Kejujuran Kejujuran adalah kata yang tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Sejak kecil kita telah diajarkan bagaimana kita harus bertindak jujur dalam segala hal demi kebaikan dalam hal perilaku dan norma agama. Sampai sekarang, kejujuran pun masih tetap diajarkan sampai dewasa dan harus dipraktekkan selama kita hidup di dunia ini. Tetapi semakin bertambahnya usia, kita pun mengenal yang namanya “berbohong”. Memang pertama kali kita berbohong, kita masih merasa takut, entah takut dimarahi, takut ketahuan, takut melanggar agama, takut dengan Tuhan, dsb. Tetapi, setelah melakukan hal tersebut berulang-berulang, kita pun merasa berbohong ternyata hal yang wajar saja, hal yang dianggap tidak apa-apa, atau hal yang dianggap boleh dilakukan sekali-sekali, yang sebenarnya tetap tidak boleh dilakukan. Seiring bertambahnya usia, sebagian orang pun menyadari bahwa berbohong itu adalah perbuatan yang tidak baik, entah muncul dari kesadaran sendiri atau disadarkan oleh orang lain. Tetapi, sebagian orang pun tetap tidak sadar dan membiarkan hal berbohong tersebut menjadi bagian dari hidupnya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa berbohong itu tidak baik dan juga dapat merugikan orang lain. Memang perbuatan berbohong tersebut sering kita hadapi dan lakukan dalam hidup kita. Tetapi, alangkah baiknya bila kita berbuat jujur agar kita dapat melatih ketelitian kita, keseriusan kita; dan juga membuat dunia lebih aman dan teratur. Kejujuran Didapatkan Dari Mana Saja? Kejujuran telah ditetapkan sejak kita kecil dalam pelajaran-pelajaran sekolah dan juga dari orang tua. Dalam pelajaran sekolah saat kita kecil, kejujuran ditetapkan dalam pelajaran PPKn, agama, PLKJ, bahkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pelajaran tersebut, dinyatakan bahwa kita harus mentaati norma-norma / peraturanperaturan yang ada demi terciptanya keharmonisan dan ketentraman dalam lingkungan hidup. Selain itu, kadang-kadang juga diperingati secara tidak langsung dalam bentuk cerita fabel sehingga anak-anak pun mengerti mengenai pentingnya kejujuran dalam
hidup. Guru pun turut memperingati bila anak tersebut berbohong seperti peringatan dilarang menyontek, jangan berbohong kepada orang tua, dsb. Orang tua kita pun turut ikut serta dalam pembentukan kejujuran kita. Pada saat kita kecil, kita pun diperingati agar kita selalu berbuat jujur dalam setiap hal yang kita lakukan; dan bila kita berbohong, kita biasanya akan mendapat teguran dan hukuman dari orang tua kita. Dalam keagamaan, kejujuran telah diajarkan dalam 10 Perintah Allah yang disampaikan Allah melalui Musa kepada bangsa Israel. Dalam perintah ke-8 dan perintah ke-9, dinyatakan agar tidak mencuri dan tidak bersaksi dusta kepada sesama. Hal tersebut menjadi pegangan orang Katolik dan menjadi norma dasar bagi agama Katholik di Indonesia. Perkembangan Kejujuran Seiring bertambahnya usia, kejujuran yang telah diajarkan kepada kita sejak kita kecil pun perlahan-lahan mulai pudar karena telah dirusak oleh sifat berbohong. Kita menjadi pandai berbohong sehingga orang tua pun tidak dapat membedakan yang mana sifat kita yang jujur dan yang mana sifat kita yang berbohong. Setelah kita puas berbohong sekali, sepertinya kita menganggap bahwa berbohong adalah hal yang wajar dan dapat digunakan dalam keadaan yang terdesak. Ketidakjujuran tersebut dapat berupa menyontek, berbohong kepada orang tua, menipu teman, dan juga tidak mengaku kesalahan sendiri. Secara otomatis, kita akan berusaha berbohong untuk meloloskan diri dari kesalahan yang akan menimpa diri kita sendiri. Setiap anak pasti pernah mengalami hal tersebut. Karena hampir setiap anak mengalami hal tersebut, anak-anak lain pun akan terdorong untuk ikutan berbohong juga. Dari situlah anak-anak mulai mengembangkan budaya menyonteknya dan bekerja sama agar terhindar dari masalah bersama. Setelah beranjak dewasa, sebagian orang akan mulai menyadari cara mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah diperbuatnya secara benar dan bertanggungjawab dan juga akan mengajari keturunannya agar tidak berbohong dan juga memiliki sifat kejujuran. Tetapi orang yang dianggap sebagai penipu, tetap tidak akan
mempertanggungkan kesalahannya dan akan selalu mencari masalah yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Apakah Kejujuran Itu Sangat Penting? Tentu saja kejujuran itu penting. Kejujuran itu melatih kita agar kita lebih disiplin dan lebih teliti terhadap apa yang kita lakukan. Kejujuran secara otomatis melatih kita agar kita dapat bertanggungjawab terhadap kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Kejujuran itu berarti menaati peraturan agama, yaitu dilarang bersaksi dusta kepada orang lain. Kejujuran merupakan suatu cobaan yang pastinya pernah dialami oleh setiap manusia yang merupakan suatu pengukur seberapa kuat iman kita. Selain itu, dengan berkata jujur membuat kita dapat dipercaya oleh orang lain sehingga kita mendapat kepercayaan oleh orang tersebut. Orang lain akan melihat kita sebagai orang yang jujur dan penuh tanggung jawab. Dengan begitu, kejujuran dapat menciptakan ketentraman dan keharmonisan di antara satu pihak dengan yang lain. Kenapa Tidak Boleh Berbuat Tidak Jujur? Kita tidak boleh berbohong karena hal tersebut berarti kita melepaskan tanggung jawab terhadap kesalahan yang telah kita perbuat. Bila kita berbuat bohong secara terusmenerus, dapat menjadi kebiasaan yang buruk; misalnya kita diberi sebuah tanggung jawab, kita bisa saja langsung berbohong karena ingin lepas dari tanggung jawab tersebut; atau bila ada ulangan atau pekerjaan rumah, kita bisa saja langsung berbohong karena lebih ingin bermain daripada belajar. Berbohong juga berarti kita melanggar peraturan agama, yang berarti kita menambah dosa diri kita sendiri. Karena kejujuran merupakan pengukur kekuatan iman kita, kita pun dapat melihat sering atau tidaknya seseorang berbohong yang juga dapat menunjukkan tingkat egoisme orang tersebut.
Selain itu, bila kita ketahuan berbohong, kita bisa tidak dipercayai orang lain dan kita tidak akan mendapat kepercayaan oleh orang tersebut. Orang lain justru akan membenci kita dan mejuluki kita seorang pembohong. Berbohong pun dapat merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain. Dengan begitu keharmonisan tidak dapat tercapai antar sesama. Apakah Kita Boleh Berbuat Tidak Jujur? Kita sebenarnya tidak boleh berbohong agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Tetapi, kita pun boleh berbohong, dengan syarat tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Ketidakjujuran ini biasa disebut dengan white lie atau kebohongan putih. Kebohongan putih inilah yang berarti berbohong tetapi tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Kadang-kadang kebohongan ini dilakukan demi kebaikan seseorang. Sebagai contoh : Seorang dokter tidak mengatakan penyakit serius yang dialami pasiennya dengan harapan agar pasien tersebut tidak khawatir dan dapat hidup lebih lama. Seorang teman mengajak kita ke diskotik untuk dugem. Padahal kita mengetahui bahwa dugem itu tidak baik. Maka itu kita pun mencari alasan lain agar kita dapat terhindar dari ajakan tersebut. Seseorang meminta suatu pendapat mengenai penampilannya. Kita pun akan mengatakan penampilannya bagus / lumayan meskipun penampilannya biasa aja. Kita berbohong kepada teman yang minta dikerjakan PRnya bahwa kita tidak bisa mengerjakan PR tersebut. Padahal kita berbohong dengan tujuan agar dia mau mengerjakan PRnya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dalam keadaan seperti contoh di atas, kita tentu tidak akan mengatakan suatu hal sejujur-jujurnya kepada orang yang dituju. Meskipun kita berbohong, kita tidak melakukan kesalahan apa-apa karena memang kita tidak berbuat salah dan tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan dari kejadian tersebut.
Cara Menghindari Diri Dari Perbuatan Tidak Jujur Memang untuk menghindari diri dari sifat berbohong tidaklah mudah. Memang kita harus membiasakan diri untuk tidak berbohong dan berkata jujur. Kita pun harus melatih diri agar kita tidak berbuat kesalahan yang pada akhirnya menuju ke perbuatan berbohong. Biasakanlah diri untuk bertanggung jawab terhadap kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat. Janganlah lupa berdoa juga agar kita tidak tergoda dengan perbuatan berbohong. Jagalah iman kita agar kita dapat mengingatkan diri sendiri untuk selalu berbuat jujur dan selalu bertanggung jawab. Memang mungkin seringkali kita merasa takut untuk mengakui kesalahan kita sendiri. Tetapi bila kita menghadapinya dengan penuh tanggung jawab dan lapang dada, kita akan merasa lebih baik dan tidak dihantui oleh kesalahan yang telah kita perbuat. Biasanya orang pun akan senang karena kita telah mengakui kesalahan tersebut. Kesimpulan Biasakanlah untuk berbuat jujur terhadap orang lain karena bila berbuat tidak jujur akan merugikan dirimu sendiri dan juga orang lain. Anda boleh berbohong dalam keadaan yang sangat terpaksa tetapi tidak merugikan orang lain / white lie. Hidup dengan kejujuran biasanya membawa lebih banyak berkah daripada orang yang hidup dengan dusta.