUAN
2|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
A. Latar Belakang Hadits yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan, dan hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw. dalam tradisi Islam, hadits diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah Al-Quran, di samping itu hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-Quran sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. an-Nahl : 44. Hadits tersebut merupakan teks kedua, sabdasabda nabi dalam perannya sebagai pembimbing bagi masyarakat beriman. Akan tetapi, pengambilan Hadits sebagai dasar bukanlah hal yang mudah. Mengingat banyaknya persoalan yang terdapat dalam Hadits itu sendiri, sehingga dalam berhujjah dengan Hadits tidak serta merta asal mengambil suatu Hadits sebagai sumber ajaran. Adanya rentang waktu yang panjang antara nabi dengan masa pembukuan Hadits adalah salah satu problem. Perjalanan yang panjang dapat memberikan peluang adanya penambahan atau pengurangan terhadap materi Hadits. Selain itu, rantai perawi yang banyak juga turut memberikan kontribusi permasalahan dalam meneliti Hadits sebelum akhirnya digunakan sebagai ajaran agama. Mengingat banyaknya permasalahan, maka kajian-kajian Hadits semakin meningkat, sehingga upaya terhadap penjagaan Hadits itu sendiri secara historis sudah dimulai sejak zaman sahabat yang dilakukan secara efektif. Untuk itu, makalah ini dibuat guna mencoba mengelompokkan dan menguraikan secara ringkas salah satu cabang ilmu Hadits yaitu Hadits Mudraj. B. Rumusan Masalah A. B. C. D. E. F. G.
Apa pengertian Hadits mudraj? Apa saja sebab-sebab terjadinya Hadits mudraj? Bagaiman hukum melakukan kemudrajan Hadits? Apa status Hadits yang dimudrajkan? Dimana saja tempat-tempat terjadinya idraj? Apa yang menjadi motivasi pelaku idraj? Apa urgensi mengetahui Hadits mudraj?
C. Tujuan Penulisan
3|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mengetahui pengertian Hadits mudraj. Mengetahui sebab-sebab terjadinya Hadits mudraj. Memahami hukum melakukan kemudrajan hadits. Mengetahui status Hadits yang dimudrajkan. Mengetahui tempat-tempat terjadinya idraj. Tahu dan mengerti motivasi pelaku idraj. Mengetahui urgensi mengetahui Hadits mudraj.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Mudraj Idraj secara bahasa berarti ”memasukkan sesuatu dalam lipatan lain”1, adapun Mudraj secara bahasa adalah yang disisipkan, sesuatu perkataan yang terdapat di 1 Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 472.
4|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
dalamnya sisipan, yang ditutupi, yang diipat”. 2 Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang mengubah konteks sanad atau memasukkan dalam matan sesuatu yang bukan darinya tanpa adanya pemisah.3 Adapun Hadits Mudraj menurut istilah para ulama Hadits adalah, ما كن فيه زيا دة ليست منه ”Hadits yang terdapat di dalamnya sesuatu tambahan dari luar, yang bukan daripadanya” الحديث الذي يطلع فيه على زيادة ليست منه “Hadits yang terlihat di dalamnya sesuatu tambahan dari luar” Sisipan itu adakalanya dari perkataan perawi yang ia masukkan guna menjadi tafsir bagi hadits. B. Sebab-Sebab Terjadinya Mudraj pada Hadits Idraj merupakan pekerjaan mencampurkan atau memasukkan satu sanad dengan sanad lain, satu hadits dengan hadits lain. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya idraj pada hadits,4 di antaranya yaitu, 1. 2. 3. 4.
Sebab waham atau ragu- ragu, Sebab kekeliruan, Sebab salah sangka, dan Sebab hendak menafsirkan arti.
C. Hukum Melakukan Kemudrajan Hadits
2 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 289. 3 Hasan al-Masyath, at-Taqrirat as-Saniyah, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2013), hlm. 34. 4 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm. 160.
5|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
Para ulama Muhadditsin telah sepakat bahwa hukum melakukan kemudrajan pada hadits terbagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Jika idraj dimaksudkan untuk penafsiran makna hadits tersebut, maka ada sedikit toleransi. Hanya saja sebaiknya perawi memberikan penjelasannya. 2. Jika idraj terjadi karena kesalahan atau ketidaksengajaan yang dilakukan oleh perawi, maka hukumnya tidak mengapa. kecuali jika salahnya terlalu banyak sehingga merusak kredibilatas hafalan dan ketelitiannya. 3. Jika idraj terjadi karena disengaja oleh perawi dalam bentuk apapun, menurut kesepakatan ahli hadits, ahli fikih, dan ahli ushul fikih, maka hukum melakukan idraj tersebut adalah haram.5 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu as-Sam’ani, من تعمد اللدراج فهو ساقط العدالة وممن يحرفالكلم عن موضعه وهو ملحق بالكذابين “Barangsiapa dengan sengaja menyisipkan sesuatu perkataan ke dalam hadits, gugurlah keadilannya, dan dia dipandang salah seorang dari orang-orang yang suka memutar balikkan perkataan dari tempatnya dan dihukumi pendusta.”6 D. Status Hadits yang Dimudraj Para ulama Muhadditsin sepakat mengenai status hadits yang diidrajkan, baik hadits tersebut termasuk tiga macam mudraj pada matan, maupun tiga macam mudraj pada sanad, bahwa semua hadits yang diidrajkan atau dimudrajkan tidak boleh dipakai sebagai hadits Nabi Muhammad saw. 7 dan dipakai untuk menetapkan sesuatu hukum Agama.8 E. Tempat-Tempat Terjadinya Idraj
5 Syaikh Manna’ al- Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2015), cet. Ke-9, hlm. 156. 6 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 372. 7 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm. 159. 8 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm. 152.
6|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
Para ulama Hadits membagi Idraj sesuai dengan tempatnya menjadi dua bagian, yaitu Mudraj Matan dan Mudraj Sanad/Isnad. A. Mudraj Matan Mudraj matan adalah memasukkan sesuatu yang berasal dari perkataan sebagian perawi di dalam matan hadits.9 Idraj pada matan adakalanya terjadi di awal matan, di pertengahan matan, maupun di akhir matan. Sebagaimana contoh- contoh di bawah ini, 1. Contoh mudraj pada awal matan : قال رسوللا ص: من رواية ابى قطن وشبابة عن شعبة عن محمد ابن زياد عنابى هريرة قال ( الخطيب. ر. ويل للعقاب من النار )ح,اسبغوا الوضوء Artinya : dari riwayat Abi Qathn dan Syababah, dari Syu’bah, dari Muhammad bin ziyad, dari Abi Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: “sempurnakanlah wudhu, kecelakaan api nerakalah (akan menimpa orang yang tidak membereskan wudhu di) tumit- tumit mereka. (H. R. Al-Khatib). Keterangan : 1. Menurut riwayat ini, perkataan “sempurnakanlah wudlu” itu juga merupakan sabda Nabi saw. tetapi sebenarnya itu adalah ucapan Abi Hurairah sendiri, bukan sabda Nabi. Yang kemudian ditegaskan oleh riwayat Bukhari, yaitu حدثنا ادم ابن ابي إياس قال حدثنا شعبة قال حدثنا محمد ابن زياد قال سمعت أبا هريرة فان أبا القاسم ص, اسبغوا الوضوء: وكان يمر بنا الناس يتوضأون من المطهرة قال ( البخاري.ر. ويل للعقاب من النار )ح:قال Artinya: telah menceritakan kepada kami Adam bin Abi Iyas, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah 9 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 371.
7|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
sewaktu ia sedang berjalan melalui tempat kami dan pada saat itu orang-orang sedang berwudlu dari tempat air untuk bersuci, ia berkata, ‘sempurnakanlah olehmu semua wudlumu, karena Abul Qasim (Nabi Muhammad saw.) telah bersabda:”celakalah bagi tumit-tumit itu dari siksa api neraka”. (H.R. Bukhari)10 2. Al- Khatib meriwayatkan hadits Mudraj tersebut dari dua jalan, yaitu dari jalan Abu Qathn dan jalan Syababah. Yang kemudian dikatakan oleh al-Khatib bahwa kedua perawi tersebut yang raguragu, lalu bercampur perkataan Abi Hurairah dengan sabda Nabi saw. 3. Karena perkataan Abi Hurairah ada di permulaan matan, maka disebut Mudraj pada permulaan matan. 2. Contoh mudraj pada tengah matan : من طريق عبد الحميد بن جعفر عن هشام بن عروة عن ابيه عن بشرة بنت صفوان قا لت ( الدارقطني. ر. من مس ذكره او انثييه او رفغيه فايتوضأ )ح: سمعت رسول ا ص يقول Artinya : dari jalan Abdul Hamid bin Ja’far, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari bapaknya (‘Urwah), dari Busyrah bin Shafwan ia berkata : aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda : “barangsiapa menyentuh kemaluannya atau dua buah kemaluannya, atau dua pangkal pahanya, maka hendaklah ia berwudlu.” (H.R. AdDuruquthni)
Keterangan : 1. Perkataan : “atau dua buah kemaluannya, atau dua pangkal pahanya” yang ada dalam hadits tersebut, bukan merupakan sabda nabi saw. Daruquthni memberi keterangan, bahwa ucapan itu dari ‘Urwah, bapak Hisyam, tetapi karena Abdul Hamid waham, maka is campurkannya dengan sabda Rasulullah saw. yang asalnya seperti ini, 10 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Daar al-Ihya al-Kutub alArabiyah), hlm. 43.
8|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
(من مس ذكره فاليتوضأ ) الدارقطني وغيره Artinya :barangsiapa menyentuh kemaluannya, hendaklah ia berwudlu (H.R. daruquthni dan lainnya) 2. Oleh sebab perkataan Urwah tersebut tercampur di pertengahan matan asal, yaitu antara perkataan “kemaluannya” dan “hendaklah is berwudlu”, maka dinamakan mudraj pada pertengahan matan. 3. Contoh mudraj pada akhir matan (اخبرنا محمد بن اسماعيل عن ابن ابي ذئب عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب ان )الشافعي ( ل يغاق الرهن من صاحبه الذي رهنه له عنمه وعليه غرمه )مسند الشافعي:رسول ا ص قال Artinya : (kata Imam Syafi’i): telah mengkhabarkan kepada kami, Muhammad bin Ismail, dari Ibni Abi Dzi’b, dari Ibni Syihab, dari Sa’id bin Musaiyab, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “tidak tercabut barang gadaian dari orang yang menggadaikannya, baginya apa-apa yang bertambah dari barang itu, dan atas tanggungannyalah apa- apa yang kurang daripadanya.” (Musnad Syafi’i 86) Keterangan : 1. Kata Ibnu Wahab dan Abu Dawud, bahwaUcapan : “baginyalah apa-apa yang bertambah dari barangitu, dan atas tanggungannyalah apa-apa yang kurang daripadanya”, bukan merupakan sabda Nabi saw. Tetapi itu merupakan perkataan Sa’id bin Musaiyab. Di riwayat lain yang lebih kuat daripadanya tidak ada yang memakai tambahan ini. Dalam Hadits itu, yang masuk sabda Nabi saw., ialah “tidak tercabut barang gadaian dari yang menggadaikannya” . 2. Menurut keterangan Ibnu Wahab dan Abi Dawud tersebut adalah perkataan Sa’id bin Musaiyab tercampur dengan sabda Nabi saw. 3. Karena campurannya itu ada di belakang, sesudah sabda nabi saw., maka dikatakan mudraj pada akhir matan. B. Mudraj Sanad/Isnad
9|Hadits Mudraj Dan Permasalahannya
Para ulama menyebutkan beberapa bentuk mudraj pada sanad secara garis besarnya adalah sebagai berikut, 1. Seorang rawi mendengar suatu hadits dari banyak guru dengan beraneka ragam jalur sandnya, kemudian ia meriwayatkannya dengan satu jalur tanpa menjelaskan perbedaannya. Seperti contoh hadits berikut, حدثنا سليمان بن داود المهري أخبرنا ابن وهب أخبرني جرير بن حازم وسمى أخر عن هبي اسحاق عن عاصم بن ضمرة والحارث العور عن على رضي ا عنه عن النبي صلى ا عليه فاذا كا نت لك مائتا درهم وحال عليها الحول ففيها خمسة دراهم: وسلم... Artinya : Meriwayatkan kepada kami Sulaiman bin Abu Dawud al-Mahri, katanya: menceritakan hadis kepada kami Ibnu Wahab, katanya: menceritakan hadis kepada Jarir bin Hazim dan ia menyebutkan Rawi lainnya dari Abu Ishaq dari Ashim bin Dhamrah dan al-Harits al-A’war dari Ali r. a., dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Apabila kamu memiliki harta 200 dirham dan telah berusia setahun dalam milikmu, maka padanya wajib zakat lima dirham...” Keterangan : Dalam hadits tersebut terjadi idraj satu sanad ke sanad lain, yakni bahwa Ashim bin Dhamrah meriwayatkan hadis ini dengan mauquf pada ‘Ali, sedangkan Harits meriwayatkan dengan marfu’. Tetapi ia adalah rawi yang dicurigai berdusta. Kemudian, Jarir meriwayatkannya dengan marfu’ dengan bersumber dari riwayat mereka berdua. Abu Dawud telah menjelaskan bahwa Syu’bah dan Sufyan (dua tokoh ilmuan) serta lainnya meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Ishaq dari Ashim dari’Ali, dan mereka tidak memarfu’kannya. Dengan demikian, kita dapat ketahui bahwa Jarir patut dicurigai telah menjadikan hadits tersebut marfu’ dari Ashim. Di samping itu, ia telah melakukan idraj terhadap riwayat ashim itu dengan riwayat Harits. 2. Seorang rawi memiliki sebagian matan, tetapi ia juga memiliki sebagian matan lainnya dari sanad yang lain. Kemudian matan tersebut diriwayatkan oleh salah seorang muridnya secara sempurna dengan satu sanad. Seperti hadits di bawah ini,
10 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
ل تباغضوا ول: عن سعيد بن ابي مريم عت مالك عن الزهري عن انس ان رسول ا ص قال تحاسدوا ول تدا بروا ول تنافسوا...... Artinya : dari Sa’id bin Abi Maryam, dari Malik, dari Zuhri, dari Anas, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda : “ janganlah kamu bermarahmarahan, dan janganlah kamu berdengki- dengkian, dan janganlah kamu belakang- membelakangi (tidak mau kenal satu dengan lain), dan janganlah kamu beriri-irian....
Keterangan : Hadits tersebut diriwayatkan oleh Malik dari jalan Anas.11 Perkataan “ dan janganlah beriri-irian” itu dimasukkan (dicampurkan) oleh Sa’id bin Abi Maryam dari riwayat Malik juga, tetapi dengan jalan Abi Hurairah, yaitu: ( قرأت على مالك عن ابي زياد عن العرج عن ابي هريرة ان )مسلم: حدثنا يحي بن قال اياكم والظن فان الظن اكذ ب الحد يث ول تحسسوا ول تجسسوا ول: رسول ا ص قال ( مسلم. ر. )ح.تنافسوا ول تحاسدوا ول تبا غضوا ول تدابروا وكونوا عباد ا اخوانا Artinya: (Kata Muslim) telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata : aku membaca di hadapan Malik, dari Abi Zinad, dari A’raj, dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda : “ hendaklah kamu jaga diri kamu dari sangkaan, karena sangkaan itu paling dustanya khabaran, dan janganlah kamu dengar-dengarkan omongan orang, dan janganlah kamu mencaricari kesalahan orang, dan janganlah kamu beriri-irian, dan janganlah
kamu
berdengki-dengkian,
dan
janganlah
kamu
bermarahan, dan janganlah kamu berpecah-pecah, tetapi hendaklah kamu –hai hamba Allah- jadi bersaudara. (H.R. Muslim) Dikatakan demikian, karena riwayat Malik dari jalan Anas itu sebenarnya tidak pakai perkataan “beriri-irian” tersebut. Namun, sebenarnya seperti berikut,
11 Imam Malik, Al- Muwaththa, jilid ke-2, no. 213.
11 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
( قرأت على مالك عن ابن شهاب عن انس ان رسول ا ص قال )مسلم: حدثنا يحي بن قال: (ل تبا غضواول تحاسدوا ول تدابروا وكونوا عباد ا اخوانا )مسلم Artinya : (Kata Muslim): telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata : aku pernah membaca di hadapan Malik bin Ibnu Syihab (Zuhri), dari Anas, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “janganlah kamu bermarah-marahan, dan janganlah kamu berdengkidengkian, dan janganlah kamu berpecah-pecahan, tetapi hendaklah kamu – hai hamba allah – jadi bersaudara.” (Muslim) Ini pun riwayat Malik dari jalan Anas. Tidak ada lafadh ( = )ول تنافسواdan janganlah kamu beriri-irian. Ringkasnya : hadits- hadits tersebut di atas itu, matannya dua, dan sanadnya juga dua, satu dari Anas, dan satu lagi dari Abi Hurairah. Sa’id bin Abi Maryam meriwayatkan salah satu matan itu dengan sanadnya yang tertentu, yakni ia pakai sanad Malik dari Anas, lalu dalam matan ini, ia tambah matan lain, yaitu lafazh ولتنافسوا cara tersebut seharusnya termasuk dalam bagian mudraj matan, tetapi ulama menamakan mudraj sanad, karena seolah-olah sanad Anas tercampur oleh sanad Abi Hurairah. 3. Seorang muhaddits membacakan suatu sanad hadits kepada jamaah, kemudian terjadilah sesuatu sehingga ia mengeluarkan kata-katanya sendiri. Kemudian kata-katanya itu dianggap oleh sebagian orang yang mendengarkan sebagai matan sehingga mereka meriwayatkan kata-kata tersebut dengan sanad yang dibaca muhaddits itu.12 seperti hadits, Keterangan : 1. Waktu Syarik menyebut : “ dari A’masy, dari Abi Sufyan, dari Jabir, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw.”, tiba-tiba datang tsabit, padahal Syarik belum selesai menyebut matannya. waktu melihat kepada tsabit, Syarik mengeluarkan omongan tersebut yang ia tujukan kepada Tsabit sebagai pujian tentang kezuhudan dan kewara’an13 Tsabit. 12 Muhammad Ajaj al-Khotib, Ushul al- Hadits,(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 372. 13 Wara’ adalah memelihara diri dari yang meragu-ragukan.
12 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
2. Tsabit menyangka perkataan Syarik itu merupakan sambungan bagi sanad yang ia sebut tadi, lalu ia riwayatkan sebagai sabda Nabi saw. 3. Oleh karena perkataan Syarik bukan merupakan matan bagi sanad yang ia sebut, maka yang demikian dinamakan campuran dalam sanad atau mudraj pada sanad.14 F. Motivasi Pelaku Idraj Ada beberapa motivasi pelaku/perawi yang melakukan idraj pada hadits dan tuntutan yang bermacam- macam, di antara yang termasyhur adalah: 1. Untuk menjelaskan hukum Syara’. 2. Melakukan istinbath15 hukum syara’ dari hadits tersebut sebelum hadits sempurna (diucapkan atau ditulis). 3. Untuk menjelaskan atau menafsirkan lafadz-lafadz asing dalam hadits. G. Urgensi Mengetahui Hadits Mudraj Ada beberapa urgensi atau manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengetahui hadits mudraj, diantaranya ialah kita dapat lebih teliti dan berhatihati dalam pemakaian hadits, selain itu juga dapat kita jadikan sebagai bentuk pendidikan untuk lebih mengenal hadits secara komprehensif.
BAB III PENUTUP 14 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), cet. ke- 5, hlm. 159. 15 Istinbath juga dapat diartikan sebagai pengambilan dalil.
13 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
1. Kesimpulan Secara bahasa, hadits mudraj memiliki arti yang disisipkan, sesuatu perkataan yang terdapat di dalamnya sisipan, yang ditutupi, yang diipat. Adapun secara istilah, mudraj adalah sesuatu yang mengubah konteks sanad atau memasukkan dalam matan sesuatu yang bukan darinya tanpa adanya pemisah. sehingga para ulama hadits mengartikan hadits mudraj sebagai Hadits yang terdapat di dalamnya sesuatu tambahan dari luar, yang bukan daripadanya. Idraj pada hadits disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya : a) b) c) d)
Sebab waham atau ragu- ragu, Sebab kekeliruan, Sebab salah sangka, dan Sebab hendak menafsirkan arti.
Para ulama membagi hukum melakukan idraj pada hadits ke dalam beberapa macam, yaitu: 1. Haram, jika dilakukan dengan sengaja. 2. Tidak mengapa, jika idraj dilakukan dengan tidak ada unsur kesengajaan. 3. Sedikit diperbolehkan, jika idraj dimaksudkan untuk menafsirkan sebuah hadits. Sedangkan untuk status hadits yang diidrajkan, para ulama sepakat menyatakan bahwa status hadits yang didrajkan, baik idraj pada sanad maupun matan adalah lemah dan tidak dapat dipakai sebagai hadits maupun sebagai penentuan hukum. Menurut tempat terjadinya, hadits mudraj terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Idraj pada matan, dan 2. Idraj pada sanad Idraj pada matan dapat terjadi pada permulaan matan, pertengahan matan, maupun pada akhir matan.
14 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
Sedangkan idraj pada sanad dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya: 1. Seorang rawi mendengar suatu hadits dari banyak guru dengan beraneka ragam jalur sandnya, kemudian ia meriwayatkannya dengan satu jalur tanpa menjelaskan perbedaannya. 2. Seorang rawi memiliki sebagian matan, tetapi ia juga memiliki sebagian matan lainnya dari sanad yang lain. Kemudian matan tersebut diriwayatkan oleh salah seorang muridnya secara sempurna dengan satu sanad. 3. Seorang muhaddits membacakan suatu sanad hadits kepada jamaah, kemudian terjadilah sesuatu sehingga ia mengeluarkan kata-katanya sendiri. Kemudian kata-katanya itu dianggap oleh sebagian orang yang mendengarkan sebagai matan sehingga mereka meriwayatkan kata-kata tersebut dengan sanad yang dibaca muhaddits itu Ada beberapa motivasi pelaku/perawi yang melakukan idraj pada hadits dan tuntutan yang bermacam- macam, di antara yang termasyhur adalah: 1. Untuk menjelaskan hukum Syara’. 2. Melakukan istinbath16 hukum syara’ dari hadits tersebut sebelum hadits sempurna (diucapkan atau ditulis). 3. Untuk menjelaskan atau menafsirkan lafadz-lafadz asing dalam hadits. Maka dengan mengetahui beberapa permasalahan dalam hadits mudraj, memberikan kita sedikit pelajaran untuk lebih teliti dan lebih berhati- hati dalam pemakaian suatu hadits. 2. Saran dan Kritik Kami sadar dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, maka kami mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca guna memperbaiki tulisan kami di kemudian hari. Mohon maaf atas segala kesalahan dan Terima kasih atas segala perhatian pembaca. 16
15 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin. 2012. ‘Ulumul Hadis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
16 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a
al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari. Daar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah. al-Khotib, Muhammad Ajaj. 1975. Ushul al- Hadits. Beirut: Dar al-Fikr. al-Masyath, Hasan. 2013. at-Taqrirat as-Saniyah. Jakarta: Dar al-Kutub alIslamiyah. al- Qaththan, Manna’. 2015. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta : Pustaka alKautsar. Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi. 1976. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta : Bulan Bintang. Hasan, A. Qadir. 1991. Ilmu Mushthalah Hadits. Bandung : CV. Diponegoro. Imam Malik. Al- Muwaththa. jilid ke-2.
17 | H a d i t s M u d r a j D a n P e r m a s a l a h a n n y a